Anda di halaman 1dari 29

PENJELASAN DAN ILUTRASI OBJEK PAJAK, DEDUCTIBLE

EXPENSE DAN NONDEDUCTIBLE EXPENSE (PASAL 4 AYAT UU


PPH, PASAL 6 UU PPH, DAN PASAL 9 UU PPH)

Oleh :
Esa Anesti Putri 041811333054
Irodah Khoirun Nisa 041811333057
Mellyanti Felicia Ary 041811333073
Ni Nyoman Ardiningrum 041811333097
Farah Nur Faza 041811333133
Pranaditya A.N 041811333139
Sazkiya Aldina 041811333141
Thariq Priatmodjo 041811333197
Taffa Cauvar Fibriano 041811333199
Josef Leonardo 041811333211
Rizky Azhari 041811333243
OBJEK PAJAK (PASAL 4 UU ayat (1) UU PPH)

(1) Penjelasan : terkait contoh Objek Pajak (pasal 4 ayat (1) UU PPh)
a. Pembayaran atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan, seperti :
1. Gaji : pembayaran atas pekerjaan yang dilakukan secara periodik kepada karyawan
tetap. Contoh : seorang manager memperoleh gaji pada bulan januari
2. Upah : pembayaran atas pekerjaan/jasa yang dilakukan kepada buruh/karyawan lepas.
Contoh : seorang buruh pabrik memperoleh gaji pada bulan januari, terhitung jumlah
hari kerja dan lama jam kerja
3. Tunjangan : sejumlah uang yang diberikan atau dialokasikan secara rutin untuk tujuan
tertentu
Contoh : Pak. Tomo menerima tambahan penghasilan berupa tunjangan kesehatan
dari perusahaan tempat beliau bekerja
4. Honorarium : pembayaran atas jasa yang diberikan atas suatu kegiatan tertentu
Contoh : Amira, selaku pengusaha muda menerima honorarium karena menjadi
narasumber suatu seminar kewirausahaan di salah satu universitas.
5. Komisi : hak yang diterima karena berhasil menjual produk atau jasa dari suatu
vendor.
Contoh :
6. Bonus : kompensasi tambahan yang diberikan kepada karyawan atas pekerjaannya
yang baik dan menguntungkan perusahaan
Contoh : seorang karyawan menerima bonus tahunan pada awal tahun 2019 atas
kinerja nya pada tahun 2018
7. Gratifikasi : pemberian uang tambahan (fee), hadiah uang, barang, diskon, komisi
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya
Contoh : seorang pejabat menerima sebuah ponsel keluaran terbaru dari pengusaha
8. Uang Pensiun : hak pekerja berupa penghasilan yang diperoleh setelah bekerja sekian
tahun dan sudah memasuki usia pensiun.
Contoh : Pak. Totok sudah berumur 65 tahun dan sudah tidak bekerja lagi, namun
beliau menerima uang pensiun dari perusaahan tempatnya bekerja dahulu.
9. Imbalan : balasan atas hal yang telah dilakukan sebelumnya
Contoh : Annisa menerima imbalan 10 juta rupiah karena telah menemukan seorang
anak yang hilang.

Sesuai dalam pasal 21 ayat (1) UU PPh


“pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :
huruf a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai dan bukan pegawai.”
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
Termasuk uang tunai maupun barang yang diterima karena suatu hal
Contoh : seseorang yang mendapatkan undian berupa mobil dalam acara ulang tahun
yang diadakan oleh suatu perusahaan
Sesuai dengan Peraturan Direktur jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2015 tentang
Pengenaan Pajak Penghasilan atas Hadiah dan Penghargaan pasal 2
“Penghasilan berupa hadiah dari undian, perlombaan, serta kegiatan dan
penghargaan merupakan objek Pajak Penghasilan.”

