Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ILMU MA’ANIL QURAN


“IKHSAN, ILM, HUBB, HUDA”

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Muhammad M.A

PENYUSUN :
Latifah Dwi Nur Aisa 18105030028
Fakhri Naufal Zuhdianto 18105030040
Hanif Fadhlurohman 18105030039

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi allah tuhan semesta alam.
Atas segala karunia hidayah rahmat serta nikmatNya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya. Makalah yang berjudul “ ikhsan.,
ilm, hubb, huda “ di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Tarikh Al-Qur’an yang di ampu oleh Prof. Dr. Muhammad. M.A

Makalah ini berisi tentang makna dasar dan makna relasional beberapa
kata dalam Al-Quran yaitu ikhsan, ilm, hubb, huda. Meski telah disusun secara
maksimal, namun kami penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Karenanya kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan kami maklah ini dapat membantu teman teman dalam
memahami tentang kata ikhsan, ilm, hubb dan huda dalam Al-Quran dengan
segala makna dasar dan makna relasionalnya sebagaimana mestinya

Yogyakarta, Februari 2020

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................III

BAB I.......................................................................................................................5

PENDAHULUAN...................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.........................................................................................6

C. Tujuan..............................................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

PEMBAHASAN......................................................................................................7

A. Ikhsan............................................................................................................7

B. Ilm...............................................................................................................13

C. Hubb............................................................................................................19

D. Huda............................................................................................................26

BAB III..................................................................................................................30

PENUTUP..............................................................................................................30

Kesimpulan.........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

III
IV
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qura’n dengan kekayaan maknanya membutuhkan berbagai macam


penafsiran. Ia sholihun likulli zaman wa makan, temporal, lokalitas, universal.
Sebagai umat islam yang menggunakan Al-Quran sebagai pedoman hidup, kita
harus mengrti betul makna atau pesan yang disampaikan oleh Al-Quran yang
turun pada abad ke 7 ini. Sehingga salah satu sifat Al-Quran yakni temporal
tetap bisa dikaitakan dengan kehidupan kita hingga kapaun.

Tetntunya banyak cabang-cabang keilmuan yang membahas engenai


pemaknaan Al-Quran, tak sedikit pula ilmuwan yang begulat dan mendalami
dunia tersebut. Dengan berbagai bekal pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
memadahi maka seseorang ersebut dapat saja metafsirkan Al-Quran, tentunya
dengan pertimbangan dan syarat- syarat tertentu.

Ilmu yang akhir-akhir ini masyhur diteling kita mengenai pemaknaan Al-
Quran adalah ilmu Hermeneutika Al-Quran, dimana pemaknaan Al-
Qurandisesuaikan dengan kondisi zaman saat ini. Selain mengkonteks tasikan
Al-Qurang dengan masa kini, pentinghalnya mengungkap makna
sesungguhnya pada massa itu. Saah satu caranya adalah menggunakan cabang
keiluamn ma’anil Al-Quan. Dimana kita hanya menyingkap maknya yang
tersembuyi di dalamnya tanpa emngkonteks tasikannya.

Apakah ini penting? Ya tentu saja, karena selama kita hidup di dunia ini
Al-Quran adalah pedomannya, bagaimana ketika kita hendak berjalan namun
tidak mengerti arah? Pasti tersesat, begitu pula dengna mempelajari ma’anil
Quran. Nah dalam makalah kami kali ini akan membahas mengenai ilm,
ikhsan, hubb, huda

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna insan,ilm,hubb dn huda?
2. Bagaimana kata-kata iksan, ilm, hubb, huda digunakan dalam Al-Quran?

C. Tujuan
1.untuk mengetahui makna insan,ilm,hubb dn huda?

2. untuk mengetahui kata-kata iksan, ilm, hubb, huda digunakan dalam Al-
Qura

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ikhsan
1. Pengertian ikhsan
Kata ‫ان‬DD‫ أحس‬berasal dari kata ‫ أحسن‬yang maknanya adalah berbuat
baik, perbuatan baik dan melakukan dengan baik. Menurut pengertian
isitilah adabeberapa definsi yang diberikan oleh ulama yaitu: Syeikh
Muhammad Amin Al-Kurdi, Ihsan ialah selalu dalam keadaaandiawasi oleh
allah dalam segala ibadah yang dikandung di dalam iman dan islam
sehinggga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena allah.
Sedangkan menuurt Imam An-Nawawi ihsan adalah ikhlas dalam beribadah
dan seorang hamba merasa selalu diawasi oleh tuhan dengan penuh khusuk.
Di dalam Al-Qur’an kata ihsan dipergunakan sebanyak kurang lebih
166 kali, yang secara bergantian menggunakan bahasa/diksi husna, hasanah,
hasanat, ahsana, ahsanu, yuhsinun, ahsantum, muhsinin, dan ahsin.
1. Hasanan (‫)حسنا‬
Di dalam Surat Al-Baqoroh 2: 245

َ ِ‫اعفَهُ لَهُ َأضْ َعافًا َكث‬


ۚ ً‫يرة‬ ِ ‫ض‬َ ُ‫َم ْن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرضُ هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬
َ‫َوهَّللا ُ يَ ْقبِضُ َويَ ْب ُسطُ َوِإلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman


yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang
banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Di dalam Tafsir al-Mishbah, karya dari Prof Quraish Shihab, beliau


menjelaskan penafsiran ayat ini sebagai berikut:

7
“Berjuang di jalan Allah memerlukan harta, maka korbankanlah
harta kalian. Siapa yang tidak ingin mengorbankan hartanya, sementara
Allah telah berjanji akan membalasnya dengan balasan berlipat ganda?
Rezeki ada di tangan Allah. Dia bisa mempersempit dan memperluas
rezeki seseorang yang dikehendaki sesuai dengan kemaslahatan. Hanya
kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan, lalu dibuat perhitungan atas
pengorbanan kalian. Meskipun rezeki itu karunia Allah dan hanya Dialah
yang bisa memberi atau menolak, seseorang yang berinfak disebut
sebagai 'pemberi pinjaman' kepada Allah. Hal itu berarti sebuah
dorongan untuk gemar berinfak dan penegasan atas balasan berlipat
ganda yang telah dijanjikan di dunia dan akhirat.”
Yang dimaksud ‫نًا‬DDDD‫ا َح َس‬DDDD‫ض‬
ً ْ‫ قَر‬adalah ketika seseorang rela
mengorbankan hartanya dengan jalan infak. Orang yang demikian ini
ibarat orang yang meminjami Allah dan baginya kelak dijanjikan Allah
berupa kelipatan pahala yang banyak baik didunia maupun di akhirat.

