Anda di halaman 1dari 1

Nama : Iqbal Fajri Syamsi Dhuha

NIM : 18105030082

Relasi Ontologis Tuhan dan Manusia

Pembahasan yang dibawakan penulis dalam bab kali ini membawa kita untuk
berkenalan dan mengenali beberapa perbedaan antara weltaunschauung Al-Quran dan
weltanschauung bangsa Arab pra islam. Pada bagian awal penulis memberikan penjelasan
mengenai weltanschauung Arab pra islam. Pada bagian tersebut penulis menggunakan
beberapa syair yang masyhur sebagai rujukan untuk mengemukakan pendapatnya.

Pada bab ini kita diajak penulis untuk menelusuri beberapa hal tentang hal-hal yang
gaib, seperti kematian, kehidupan setelah kematian dan akhirat. Jika kita melihat penjelasan
yang ada di buku, Arab pra islam sebenearnya telah mengenal Allah akan tetapi bukan
menjadi hal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap weltanschauung Arab jahiliyah.
Selain itu, dalam bab ini juga dibahas mengenai konsep kematian yang dipercaya oleh bangsa
Arab pra islam. Arab jahiliyah menempatkan kematian sebagai sebuah hal yang penting.
Konsep kematian yang dipercaya oleh Arab jahiliyah memiliki perbedaan dengan konsep
kematian yang dibawa Al-Quran.

Arab jahiliyah meyakini adanya dahr yang menjadi penguasa tirani dalam kehidupan.
Sedangkan dalam Al-Quran menempatkan Allah diatas segala yang terjadi dalam kehidupan,
termasuk kematian. Arab jahiliyah tidak mempercayai adanya kehidupan setelah kematian
sedangkan Al-Quran membawa konsep yang berbeda yaitu setelah kematian akan ada sebuah
masa kehidupan yang lebih kekal.

Ada beberapa catatan yang saya temukan dalam bab ini, pertama penyebutan
sombong sebagai salah satu dosa besar. Padahal jika dilihat dari pembahasan yang sedang
dibahas, rasanya kata murtad lebih tepat. Karena dalam kalimat sebelumnya disebutkan
“ Seorang muslim yang kehilangan perasaan kemakhlukannya, akan berhenti sebagai muslim
dalam arti yang sesungguhnya “ secara konteks kalimat tersebut mengisyaratkan kepada
konsep kemurtadan.

Anda mungkin juga menyukai