PENYUSUN :
Latifah Dwi Nur Aisa 18105030028
Fakhri Naufal Zuhdianto 18105030040
Hanif Fadhlurohman 18105030039
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi allah tuhan semesta alam.
Atas segala karunia hidayah rahmat serta nikmatNya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya. Makalah yang berjudul “ ikhsan.,
ilm, hubb, huda “ di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Tarikh Al-Qur’an yang di ampu oleh Prof. Dr. Muhammad. M.A
Makalah ini berisi tentang makna dasar dan makna relasional beberapa
kata dalam Al-Quran yaitu ikhsan, ilm, hubb, huda. Meski telah disusun secara
maksimal, namun kami penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Karenanya kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan kami maklah ini dapat membantu teman teman dalam
memahami tentang kata ikhsan, ilm, hubb dan huda dalam Al-Quran dengan
segala makna dasar dan makna relasionalnya sebagaimana mestinya
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Ikhsan............................................................................................................7
B. Ilm...............................................................................................................13
C. Hubb............................................................................................................19
D. Huda............................................................................................................26
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
Kesimpulan.........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
III
IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu yang akhir-akhir ini masyhur diteling kita mengenai pemaknaan Al-
Quran adalah ilmu Hermeneutika Al-Quran, dimana pemaknaan Al-
Qurandisesuaikan dengan kondisi zaman saat ini. Selain mengkonteks tasikan
Al-Qurang dengan masa kini, pentinghalnya mengungkap makna
sesungguhnya pada massa itu. Saah satu caranya adalah menggunakan cabang
keiluamn ma’anil Al-Quan. Dimana kita hanya menyingkap maknya yang
tersembuyi di dalamnya tanpa emngkonteks tasikannya.
Apakah ini penting? Ya tentu saja, karena selama kita hidup di dunia ini
Al-Quran adalah pedomannya, bagaimana ketika kita hendak berjalan namun
tidak mengerti arah? Pasti tersesat, begitu pula dengna mempelajari ma’anil
Quran. Nah dalam makalah kami kali ini akan membahas mengenai ilm,
ikhsan, hubb, huda
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna insan,ilm,hubb dn huda?
2. Bagaimana kata-kata iksan, ilm, hubb, huda digunakan dalam Al-Quran?
C. Tujuan
1.untuk mengetahui makna insan,ilm,hubb dn huda?
2. untuk mengetahui kata-kata iksan, ilm, hubb, huda digunakan dalam Al-
Qura
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ikhsan
1. Pengertian ikhsan
Kata انDD أحسberasal dari kata أحسنyang maknanya adalah berbuat
baik, perbuatan baik dan melakukan dengan baik. Menurut pengertian
isitilah adabeberapa definsi yang diberikan oleh ulama yaitu: Syeikh
Muhammad Amin Al-Kurdi, Ihsan ialah selalu dalam keadaaandiawasi oleh
allah dalam segala ibadah yang dikandung di dalam iman dan islam
sehinggga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena allah.
Sedangkan menuurt Imam An-Nawawi ihsan adalah ikhlas dalam beribadah
dan seorang hamba merasa selalu diawasi oleh tuhan dengan penuh khusuk.
Di dalam Al-Qur’an kata ihsan dipergunakan sebanyak kurang lebih
166 kali, yang secara bergantian menggunakan bahasa/diksi husna, hasanah,
hasanat, ahsana, ahsanu, yuhsinun, ahsantum, muhsinin, dan ahsin.
1. Hasanan ()حسنا
Di dalam Surat Al-Baqoroh 2: 245
7
“Berjuang di jalan Allah memerlukan harta, maka korbankanlah
harta kalian. Siapa yang tidak ingin mengorbankan hartanya, sementara
Allah telah berjanji akan membalasnya dengan balasan berlipat ganda?
Rezeki ada di tangan Allah. Dia bisa mempersempit dan memperluas
rezeki seseorang yang dikehendaki sesuai dengan kemaslahatan. Hanya
kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan, lalu dibuat perhitungan atas
pengorbanan kalian. Meskipun rezeki itu karunia Allah dan hanya Dialah
yang bisa memberi atau menolak, seseorang yang berinfak disebut
sebagai 'pemberi pinjaman' kepada Allah. Hal itu berarti sebuah
dorongan untuk gemar berinfak dan penegasan atas balasan berlipat
ganda yang telah dijanjikan di dunia dan akhirat.”