2. Ahsantum (‫)احسنتم‬
Surat al isra’ 17:7

‫ِإ ْن َأحْ َس ْنتُ ْم َأحْ َس ْنتُ ْم َأِل ْنفُ ِس ُك ْم ۖ َوِإ ْن َأ َسْأتُ ْم فَلَهَا ۚ فَِإ َذا َجا َء َو ْع ُد اآْل ِخ َر ِة لِيَسُو ُءوا‬
‫ُوجُوهَ ُك ْم َولِيَ ْد ُخلُوا ْال َم ْس ِج َد َك َما َدخَ لُوهُ َأ َّو َل َم َّر ٍة َولِيُتَبِّرُوا َما َعلَوْ ا تَ ْتبِيرًا‬

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu
sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu
untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang
kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu
mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika
mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja
yang mereka kuasai.”

8
“Bila kalian berbuat baik dan taat kepada Allah, maka kebaikan itu
adalah untuk diri kalian di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian berbuat
maksiat, maka sebenarnya kalian telah merusak diri kalian sendiri.Ketika
datang waktu pembalasan dari perbuatan jahat kalian yang terakhir–dari
dua kali kejahatan yang telah kalian lakukan dalam membuat kerusakan
di muka bumi–maka Kami datangkan musuh-musuh kalian untuk
menorehkan bekas kejahatan, kehinaan dan kepedihan yang
menyuramkan wajah-wajah kalian. Dan pada akhirnya mereka masuk
Masjid Bayt al-Maqdis lalu merusaknya seperti pada kali pertama.
Mereka juga akan memusnahkan apa yang mereka kuasai dengan
sehabis-habisnya.

3. Hasanah(‫)حسنة‬
Surah Al Imran 3:120

‫ص ْب ُك ْم َسيَِّئةٌ يَ ْف َرحُوا بِهَا ۖ َوِإ ْن‬ ِ ُ‫ِإ ْن تَ ْم َس ْس ُك ْم َح َسنَةٌ تَ ُسْؤ هُ ْم َوِإ ْن ت‬


ٌ‫تَصْ بِرُوا َوتَتَّقُوا اَل يَضُرُّ ُك ْم َك ْي ُدهُ ْم َش ْيًئا ۗ ِإ َّن هَّللا َ بِ َما يَ ْع َملُونَ ُم ِحيط‬

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati,


tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.
Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun
tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”

Jika kalian semua mendapat kesenangan seperti kemenangan dan


harta rampasan perang, mereka semua bersedih. Dan bila kalian tertimpa
bencana seperti kekeringan dan kalah perang, mereka semua bergembira.
Tetapi apabila kalian semua tegar menghadapi kejahatan mereka dan
selalu menghindari larangan untuk menjadikan mereka sebagai penolong,
sama sekali tidak akan membahayakan kalian tipu daya dan permusuhan

9
mereka. Karena Allah subhanahu wa ta’ala Maha Mengetahui tipu daya
yang mereka lakukan. Dari situ, mustahil Dia tidak mampu untuk
menahannya dari kamu sekalian.

4. Muhsinin
Surah Ali Imran 3:134

ِ َّ‫اظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬


ۗ ‫اس‬ ِ ‫ضرَّا ِء َو ْال َك‬
َّ ‫الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬
َ‫َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.”

Mereka adalah orang-orang yang membelanjakan hartanya, baik


dalam keadaan cukup, kurang, mampu maupun tidak mampu, demi
mendapatkan perkenan Allah.Kemudian, di samping itu, juga menahan
marah sehingga tidak sampai membalas terutama kepada orang yang
berbuat tidak baik kapada mereka, bahkan memaafkannya. Mereka itu
termasuk orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah akan selalu memberi
pahala dan perkenan-Nya kepada orang-orang seperti ini.

5. Yuhsinun
Surah Al-Kahfi 18:104

ُ َ‫ض َّل َس ْعيُهُ ْم ِفي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهُ ْم يَحْ َسبُونَ َأنَّهُ ْم يُحْ ِسنُون‬
‫ص ْنعًا‬ َ َ‫الَّ ِذين‬
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya.”

10
Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam menghimpun
kebaikan di dunia, mereka melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan perbuatan yang diridai Allah dan mereka menyangka bahwa
mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya. Kemudian ternyata mereka
telah berbuat keliru dan menempuh jalan yang sesat sehingga amal
perbuatan yang telah mereka kerjakan itu tidak memberi manfaat sedikit
pun bagaikan debu yang terbang habis dihembus angin.
Yang dimaksud Mereka adalah orang-orang yang rusak amal
perbuatannya dalam kehidupan dunia karena keyakinan mereka yang
tidak benar, sementara mereka masih menyangka telah berbuat dengan
sebaik-baiknya.
Ikhlas berasal dari kata khalasa-yakhlusu-khulusan/khalasan yang
berati murni,tidak tercampur.1

َ ‫َخلَص الشيء بالفتح يَ ْخلُص ُخلُوصا ً وخَ الصا ً ِإذا كان قد نَ ِش‬
‫ب ثم‬
‫نَجا و َسلِم‬
“sesuatu itu murni” berarti sesuatu itu tadinya tercampur
kemudian terpisah.”

Ikhlas secara istilah adalah memurnikan ibadah hanya karena Allah


SWT dan tidak mencampurkan tendensi selain hanya kepada-Nya.2
Ikhlas merupakan sikap batiniyah, maka tempatnya adalah hati.
Oleh karena itu ia berhubungan dengan al-qasdu (tujuan) dan niat. Jika
tujuan dan niat dalam hati seseorang yang beribadah khusus karena Allah
SWT, maka orang tersebut di sebut mukhlis dan pekerjaanya di nilai
ikhlas.
2. Kata ikhlas dalam Al-Qur’an

1
Ahmad W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, ... , hlm.
359.
2
Ensiklopedi al-Qur’an: Dunia Islam Modern, ... , jilid 2, hlm. 372.

