Anda di halaman 1dari 5

Chapter 3

"Tak semua hal yang kita rencanakan dapat berjalan baik. seperti yang kita alami sekarang. mulus tapi
berakhir patah"

Dering telpon berbunyi menganggu waktu Seorang pria yang kini berdiri sibuk melambaikan tangannya
kearah Mobil yang telah berlalu. jaraknya cukup jauh meninggalkan tempat ia berdiri didepan warung
yang tadinya ia gunakan untuk berteduh bersama seorang gadis yang baru dikenalnya sekitar 30 menit
yang lalu. Dini. nama itu melekat diingatannya. Andini tampak menarik dimata Dani. Seorang gadis yang
tak sengaja ia temui tengah berjongkok di antara hujan yang turun begitu deras, sibuk menyimpulkan
tali sepatu nya yang terlepas. tak memperdulikan dirinya yang kini semakin basah dibuat oleh Hujan.

seorang gadis berseragam SMA berdiri didepannya spontan setelah menyadari kehadiran Dani yang
menyodorkan sebuah payung yang ia kenakan membuat tubuh mungil gadis itu teduh. Mata Dani
melotot kaget, jarak tubuh mereka dekat, dapat ia lihat gadis bernama Dini itu wajahnya memerah
beradu pandangan. setelah menyadari jarak tubuh mereka yang dekat Dini menjauhkan tubuhnya
melangkah kebelakang..

Srett..

spontan lengan Dani meraih pinggang Andini yang kecil,menahan dirinya yang hampir saja jatuh ke
tanah. Payung yang ia kenakan jatuh terlempar ke tanah dibiarkan diterpa angin dan bulir-bulir hujan. Ya
mereka hanya berpandangan satu sama lain. cukup lama mereka bertahan dengan posisi seperti
sekarang. Andini mengerjapkan matanya menatap sosok yang kini wajahnya terasa dekat menatapnya.
Lengan Dani terasa cukup melelahkan menopang tubuh gadis mungil ini. Berat rasanya. tapi
menyenangkan.

Gadis itu melepas lengan Dani menormalkan kembali tubuhnya berdiri. ia menundukan kepalanya
menghindari tatapan Dani yang kini terus memandanginya sambil tersenyum.

Peristiwa itu berkesan bagi Dani. cukup membuatnya tertawa sendiri. ya itu karena Andini.
"Aku ingin bertemu dengannya lagi" batinnya.

ia melihat layar ponsel mengetahui siapa yang tengah menghubunginya. Kak Sania. Kakak tertuanya
yang kini telah bekerja disebuh Rumah Sakit Daerah menelpon mungkin saja menanyakan kembali
keberadaannya.

telepon sudah tersambung. sebuah suara dapat terdengar dari via telepon.

"Sudah habis hujan?" ucapnya dari via telepon.

"Sudah. barusan kak"

"Balik kerumah ya. sudah sore"

"Tenang aja kak. Dani udah besar kok. ini juga mau pulang" ucap Dani dengan santai menanggapi
Kakaknya yang mengkhawatirkan dirinya. memang sudah sore dan seharusnya ia sudah pulang dari tadi
setelah selesai kerja paruh waktu. Ka Sania memutuskan teleponnya. Dani memasukan ponselnya
kedalam saku celana. pulang kerumah dengan jalan kaki. memegang tangkai payungnya berjalan
beringan.

Dani adalah seorang mahasiswa jurusan ekonomi semester 2 disebuah Universitas terbesar di
daerahnya. setiap harinya Dani harus berangkat ke kampus pagi-pagi sekali, setelah pulang kuliah ia
harus bekerja paruh waktu disebuah cafe dekat kampusnya. menambah keuangan keluarganya yang
sedikit kesusahan di tambah mengurangi Kak Sania bekerja membanting tulang. Dani punya seorang
saudara Laki-Laki seumuran dengannya. bisa dikatakan mereka berdua bersaudara kembar.

saat ini saudara merantau di daerah seberang bermodalkan beasiswa sama seperti dirinya. semua orang
mengenal Dani berkat prestasi yang ia raih, bukan hanya terkenal dikalangan setingkatnya saja bahkan
senior diatasnya sangat mengenal Dani. senior perempuan sering mendekatinya ingin mencuri perhatian
Dani. tak ada satupun yang ia sukai dari sekian banyak perempuan yang mengantri. kecuali satu hal yaitu
Andini, gadis yang baru saja ia temui pertama kalinya.
***

sebuah rumah berdiri kokoh tepat menghadap ke pinggiran jalan raya. rumah berukuran sedang dengan
desain sederhana. halaman yang kecil dihiasi beberapa bunga. rumah itu adalah peninggalan satu-
satunya yang diwariskan oleh kedua orang tuanya. tabrakan maut yang menimpa kedua orangtuanya
terjadi sekitar 1 tahun yang lalu. sewaktu itu Dani dan Danu baru saja lulus dari sekolah SMA Pelita
sementara Ka Sania baru saja diterima 2 bulan yang lalu ditempat kerjanya. kejadian itu menjadi
peristiwa memilukan bagi mereka. kehilangan kedua orang tua yang selama ini merawat dari kecil kini
meninggalkan mereka bertiga di dunia, menjalani kehidupan nya masing-masing menjadikan mereka
untuk lebih dewasa dan melakukan semuanya dengan mandiri.

