1
TUGAS CBR
Mata Kuliah :Kewiraushaan
Dosen :Drs. Sarwa, M.T
3. Bidang Bisnis
Dalam bisnis kita tahu bermacam-macam bidang yang dijalankan, tidak semuanya sama.
Terutama yang sangat terlihat pada perbedaan dalam menjalankan aktivitas menjual barang dan jasa
yang dijual. Ada berbagai macam tipe, dan sebagai akibatnya, bisnis dapat dikelompokkan dengan
cara yang berbeda-beda. Satu dari banyak cara yang dapat digunakan adalah dengan
mengelompokkan macam-macam bidang bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam
menghasilkan keuntungan.
a. Manufaktur
Perushaaan uyang memproduksi produk yang berasal dari barang mentah atau komponen-komponen,
kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan yang
memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.
b. Bisnis jasa
adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara
meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan, psikolog,
periklanan dsb.
c. Distributor
Produk adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen.
Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau
pengecer.Sekarang trend distributor sistem reseller dan dropsipping dengan media digital.
d. Agribisnis
Bidang pertanian baik menyediakan input alat-alat kebutuhan pertanian, output hasil pertnian berupa
sayur dan buah buah buah dalam sekala besar maupun kecil. Kegiatan pemasaran yang berkaitan
dengan produk pertnian dan peternakan.
e. Bisnis finansial
adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal.
f. Bisnis informasi
Menghasilkan keuntungan terutama dari pejualan-kembali properti intelektual (intelellectual property).
g. Utilitas
Mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, dan biasanya didanai oleh pemerintah.
h. Real estate
Usaha yang menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan
properti, rumah, dan bangunan.
i. Bisnis transportasi
Pelaku bisnis dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain
menyediakan alat transportasi.
2
TUGAS CBR
Mata Kuliah :Kewiraushaan
Dosen :Drs. Sarwa, M.T
3
TUGAS CBR
Mata Kuliah :Kewiraushaan
Dosen :Drs. Sarwa, M.T
Kendati usianya baru menginjak 27 tahun, Cokro Anton Wibowo telah menjadi pengusaha
properti terkenal di Palembang, Sumatra Selatan. Di bawah bendera CV Bintang Bangun Persada, ia
berhasil meraup omzet Rp 27 miliar per tahun.
Usia muda dan minim pengalaman, bukanlah halangan untuk terjun ke dunia bisnis. Begitulah
prinsip yang selama ini dipegang Cokro Anton Wibowo, pendiri sekaligus pimpinan CV Bintang
Bangun Persada, perusahaan properti di Palembang, Sumatra Selatan.
Walau umurnya baru 27 tahun, kiprahnya di bisnis properti bisa dibilang luar biasa. Di
usianya yang masih muda, ia telah menghasilkan sejumlah proyek yang cukup terkenal di Kota
Pempek.
Salah satu proyek properti menjadi kebanggaan Cokro adalah Tanah Mas Residence. Kawasan
hunian di Palembang ini dilengkapi wahana wisata air. “Objek wisata air ini satu-satunya yang ada di
Palembang,” kata Cokro bangga.
Wisata air di kompleks hunian tersebut berupa danau buatan seluas 10 hektare. Danau ini
dibekali dengan aneka fasilitas, seperti food court, arena pemancingan, flying fox, dan speedboat.
Bagi penghuni Tanah Mas Residence yang ingin menikmati objek wisata itu tidak dipungut
biaya alias gratis. Tapi, bagi masyarakat umum dikenai biayaRp 5.000 per orang. “Arena ini menjadi
pilihan anak muda dan keluarga di Palembang untuk berakhir pekan,” ungkap Cokro.Cokro mulai
terjun ke bisnis properti saat masih berusia 23 tahun. Tepatnya di tahun 2007 dengan mendirikan CV
Bintang Bangun Persada.
Hingga saat ini, Cokro sudah membangun lebih dari 400 rumah di wilayah Sumatra Selatan.
Berkat prestasinya itu, belum lama ini, pengusaha properti muda asal Bumi Sriwijaya itu dinobatkan
sebagai salah satu pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2011 yang diselenggarakan oleh Bank
Mandiri.
4
TUGAS CBR
Mata Kuliah :Kewiraushaan
Dosen :Drs. Sarwa, M.T
Cokro sukses mengembangkan beragam model dan tipe rumah. Mulai dari rumah minimalis
hingga rumah kategori menengah. Sementara, ukuran rumah yang dia bangun mulai dari tipe 36
hingga 105, dengan harga jual berkisar Rp 150 juta – Rp 900 juta.