11
Kata ikhlas dari berbagai bentuknya di dalam Al-Qur’an di sebut
sebanyak 31 kali dalam 17 surah, yaitu al-Baqarah: 94,139 ; an-Nisa: 146;
al-An’am: 139; al-A’raf: 29,32; Yunus: 24,54,80; al-Hijr: 40; an-Nahl: 66;
Maryam: 51; al-Ankabut: 65; Luqman: 32; al-Ahzab: 50; as-Saffat:
40,74,128,160,169; Sad: 46 (2x),83; az-Zumar: 2,3,11,14; al-Mu’min:
14,65; dan al-Bayyinah:5.3
3. Ragam makna kata-kata Ikhlas dari berbagai bentuknya yang terdapat di
dalam Al-qur’an
a. Ikhlas yang bermakna menyendiri, terdapat dalam QS Yusuf: 80)

َ َ‫ُوا ن َِج ٗيّ ۖا ق‬


‫ال َكبِي ُرهُمۡ َألَمۡ ت َۡعلَ ُم ٓو ْا َأ َّن َأبَا ُكمۡ قَ ۡد‬ ْ ‫ُوا ِم ۡنهُ َخلَص‬
ْ ‫ٱستۡ‍َئَس‬
ۡ ‫فَلَ َّما‬
‫ُفَ فَلَ ۡن َأ ۡب َر َح‬ۖ ‫َأخَ َذ َعلَ ۡي ُكم َّم ۡوثِ ٗقا ِّمنَ ٱهَّلل ِ َو ِمن قَ ۡب ُل َما فَرَّطتُمۡ فِي يُوس‬
ۡ ‫ض َحتَّ ٰى يَ ۡأ َذنَ لِ ٓي َأبِ ٓي َأ ۡو يَ ۡح ُك َم ٱهَّلل ُ لِيۖ َوهُ َو‬
٨٠ َ‫خَي ُر ۡٱل ٰ َح ِك ِمين‬ َ ‫ٱَأۡل ۡر‬

“Maka tatkala mereka berputus asa dari pada (putusan) Yusuf


mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. Berkatalah
yang tertua diantara mereka: "Tidakkah kamu ketahui bahwa
sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama
Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu aku
tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan
kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku.
Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya"

b. Ikhlas yang bermakna mensucikan dan akhlak yang tinggi, terdapat


dalam QS Sad: 46).

٤٦ ‫ار‬ َ ِ‫ص ٰنَهُم بِخَ ال‬


ِ ‫ص ٖة ِذ ۡك َرى ٱل َّد‬ ۡ َ‫ِإنَّٓا َأ ۡخل‬

3
M. Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfazhi al-Qur’an al-Karim, ... ,
hlm. 238.

12
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”

c. Ikhlas yang bermakna memilih, terdapat dalam QS Yusuf: 54.

‫ك ۡٱليَ ۡو َم‬ َ َ‫صهُ لِن َۡف ِسيۖ فَلَ َّما َكلَّ َمهۥُ ق‬
َ َّ‫ال ِإن‬ ۡ ِ‫ك ۡٱئتُونِي بِ ِٓۦه َأ ۡست َۡخل‬ُ ِ‫ال ۡٱل َمل‬
َ َ‫َوق‬
٥٤ ‫ين‬ ٞ ‫ين َأ ِم‬
ٌ ‫لَد َۡينَا َم ِك‬

“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-
cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi
kami"

d. Iklhas yang bermakna bersih, terdapat dalam QS An-Nahl: 66.

ۖ
ٖ ‫َوِإ َّن لَ ُكمۡ فِي ٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم لَ ِع ۡب َر ٗة نُّ ۡسقِي ُكم ِّم َّما فِي بُطُونِ ِهۦ ِم ۢن بَ ۡي ِن فَ ۡر‬
‫ث َود َٖم لَّبَنًا‬
٦٦ َ‫صا َسٓاِئ ٗغا لِّل ٰ َّش ِربِين‬ ٗ ِ‫خَ ال‬

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat


pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang
berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan
darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”

B. Ilm
Salah satu masalah pokok yang banyak dibicarakan oleh Al-Qur’an
adalah ilmu (‘ilm). Kata ilmu mempunyai padanan dalam berbagai bahasa yang
di Indonesia sudah menjadi bahasa sehari-hari berkaitan dengan pengetahuan
umum, Dalam bahasa Inggris adalah science. Dalam ensiklopedia Indonesia

13
dijelaskan bahwa ilmu itu merupakan suatu system dari berbagai pengetahuan
yang masing-masing mengenai suatu lapangan tertentu yang disusun
sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu hingga menjadi kesatuan system
dari berbagai pengetahuan yang masing-masing diperoleh melalui metode
tertentu secara teliti, baik induksi maupun deduksi.4 Ilmu didefenisikan sebagai
sejenis pengetahuan, tetapi bukan sembarang pengetahuan, melainkan
pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu, berdasarkan
kesepakatan diantara para ilmuwan. ‘Ilm bermakna pengetahuan karena
pengetahuan menjadikan seseorang berbeda dan istimewa jika dibandingkan
dengan seseorang yang tak mengetahui.

Quraish Shihab memberi makna ‘ilm dari segi bahasa bererti ‘kejelasan’,
karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan
seperti kata‫ علم‬dan ‫ اعالم‬berbeda dengan ‘arafa (mengetahui) dan ma’rifah
(pengetahuan).5 Frans Rosental menyatakan bahwa ilmu tidak bisa diartikan
begitu saja dengan pengetahuan. Ia mengemukakan : “Dalam bahasa Arab
biasa, ‘ilm dapat digantikan pengertiannya dengan ‘pengetahuan’ (knowledge).
Sungguhpun begitu, ‘pengetahuan’ mengandung kekurangmampuan dalam
mengekspresikan semua kenyataan dan perasaan yang terkandung dalam kata
‘ilm. Karena ‘ilm adalah salah satu dari sekian konsep yang mendominasi
dunia Islam dan telah membentuk dan memberi ciri khusus dalam segala
kompleksitasnya peradaban Islam”.6

Term ilmu (‫)علم‬yang terdiri dari huruf ‘ain, lam dan mim diartikan
sebagai segala yang menunjukkan kepada bekas atau yang memiliki
keistimewaan. Pengertian ini, berdasar pada pernyataan Ibn Zakariyah, yakni :
Secara leksikal, term ilmu tersebut merupakan bentuk mashdar dari ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman yang mempunyai arti denotatif. Sedangkan pengertian ilmu
secara istilah menurut alRaghib al-Ashfahani adalah mengetahui esensi dari

4
T.S.C. Mulia dan K.A.H. Hidding, Ensiklopedia Indonesia (td), h.
5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Cet. II; Bandung ; Mizan, 1996), h. 434.
6
Frans Rosental, Knowledge Triumphant : The Concept of Knowledge in Medieval
Islam (Leiden : E.J. Brill, 1970).