c. Laba Usaha
Kelebihan dari seluruh pendapatan atas seluruh biaya yang telah dikurangi oleh semua
biaya operasi dan overhead suatu usaha.
Contoh : pada tahun 2019 PT. Capfa Comfeed Indonesia memperoleh Laba Bersih Usaha
sebesar 50 miliar rupiah.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
Contoh : seseorang menyertakan asset tetap berupa mesin produksi kepada perseroan
untuk membeli 10 slot saham perseroan tersebut dengan harga pasar yang senilai.
Namun setelah dihitung-hitung ternyata nilai buku mesin produksi lebih kecil
daripada harga pasar, sehingga seseorang tersebut memperoleh selisih yang disebut
keuntungan dan termasuk ke dalam objek pajak.
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
Contoh : Sebuah perusahaan pada akhir tahun 2019 membagikan dividen berupa
saham kepada para pemegang sahamnya. Nilai pasar saham perusahaan pada saat itu
lebih tinggi daripada nilai buku saham. Sehingga perusahaan dapat mengeluarkan
sedikit saham untuk dibagikan. Maka selisih dari kenaikan tersebut wajib dikenai
pajak.
3. Keuntungan Karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun
Contoh : sebuah perusahaan X akan melakukan penggabungan usaha dengan
perusahaan Y. maka perusahaan X perlu dilikuidasi terlebih dahulu. Setelah diadakan
likuidasi ternyata jumlah asset setelah dikurangi hutang dan modal pemegang saham
(sesuai harga pasar) lebih tinggi dari total nilai buku asset. Sehingga selisih tersebut
merupakan objek pajak.
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali
jika diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk yayasan, koperasi, atau
organisasi pribadi yang menjalankan usaha mikro atau kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dalam peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang
bersangkutan
5. Keuntungan kerena penjualan atau penagihan sebagian atau seluruh hak
penambangan tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
penjelasan : sebagai contoh PBB yang sudah dibayar dan dibebankan sebagai
biaya, yang karena suatu sebab dikembalikan, maka jumlah sebesar pengembalian
tersebut merupakan penghasilan.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
penjelasan : Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan degan jaminan pengembalian utang. Premium terjadi apabila misalnya surat
obligasi dijual di atas nilai nominalnya sedangkan diskonto terjadi surat obligasi dibeli di
bawah nilai nominalnya. Premium tersebut merupakan peghasilan bagi yang menerbitkan
obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.
Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ.42/2002 Tanggal 02
April 2002 angka (5a)
“Imbalan bung yang diterima oleh Wajib Pajak berkenaan dengan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak berdasarkan Surat Keputusan Keberatan, atau
Putusan Banding, atau Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi sebagai akibat adanya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding,
adalah merupakan Objek Pajak Penghasilan”

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
penjelasan : Dividen merupakan laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang
polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
Dalam praktik sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen secara terselubung,
misalnya dalam hal pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan
memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang melebihi
kewajaran. Apabilla hal ini terjadi, maka selisih lebih antara bunga yang dibayarkan dan
tingkat bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen.
Sesuai dengan pasal 23 ayat (1) UU PPh
“… dipotong pajak oleh pihak yang membayarkan :
Huruf a. Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas :
1. Deviden sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf g”

h. royalty atau imbalan atas penggunaan hak.


Penjelasan : royalty adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau
perhitungan apapun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak. sebagai imbalan atas :
1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau
karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek
dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya.
2. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial,
atau ilmiah.
3. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial.
4. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau
hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah,
paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau
bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya, penggunaan atau
hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah, atau
pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial, berupa :
1. Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik,
atau teknologi yang serupa.
2. Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa.
3. Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi.
5. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film
atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio.
6. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau
pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana
tersebut di atas.
Sesuai dalam Peraturan Direktur Pajak Nomor PER-33/PJ/2009 tentang PPh
berupa Royalti dari Hasil Karya Sinematografi
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Penjelasan : Dalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima atau diperoleh
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan penggunaan harta gerak atau
harta tak gerak , misalnya sewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang
Sesuai dengan pasal 23 ayat (1) UU PPh
“… dipotong pajak oleh pihak yang membayarkan :
… c. Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas :
1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dari penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2)”

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala


Penjelasan : Penerimaan berupa pembayaran berkala, misalnya “alimentasi” atau
tunjangan seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam waktu tertentu

k. Keuntungan karena pembebasan , kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
Penjelasan : Pembebasan utang oleh pihak yang berpiutang dianggap sebagai penghasilan
bagi pihak yang semula berutang, sedangkan bagi pihak yang berpiutang dapat
dibebankan sebagai biaya. Namun dengan peraturan pemerintah dapat ditetapkan bahwa
pembebasan utang debitur kecil misalnya Kredit Usaha Prasejahtera (Kukesra), Kredit
Usaha Tani (KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit untuk perumahan sangat
sederhana, serta kredit kecil lainnya sampai dengan jumlah tertentu dikecualikan sebagai
objek pajak

l. Keuntungan selisih kurs mata asing


Penjelasan : Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan
standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva


Penjelasan : Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 merupakan penghasilan.
n. Premi asuransi
Penjelasan : Dalam pengertian premi asuransi termasuk premi reasuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
Penjelasan : Cukup jelas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
Penjelasan : Tambahan kekayaan neto pada hakekatnya merupakan akumulasi
penghasilan baik yang telah dikenakan pajak dan yang bukan Objek Pajak serta yang
belum dikenakan pajak. Apabila diketahui adanya tambahan kekayaan neto yang
melebihi akumulasi penghasilan yang telah dikenakan Pajak dan yang bukan Objek
Pajak, maka tambahan kekayaan neto tersebut merupakan penghasilan.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;


Penjelasan : Transaksi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah semakin mengalami
perkembangan yang antara lain meliputi kegiatan perbankan syariah, asuransi syariah,
obligasi atau surat utang syariah (sukuk), instrumen pasar modal syariah, reksadana
syariah, serta kegiatan transaksi lain yang pelaksanaannya berdasarkan prinsip syariah.
Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perekonomian berdasarkan
fatwa yang dlikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai


ketentuan umum dan tata cara perpajakan
Penjelasan : cukup jelas

s. Surplus Bank Indonesia.


Penjelasan : Surplus Bank Indonesia yang merupakan objek Pajak Penghasilan adalah
surplus Bank Indonesia menurut laporan keuangan hasil audit Badan Pemeriksa
Keuangan setelah dilakukan penyesuaian atau koreksi fiskal sesuai dengan Undang-
Undang PPh dengan memperhatikan karakteristik Bank Indonesia.
OBJEK PAJAK FINAL (PASAL 4 UU ayat (2) UU PPH)

(2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenakan pajak bersifat final:


a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi
Penjelasan : Obligasi sebagaimana dimaksud di atas termasuk surat utang berjangka
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, seperti Medium Term Note, Floating Rate Note
yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Surat Utang Negara yang dimaksud di atas meliputi Obligasi Negara dan Surat
Perbendaharaan Negara.
Sesuai dengan Peraturan Pmerintah Nomor 131 Tahun 2000
(PMK Nomor 26/PMK.010/2016, PER 01/PJ/2013)
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2000 (PMK Nomor 112/PMK.03/2010)
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 (PMK Nomor 7/PMK.011/2015)

b. Penghasilan berupa hadiah undian


Penjelasan: Ada berbagai jenis hadiah yang dikenakan pajak, yakni:
1. Hadiah undian. Pajak ini diberikan kepada pemenang undian. Seperti hadiah
kendaraan bermotor yang diadakan Bank sebagai bentuk apresiasi karena kesetiaan
nasabah.
2. Hadiah atau penghargaan perlombaan. Pajak untuk hadiah yang diberikan saat
memenangkan perlombaan. Contoh: ketika memenangkan lomba menyanyi berskala
internasional maka wajib membayar sejumlah pajaknya.
3. Hadiah yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
lainnya. Hadiah jenis ini biasanya bisa berbentuk apa saja dan umumnya diberikan
oleh pengusaha atau instansi. Contoh: hadiah yang diberikan manajer kepada
karyawannya sebagai bentuk apresiasi karena menjadi karyawan paling rajin
4. Penghargaan. Imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi atau kegiatan
tertentu. Contoh: imbalan yang diterima sehebungan dengan penemuan benda
purbakala
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 (KMK Nomor
639/KMK.04/1994, PER-11/PJ/2015

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
Penjelasan :
 Pajak Penghasilan atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi
Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal Pada Perusahaan
Pasangan Usahanya
Atas penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final. Perusahaan Pasangan Usaha tersebut adalah
perusahaan yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang melakukan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

 Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Penjualan Saham di Bursa Efek


Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat
final

 Pajak Penghasilan Atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 (KMK Nomor 282/KMK.04/1997)

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
Penjelasan :
 Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yaitu:
1. penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan
hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain
pemerintah
2. penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain yang
disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus
3. penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang
memerlukan persyaratan khusus.

 Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Sewa Tanah dan/atau Bangunan.


Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah,
rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan, atau
gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan
bangunan industri, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang
oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan
dengan tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, biaya
pemeliharaan, biaya keamanaan dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat
secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang
bersangkutan.

 Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Jasa Konstruksi

Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 29 1996 (KMK Nomor
120/KMK.03/2002, KEP-227/PJ.4/2002)
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016 (PMK Nomor 239/PMK.011/2010,
PMK Nomor 261/PMK.03/2016, PMK Nomor 119/PMK.010/2016, PER-
35/PJ/2008, PER-30/PJ/2009, PER-26/PJ/2010)
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Perubahan ats Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 (PMK Nomor 153/PMK.03/2009)

e. penghasilan tertentu lainnya,


 Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Bunga Simpanan yang dibayarkan
oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang
didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final.

PENGECUALIAN OBJEK PAJAK (PASAL 4 UU ayat (3) UU PPH)

(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :


a. 1.) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
oemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang duterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah

2.) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak – pihak yang
bersangkutan ;
Penjelasan :

 Bantuan atau Sumbangan dan harta Hibahan

Pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan membagi penghasilan


yang dikecualikan menjadi 2 yaitu: bantuan atau sumbangan, dan hibah. Tetapi saya
membagi menjadi 3 saja karena sumbangan termasuk zakat. Jadi saya bagi menjadi:
bantuan atau sumbangan, zakat atau sumbangan keagamaan, dan harta hibahan.
Bantuan atau sumbangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Kata sepanjang maksudnya adalah syarat supaya bantuan atau sumbangan
dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2009 bahwa bantuan atau
sumbangan adalah pemberian dalam bentuk uang atau barang kepada orang pribadi
atau badan.
Jadi, syarat bantuan atau sumbangan supaya dikecualikan sebagai objek pajak
penghasilan, yaitu:
1. berbentuk uang atau barang
2. tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak serta sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama lainnya yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak diperlakukan sama seperti
bantuan atau sumbangan. Yang dimaksud dengan “zakat” adalah zakat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai zakat.
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2009, syarat zakat
supaya dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan, yaitu:
1. badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah; dan
2. penerima zakat yang berhak.
Begitu juga dengan sumbangan keagamaan, supaya penghasilan dikecualikan sebagai
objek Pajak Penghasilan, Pasal 3  Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2009
mengatur:
Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia adalah sumbangan keagamaan yang diterima oleh:
1. lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; dan
2. penerima sumbangan yang berhak.
Penjabaran Pasal 3 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan nomor 245/PMK.03/2008.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 245/PMK.03/2008, harta hibah,
bantuan, atau sumbangan yang dikecualikan sebagai objek Pajak
Penghasilan yaitu harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh :
1. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, yaitu adalah orang
tua dan anak kandung.
2. badan keagamaan, yaitu badan keagamaan yang kegiatannya semata-mata
mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau menyelenggarakan kegiatan di bidang
keagamaan, yang tidak mencari keuntungan.
3. badan pendidikan, yaitu badan pendidikan yang kegiatannya semata-mata
menyelenggarakan pendidikan yang tidak mencari keuntungan.
4. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil yang
memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
 memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau
 memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
miyar lima ratus juta rupiah).
5. badan sosial termasuk yayasan dan koperasi, yaitu badan sosial yang tidak
mencari keuntungan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan:
 pemeliharaan kesehatan;
 pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
 pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau
orang cacat;
 santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan,
dan sejenisnya;
 pemberian beasiswa;
 pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
 kegiatan sosial lainnya.

 Pencatatan Harta Hibah di SPT Tahunan


Harta hibah, bantuan, atau sumbangan dibukukan oleh pihak penerima sesuai
dengan nilai buku harta hibah, bantuan, atau sumbangan dari pihak pemberi.
Selain dibukukan, juga harus dilaporkan di SPT Tahunan.
Namun jika pemberi hibah tidak menyelenggarakan pembukuan, berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-11/PJ/1995 bahwa penerima hibah
mencatat sebesar NJOP yang tercantum PBB pada saat diterima. Jika SPPT PBB
pun tidak ada, maka harus minta surat keterangan dari Kepala KP PBB (mungkin
sekarang dari Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah karena PBB P2 sudah menjadi
kewenangan Pemda).
Tetapi jika hibah bukan tanah dan/atau bangunan, maka nilai yang diakui oleh
penerima hibah adalah 60% dari nilai pasar pada saat terjadinya pengalihan.
Hal yang sama ditegaskan juga di Surat Edaran nomor SE-18/PJ.31/1992, “dalam
hal penyerahan harta hibahan, pemberian bantuan yang bebas pajak, dan warisan,
dasar penilaian yang digunakan adalah sama dengan dasar penilaian bagi yang
melakukan penyerahan”.