Dengan mempekerjakan 100 karyawan tetap serta puluhan tenaga lepas atawa freelance,
Cokro bisa membangun sedikitnya 50 rumah dalam setahun. Dengan mendirikan rumah sebanyak itu,
omzet yang masuk ke kantongnya mencapai Rp 27 miliar per tahun atau sekitar Rp 2,25 miliar
sebulan.
Awalnya, Cokro masih sangat awam dengan bisnis properti. Terlebih, latar belakang
pendidikannya bukan arsitektur atau sejenisnya. Ia hanya menempuh pendidikan sarjana ekonomi di
STIE Musi, Palembang pada tahun 2006 lalu.
Perkenalannya dengan dunia properti di mulai tahun 2005, saat Cokro masih menjalani bisnis
batubata. Saat itulah, ia melihat peluang yang besar di bidang properti.
Seiring berjalannya waktu, keinginan Cokro masuk bisnis properti semakin kuat. Ia mulai
merealisasikan keinginan merambah bisnis properti di tahun 2007.
Awalnya, Cokro masih bermitra dengan perusahaan properti lainnya di Palembang. Dua tahun
berselang atau tepatnya tahun 2009, ia memutuskan untuk menggarap bisnis properti secara mandiri.
“Modal saya nekat dan berani,” cetusnya.
Tapi, pilihannya tidak salah. Terbukti, sejak terjun sendiri, bisnis propertinya kian
berkembang. Cokro Anton Wibowo telah merintis bisnis sejak masih mahasiswa. Bermodal uang
tabungan senilai Rp 50 juta, ia mendirikan usaha pabrik batu bata. Setelah sukses, naluri bisnis
kembali mendorongnya untuk terjun ke bisnis properti.
Cokro Anton Wibowo mulai terjun ke dunia bisnis sejak duduk di semester akhir di Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Musi, Palembang. Ia mengawali bisnis properti sebagai produsen batu
bata.
Ia merintis usaha batu bata dalam skala kecil-kecilan di tahun 2005. Mulanya, ia hanya
menjadi distributor batu bata. Namun, di luar dugaan permintaan batu bata di Palembang sangat besar.
Bahkan, permintaan batu bata sampai melampaui kapasitas produksi.
Maklum, saat itu Palembang didaulat menjadi tuan rumah ajang Pekan Olah-raga Nasional
(PON) tahun 2006. Sebagai tuan rumah, otomatis Palembang banyak melakukan pembenahan dan
pembangunan di bidang infrastruktur. “Alhasil, banyak pengembang yang harus order batu bata dari
kota lain dan harganya jauh lebih mahal,” ujarnya.
Kenaikan permintaan itu membuat Cokro kesulitan memenuhi order. Melihat tingginya
permintaan, ia pun memutuskan untuk memproduksi batu bata sendiri. “Saat itu pembangunan
memang sedang gencarnya di Palembang,” jelasnya.
Berbekal uang tabungan sebesar Rp 50 juta, ia mulai memproduksi batu bata sendiri. Uang
sebesar itu hasil tabungannya semasa masih duduk di bangku sekolah hingga mahasiswa.
Selama menjelang PON itu, ia telah mendistribusikan puluhan ribu bata ke berbagai proyek
pembangunan di Bumi Sriwijaya tersebut.
Setelah ajang PON usai, Cokro tak lantas tenggelam. Bisnis batu batanya justru bertambah
kinclong dan merambah kota lain di luar Palembang, seperti Muara Enim, dan Lahat.
Omzetnya dari berjualan batu bata ini mencapai Rp 200 juta saban bulan. Sukses berbisnis
batu bata tidak membuat Cokro lantas berpuas diri.
5
TUGAS CBR
Mata Kuliah :Kewiraushaan
Dosen :Drs. Sarwa, M.T
Ia pun mulai berpikir untuk terjun ke bisnis yang lebih besar. Tahun 2007, ia memutuskan
menjadi kontraktor dan terlibat langsung di sejumlah proyek besar di Palembang. Ia merambah bisnis
ini dengan mendirikan CV Bintang Bangun Persada.
Meski masih harus berbagi dan berkongsi dengan perusahaan konstruksi lain, Cokro tak
berkecil hati. Ia justru mengamati dan terus belajar tentang dunia konstruksi.
Tekadnya untuk sukses di bisnis semakin kuat. Untuk mewujudkan tekadnya itu, ia pun mulai
menyiapkan aspek legalitas perusahaan serta mencari tenaga SDM yang berkualitas di bidang
arsitektur.
Baru di tahun 2009, ia memutuskan untuk menggarap bisnis properti secara mandiri. Saat itu,
banyak orang yang mencibir dan meragukan kemampuan Cokro di bisnis properti.
Selain dinilai minim pengalaman, beberapa perusahaan properti raksasa asal ibu kota juga
banyak yang gencar berekspansi di Palembang.