14
sesuatu yang dari segi obyeknya terdiri atas dua, yakni : pertama, mengetahui
zat sesuatu; kedua, menetapkan sesuatu berdasarkan ada atau tidak adanya
sesuatu yang lain.7

Ilmu dalam pengertian yang pertama sebagaimana defenisi diatas,


merujuk pada QS. Al-Anfal (8) : 60 dan , yakni :

 ‫يَ ْعلَ ُمهُ ْم‬ ُ ‫آخَرينَ ِم ْن ُدونِ ِه ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَهُ ُم هَّللا‬
ِ ‫َو َع ُد َّو ُك ْم َو‬

“…..Dan musuh-musuhmu serta orang-orang selain mereka yang kamu


tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.”

Ilmu dalam pengertian yang kedua, merujuk pada QS. al-Mumtahana


(60) : 10, yakni :

 ‫فَِإ ْن‬ ۖ ‫ت فَٱ ْمت َِحنُوهُ َّن ۖ ٱهَّلل ُ َأ ْعلَ ُم بِِإي ٰ َمنِ ِه َّن‬
ٍ ‫ت ُم ٰهَ ِج ٰ َر‬ُ َ‫ِإ َذا َجٓا َء ُك ُم ْٱل ُمْؤ ِم ٰن‬

ِ َّ‫ت فَاَل تَرْ ِجعُوهُ َّن ِإلَى ْٱل ُكف‬


‫ار‬ ٍ َ‫َعلِ ْمتُ ُموهُ َّن ُمْؤ ِم ٰن‬
“...apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih
mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui
bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan
mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir”.

Pengertian ilmu dalam ayat yang pertama dikutip di atas, berkaitan


langsung dengan zat yang akan diketahui, yaitu musuh-musuh yang tidak atau
belum diketahui itu. Jadi, bukan sifat atau ciri-ciri mereka. Sebab, sifat dan
ciri-ciri mereka telah diketahui, yaitu munafik (mereka juga melakukan
sembahyang, puasa dan mengucapkan kalimat syahadat). Sedangkan

7
Al-Raghib al-Ashfahani, Mufradat Alfash al-Qur’an (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), h. 580.

15
pengertian ilmu dalam ayat selanjutnya, mengandung pesan agar melakukan
pengujian terhadap perempuan-perempuan yang berhijrah dari Mekkah
meninggalkan suaminya yang musyrik dengan cara mencari tanda-tanda, atau
indikasi-indikasi yang ada padanya yang dapat menunjukkan bahwa yang ada
padanya yang dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan benar-benar
perempuan yang beriman. Jadi, ilmu dalam ayat ini tidak berkaitan langsung
dengan zatnya, tetapi berkaitan dengan suatu sifat atau keadaan yang menyertai
(melekat) pada zat tersebut.8

Abd. Muin Salim mengemukakan dua term pengetahuan dalam Al-


Qur’an, yaitu : ‫ علم‬dan ‫ معرفة‬sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an
surah Yusuf (12) : 58 :

َ‫َو َجا َء ِإ ْخ َوةُ يُوسُفَ فَ َدخَ لُوا َعلَ ْي ِه فَ َع َرفَهُ ْم َوهُ ْم لَهُ ُم ْن ِكرُون‬
“Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke
(tempat) nya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi)
kepadanya.”

Dari sini dipahami istilah ma’rifah berkonotasi “persepsi” yang dimiliki


seseorang, sedang ‘ilm dipergunakan dalam beberapa arti yakni ‘ilm yang
dinisbahkan kepada Allah sebagaimana firman-Nya dalam QS. Hud (11) : 14 :

َ‫نز َل بِ ِع ْل ِم ٱهَّلل ِ َوَأن ٓاَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ۖ فَهَلْ َأنتُم ُّم ْسلِ ُمون‬‫ُأ‬ ۟ ۟
ِ ‫فَِإلَّ ْم يَ ْستَ ِجيبُوا لَ ُك ْم فَٱ ْعلَ ُم ٓوا َأنَّ َمٓا‬
“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu
(ajakanmu) itu Maka (Katakanlah olehmu), “Ketahuilah, sesungguhnya Al
Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan
selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? “

8
Disadur dari Ensiklopedia Al-Qur’an (Jakarta : Yayasan Bimantara, 1997), h. 150.

16
Kemudian ‘ilm yang dinisbahkan kepada manusia sebagaimana firman-
Nya dalam QS. Al-Naml (27) : 40 :

َ ‫ب َأنَا آتِيكَ بِ ِه قَ ْب َل َأن يَرْ تَ َّد ِإلَ ْي‬


َ ُ‫ك طَرْ ف‬
‫ك‬ ِ ‫قال الَّ ِذي ِعن َدهُ ِع ْل ٌم ِّمنَ ْال ِكتَا‬
َ
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, “Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”

Jika pengertian ilmu ditelusuri lebih lanjut melalui ayatayat Al-Qur’an,


disana disebutkan term ilmu atau al-‘ilm sebanyak 105 kali. Bahkan, angka
sebanyak ini semakin bertambah jumlahnya menjadi 744 kali bila disertakan
derivasinya.9 Term-term ilmu dan derivasinya dalam Al-Qur’an dapat dirinci
sebagai berikut : term ‘alima disebut 35 kali; term ya’lamu disebut 215 kali;
term i’lam disebut 31 kali; term yu’lamu disebut 1 kali; term ilm disebut 105
kali; term ‘;alim disebut 18 kali; term ma’lum disebut 13 kali; term alamin
disebut 73 kali; term ‘alam disebut 3 kali; term a’lam disebut 49 kali; term
‘alim atau ulama disebut 163 kali; term ‘allama disebut 4 kali; term a’lama
disebut 12 kali; term yu’limu disebut 16 kali; term ‘ulima disebut 3 kali; term
mu’lam disebut 1 kali; dan term ta’alama disebut 2 kali.