Yang dimaksud نًاDDDDا َح َسDDDDض
ً ْ قَرadalah ketika seseorang rela
mengorbankan hartanya dengan jalan infak. Orang yang demikian ini
ibarat orang yang meminjami Allah dan baginya kelak dijanjikan Allah
berupa kelipatan pahala yang banyak baik didunia maupun di akhirat.
2. Ahsantum ()احسنتم
Surat al isra’ 17:7
ِإ ْن َأحْ َس ْنتُ ْم َأحْ َس ْنتُ ْم َأِل ْنفُ ِس ُك ْم ۖ َوِإ ْن َأ َسْأتُ ْم فَلَهَا ۚ فَِإ َذا َجا َء َو ْع ُد اآْل ِخ َر ِة لِيَسُو ُءوا
ُوجُوهَ ُك ْم َولِيَ ْد ُخلُوا ْال َم ْس ِج َد َك َما َدخَ لُوهُ َأ َّو َل َم َّر ٍة َولِيُتَبِّرُوا َما َعلَوْ ا تَ ْتبِيرًا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu
sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu
untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang
kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu
mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika
mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja
yang mereka kuasai.”
8
“Bila kalian berbuat baik dan taat kepada Allah, maka kebaikan itu
adalah untuk diri kalian di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian berbuat
maksiat, maka sebenarnya kalian telah merusak diri kalian sendiri.Ketika
datang waktu pembalasan dari perbuatan jahat kalian yang terakhir–dari
dua kali kejahatan yang telah kalian lakukan dalam membuat kerusakan
di muka bumi–maka Kami datangkan musuh-musuh kalian untuk
menorehkan bekas kejahatan, kehinaan dan kepedihan yang
menyuramkan wajah-wajah kalian. Dan pada akhirnya mereka masuk
Masjid Bayt al-Maqdis lalu merusaknya seperti pada kali pertama.
Mereka juga akan memusnahkan apa yang mereka kuasai dengan
sehabis-habisnya.
3. Hasanah()حسنة
Surah Al Imran 3:120
9
mereka. Karena Allah subhanahu wa ta’ala Maha Mengetahui tipu daya
yang mereka lakukan. Dari situ, mustahil Dia tidak mampu untuk
menahannya dari kamu sekalian.
4. Muhsinin
Surah Ali Imran 3:134
5. Yuhsinun
Surah Al-Kahfi 18:104
ُ َض َّل َس ْعيُهُ ْم ِفي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهُ ْم يَحْ َسبُونَ َأنَّهُ ْم يُحْ ِسنُون
ص ْنعًا َ َالَّ ِذين
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya.”
10
Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam menghimpun
kebaikan di dunia, mereka melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan perbuatan yang diridai Allah dan mereka menyangka bahwa
mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya. Kemudian ternyata mereka
telah berbuat keliru dan menempuh jalan yang sesat sehingga amal
perbuatan yang telah mereka kerjakan itu tidak memberi manfaat sedikit
pun bagaikan debu yang terbang habis dihembus angin.
Yang dimaksud Mereka adalah orang-orang yang rusak amal
perbuatannya dalam kehidupan dunia karena keyakinan mereka yang
tidak benar, sementara mereka masih menyangka telah berbuat dengan
sebaik-baiknya.
Ikhlas berasal dari kata khalasa-yakhlusu-khulusan/khalasan yang
berati murni,tidak tercampur.1
َ َخلَص الشيء بالفتح يَ ْخلُص ُخلُوصا ً وخَ الصا ً ِإذا كان قد نَ ِش
ب ثم
نَجا و َسلِم
“sesuatu itu murni” berarti sesuatu itu tadinya tercampur
kemudian terpisah.”
1
Ahmad W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, ... , hlm.
359.
2
Ensiklopedi al-Qur’an: Dunia Islam Modern, ... , jilid 2, hlm. 372.