Namun, Cokro tak ambil pusing. Cibiran itu dijadikannya cambuk untuk memotivasinya agar
sukses.
“Suara pesimistis itu tak lain karena saya harus langsung berhadapan dengan perusahaan
properti raksasa asal ibu kota yang tengah ekspansi di Palembang,” kisahnya.
Namun, berkat keuletannya berusaha, ia sukses menggeluti bisnis properti. Bahkan, ia berniat
melebarkan sayap usahanya hingga ke luar Palembang.
Setelah sukses menjalani bisnis properti, Cokro merambah bisnis bahan bangunan. Ia
menyulap tempat pembuatan batu bata miliknya menjadi toko bahan bangunan. Ia juga menjadi
distributor keramik dan granit di Palembang.
Sukses berbisnis properti tidak membuat Cokro Anton Wibowo berpuas diri. Sebagai seorang
pengusaha, naluri bisnis tetap saja memanggilnya.Tepat di saat Cokro mulai merambah dunia properti,
saat itu pula pria yang belum genap 28 tahun ini melakukan terobosan dengan menyulap pabrik batu
batanya di Palembang menjadi depot bahan bangunan dengan nama Anton Jaya.
Merambah bisnis bahan bangunan memang tidak susah bagi Cokro. Sebagai pengusaha
properti, ia sudah memiliki jaringan pemasok bahan bangunan.Bisnis bahan bangunan justru saling
melengkapi dengan bisnis propertinya. “Saya pikir membuat sinergi bisnis yang saling menopang satu
sama lain merupakan sesuatu yang menarik,” tandasnya.
Keputusannya merambah bisnis bahan bangunan tidak keliru. Dengan memiliki toko sendiri,
ia tidak bergantung ke orang lain untuk memasok bahan bangunan bagi proyek propertinya. Ia juga
menjadi pemasok material ke pengembang lain.Tak butuh waktu lama, toko material itu semakin
menambah pundi-pundi penghasilan Cokro. Omzet yang masuk ke kantongnya mencapai ratusan juta
per bulan. Melihat besarnya prospek bisnis ini, sejak 2010 lalu, ia memutuskan menjadi distributor
granit dan keramik dari Jakarta.
Awalnya, granit dan keramik itu dipakai sendiri untuk pembangunan propertinya. “Saya
melihat ada peluang pasar granit. Jadi, saya pasarkan juga,” ujarnya.Permintaan keramik dan granit di
Palembang memang tergolong tinggi. Selain memasok ke proyek-proyek perumahan, banyak warga
yang membeli keramik dan granit dalam skala kecil. Maklumlah, banyak rumah warga yang
sebelumnya hanya berlantai semen, kini dipasangi keramik dan granit.
Dalam sebulan, ia mendistribusikan sekitar 10.000 meter keramik dan 2.000 meter granit.
Wilayah pemasarannya bahkan merambah hingga keluar Palembang, seperti Muara Enim, Lahat, dan
Pagaralam.Produk keramik dan granit dari Jakarta itu dibanderolnya mulai dari Rp 30.000 hingga Rp
6
TUGAS CBR
Mata Kuliah :Kewiraushaan
Dosen :Drs. Sarwa, M.T
100.000 per meter. Bisnis distributor ini, Cokro menambah omzetnya hingga setengah miliar rupiah
per bulan.
Meski sukses, Cokro masih berniat untuk terus mengembangkan usahanya. Di bisnis properti,
ia berniat melebarkan usahanya hingga keluar Palembang. “Sekarang masih dalam tahap perencanaan,
mudah-mudahan bisa segera terealisasi,” ujarnya.Sebagai pebisnis, Cokro tidak hanya memikirkan
keuntungan. Ia ingin, bisnis yang dikelolanya juga memberikan dampak sosial bagi lingkungannya. Itu
sebabnya, dari 100 karyawan perusahaannya, sekitar 70% adalah warga sekitar.
Di masa mendatang, ia berharap usahanya akan semakin berkembang. Dengan begitu, ia bisa
menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak untuk masyarakat.Menurutnya, bisnisnya tidak
akan sebesar sekarang tanpa adanya dukungan dari para karyawan. “Ini buah kerja bersama, bukan
saya sendiri,” ucapnya merendah.
SUMBER ISPIRASI :
http://hidupusukses.blogspot.com/2013/11/pentingnya-nilai-tambah-dalam-bisnis.html
https://www.hestanto.web.id/pengalaman-usaha/
http://blogwacanabisnis.blogspot.com/2013/03/macam-macam-bidang-bisnis.html
https://suryaemed.wordpress.com/2014/09/28/inspirasi-cokro-anton-wibowo-dari-bisnis-batu-bata-
cokro-sukses-di-properti/