Dani tak mau terus-terusan menangisi kesedihannya,ia harus membuat dirinya kuat agar bisa menjalani
kehidupannya lagi. membuat Ka Sania memperbaiki suasana hatinya menjadi lebih sulit yang ia kira, ka
Sania adalah orang yang memiliki hati yang lembut butuh waktu beberapa minggu bahkan berbulan-
bulan baginya untuk merelakan Ayah dan Ibu pergi. sementara Danu ia terus mencari solusi bagaimana
untuk menyambungkan hidup. mencari beberapa pekerjaan setelah lulus sekolah ia bertekad untuk
membantu keluarganya sekarang yang tengah krisis ekonomi. membuat Dani juga ikut serta.

hingga tiba saatnya pendaftaran masuk Universitas dibuka, Dani melanjutkan pendidikannya disebuah
Universitas tak jauh dari pusat kota sambil mengerjakan pekerjaan paruh waktu. begitu juga dengan
Danu ia melanjutkan kuliahnya dengan biaya yang ia dapatkan dari pekerjaan selama beberapa bulan
setelah kepergiaan ayah dan ibu. Danu mendapatkan beasiswa dari Universitas terkenal di luar daerah
yang mengharuskan dia untuk merantau dan menghidupi kehidupannya sendiri jauh dari jangkauan Ka
Sania dan Dani. ia selalu memberikan kabar mengenai dirinya disana. Ka Sania sangat senang jika kedua
adiknya dapat hidup mandiri.

"Baru nyampe kamu?" tanya Ka Sania yang baru saja keluar dari dapur menyiapkan makanan. "Hujan
disana lama berhentinya ya?" tanya Ka Sania kembali menduga Dani yang kini telat tak seperti biasanya.

"Udah berhenti dari tadi sih. cuma tadi Aku lagi bareng cewek. cuma.." Dani tak selesai bicara Ka sania
menyela pembicaraannya.

"cewek itu lagi Dan?"

"bukan! cewek SMA nggak sengaja tadi ketemu ditengah hujan. Aku bantuin mayungin dia"
"Ohhh..." Ucap Ka Sania Manggut-Manggut. "Ka nia barusan masak. jangan lupa makan ya. kamu kan
capek seharian" Ka Sania menepuk bahunya berlalu meninggalkan Dani. Dani mengiyakan ia masuk
kedalam kamarnya.

"Dani Dani.. segitu kamu ya sampai dikerumunin cewek-cewek" gumam Ka Sania yang dapat didengar
oleh Dani sedikit. Dani hanya tersenyum menggelengkan kepalanya.

Dani bukan cowok yang mempunyai paras tampan, bisa dikatakan lumayan tampan. perilaku Dani yang
baik lah yang membuat banyak orang ingin dekat dengannya. selalu ramah terhadap semua orang,
terutama cewek-cewek banyak yang salah mengira dengan sikap Dani yang Polos.

Ia menghampiri Kak Sania yang sedang duduk di meja makan, menyantap makan malam yang ia buat
tadi. Kak Sania sedang sibuk memperhatikan ponselnya yang sedari tadi menyala. Biasa mungkin urusan
pekerjaan. Dani menggeser Kursi kebelakang membuat ruang untuk ia duduk. mengambil piring dan
sendok yang sudah diletakan di atas meja. meletakan beberapa sendok nasi kedalam piringnya dan tak
lupa juga sebuah lauk pauk disertai tempe goreng khas buatan Ka Sania.

Ka Sania menoleh. "Eh iya Dan" ia baru saja mengingat apa yang terjadi. "Tadi Danu nelpon sama kakak"

"Dia bilang apa?" ucapnya memasukan beberapa nasi kedalam mulut. mengunyah pelan.

"Katanya mau pulang kerumah"

"Ehh?" mata Dani melotot, menghentikan mengunyah makanan. Kak Sania ikutan melotot melihat reaksi
Dani yang berlebihan. "Jangan bilang kalo dia menyerah kuliah disana kak"

Kak Sania menggelengkan kepala ringan. "Apaan sih. nggak betul. katanya cuma ingin pulang sebentar.
dia udah liburan semester Dani"
Dani terkekeh kecil. "Kirain begitu. Awas aja kalo dia sampe segitunya. udah jauh-jauh perginya masa
mau berhenti gitu aja"

"Kak nia juga nggak mau tahu kalo si Danu bisa mikir kek gitu"

mereka berdua beradu dalam makan malam hari ini. masih dengan suasana nyaman, tanpa bising yang
membuat sesak.

setelah makan makan Dani menyiapkan amunisi yang akan ia gunakan esok harinya. yakni beberapa
pakaian ganti untuk bekerja paruh waktu. Mencari uang memang tak semudah yang dipikirkan. kita
ingat kembali bagaimana perjuangan orang tua dalam membuat anaknya sukses, tanpa kerja keras
semua tiada hasilnya. Dani mengambil pelajaran yang selama ini ia alami dalam hidupnya. memang
berat tapi jika dilakukan dengan hati apa yang akan terasa sulit?

To Be Continue

Anda mungkin juga menyukai