11
Kata ikhlas dari berbagai bentuknya di dalam Al-Qur’an di sebut
sebanyak 31 kali dalam 17 surah, yaitu al-Baqarah: 94,139 ; an-Nisa: 146;
al-An’am: 139; al-A’raf: 29,32; Yunus: 24,54,80; al-Hijr: 40; an-Nahl: 66;
Maryam: 51; al-Ankabut: 65; Luqman: 32; al-Ahzab: 50; as-Saffat:
40,74,128,160,169; Sad: 46 (2x),83; az-Zumar: 2,3,11,14; al-Mu’min:
14,65; dan al-Bayyinah:5.3
3. Ragam makna kata-kata Ikhlas dari berbagai bentuknya yang terdapat di
dalam Al-qur’an
a. Ikhlas yang bermakna menyendiri, terdapat dalam QS Yusuf: 80)
3
M. Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfazhi al-Qur’an al-Karim, ... ,
hlm. 238.
12
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”
ك ۡٱليَ ۡو َم َ َصهُ لِن َۡف ِسيۖ فَلَ َّما َكلَّ َمهۥُ ق
َ َّال ِإن ۡ ِك ۡٱئتُونِي بِ ِٓۦه َأ ۡست َۡخلُ ِال ۡٱل َمل
َ ََوق
٥٤ ين ٞ ين َأ ِم
ٌ لَد َۡينَا َم ِك
“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-
cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi
kami"
ۖ
ٖ َوِإ َّن لَ ُكمۡ فِي ٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم لَ ِع ۡب َر ٗة نُّ ۡسقِي ُكم ِّم َّما فِي بُطُونِ ِهۦ ِم ۢن بَ ۡي ِن فَ ۡر
ث َود َٖم لَّبَنًا
٦٦ َصا َسٓاِئ ٗغا لِّل ٰ َّش ِربِين ٗ ِخَ ال
B. Ilm
Salah satu masalah pokok yang banyak dibicarakan oleh Al-Qur’an
adalah ilmu (‘ilm). Kata ilmu mempunyai padanan dalam berbagai bahasa yang
di Indonesia sudah menjadi bahasa sehari-hari berkaitan dengan pengetahuan
umum, Dalam bahasa Inggris adalah science. Dalam ensiklopedia Indonesia
13
dijelaskan bahwa ilmu itu merupakan suatu system dari berbagai pengetahuan
yang masing-masing mengenai suatu lapangan tertentu yang disusun
sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu hingga menjadi kesatuan system
dari berbagai pengetahuan yang masing-masing diperoleh melalui metode
tertentu secara teliti, baik induksi maupun deduksi.4 Ilmu didefenisikan sebagai
sejenis pengetahuan, tetapi bukan sembarang pengetahuan, melainkan
pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu, berdasarkan
kesepakatan diantara para ilmuwan. ‘Ilm bermakna pengetahuan karena
pengetahuan menjadikan seseorang berbeda dan istimewa jika dibandingkan
dengan seseorang yang tak mengetahui.
Quraish Shihab memberi makna ‘ilm dari segi bahasa bererti ‘kejelasan’,
karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan
seperti kata علمdan اعالمberbeda dengan ‘arafa (mengetahui) dan ma’rifah
(pengetahuan).5 Frans Rosental menyatakan bahwa ilmu tidak bisa diartikan
begitu saja dengan pengetahuan. Ia mengemukakan : “Dalam bahasa Arab
biasa, ‘ilm dapat digantikan pengertiannya dengan ‘pengetahuan’ (knowledge).
Sungguhpun begitu, ‘pengetahuan’ mengandung kekurangmampuan dalam
mengekspresikan semua kenyataan dan perasaan yang terkandung dalam kata
‘ilm. Karena ‘ilm adalah salah satu dari sekian konsep yang mendominasi
dunia Islam dan telah membentuk dan memberi ciri khusus dalam segala
kompleksitasnya peradaban Islam”.6
Term ilmu ()علمyang terdiri dari huruf ‘ain, lam dan mim diartikan
sebagai segala yang menunjukkan kepada bekas atau yang memiliki
keistimewaan. Pengertian ini, berdasar pada pernyataan Ibn Zakariyah, yakni :
Secara leksikal, term ilmu tersebut merupakan bentuk mashdar dari ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman yang mempunyai arti denotatif. Sedangkan pengertian ilmu
secara istilah menurut alRaghib al-Ashfahani adalah mengetahui esensi dari
4
T.S.C. Mulia dan K.A.H. Hidding, Ensiklopedia Indonesia (td), h.
