Anda di halaman 1dari 7

2.

Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari:
• Ovulasi pelepasan ovum.
• Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum.
• Terjadi konsepsi + pertumbuhan zigot.
• Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus.
• Pembentukan plasenta.
• Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

1. Ovulasi.
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat
mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
a. Proses pertumbuhan ovum (oogenesis).
b. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang
menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan liquor folikuli.
c. Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai
devaskularisasi.
d. Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf ovarium mengeluarkan hormon estogen yang
dapat mempengaruhi:
• Gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium
•Gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi
•Peristaltik tuba makin aktif.
Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju uterus.
e. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang mendadak, ter-jadi proses
pelepasan ovum yang disebut ovulasi.
f. Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbriae) maka ovum yang telah dilepaskan
segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism.
g. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam bentuk
pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi.

2. Spermatozoa.
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
• Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus.
• Menjadi spermatosit pertama.
• Menjadi spermatosit kedua.
• Menjadi spermatid.
• Akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari pancaindra,
hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami
proses mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung
40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc.
Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas.
• Kepala: lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti.
• Leher: penghubung antara kepala dan ekor.
• Ekor: panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat bergerak.
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat
mencapai tuba fallopii. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia wanita dapat hidup
selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi

3. Konsepsi.
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk
zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang mengandung
persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang disebut vitellus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan ke
dalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba:
• Tempat yang paling luas.
• Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia.
• Ovum mempunyai waktu terlama dalam ampula tuba.
e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
• Spermatozoa ditumpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri.
• Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan sebagian dari "liproteinnya"
sehingga mampu mengadakan fertilisasi.
• Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba.
• Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia interna.
• Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta me-ngikis korona radiata
dan zona pelusida dengan proses enzimatik: hialuronidase.
• Melalui "stomata" spermatozoa memasuki ovum. Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam
ovum, ekornya lepas dan tertinggal di luar.
• Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot.
Keseluruhan proses tersebut merupakan mata rantai fertilisasi atau konsepsi.

4. Proses nidasi atau implantasi. 


Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma "vitellus" membangkit kembali kan inti
ovum yang dalam keadaan "metafase".  Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk
anafase dan "telofase" sehingga pronukleus-nya menjadi "haploid".  Pronukleus spermatozoa di
dalam adaan haploid saling berhubungan dengan inti ovum vang kini haploid dan bertemu dalam
pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk "otosom" sedangkan
lainnya sebagai pembawa tanda seks. Wanita selalu resesip dengan tanda seks "kromosom X."
Laki-laki dengan dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X dan kromosom Y. Bila
spermatozoa kromosom X bertemu terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks
Y bertemu terjadi jenis kelamin laki-laki. Itulah sebabnya pihak wanita tidak dapat disalahkan
de-ngan jenis kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami.
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang dalam beberapa jam
telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan
inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh
ruangan dalam ovum yang be- sarnya 100 MU atau 0,1 mm dan disebut stadia morula.
Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel di bagian Tuar morula yang
kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas dalam
pertumbuhannya, mampu mengeluarkan hormon korionik gonadotropin, yang mempertahankan
korpus luteum gravidarum.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terjadi ruangan yang mengan- dung cairan yang
disebut "blastula". Perkembangan dan pertumbuhan berjalan, blastula dengan vili korealisnya
yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk meng- adakan nidasi. Sementara itu fase sekresi
endometrium telah makin gembur dan makin banyak mengandung glikogen yang disebut
desidua.
Sel trofoblas yang meliputi "primer vili korealis" melakukan destruksi en- zimatik-proteolitik,
sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Pro- ses penanaman blastula disebut
nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6 sam- pai 7 setelah konsepsi.
Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi per- darahan yang
disebut tanda Hartman.

3. Pembentukan,pertumbuhan dan pematangan serta hormon plasenta


a. Pembentukan

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang.
Pada blastula penyebaran sel trofoblas yang tumbuh kembang tidak rata, sehingga bagian
blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas
mendestruksi endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili
korealis.

Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan deferensiasi, Sel yang
dekat dengan ruangan eksoselom membentuk "entoderm" dan yolk sac (kantung yolk) sedangkan
sel lain membentuk "ektoderm" dan ruangan amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk di
antara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung yolk. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm,
entoderm, dan meroderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan
yang terdapat antara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.
Pada permulaan kantung yolk berfungsi sebagai pembentuk darah bersama de-ngan
hepar, limpa, dan sumsum tulang. Pada minggu ke dua sampai ketiga terbentuk bakal jantung
dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat
dideteksi pada minggu 6 sampai 8 dengan mempergunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.
Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri umbikalis dan vena umbilikalis. Cabang arteri
dan vena umbilikalis masuk ke vili korealis sehingga dapat melakukan pertukaran nutrisi dan
sekaligus membuang hasil metabolisme yang tidak diperlukan.

Dengan berbagai bentuk implantasi (nidasi) dimana posisi plat embrio berada, akan
dijumpai berbagai variasi dari insersio tali pusat, yaitu insersio sentralis, para sentralis,
marginalis atau insersio vilamentosa.