Pengertian atau makna-makna ilmu dengan segala derivasinya dalam


sederetan ayat yang disebutkan di atas, sebagian akan dijadikan lampiran pada
halaman terakhir makalah ini. Sedangkan terminologi ilmu dalam Al-Qur’an
(tanpa derivasi) yang disebutkan sebanyak 150 kali tersebut, mengandung
empat pengertian10, yakni :

1. Pengetahuan yang dinisbatkan kepada Allah. Jenis ini hanya dapat


diketahui oleh Allah sendiri. Keberadaan pengetahuan ini disebut
dalam QS. Hud (11) : 14, yakni

9
Muhammad Fu’ad ‘Abd. Al_Baqy, alMu’jam al-Mufahras li Alfash al-Qur’an al-
Karim (Beirut : Dar al-Fikr, 1992), h. 596-610).
10
Pengertian ilmu dalam empat batasan tersebut, merujuk pada hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh H. Abd. ruin Salim, op.cit., h. 1819

17
‫نز َل بِ ِع ْل ِم ٱهَّلل ِ َوَأن ٓاَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ۖ فَهَلْ َأنتُم‬‫ُأ‬ ۟ ۟
ِ ‫فَِإلَّ ْم يَ ْست َِجيبُوا لَ ُك ْم فَٱ ْعلَ ُم ٓوا َأنَّ َمٓا‬
َ‫ُّم ْسلِ ُمون‬
“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu)
itu maka (katakanlah olehmu) : “Ketahuilah, sesungguhnya Al-Qur’an
itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Allah swt.
selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”

2. Pengetahuan yang diwahyukan Allah kepada Nabi dan utusan-Nya.


Pengetahuan seperti ini bersifat khusus dan dalam eksistensinya
tertuang ke dalam kitab suci dan ajaran para RasulNya. Misalnya QS.
al-Baqarah (2) : 145, yakni :

َ‫َولَِئ ِن اتَّبَعْتَ َأ ْه َوا َءهُم ِّمن بَ ْع ِد َما َجا َءكَ ِمنَ ْال ِع ْل ِم ۙ ِإنَّكَ ِإ ًذا لَّ ِمنَ الظَّالِ ِمين‬
“... dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah
datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk
golongan orang-orang yang zalim.”

3. Pengetahuan yang disandarkan kepada malaikat yang diberikan Allah


swt., yang hakekatnya hanya Allah sendiri yang tahu. Hal ini
disebutkan dalam QS. al-Baqarah (2) : 32, yakni :

‫ك َأ ْنتَ ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم‬


َ َّ‫قَالُوا ُس ْب َحانَكَ اَل ِع ْل َم لَنَا ِإاَّل َما َعلَّ ْمتَنَا ۖ ِإن‬
Mereka menjawab : “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.

4. Pengetahuan yang dimiliki manusia seperti yang terkandung dalam


QS. al-Qashash (28) : 78, yakni :

ْ‫ال اِنَّ َمٓا اُوْ تِ ْيتُهٗ ع َٰلى ِع ْل ٍم ِع ْن ِد ۗي‬


َ َ‫ق‬

18
“berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu
yang ada padaku”.

Pengertian-pengertian ilmu yang terinterpretasi dari ayat-ayat di atas,


memberikan indikasi bahwa ilmu atau pengetahuan dalam jiwa manusia
tidaklah bersamaan dengan keberadaan manusia itu sendiri. Manusia dilahirkan
tanpa mempunyai pengetahuan sedikitpun dan pada tahap selanjutnya manusia
memperoleh pengetahuan melalui ta’lim dari Allah swt. Dengan demikian,
tidaklah berarti bahwa pengajaran Allah swt. tentang ilmu kepada manusia
terjadi secara otomatis, justru AlQur’an mengisyaratkan beberapa cara
bagaimana manusia menemukan ilmu atau pengetahuan tersebut. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ilmu dalam Al-Qur’an lazimnya dipergunakan dalam dua
batasan pengertian, yakni ilmu yang dinisbahkan kepada Allah dan ilmu yang
dinisbahkan kepada manusia.

C. Hubb
1. Definisi dan derivasinya
(‫ )حب‬dalam Kamus Ak-Munawir diartikan sebagai cinta, kasih,
kesenangan, kegemaran. 11
salah satu derivasinya adalah ( ّ‫ )حب‬Hibbu dapat
diartikan dengan seseorang yang berbahagia dengan cintanya12. Bentuk
perumpamaan yang lain ialah (‫نان‬DD‫)حبب األ س‬ menurut Al-Raghib Al-
Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufrodat fi Gharibil al-Quran cinta
dianalogikan sebagai susunan gigi yang rapi, putih, bersih.13
Pakar bahasa mengatakan bahwa kata al-hubb merupakan sinonom
dari kata al-mahabbah dan al-mawaddah , sedangkan kata al-hubab
(dengan huruf ha’ yang di dhommah) adalah persamaan dari kata al-hubb
11
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Perputakaan Progrseif,
(Yogyakarta: 1977)
12
Nurfadhillah Syam , Abd. Haris Nasution dan Muhammad Chirzin2 Jurnal
ushuluddin Adab dan Dakwah. 2 agustus 2018, Vol 1(1):83
13
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, (Cet. I; Damsyiq :
Dar al-Qalam, 1992), hlm 214

19
dan al-wudd . sedangkan kata al-habib memiliki kesamaan arti al-muhib dan
al-mahbub.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa al-hubb diibaratkan seperti (
‫رط‬DD‫ )الق‬yang artinya “anting-anting”. Alasan analogi ini adalah layaknya
anting-anting yang dikenakan seorang wanita tentunya akan selalu
terguncang-guncang dan tak henti-hentinya bergoyang. Demikian pula
halnya dengan cinta akan selalu gelisah, khawatir jika cinta nya tidak
tersampaikan dan senantiasa gundah memikirkan pujaan hatinya, dalam
kondisi seperti ini hatinya tdak akan pernah tenang, tentram, dan damai.
Ada juga yang berpendapat bahwasanya cinta dapat dianalogikan
seperti (‫اء‬D‫اب الم‬D‫ )حب‬yang artinya “gelombang air” dimana mengisyaratkan
bahya cinta adalah perasaan yang terus berdebur kepada sang pujaan hati
layaknya ombak dilautan. Bahkan ada pula yang menganalogikan seperti (
‫ )البعير احب‬yang artinya “u ta yang berlutut dan tidak mau berdiri kembali”.
Pada pembahasan ini kami coba mengurai mengenai huruf ‫ ح‬dan ‫ب‬
yang merupakan huruf penyusun kata hubb dimana huruf ha’ berharakat
dhommah merupakan harakat yang paling kuat. Karena itu kata al-hubb
mengindikasikan cinta yang kuat. Sedangkan kata al-hibbu yang mana huruf
ha’ berharakat kasrah memiliki arti pasif, yakni yang dicintai (ai-mahbubb)
dimana merupakan indikator atas jarangnya hati mengingat dan menaati
kehendak pihak yang dicintainya.
Menurut para pakar bahasa yang ahli dalam bidang ma’anil, mereka
berpendapat bahwa cinta memiki fase-fase yaitu:
Cinta merupakan kecenderungan instingtif terhadap suatu obyek,
dimana obyek tersebut indah dan mempesona dimata sang pencinta. Jika
cinta teleah brsemi dan tertanam dengan kokoh direlung kalbu, maka
dinamakan syababah, sebab hati tiada henti-hentinya bergejolak. Jika gelora
semakin merajalela yang artinya telah memasuki fase berikutnya yaitu
dinamakan gharam , karena kerinduannya akan sellau menggelayuti hati
dan fikirannya. Lantas ketika rindu itu telah benar-benar menguasai hatinya,
maka hal tersebut dinamakan ‘isyq , dan ketika cinta telah tertancap begitu