 Pengertian Usaha, Pekerjaan, Kepemilikan, dan Pengusahawan


Pemberian hibah, bantuan dan sumbangan yang dimaksud Pasal 4 ayat (3) huruf a
Undang-undang Pajak Penghasilan mensyaratkan tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Maksud hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dijelaskan di
Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun 2010, yaitu:
1. Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan usaha
antara Wajib Pajak pemberi dengan Wajib Pajak penerima, dapat terjadi apabila
terdapat transaksi yang bersifat rutin antara kedua belah pihak.
2. Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan
pekerjaan antara Wajib Pajak pemberi dengan Wajib Pajak penerima terjadi
apabila terdapat hubungan yang berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau
pelaksanaan kegiatan secara langsung atau tidak langsung antara kedua pihak
tersebut.
3. Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan berkenaan dengan
kepemilikan atau penguasaan antara Wajib Pajak pemberi dengan Wajib Pajak
penerima terjadi apabila terdapat: penyertaan modal, atau hubungan penguasaan.
Penyertaan modal secara langsung atau tidak langsung diatur dalam Pasal 18
ayat (4) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan hubungan
penguasaan secara langsung atau tidak langsung diatur dalam Pasal 18 ayat (4)
huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan.
Sesuai dalam PER-11/PJ/2017
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 245/PMK.03/2008

b. Warisan
Penjelasan : Harta warisan yang diterima oleh ahli waris bukan merupakan penghasilan
bagi ahli waris. Tetapi jika harta warisan tersebut menghasilkan penghasilan, tentu
merupakan objek pajak penghasilan.
Contoh: Tuan Muda mendapatkan warisan berupa saham. Saat saham diterima oleh
Tuan Muda, bukan objek pajak penghasilan. Tetapi jika saham tersebut menghasilkan
dividen, tentu atas dividen tersebut terutang pajak penghasilan.
Warisan dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan berdasarkan Pasal 4 ayat
(3) huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan. Namun demikian, dalam penerapannya,
untuk harta berupa tanah dan/atau bangunan terdapat syarat harta warisan. Direktur
Jenderal Pajak mengatur bahwa harta warisan harus sudah dilaporkan di SPT Tahunan
sebelum dibagikan. Surat Edaran nomor SE-20/PJ/2015 tentang Pemberian Surat
Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas
Tanah Dan/Atau Bangunan Karena Warisan mengatur:
SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
hanya diberikan apabila tanah dan/atau bangunan yang menjadi objek pewarisan
telah dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pewaris, kecuali pewaris memiliki
penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Dokumen SKB PPh diperlukan jika tanah dan/atau bangunan akan dialihkan ke pihak
ahli waris. Pengalihan dari pewaris ke ahli waris dikecualikan sebagai objek pajak
penghasilan. Tetapi jika tanah kemudian dijual oleh ahli waris kepada orang lain, tentu
terutang pajak penghasilan.

c. Penjelasan : Pada prinsipnya, harta, termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
merupakan tambahan kemampuan ekonomis bagi badan tersebut. Namun karena harta tersebut
diterima sebagai pengganti saham atau penyertaan modal, maka berdasarkan ketentuan ini,
harta yang diterima tersebut bukan merupakan objek pajak.

d. Penjelasan : Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam
bentuk uang. Perggantian atau imbalan dalam bentuk natura seperti beras, gula, dan
sebagainrya, dan imbalan dalam bentuk kenikmatan, seperti penggunaan mobil, rumah, dan
fasilitas pengobatan bikan merupakan objek pajak.
Apabila yang memberi imbalan berupa natura atau keniknatan tersebut bukan Wajib
Pajak atau Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dan Wajib Pajak
yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit),
maka imbalan dalam bentuk natura atau kernilkmatan tersebut merupakan penghasilan bagi
yang menerimia atau memperolehnya.
Misalnya, seorang penduduk Indonesia menjadi pegawai pada suatu perwakilan
diplomatik asing diJakarta. Pegawai tersebut memperoleh kenikmatan menempati rumah yang
disewa oleh perwakilan diplomatik tersebut atau kenikmatan-kenikmatan lainnya. Kenikmatan-
kenikmatan tersebut merupakan penghasilan bagi pegawai tersebut sebab perwakilan
diplomatik yang bersangkutan bukan merupakan Wajib Pajak.