Vili korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembuluh
darah vena pada hari ke-10 sampai ke-11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio
mendapat tambahan nutrisi dari darah ibu secara langsung. Selanjut- nya vili korealis
menghancurkan pembuluh darah arteri sehingga terjadilah aliran darah pertama reptroplasenter
pada hari ke-14 sampai ke-15 setelah konsepsi.

Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15 ampar 20
kotiledon maternal. Sedangkan dari sudut fetus, maka plasenta akan dibagi menjadi sekitar 200
kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang dan mengambang di tengah aliran darah
untuk menunaikan fungsinya memberikan nutrisi, pertumbuhan, dan perkembangan janin dalam
rahim ibu.

Darah ibu dan darah janin tidak berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan
trofoblas, dinding pembuluh darah janin. Fungsinya dilakukan berdasarkan sistem osmosis dan
enzimatik serta pinositosis. Situasi plasenta demikian disebutkan sistem plasenta-hemokorial.

Sebagian dari vili korealis tetap berhubungan langsung dengan pars basalis desi- dua,
tetapi tidak sampai menembusnya. Hubungan vili korealis dengan lapisan desi- dua tersebut
dibatasi oleh jaringan fibrotik yang disebut lapisan Nitabusch. Melalui lapisan Nitabusch
plasenta dilepaskan pada saat persalinan kala ketiga (kala uri).

Dengan terjadinya nidasi maka desidua terbagi menjadi desidua basalis yang berhadapan
dengan koreon frondusum yang berkembang menjadi plasenta; desidua kapsularis yang menutupi
hasil konsepsi: desidua yang berlawanan dengan desidua kapsularis disebut desidua parietalis;
kelanjutan antara desidua kapsularis dan desidua parietalis disebut desidua reflexa. Vili korealis
yang tumbuhnya tidak subur disebut koreon leaf.
b. Pertumbuhan Dan Perkembangan

a) Perkembangan Trofoblas

Setelah nidasi, trofoblas terdiri atas 2 lapis, yaitu sitotrofoblas dan sinsiotrofblas. Endometrium
atau sel desidua di mana terjadi nidasi menjadi pucat dan besar disebut sebagai reaksi desidua
yang berfungsi sebagai pasokan makanan. Sebagian lapisan desidua mengalami fagositosis oleh
sel trofoblas.

b) Stadium Pre- Lakuna

Pada hari ke-7-8 setelah konsepsi, blastosis tertanam sepenuhnya di dalam endometrium. Embrio
yang terbentuk telah dikelilingi oleh plasenta yang sedang berkembang, dimana pada stadium ini
terdiri daripada dua subtipe asas trofoblas, yaitu sinsiotrofoblas yang berhubungan langsung
dengan jaringan tisu ibu serta sitotrofoblas yang akan berkembang menjadi vili.

c) Stadium Lakuna

Pada hari ke 8-9 pasca-konsepsi, vakuola kecil berisi cairan muncul dalam lapisan
sinsitiotrofoblas, dan merupakan awal lacunar stage. Vakuola tumbuh dengan cepat dan
bergabung membentuk satu lakuna, yang merupakan prekursor pembentukan ruang intervillosa.
Lakuna dipisahkan oleh pita trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya villi berkembang.
Pembentukan lakuna membagi trofoblas kedalam 3 lapisan, yaitu: (1) Plat korion primer (sebelah
dalam), (2) sistim lakuna yang akan membentuk ruang intervillosa bersama trabekula yang akan
menjadi anchoring villi serta perkembangan cabang yang akan membentuk floating villi, dan (3)
plasenta bagian maternal yang terdiri dari trofoblas yang akan membentuk plat basal. Aktifitas
invasif lapisan sinsitiotrofoblas menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium
(kapiler, arteriole dan arteria spiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah -
pembuluh darah ini dilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu. Pada
perkembangan selanjutnya lakuna yang baru terbentuk bergabung dengan lakuna yang telah ada
dan dengan demikian terjadi sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai terbentuknya
“hemochorial” placenta, dimana darah ibu secara langsung meliputi trofoblas.

d) Stadium Villi

Stadium ini bermula dari hari ke-12 setelah konsepsi dan merupakan stadium pembentukan vili
yang telah diterangkan dengan jelas pada pendahuluan referat ini.

e) Invasi ateri spiralis

Pada awalnya, trofoblas endovaskular memasuki lumen arteri spiralis membentuk plak.
Kemudian, ia merusakkan endotelium vaskular secara mekanisme apoptosis, menginvasi dan
melakukan modifikasi pada media pembuluh darah. Akhirnya, menyebabkan fibrin
menggantikan otot polos dan jaringan tisu melapisi vaskular. Proses invasi ini melibatkan dua
fase, pertama berlaku sebelum minggu ke-12 setelah fertilisasi yang hanya melibatkan setinggi
batas desidua dan miometrium, dan fase kedua berlaku diantara minggu ke 12-16 dan melibatkan
invasi segmen intramiometrium arteri spiralis. Proses ini mengubah lumen ateri yang sempit, dan
berotot kepada pembuluh darah uteroplasenta yang lebih berdilatasi dan kurang resistensi.