20
kuat maka hal itu dinamakan syaghaf sebab cinta telang menghujam jauh
kedasar relung hatinya. Dan yang terakhir ketika cinta telah menginjak fase
puncak, mencapai titik ekstrim tertentu maka hal ini disebut tatayyum atau
ta’abud yakni penghambaan diri terhadap pihak yang dicintai. 14

Ada beberapa kata hubb yang digunakan didalam Al-Quran

kata Bisebut sebanyak


َّ‫حُب‬,‫ ُحبِّه‬,‫حب‬ 4 kali
ُ‫ يُ ِحبُّونَه‬,‫ يُ ِحبُّهُم‬,‫ تُ ِحبُّونها‬,‫ يُ ِحبّون‬, ّ‫ ي ُِحب‬,‫يحب‬ 52 kali
‫ استحبُّوا‬,‫ْتحب‬
َ ‫اس‬ 3 kali
ُ ‫ احْ بب‬,‫احْ بب‬
‫ْت‬ 2 kali
‫َّب‬
َ ‫حب‬ 1 kali
jumlah 62 kali

2. Ragam Makna Hubb


Dalam kitab nya al-raghib al-ashfahani membagi makna cinta/ mahabbah
menjadi tiga yaitu:
a. Menyukai kenikmatan, terdapat dalam surat Al-Insan ayat 8

‫ُط ِع ُموْ نَ الطَّ َعا َم ع َٰلى ُحب ِّٖه ِم ْس ِك ْينًا َّويَتِ ْي ًما َّواَ ِس ْيرًا‬
ْ ‫َوي‬
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (al-insan 8)

Tergamar pada ayat tersebut bahwa cina yang ia maksud adalah cinta
yang menyukai kenikmatan, salah satu caranya yakni dengan
memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan yakni yatim,
piatu, duafa, dan orang miskin

14
Dr. Mahmud Bin As-Syarif, Al-Quran Bertutur Tentang Cinta, terj. Yunus Hanafi
& Abdul Fatah, Yogyakarta. Cahaya Hikmah, 2003, hlm 37-40

21
b. Menyukai sesuatu hal yang bermanfaat, terdapat dalam surat as-saf
ayat 13

َ‫َواُ ْخ ٰرى تُ ِحبُّوْ نَهَ ۗا نَصْ ٌر ِّمنَ هّٰللا ِ َوفَ ْت ٌح قَ ِري ْۗبٌ َوبَ ِّش ِر ْال ُمْؤ ِمنِ ْين‬

Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan
dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah
berita gembira kepada orang-orang mukmin. (as-saf 13)15

Tergambar dari ayat tersebut bahwa salah satu cinta yang


mendatangkan manfaat adalah beriman kepada Allah, kepada Rasul-
Nya danberjihad di jalan-Nya. Sehingga taklain janji kemualiaan lah
yang akan didapat, baik didunia maupun diakhirat16

c. Menyukai keutamaan, yang dimaksud adalah para ahli ilmu


mencintai satu dengan yang lain 17

3. Ragam Makna Hubb dalam Al-Quran


a. Tidak Hanya Sekedar Keinginan
Cinta bukanlah sekedar keinginan, cinta lebih dari sekedar ingin.
Memang setiap keinginan itu cinta, namun tidak bila setiap keinginan itu
cinta. 18

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَتَّ ِخ ُذ ْٓوا ٰابَ ۤا َء ُك ْم َواِ ْخ َوانَ ُك ْم اَوْ لِيَ ۤا َء اِ ِن ا ْستَ َحبُّوا‬
ٰ ‫ولىكَ هُم‬ ٰۤ
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ ِٕ ُ ‫ْال ُك ْف َر َعلَى ااْل ِ ْي َما ۗ ِن َو َم ْن يَّت ََولَّهُ ْم ِّم ْن ُك ْم فَا‬
15
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, , (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), hlm 214
16
Nurfadhillah Syam1 , Abd. Haris Nasution1* dan Muhammad Chirzin2 Jurnal
ushuluddin Adab dan Dakwah. 2 agustus 2018, Vol 1(1):86
17
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, , (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), hlm 214
18
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, , (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), hlm 215

22
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan
bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika
mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di
antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”(At Taubah: 23)

Dalam hal ini Quraisy Syihab dalam tafsirnya Al-Misbah


menyatakan bahwa kata istahabbu memiliki makna mengutamakan.
Kata tersebutberasal dari kata hubb yang artinya suka. Selain itu
istahabbu juga mengandung sebuah makna adanya cinta namun
dikarenakan adanya sebuah dorongan, jadi ia bisa dibilang cinta yang
dipaksakan. Kasus seperti in menyangkut mengenai sekelompok kaum
musliin yang mengurungkan nianya untuk berhijrah karena desakan
keluarsanya. Kaum muslimin dilarang mendekati dan bertemu dengan
keluarganya19

b. Ketaan Kepada Allah


Cinta Allah terhadap seorang hamba adalah nikmat-Nya yang
diberikan kepada hamba. Percintaan seorang hamba pada Allah adalah
upaya mendekatkan diri di sandingNya. 21 Cinta Allah pada mereka
berupa limpahan kebajikan dan karunia-Nya. Cinta manusia kepada
Allah adalah suatu kualitas yang mengejawantahkan pada diri seorang
yang beriman, sehingga menghasilkan ketaatan kepada-Nya,
penghormaran dan keagungan, dan dengan demikian ia mementingkan
Allah dari selain Allah.