5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Cet. II; Bandung ; Mizan, 1996), h. 434.
6
Frans Rosental, Knowledge Triumphant : The Concept of Knowledge in Medieval
Islam (Leiden : E.J. Brill, 1970).
14
sesuatu yang dari segi obyeknya terdiri atas dua, yakni : pertama, mengetahui
zat sesuatu; kedua, menetapkan sesuatu berdasarkan ada atau tidak adanya
sesuatu yang lain.7
يَ ْعلَ ُمهُ ْم ُ آخَرينَ ِم ْن ُدونِ ِه ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَهُ ُم هَّللا
ِ َو َع ُد َّو ُك ْم َو
فَِإ ْن ۖ ت فَٱ ْمت َِحنُوهُ َّن ۖ ٱهَّلل ُ َأ ْعلَ ُم بِِإي ٰ َمنِ ِه َّن
ٍ ت ُم ٰهَ ِج ٰ َرُ َِإ َذا َجٓا َء ُك ُم ْٱل ُمْؤ ِم ٰن
7
Al-Raghib al-Ashfahani, Mufradat Alfash al-Qur’an (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), h. 580.
15
pengertian ilmu dalam ayat selanjutnya, mengandung pesan agar melakukan
pengujian terhadap perempuan-perempuan yang berhijrah dari Mekkah
meninggalkan suaminya yang musyrik dengan cara mencari tanda-tanda, atau
indikasi-indikasi yang ada padanya yang dapat menunjukkan bahwa yang ada
padanya yang dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan benar-benar
perempuan yang beriman. Jadi, ilmu dalam ayat ini tidak berkaitan langsung
dengan zatnya, tetapi berkaitan dengan suatu sifat atau keadaan yang menyertai
(melekat) pada zat tersebut.8
ََو َجا َء ِإ ْخ َوةُ يُوسُفَ فَ َدخَ لُوا َعلَ ْي ِه فَ َع َرفَهُ ْم َوهُ ْم لَهُ ُم ْن ِكرُون
“Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke
(tempat) nya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi)
kepadanya.”
َنز َل بِ ِع ْل ِم ٱهَّلل ِ َوَأن ٓاَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ۖ فَهَلْ َأنتُم ُّم ْسلِ ُمونُأ ۟ ۟
ِ فَِإلَّ ْم يَ ْستَ ِجيبُوا لَ ُك ْم فَٱ ْعلَ ُم ٓوا َأنَّ َمٓا
“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu
(ajakanmu) itu Maka (Katakanlah olehmu), “Ketahuilah, sesungguhnya Al
Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan
selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? “
8
Disadur dari Ensiklopedia Al-Qur’an (Jakarta : Yayasan Bimantara, 1997), h. 150.
16
Kemudian ‘ilm yang dinisbahkan kepada manusia sebagaimana firman-
Nya dalam QS. Al-Naml (27) : 40 :
9
Muhammad Fu’ad ‘Abd. Al_Baqy, alMu’jam al-Mufahras li Alfash al-Qur’an al-
Karim (Beirut : Dar al-Fikr, 1992), h. 596-610).
10
Pengertian ilmu dalam empat batasan tersebut, merujuk pada hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh H. Abd. ruin Salim, op.cit., h. 1819
17
نز َل بِ ِع ْل ِم ٱهَّلل ِ َوَأن ٓاَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ۖ فَهَلْ َأنتُمُأ ۟ ۟
ِ فَِإلَّ ْم يَ ْست َِجيبُوا لَ ُك ْم فَٱ ْعلَ ُم ٓوا َأنَّ َمٓا
َُّم ْسلِ ُمون
“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu)
itu maka (katakanlah olehmu) : “Ketahuilah, sesungguhnya Al-Qur’an
itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Allah swt.
selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”
ََولَِئ ِن اتَّبَعْتَ َأ ْه َوا َءهُم ِّمن بَ ْع ِد َما َجا َءكَ ِمنَ ْال ِع ْل ِم ۙ ِإنَّكَ ِإ ًذا لَّ ِمنَ الظَّالِ ِمين
“... dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah
datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk
golongan orang-orang yang zalim.”
18
“berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu
yang ada padaku”.