f) Pembentukan Sirkulasi Utero-fetoplasental

Pada akhir trimester pertama, plak trofoblas menjadi lama dan darah ibu masuk ke rongga
intervili membentuk aliran darah arteri pertama ke plasenta. Aliran masuk bermula pada bagian
atas plasenta yaitu bagian yang lebih dekat dengan epitelium endometrium. Disebabkan bagian
ini berkembang paling akhir berbanding bagian bawah yang mulai berkembang sejak awal
setelah implantasi, maka plak yang terbentuk lebih senang untuk dipenetrasi oleh sel darah. Pada
stadium ini, vili plasenta akan berdegenerasi menjadi lebih luas dan krion menjadi lebih licin.
Regresi ini kemudian menyebabkan pembentukan membran fetus atau korion leave dan bagian
selebihnya menjadi korion frondosum- yaitu bentuk definit cakera plasenta.

g) Pematangan plasenta

Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan, ditandai dengan terjadinya
proses degeneratif pada plasenta. Proses ini meliputi komponen ibu maupun janin. Perubahan
pada villi meliputi : 1),. Pengurangan ketebalan sinsitium dan munculnya simpul sinsitium
(agregasi sinsitium pada daerah kecil pada sisi villi, 2). Hilangnya sebagian sel-sel Langhan’s,
3). Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel Hofbauer, 4) obliterasi beberapa pembuluh darah
dan dilatasi kapiler, 5). Penebalan membrana basalis endotel janin dan sitotrofoblas, dan 6)
deposit fibrin pada permukaan villi. Perubahan pada desidua berupa deposit fibrinoid yang
disebut lapisan Nitabuch pada bagian luar sinsitiotrofoblas, sehingga menghalangi invasi desidua
selanjutnya oleh trofoblas . Pada ruang intervillus juga terjadi degenerasi fibrinoid dan
membentuk suatu massa yang melibatkan sejumlah villi disebut dengan white infarct, berukuran
dari beberapa milimeter sampai satu sentimeter atau lebih. Klasifikasi atau bahkan pembentukan
kista dapat terjadi daerah ini. Dapat juga terjadi deposit fibrin yang tidak menetap yang disebut
Rohr‟s stria pada dasar ruang intervillus dan disekitar villi.

c. Hormon Plasenta

Plasenta adalah tempat pembuatan hormon-hormon, khususnya korionik gonadotropin, korionik


somato-mammotropin (placental lactogen), estrogen, dan progesteron. Korionik tirotopin dan
relaksin juga dapat diisolasi dari jaringan plasenta.

(a) Gonadotropin Korion

Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta pertama yang dapat terukur adalah
gonadotropin korion (hCG). Pada minggu-minggu pertama kehamilan, memuncak pada
kehamilan sepuluh minggu dan kemudian lahan-lahan menurun pada trimester ketiga hingga satu
minggu post partum hCG tidak ditemukan lagi di dalam serum dan air kencing. Fungsi hCG
adalah untuk mempertahankan korpus luteum yang membuat estrogen dan progesteron sampai
saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup estrogen dan progesteron.

(b) Laktogen Plasenta

Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan suatu protein hipofisis, disebut
laktogen plasenta (hPL) atau somatomamotropin korion (hCS). hPL terdeteksi pada trofoblas
muda, namun kadar serum yang dapat dideteksi belum tercapai hingga minggu kehamilan ke 4-5.
hPL adalah suatu protein yang serupa dengan hormon pertumbuhan (GH) dan memiliki ciri-ciri
struktural yang mirip dengan prolaktin (PRL). Meskipun tidak jelas terbukti sebagai agen
mamotropik, hPL ikut berperan dalam perubahan metabolisme glukosa dan mobilisasi asam
lemak bebas; menyebabkan respons hiperinsulinemik terhadap beban glukosa; dan berperan
dalam terjadinya resistensi insulin perifer yang khas pada kehamilan.

(c) Hormon-hormon Steroid Plasenta

Sangat berbeda dengan kemampuan sintesis yang mengagumkan dalam produksi protein
plasenta, maka plasenta tidak terlihat memiliki kemampuan mensintesis steroid secara mandiri.
Semua steroid yang dihasilkan plasenta berasal dari prekursor steroid ibu atau janin. Namun
begitu, tidak ada jaringan yang dapat menyerupai sinsitiotrofoblas dalam kapasitasnya mengubah
steroid secara efisien. Aktivitas ini dapat terlihat bahkan pada blastokista muda, dan pada
minggu ketujuh kehamilan, yaitu saat korpus luteum mengalami penuaan relatif, maka plasenta
menjadi sumber hormon-hormon steroid yang dominan seperti Progesteron dan Estrogen.

4.

Anda mungkin juga menyukai