19
M.Quraisy Syihab, I Tafsir Al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati, hlm 53

23
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َم ْن يَّرْ تَ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَ َسوْ فَ يَْأتِى هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم يُّ ِحبُّهُ ْم َويُ ِحبُّوْ ن ٗ َٓه ۙاَ ِذلَّ ٍة‬
‫َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اَ ِع َّز ٍة َعلَى ْال ٰكفِ ِر ْي ۖنَ ي َُجا ِه ُدوْ نَ فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َواَل يَخَافُوْ نَ لَوْ َمةَ اَل ۤ ِٕى ٍم‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ٰۗذلِكَ فَضْ ُل ِ يُْؤ تِ ْي ِه َم ْن يَّ َش ۤا ۗ ُء َو ُ َو‬
‫اس ٌع َعلِ ْي ٌم‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu


yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang
beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang
suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha
Mengetahui. “(al maidah 54)

Allah telah menyuruh untuk membenarkan terhadap ada-Nya dan


utusan-Nya, mengakui apa hal yang datang pada Muhammad. Lalu ketika
mereka malah kembali pada agamanya, bertolak dari agama haq.
Kemudian ia juga turut mengganti dan merubah isi kitab, yaitu kitab
kepunyaan Yahudi, Nasrani, atau karangan-karangan yang lain,
sebenarnya Allah bukan menyesatkan mereka. Allah tidak
menjerumuskan satu apapun. Di hari kemudian, Allah akan
memperlihatkan suatu kaum yang Allah cintai dan begitupun mereka,
sebaliknya mencintai Allah. Tentu mereka bukanlah orang yang turut
merubah, apalagi mengganti kitab Allah.

c. Menyukai Orang Yang Taat

24
‫هّٰللا‬
‫ب اَل ْنفَضُّ وْ ا‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل‬
َ‫اورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْمت‬ ِ ‫ف َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬ ُ ‫ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَا ْع‬
َ‫فَت ََو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْين‬
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (al-imron 159)

Cinta Allah yang akan memihak. Bersarang kepada seseorang


apabila berserah diri untuk Allah. Dia menyukai hal itu. Nabi
Muhammad karena lembutnya ia bersikap sehingga ia diikuti dan dekat
dengan hati umatnya. Ketika kaum terundang emosi terkait peristiwa
perang Uhud, beliau tidak memaki atau mempersalahkan para pemanah
yang meninggalkan tempat strategisnya, tapi hanya menegurnya dengan
halus. Sebelumnya, Nabi mengajak berdialog untuk mendiskusikan
usulan mayoritas kaum supaya perang, dengan baik ia menerima usulan
itu kendati kurang berkenan. Maka beliau diperintah agar menyertakan
tawakkal dalam melaksanakan hasil musyawarah itu. Dengan demikian,
Allah menyukai sikap dan langkah seperti itu

d. Iman Adalah Cinta


‫وا ْعلَم ْٓوا اَ َّن ف ْي ُكم رسُوْ ل هّٰللا ۗ لَوْ يُط ْي ُع ُكم في َكثيْر منَ ااْل َمر لَعنتُّم و ٰلك َّن هّٰللا‬
َ ِ َ ْ َِ ِ ْ ِّ ٍ ِ ْ ِ ْ ِ ِ َ َ ْ ِ ُ َ
َ ْ‫َّب اِلَ ْي ُك ُم ااْل ِ ْي َمانَ َوزَ يَّنَهٗ ِف ْي قُلُوْ بِ ُك ْم َو َك َّرهَ اِلَ ْي ُك ُم ْال ُك ْف َر َو ْالفُسُو‬
‫ق‬ َ ‫َحب‬
ٰۤ ُ
َ‫َّاش ُدوْ ۙن‬
ِ ‫ك هُ ُم الر‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َو ْال ِعصْ يَانَ ۗ ا‬

25
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada
Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal pasti
kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu
cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus”(al hujurat 7)

Kata habbaba berarti menjadikan cinta, menggambarkan


kesenangan seseorang kepada sesuatu, terlepas baik-buruknya sesuatu
itu. Namun yang dijadikan cinta kepada orang-orang yang beriman hanya
satu, yaitu keimanan, sedang yang dibenci olehnya ada tiga, yaitu al-kufr,
al-fusuq dan al-isyyaan. Ini karena iman tersusun dari tiga unsur, yakni
pembenaran hati, ucapan dengan lidah dan pengalaman dengan anggota
tubuh. Sayyid Quthub menggarisbawahi peran Allah dalam menjadikan
cinta kepada keimanan dan menghiasnya ke dalam hati orang-orang
mukmin, serta menjadikan benci kepada kekufuran, kefasikan dan
kedurhakaan

e. Rasa Suka Yang Melalaikan

ِ ‫ق َوااْل َ ْعن‬
‫َاق‬ َ ِ‫ي ۚفَطَف‬
ِ ْ‫ق َم ْسحًا ۢبِالسُّو‬ َّ َ‫ُر ُّدوْ هَا َعل‬
”Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.” Lalu dia mengusap-
usap kaki dan leher kuda itu.” (Sad 32)

f. Tidak Membenci Sifat Yang Tidak Disukai

‫هّٰللا‬ ٰ ُ ‫ق هّٰللا‬
ٍ َّ‫ت ۗ َو ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬
‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫صد َٰق‬
َّ ‫الرِّبوا َويُرْ بِى ال‬ ُ ‫يَ ْم َح‬

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak


menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang
dosa.” (Al Baqoroh 276)

26
Allah tidak menyukai tiap laku atas kekufuran, menghalalkan
konsumsi barang riba. Dengan sengaja berlaku dosa dalam hal yang
sudah dilarang, berbuat maksiat dengan tidak peduli. Mereka enggan
menerima tutur firman Tuhannya yang telah diturunkan

D. Huda
1. Definisi dan derivasi

Beberapa makna dari Huda adalah Al-Bayan (Penjelas), Din Al-Islam


(Agama Islam), Al-Iman (Iman), Al-Da’i (Da’i), Al-Ma’rifah
(Pengetahuan), Ar-Rusul Wa Al-Kutub (Rasul Dan Kitab), Al-Rasyd
(Petunjuk), Amru Muhammad (Perintah Muhammad), Al-Quran (Al-
Quran), Al-Taurah (Taurat), Al-Inqitha’ ‘An Al-Hajah (Mematahkan
Argumen), As-Sunnah (Sunah Nabi), Ilham (Ilham), Tubna (Taubat).

2. Makna relasonal

Dari beberapa penjelasan makna dasar diatas dapat diartikan bahwa


Huda memiiki makna daras petunjuk. Dapat kita ambil contoh dalam surat
Al-Baqoroh ayat 2, terdapat kata huda disana yakni yang artinya adalah
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.

