Anda di halaman 1dari 34

PROSES PENUAAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

KEPERAWATAN GERONTIK

MAKALAH

Oleh:
Kelompok 1

PROGRAM STUDI SARJAN KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PENUAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA LANSIA

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan


dosen pengampu Hanny Rasni ,S.Kp., M.Kep

Oleh :
Kelompok 1
Kelas C/2016
Sindi Arieska Putri 162310101124

Shinta Dewi Purnamasari 162310101130

Nabilatuz Zulfa Salimah 162310101143

Dimas Galuh Saputro 162310101156

Choirul Anam 162310101250

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
Kata Pengantar
Puji syukur tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah untuk
memenuhi tugas Keperawatan Gerontik mengenai makalah yang berjudul
“Penuaan Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia” ini tepat pada waktunya. Tentu
saja dalam pembuatan tugas ini kelompok penulis menemukan banyak kesulitan,
tetapi berkat bantuan, doa, dan bimbingan dari banyak pihak penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, Dosen Pembimbing,
serta teman-teman satu kelompok.

Dalam menyusun makalah ini penulis telah mencurahkan semua kemampuan.


Dari hasil penyusunan makalah penulis sangat menyadari tugas makalah ini masih
banyak kekurangan, baik dari segi sisi penulisan maupun kata-kata yang
digunakan masih jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan data dan
referensi maupun kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak
guna dapat memperbaiki makalah ini lebih lanjut.

Jember, 06 Maret 2019

Kelompok 1
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I. Pendahuluan...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang…………………………….………………………..........1

1.2 Rumusan masalah …………………...……………………………...........2

1.3 Tujuan ……………………………………………………………….......2

1.4 Manfaat ......................................................................................................3

BAB II. Tinjauan Pustaka......................................................................................4

2.1 Proses Penuaan Sistem Muskuloskeletal……………………………........4

2.2 Patofisiologi Defisit Muskuloskeletal……………………………….... ...5

2.3 Rematik ...............................…………………………………… ….......5

2.4 Faktor Penyebab Rematik ........…………………………………….........5

2.5 Penanganan Rematik ................................................................................6

BAB III. Pembahasan............................................................................................8

BAB IV. Penutup................................................................................................. 11

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………........11
4.2 Saran…………………………………………………………………......11

Daftar Pustaka...................................................................................................... 12

Lampiran...............................................................................................................13
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada setiap
makluk hidup. Menurut Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa semua
makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan
proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang biak, menjadi tuadan
akhirnya tutup usia.

Ketuaan atau usia tua menurut Muanandar (2001) menjadikan manusia


rentan terhadap penyakit. Beberapa kelemahan dan penyakit akan terjadi
dengan bertambahnya usia, tetapi pada saat ini gaya hidup yang aktif dan pola
hidup sehat senantiasa diupayakan dan dilakukan. Hidup sehat berarti
mengambil bagian dalam makan-makanan yang sehat, menghindari zat-zat
yang dapat menyebabkan kerusakan pada diri dan organ tubuh, berjalan atau
melakukan olahraga (jalan kaki), makan buah dan sayur.

Penyakit rematik (Rheumatoid Arthritis) merupakan penyakit yang sering


diderita kelompok usia 45-54 tahun seiring dengan bertambahnya umur, yang
disebabkan oleh adanya pengapuran sendi, sehingga orang dengan jenis
penyakit ini, akan mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Selain itu,
Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit
pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang.

Nyeri sendi sering disebut dengan rematik adalah penyakit yang sering
ditemukan dan tersebar di seluruh dunia. Rematik merupakan kelompok
penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat (MSU)
pada jaringan atau akibat supersaturas asam urat di dalam cairan ekstraseluler
merupakan pemicu utama terjadinya peradangan atau inflamasi kejadian
rematik. Gangguan metabolisme yang mendasarkan rematik adalah
2

hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0
ml/dl untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita, kejadian ini meningkat pada
lanjut usia.

Di dunia, rematik merupakan penyakit muskuloskeletal yang paling sering


terjadi. Angka kejadian rematik pada tahun 2013 yang dilaporkan oleh World
Health Organization (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang
telah terserang rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun
dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun.Berdasarkan data
RisetKesehatan Dasar (2013), menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensi
rematik di Indonesia tahun 2007-2013 pada usia lansia terdapat 30,3 % pada
tahun 2007, dan mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu menjadi 24,7%.
Pada Tahun 2016 jumlah penderita rematik adalah sebanyak 23,8%.

Peningkatan jumlah populasi lansia yang mengalami penyakit reumatik


juga terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2016), di
Jawa Timur jumlah lansia pada tahun 2015 adalah 173.606 orang, dengan
status kesehatan baik 64.818 orang, cukup baik72.705 orang dan status
kesehatan kurang baik 36.083 orang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa penyebab lansia mengalami rheumatik
b. Bagaimana persebaran penyakit rheumatik pada lansia di indonesia
c. Mengapa lansia dapat terkena penyakit rheumatik
d. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
rheumatik

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan yang digunakan


b. Untuk mengetahui penyebab lansia mengalami penyakit rheumatik
c. Untuk mengetahui persebaran penyakit rheumatik di Indonesia
d. Untuk mengetahui konsep intervensi yang digunakan
3

1.4 Manfaat

1.4.1 Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi


tambahan bagi peserta didik tentang penuaan sistem muskuloskeletal pada lansia.