C. Hubb
1. Definisi dan derivasinya
( )حبdalam Kamus Ak-Munawir diartikan sebagai cinta, kasih,
kesenangan, kegemaran. 11
salah satu derivasinya adalah ( ّ )حبHibbu dapat
diartikan dengan seseorang yang berbahagia dengan cintanya12. Bentuk
perumpamaan yang lain ialah (نانDD)حبب األ س menurut Al-Raghib Al-
Ashfahani dalam kitabnya Al-Mufrodat fi Gharibil al-Quran cinta
dianalogikan sebagai susunan gigi yang rapi, putih, bersih.13
Pakar bahasa mengatakan bahwa kata al-hubb merupakan sinonom
dari kata al-mahabbah dan al-mawaddah , sedangkan kata al-hubab
(dengan huruf ha’ yang di dhommah) adalah persamaan dari kata al-hubb
11
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Perputakaan Progrseif,
(Yogyakarta: 1977)
12
Nurfadhillah Syam , Abd. Haris Nasution dan Muhammad Chirzin2 Jurnal
ushuluddin Adab dan Dakwah. 2 agustus 2018, Vol 1(1):83
13
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, (Cet. I; Damsyiq :
Dar al-Qalam, 1992), hlm 214
19
dan al-wudd . sedangkan kata al-habib memiliki kesamaan arti al-muhib dan
al-mahbub.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa al-hubb diibaratkan seperti (
رطDD )القyang artinya “anting-anting”. Alasan analogi ini adalah layaknya
anting-anting yang dikenakan seorang wanita tentunya akan selalu
terguncang-guncang dan tak henti-hentinya bergoyang. Demikian pula
halnya dengan cinta akan selalu gelisah, khawatir jika cinta nya tidak
tersampaikan dan senantiasa gundah memikirkan pujaan hatinya, dalam
kondisi seperti ini hatinya tdak akan pernah tenang, tentram, dan damai.
Ada juga yang berpendapat bahwasanya cinta dapat dianalogikan
seperti (اءDاب المD )حبyang artinya “gelombang air” dimana mengisyaratkan
bahya cinta adalah perasaan yang terus berdebur kepada sang pujaan hati
layaknya ombak dilautan. Bahkan ada pula yang menganalogikan seperti (
)البعير احبyang artinya “u ta yang berlutut dan tidak mau berdiri kembali”.
Pada pembahasan ini kami coba mengurai mengenai huruf حdan ب
yang merupakan huruf penyusun kata hubb dimana huruf ha’ berharakat
dhommah merupakan harakat yang paling kuat. Karena itu kata al-hubb
mengindikasikan cinta yang kuat. Sedangkan kata al-hibbu yang mana huruf
ha’ berharakat kasrah memiliki arti pasif, yakni yang dicintai (ai-mahbubb)
dimana merupakan indikator atas jarangnya hati mengingat dan menaati
kehendak pihak yang dicintainya.
Menurut para pakar bahasa yang ahli dalam bidang ma’anil, mereka
berpendapat bahwa cinta memiki fase-fase yaitu:
Cinta merupakan kecenderungan instingtif terhadap suatu obyek,
dimana obyek tersebut indah dan mempesona dimata sang pencinta. Jika
cinta teleah brsemi dan tertanam dengan kokoh direlung kalbu, maka
dinamakan syababah, sebab hati tiada henti-hentinya bergejolak. Jika gelora
semakin merajalela yang artinya telah memasuki fase berikutnya yaitu
dinamakan gharam , karena kerinduannya akan sellau menggelayuti hati
dan fikirannya. Lantas ketika rindu itu telah benar-benar menguasai hatinya,
maka hal tersebut dinamakan ‘isyq , dan ketika cinta telah tertancap begitu
20
kuat maka hal itu dinamakan syaghaf sebab cinta telang menghujam jauh
kedasar relung hatinya. Dan yang terakhir ketika cinta telah menginjak fase
puncak, mencapai titik ekstrim tertentu maka hal ini disebut tatayyum atau
ta’abud yakni penghambaan diri terhadap pihak yang dicintai. 14