Sedangkan selain itu Huda juga dapat diartikan sebagai Nur yang
artinya cahaya, maksud nya disini ialah bahwasanya ketika dalam
kegelapan tidak ada cahaya sama sekli maka ketika ada seberkas cahaya ia
akan menjadi petunujk. Atau pun dapat pula diartikan cahaya sebagai
penunjuk jalan menuju jalan yang benar

Dalam contoh diatasjuga disebutkan bahwasanya makna Huda ialah


d’i. Maksudnya adalah da’i atau pencerama adalah seseorang yang
senantiasa menunjukan dan mengajak kepada jalan kebaikan sehingga da’i
juga dapat di isyaratkan sebagai orang yanng memberi petunujuk

3. Kata huda dalam Al-Quran


Berikut adalah pengguanaan kata Huda dalam Al-Quran

27
1. Hada : Al-Baqoroh 143,213. Al-An’am 90Al-A’raf 30. Al-Rad 31. Al-
Nahl 36. Toha 50.,79,122. Al A’raf3. Ad-Dluha 7
2. Hadakum : Al-Baqoroh 185,198. Al-An’am 149. Al-Nahl 9. Al-Hajj
37. Alhujurat 17
3. Hadaini :Al-An’am 80
4. Hadanna : Al-Anam 71. Al-A’raf 43. (Disebut Dua Kali). Ibrahim
12,21
5. Hadani : al-an’am 161. Az-zumar 57.
6. Hadahu : an-nahl 121
7. Hadahum : at-taubah 115. Az-zumar 18.
8. Hadaitana al-imran 8
9. Hadaina : al-an’am 84. Maryam 58
10. Hadainakum : ibrahim 21
Tentunya masih banyak lagi letak kata huda dan derivasinya didalam
Al-Quran Yakni Ibrahim 21, Al-Insan 3, Al-Balad 10, An-Nsa 68, Al-
An’am 84, Fusilat17, As-Shofat 118, Maryam 43, Ghafir 38, An-Naziat
19, Ghafir 29, An-Nisa 88, Al-A’raf 155, Yusuf 4, Al-Qashas 56, As-
Syura 52, Al-Zukhruf 40, As-Syura 52, Al-Ankabut 69, Al-A’raf 100, 178,
Al-Isra’ 97,Al-Kahfi 17, Thaha 128, As-Sajdah 26, Az-Zumar 37, At-
Taghabun 11, Al-An’am 77, Al-A’raf 159,181, Al-Anbiya 73, As-Sajdah
24.20

Dari uraiandiatas dapat kita simpulkan bahwa kata Hudda dalam Al-
Quran sangat sering digunakan begitu pula deengan derivasinya. Pada
kitab jam’ul mufahras kata Huda diulang sebanyak 321 kali dengan
berbagai bentuk variant kata.

20
http://antpoers.blogspot.com/2017/01/makna-huda-dalam-al-quran.html, diakses pada 1
maret 2020, pukul 08.53

28
Dapat dirincikan lagi makna relasional kata Huda dalam AlQuran
adalah”
a. Terdapat pada surat Al-Baqoroh ayat 2

َ ‫ٰذلِكَ ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬


َ‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْي ۙن‬
“Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”, (Al-Baqoroh :2)

Pada ayat diatas secara maknawi kata huda dalam ayat tersebut
dapat diartikan bahwa Al-Kiab (Al-Quran) adalah sebagai petunjuk
bagi orang-oraang yang bertaqwa
b. Surat An-naziat ayat 19

َ ِّ‫َواَ ْه ِديَكَ اِ ٰلى َرب‬


‫ك فَت َْخ ٰش ۚى‬
“dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar engkau takut
kepada-Nya?” (An-Naziat 19)

Dengan melihat korelasi dengan ayat sebelumnya, bahwasanya


ayat ini membahas tentang Firaun dan kaumnya. Maka Huda disini
yang dimaksud adalah utusan Allah yang diutus untuk membawa
dan mengajak kepada jalan yang bail dan benar.
c. Al-Imran ayat 8

َ ‫َربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوْ بَنَا بَ ْع َد اِ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَّ ُد ْن‬


َ َّ‫ك َرحْ َمةً ۚاِن‬
َ‫ك اَ ْنت‬
ُ‫ْال َوهَّاب‬
“ (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (Al-Imran : 8)

29
sedangkan pad aayat ini masih sama dengan sebelumnya , melihat
ayat sebelumnya membahas mengenai ayat-ayat muhkamat dan ayat
mutasyabih. Maka dari itu Huda disini diartikan bahwasanya jika
ingin mengetahui kebenarannya secara haqiqi kiita harus
mengetahui secar keseluruhan dan melakukan pengajian, agar kita
mendapatkan petunjuk atau pencerahan atas apa yag dikaji

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Mengenai ma’anil quran dari beberapa uraian yang kami paparkan diatas
bahwasannya dalam memaknai seyiap kata dalam Al-Quran hsrus lah dengan
menyingkap makna secara detile. Conoh kecil yang kami paparkan pada makalah
ini bahwa ikhsan, ilm, hub, huda tidak dapa serat merta dimaknai begitu saja,
namun harus juga mempertimbangkan kata-kata disebelahnya sehingga
mempengaruhi maknanya pula

30
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawir,1977, Kamus Al-Munawir, Perputakaan Progrseif,


Al-Raghib al-Ashfahani, 1992, Mufradat Alfash al-Qur’an Damsyiq : Dar al-
Qalam,

Disadur dari Ensiklopedia Al-Qur’an, 1997, Jakarta : Yayasan Bimantara,

Dr. Mahmud Bin As-Syarif, 2003,Al-Quran Bertutur Tentang Cinta, terj. Yunus
Hanafi & Abdul Fatah, Yogyakarta. Cahaya Hikmah,

Ensiklopedi al-Qur’an: Dunia Islam Modern, ... , jilid 2,

Frans Rosental, 1970 , Knowledge Triumphant : The Concept of Knowledge in


Medieval Islam, Leiden : E.J. Brill,

http://antpoers.blogspot.com/2017/01/makna-huda-dalam-al-quran.html, diakses
pada 1 maret 2020, pukul 08.53

31
M. Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfazhi al-Qur’an al-Karim.

M. Quraish Shihab, 1996, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai


Persoalan Umat, Cet. II; Bandung ; Mizan,

M.Quraisy Syihab, I Tafsir Al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati, hlm 53

Muhammad Fu’ad ‘Abd. Al_Baqy, 1992 alMu’jam al-Mufahras li Alfash al-


Qur’an al-Karim Beirut : Dar al-Fikr,

Nurfadhillah Syam , Abd. Haris Nasution dan Muhammad Chirzin2, 2018, Jurnal
ushuluddin Adab dan Dakwah. 2 agustus, Vol 1(1)

T.S.C. Mulia dan K.A.H. Hidding, Ensiklopedia Indonesia (td), h.


Yogyakarta: 1977

32

Anda mungkin juga menyukai