Sesuai dalam pasal 15 UU PPh

e. Diki
f. Diki

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
Penjelasan : Pengecualian sebagai Objek Pajak berdasarkan ketentuan ini hanya berlaku
bagi dana pensiun yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri
Keuangan. Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah iuran yang diterima dari peserta
pensiun, baik atas beban sendiri maupun yang ditanggung pemberi kerja. Pada dasarnya
iuran yang diterima oleh dana pensiun tersebut merupakan dana milik dari peserta
pensiun, yang akan dibayarkan kembali kepada mereka pada waktunya. Pengenaan
pajak atas iuran tersebut berarti mengurangi hak para peserta pensiun, dan oleh karena
itu iuran tersebut dikecualikan sebagai Objek Pajak.
Sesuai dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.03/2009

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf (g), dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
Penjelasan : Sebagaimana tersebut dalam huruf g, pengecualian sebagai Objek Pajak
berdasarkan ketentuan ini hanya berlaku bagi dana pensiun yang pendiriannya telah
mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan. Yang dikecualikan dari Objek Pajak
dalam hal ini adalah penghasilan dari modal yang ditanamkan di bidang-bidang tertentu
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Penanaman modal oleh dana pensiun
dimaksudkan untuk pengembangan dan merupakan dana untuk pembayaran kembali
kepada peserta pensiun di kemudian hari, sehingga penanaman modal tersebut perlu
diarahkan pada bidang-bidang yang tidak bersifat spekulatif atau yang berisiko tinggi.
Oleh karena itu penentuan bidang-bidang tertentu dimaksud ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Sesuai dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.03/2009

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
Penjelasan : Untuk kepentingan pengenaan pajak, badan-badan sebagaimana disebut
dalam ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenai pajak satu
kesatuan, yaitu pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu, bagian laba yang diterima
oleh para anggota badan tersebut bukan lagi merupakan objek pajak.

j. Dihapus.
penjelasan: Cukup jelas

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, engan syarat badan pasangan usaha tersebut :
1. meupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sector-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di BEI
Penjelasan : Yang dimaksud “perusahaan modal ventura” adalah suatu perusahaan yang
kegiatan usahanya mebiayai badan usaha (sebagai pasangan usaha) dalam bentuk
penyertaan modal untuk suatu jangka waktu tertentu. Berdasarkan ketentuan ini, bagian
laba yang diterima atau diperoleh dari perusahaan pasangan usaha tidak termasuk
sebagai objek pajak, dengan syarat perusahaan pasangan usaha tersebut merupakan
perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan dalam sektor-sektor tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuanga, dan
saham perusahaan tersebut tidak diperdagangkan di BEI.
Apabila pasangan usaha perusahaan modal ventura memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f, dividen yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura bukan merupakan objek pajak. Agar kegiatan perusahaan
modal ventura dapat diarahkan kepada sector-sektor kegiatan ekonomi yang
memperoleh prioritas untuk dikembangkan, misalnya untuk meningkatkan ekspor
nonmigas, usaha atau kegiatan dari perusahaan pasangan usaha tersebut diatur oleh
Menteri Keuangan.
Mengingat perusahaan modal ventura merupakan alternative pembiayaan dalam
bentuk penyertaan modal yang akan dilakukan oleh perusahaan modal ventura
diarahkan pada perusahaan-perusahaan yang belum mempunyai akses ke bursa efek.
Sesuai dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 250/KMK.04/1995

l. Taffa
m. Taffa

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan : Bantuan atau santunan yang diberikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) kepada Wajib Pajak tertentu adalah bantuan social yang diberikan khusus
kepada Wajib Pajak atau anggota masyarakat yang tidak mampu atau sedang mendapat
bencana alam atau tertimpa musibah.
Sesuai dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.03/2008
DEDUCTIBLE EXPENSE (PASAL 6 UU PPH)

(1) a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara
lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

Biaya-biaya yang dimaksud pada ayat ini lazim disebut biaya sehari-hari yang boleh
dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-
pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang merupakan objek pajak.
Dengan demikian, pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Contoh:
Dana Pensiun A yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan
memperoleh penghasilan bruto yang terdiri dari:
1. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak sesuai Rp 100.000.000,00