ُط ِع ُموْ نَ الطَّ َعا َم ع َٰلى ُحب ِّٖه ِم ْس ِك ْينًا َّويَتِ ْي ًما َّواَ ِس ْيرًا
ْ َوي
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (al-insan 8)
Tergamar pada ayat tersebut bahwa cina yang ia maksud adalah cinta
yang menyukai kenikmatan, salah satu caranya yakni dengan
memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan yakni yatim,
piatu, duafa, dan orang miskin
14
Dr. Mahmud Bin As-Syarif, Al-Quran Bertutur Tentang Cinta, terj. Yunus Hanafi
& Abdul Fatah, Yogyakarta. Cahaya Hikmah, 2003, hlm 37-40
21
b. Menyukai sesuatu hal yang bermanfaat, terdapat dalam surat as-saf
ayat 13
ََواُ ْخ ٰرى تُ ِحبُّوْ نَهَ ۗا نَصْ ٌر ِّمنَ هّٰللا ِ َوفَ ْت ٌح قَ ِري ْۗبٌ َوبَ ِّش ِر ْال ُمْؤ ِمنِ ْين
Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan
dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah
berita gembira kepada orang-orang mukmin. (as-saf 13)15
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَتَّ ِخ ُذ ْٓوا ٰابَ ۤا َء ُك ْم َواِ ْخ َوانَ ُك ْم اَوْ لِيَ ۤا َء اِ ِن ا ْستَ َحبُّوا
ٰ ولىكَ هُم ٰۤ
َالظّلِ ُموْ ن ُ ِٕ ُ ْال ُك ْف َر َعلَى ااْل ِ ْي َما ۗ ِن َو َم ْن يَّت ََولَّهُ ْم ِّم ْن ُك ْم فَا
15
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, , (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), hlm 214
16
Nurfadhillah Syam1 , Abd. Haris Nasution1* dan Muhammad Chirzin2 Jurnal
ushuluddin Adab dan Dakwah. 2 agustus 2018, Vol 1(1):86
17
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, , (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), hlm 214
18
Al-Raghin Al-Ashfahani, Al-Mufrodat fi Ghatibil al-Quran, , (Cet. I; Damsyiq : Dar al-
Qalam, 1992), hlm 215
22
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan
bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika
mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di
antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”(At Taubah: 23)
19
M.Quraisy Syihab, I Tafsir Al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati, hlm 53
23
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َم ْن يَّرْ تَ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَ َسوْ فَ يَْأتِى هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم يُّ ِحبُّهُ ْم َويُ ِحبُّوْ ن ٗ َٓه ۙاَ ِذلَّ ٍة
َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اَ ِع َّز ٍة َعلَى ْال ٰكفِ ِر ْي ۖنَ ي َُجا ِه ُدوْ نَ فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َواَل يَخَافُوْ نَ لَوْ َمةَ اَل ۤ ِٕى ٍم
هّٰللا هّٰللا
ِ ٰۗذلِكَ فَضْ ُل ِ يُْؤ تِ ْي ِه َم ْن يَّ َش ۤا ۗ ُء َو ُ َو
اس ٌع َعلِ ْي ٌم
24
هّٰللا
ب اَل ْنفَضُّ وْ ا ِ فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل
َاورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْمت ِ ف َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش ُ ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَا ْع
َفَت ََو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْين
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (al-imron 159)
25
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada
Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal pasti
kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu
cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus”(al hujurat 7)
ِ ق َوااْل َ ْعن
َاق َ ِي ۚفَطَف
ِ ْق َم ْسحًا ۢبِالسُّو َّ َُر ُّدوْ هَا َعل
”Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.” Lalu dia mengusap-
usap kaki dan leher kuda itu.” (Sad 32)