Dengan pasal 4 ayat (3) huruf h

2. Penghasilan bruto lainnya sebesar Rp 300.000.000,00 (+)

Jumlah Penghasilan Bruto Rp 400.000.000,00

Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), biaya
yang boleh dikurangkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
adalah sebesar 3/4 x Rp200.000.000,00 = Rp150.000.000,00.
Demikian pula bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham tidak dapat
dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang diterimanya tidak merupakan objek pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f. Bunga pinjaman yang tidak boleh
dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan upaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan
pribadi pemegang saham, pembayaran bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk
keperluan pribadi peminjam serta pembayaran premi asuransi untuk kepentingan pribadi,
tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan pegawainya boleh
dibebankan sebagai biaya perusahaan, tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi
tersebut merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaransehubungan dengan pekerjaan yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang. Pengeluaran yang dilakukan dalam
bentuk natura atau kenikmatan, misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma,
tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati
bukan merupakan penghasilan. Namun, pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan
tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e, boleh dibebankan sebagai biaya
dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan
dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Dengan
demikian, apabila pengeluaran yang melampaui batas kewajaran tersebut dipengaruhi oleh
hubungan istimewa, jumlah yang melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Selanjutnya lihat ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f dan Pasal 18 beserta
penjelasannya.
Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya selain Pajak
Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel,
dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai biaya.
Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biaya yang benar-benar
dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang pada hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya
yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Besarnya biaya promosi dan penjualan yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan
bruto diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Sesuai dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.42/2002
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan pasal 11A;
Penjelasan : Pengeluaran pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan harta tak
berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi. Pengeluaran yang menurut
sifatnya merupakan pembayaran di muka< misalnya sewa untuk beberapa ttahun yang
dibayar sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi
Sesuai dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-316/PJ/2002

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
Penjelasan : Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana
pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuagan tidak boleh
dibebankan sebagai biaya Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan
kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuagan
tidak boleh dibebankan sebagai biaya

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Penjelasan : Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula
tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

e. kerugian selisih kurs mata uang asing


Penjelasan : Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut dan dilaksanakan secara taat asas sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku di Indonesia

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia


Penjelasan : Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi
pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan

g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Penjelasan : Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan pelatihan
dalam atan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
dengan memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat dibebankan sebagai
biaya adalah beasiswa yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain
Sesuai dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 770/KMK.14/1990

h. Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :


1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
2. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jendral Pajak ; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang Negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah uang
tertentu ;
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k ;
Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
Penjelasan : piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai
biaya sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba-rugi
komersial dan telah melakukan upaya – upaya penagihan yang maksimal atau terakhir.
Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya berarti penerbitan berskala nasional,
melainkan juga penerbitan internal asosiasi dan sejenisnya
Tata cara pelaksanaan persyaratan yang ditentukan dalam ayat (1) huruf h ini diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Sesuai dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2017/PMK.010/2015 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.03/2009

i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur


dengan Peraturan Pemerintah
Penjelasan : PP Tahun 1993 Tahun 2010 Pasal 1 (a) Yang dimaksud dengan “bencana
nasional” adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Yang dimaksud dengan “badan penanggulangan bencana“ adalah badan yang ditetapkan
oleh pemerintah untuk menampung, menyalurkan, dan/atau mengelola sumbangan yang
berkaitan dengan bencana nasional sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2011

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia


yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah
Penjelasan : Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang merupakan
sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah Republik
Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan.
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2011

k. Biaya pembangunan infrastruktur social yang ketentuannya diatur dengan peraturan


pemerintah
penjelasan : Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa
fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2011

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah


penjelasan : Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan sumbangan
untuk membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi
cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2011

m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan peraturan
pemerintah.
Penjelasan : Biaya pembangunan infrastruktur social merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat
nirlaba.
CONTOH:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah Rp60.000.000.000,00 (enam puluh milyar
rupiah) maka jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu
maksimal 5% (lima persen) atau sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah).
Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah) maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto hanya sebesar
Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah).
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2011

(3) Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Penjelasan : Jika pengeluaran – pengeluaran yang diperkenankan berdasarkan ketentuan pada
ayat (1) setelah dikurangkan dari penghasilan bruto didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiscal selama 5 (lima) tahun berturut-
turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.
Contoh:
PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiscal sebesar Rp.1.200.000.000,00. Dalam 5
(lima) tahun berikutnya laba rugi fiscal PT A sebagai berikut.
2010 : laba fiscal Rp200.000.000,00
2011 : rugi fiscal (Rp300.000.000,00
2012 : laba fiscal Rp NIHIL
2013 : laba fiscal Rp100.000.000,00
2014 : laba fiscal Rp800.000.000,00

Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut.


Rugi fiscal tahun 2009 (Rp 1.200.000.000,00)
Laba fiscal tahun 2010 Rp. 200.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiscal tahun 2009 (Rp 1.000.000.000,00)


Rugi fiscal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00) (+)
Sisa rugi fiscal tahun 2009 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiscal tahun 2012 NIHIL. (+)

Sisa rugi fiscal tahun 2009 (Rp 1.000.000.000,00)


Laba fiscal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiscal tahun 2009 (Rp 900.000.000,00)


Laba fiscal tahun 2014 Rp 800.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiscal tahun 2009 (Rp 100.000.000,00)


Rugi fiscal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang masih tersisa
pada akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiscal tahun 2015,
sedangkan rugi fiscal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hanya
boleh dikompensasikan dengan laba fiscal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu
lima tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.

(4) Kepada orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negri diberikan pengurangan berupa
penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
Penjelasan : Dalam menghitung laba kena pajak wajib orang pribadi dalam negri, kepadanya
diberikan pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak (PTKP) berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7.
NON DEDUCTIBLE EXPENSE (PASAL 9 UU PPH)
(1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi
Penjelasan : Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk
pembayaran dividen kepada pemilik modal, pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada
anggotanya, dan pembayaran dividen oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis,
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan badan yang membagikannya karena pembagian
laba tersebut merupakan bagian dari penghasilan badan tersebut yang akan dikenai pajak
berdasarkan Undang-undang ini.

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota

Penjelasan : Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan adalah biaya-
biaya yang dikeluarkan atau dibebankan oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota, seperti perbaikan rumah pribadi, biaya
perjalanan, biaya premi asuransi yang dibayar oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi
para pemegang saham atau keluarganya.

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:


1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan
Penjelasan : Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak orang pribadi
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, dan pada saat orang pribadi dimaksud
menerima penggantian atau santunan asuransi, penerimaan tersebut bukan merupakan
Objek Pajak
Apabila premi asuransi tersebut dibayar atau ditanggung oleh pemberi kerja, maka bagi
pemberi kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pegawai
yang bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan objek pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.83/PMK.03/2009, pemberian natura dan
kenikmatan berikut ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan
bukan merupakan penghasilan pegawai yang menerimanya:
1. penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut dalam rangka
menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah
terpencil;
2. pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian
seragam petugas keamanan (satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk
awak kapal dan yang sejenisnya; dan
3. pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Penejelasan :Dalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat terjadi pembayaran
imbalan yang diberikan kepada pegawai yang juga pemegang saham. Karena pada
dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah pengeluaran yang jumlahnya wajar
sesuai dengan kelaziman usaha, berdasarkan ketentuan ini jumlah yang melebihi
kewajaran tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Misalnya, seorang tenaga ahli yang merupakan pemegang saham dari suatu badan
memberikan jasa kepada badan tersebut dengan memperoleh imbalan sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan
oleh tenaga ahli lain yang setara hanya dibayar sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah), jumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) tidak boleh dibebankan
sebagai biaya. Bagi tenaga ahli yang juga sebagai pemegang saham tersebut jumlah
sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dimaksud dianggap sebagai dividen.

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan
Penjelasan : Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2009 tentang bantuan atau sumbangan
termasuk zakat atau sumbagan keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan dari
objek pajak penghasilan.

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
Penjelasan : Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2009 tentang bantuan atau sumbangan
termasuk zakat atau sumbagan keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan dari
objek pajak penghasilan
h. pajak penghasilan
Penjelasan : Yang dimaksudkan dengan Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini adalah
Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 1994, pajak penghasilan dikenakan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satun pajak.

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya
Penjelasan : Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham
Penjelasan : Anggota firma, persekutuan dan perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham diperlakukan sebagai satu kesatuan, sehingga tidak ada imbalan
sebagai gaji. Dengan demikian gaji yang diterima oleh anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, bukan merupakan
pembayaran yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto badan tersebut.

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Penjelasan : cukup jelas

(2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak diperbolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 atau
11A.
Penjelasan : Sesuai dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyai peranan
terhadap penghasilan untuk beberapa tahun, pembebanannya dilakukan sesuai dengan
jumlah tahun lamanya pengeluaran tersebut berperan terhadap penghasilan. 
Sejalan dengan prinsip penyelarasan antara pengeluaran dengan penghasilan, dalam
ketentuan ini pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya
perusahaan sekaligus pada tahun pengeluaran, melainkan dibebankan melalui penyusutan
dan amortisasi selama masa manfaatnya sebagaimana diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 11A.

Anda mungkin juga menyukai