هّٰللا ٰ ُ ق هّٰللا
ٍ َّت ۗ َو ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف
ار اَثِي ٍْم ِ صد َٰق
َّ الرِّبوا َويُرْ بِى ال ُ يَ ْم َح
26
Allah tidak menyukai tiap laku atas kekufuran, menghalalkan
konsumsi barang riba. Dengan sengaja berlaku dosa dalam hal yang
sudah dilarang, berbuat maksiat dengan tidak peduli. Mereka enggan
menerima tutur firman Tuhannya yang telah diturunkan
D. Huda
1. Definisi dan derivasi
2. Makna relasonal
Sedangkan selain itu Huda juga dapat diartikan sebagai Nur yang
artinya cahaya, maksud nya disini ialah bahwasanya ketika dalam
kegelapan tidak ada cahaya sama sekli maka ketika ada seberkas cahaya ia
akan menjadi petunujk. Atau pun dapat pula diartikan cahaya sebagai
penunjuk jalan menuju jalan yang benar
27
1. Hada : Al-Baqoroh 143,213. Al-An’am 90Al-A’raf 30. Al-Rad 31. Al-
Nahl 36. Toha 50.,79,122. Al A’raf3. Ad-Dluha 7
2. Hadakum : Al-Baqoroh 185,198. Al-An’am 149. Al-Nahl 9. Al-Hajj
37. Alhujurat 17
3. Hadaini :Al-An’am 80
4. Hadanna : Al-Anam 71. Al-A’raf 43. (Disebut Dua Kali). Ibrahim
12,21
5. Hadani : al-an’am 161. Az-zumar 57.
6. Hadahu : an-nahl 121
7. Hadahum : at-taubah 115. Az-zumar 18.
8. Hadaitana al-imran 8
9. Hadaina : al-an’am 84. Maryam 58
10. Hadainakum : ibrahim 21
Tentunya masih banyak lagi letak kata huda dan derivasinya didalam
Al-Quran Yakni Ibrahim 21, Al-Insan 3, Al-Balad 10, An-Nsa 68, Al-
An’am 84, Fusilat17, As-Shofat 118, Maryam 43, Ghafir 38, An-Naziat
19, Ghafir 29, An-Nisa 88, Al-A’raf 155, Yusuf 4, Al-Qashas 56, As-
Syura 52, Al-Zukhruf 40, As-Syura 52, Al-Ankabut 69, Al-A’raf 100, 178,
Al-Isra’ 97,Al-Kahfi 17, Thaha 128, As-Sajdah 26, Az-Zumar 37, At-
Taghabun 11, Al-An’am 77, Al-A’raf 159,181, Al-Anbiya 73, As-Sajdah
24.20
Dari uraiandiatas dapat kita simpulkan bahwa kata Hudda dalam Al-
Quran sangat sering digunakan begitu pula deengan derivasinya. Pada
kitab jam’ul mufahras kata Huda diulang sebanyak 321 kali dengan
berbagai bentuk variant kata.
20
http://antpoers.blogspot.com/2017/01/makna-huda-dalam-al-quran.html, diakses pada 1
maret 2020, pukul 08.53
28
Dapat dirincikan lagi makna relasional kata Huda dalam AlQuran
adalah”
a. Terdapat pada surat Al-Baqoroh ayat 2
Pada ayat diatas secara maknawi kata huda dalam ayat tersebut
dapat diartikan bahwa Al-Kiab (Al-Quran) adalah sebagai petunjuk
bagi orang-oraang yang bertaqwa
b. Surat An-naziat ayat 19
29
sedangkan pad aayat ini masih sama dengan sebelumnya , melihat
ayat sebelumnya membahas mengenai ayat-ayat muhkamat dan ayat
mutasyabih. Maka dari itu Huda disini diartikan bahwasanya jika
ingin mengetahui kebenarannya secara haqiqi kiita harus
mengetahui secar keseluruhan dan melakukan pengajian, agar kita
mendapatkan petunjuk atau pencerahan atas apa yag dikaji
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mengenai ma’anil quran dari beberapa uraian yang kami paparkan diatas
bahwasannya dalam memaknai seyiap kata dalam Al-Quran hsrus lah dengan
menyingkap makna secara detile. Conoh kecil yang kami paparkan pada makalah
ini bahwa ikhsan, ilm, hub, huda tidak dapa serat merta dimaknai begitu saja,
namun harus juga mempertimbangkan kata-kata disebelahnya sehingga
mempengaruhi maknanya pula
30
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mahmud Bin As-Syarif, 2003,Al-Quran Bertutur Tentang Cinta, terj. Yunus
Hanafi & Abdul Fatah, Yogyakarta. Cahaya Hikmah,
http://antpoers.blogspot.com/2017/01/makna-huda-dalam-al-quran.html, diakses
pada 1 maret 2020, pukul 08.53
31
M. Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfazhi al-Qur’an al-Karim.
Nurfadhillah Syam , Abd. Haris Nasution dan Muhammad Chirzin2, 2018, Jurnal
ushuluddin Adab dan Dakwah. 2 agustus, Vol 1(1)
32