1.4.2 Tenaga Kesehatan

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi petugas


kesehatan tentang penuaan sistem muskuloskeletal.
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Penuaan Sistem Muskuloskeletal

Proses penuaan sistem musukoloskeletal adalah proses yang pasti akan dilalui
oleh setiap lansia dimana, massa tulang kontinu hingga mencapai puncak pada
usia 30-35 tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berkurangnya
aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal. Secara teratur
tulang mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses yaitu; modeling
dan remodeling, pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk remodeling
sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positvely coupled jadi masa
tulang yang hilang nol. Bila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan
masa tulang ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut. Dengan
bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan
kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan ini
lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun
dari berat tulang pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun,
pengurangan tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan kortek.

Pada pemeriksaan histologi wanita pasca menopouse dengan osteoporosis


spinal hanya mempunyai trabekula kurang dari 14%. Selama kehidupan laki-laki
kehilangan 20-30% dan wanita 30-40% dari puncak massa tulang. Pada sinofial
sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi celah dan
lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan
pembentukan kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler
mengalami degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi,
elastisitas dan mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesulitan dalam gerak yang
rumit Perubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot
terutama mengenai serabut otot tipe II. Penurunan ini disebabkan karena otropi
dan kehilangan serabut otot. Perubahan ini menyebabkan laju metabolik basal dan
laju komsumsi oksigen maksimal berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan
kecepatan laju kontraksi melambat. Selain penurunan masa otot juga dijumpai
berkurangnya rasio otot dan jaringan lemak.
5

2.2 Patofisiologi defisit muskuloskeletal

Penyakit muskuloskeletal terjadi pada berbagai rentang usia yang disebabkan


oleh beberapa faktor yaitu kongenital, gangguan perkembangan, trauma,
metabolik, degenereratif,proses infeksi dan usia lanjut Masalah yang timbul akibat
penyakit muskuloskeletal secara umum tidak mengancam kehidupan, tetapi
memberikan dampak yang berarti terhadap aktivitas normal dan produktifitas.
Proses penyembuhan pada beberapa kasus sistem muskuloskeletal memerlukan
waktu cukup lama sehingga mempengaruhi status kesehatan yang berkaitan
dengan kualitas hidup, kenyamanan fisik, dan kesehatan psikososial (Maher,
Salmond, & Pellino; 2002).

Penyakit muskuloskeletal yang sering dialami oleh lansia yaitu salah


satunya adalah penyakit Rheumatoid Arthritis atau lebih dikenal dengan penyakit
rematik di kalangan masyarakat luas.

2.3 Rematik

Penyakit rematik (Rheumatoid Arthritis) merupakan penyakit yang


disebabkan oleh adanya pengapuran sendi, sehingga orang dengan jenis penyakit
ini, akan mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Penyakit ini
menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi,
otot, tendon, ligamen, dan tulang.

2.4 Faktor Penyebab Rematik

a. Gaya Hidup

Gaya hidup yang kurang yang kurang sehat menjadi salah satu penyebab
terjadinya penyakit rematik, hal ini akan tercermin dari bagaimana pola
aktivitas fisik, kebiasaan makan, dan kebiasaan istirahat, serta perilaku yang
akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga berdampak pada kesehatan
individu.
6

b. Obesitas

Obesitas atau kelebihan berat badan (IMT ≥ 22.9) merupakan salah sati
faktor risiko terjadinya rematik. Obesitas atau overweight didefinisikan
sebagai kondisi dimana terjadi peningkatan lemak tubuh, selain itu juga
berhubungan dengan luas permukaan tubuh sehingga pada orang gemuk akan
lebih banyak memproduksi urat daripada orang kurus.

c. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor risiko terjadinya rematik, selain itu


seseorang dengan pengetahuan yang kurang baik memiliki risiko menderita
rematik 16,36 kali lebih besar dibanding seseorang dengan pengetahuan yang
baik.

d. Pola Makan

Pola makan normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin per hari.


Seseorang yang memiliki pola makan kurang baik memiliki risiko menderita
rematik sebanyak 19,33 kali lebih besar dibanding seseorang dengan pola
makan baik.

2.4 Penanganan rematik

Rematik dapat timbul dalam keadaan cuaca yang dingin dengan


memberikan rasa nyeri dan kaku sendi, sehingga membuat penderita mengalami
kesusahan untuk bergerak. Untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul maka hal
yang dapat dilakukan seseorang dirumah apabila terapi farmakologi telah habis,
dapat menggunakan terapi non-farmakologi diantaranya :

1. Diet yang seimbang, dengan mengurangi konsumsi makanan yang


berlemak dan berminyak
2. Kompres hangat untuk seseorang yang mengalami bedrest dan mandi
dengan air hangat selama 15 menit untuk membantu mengurangi nyeri dan
otot.
3. Pelatihan senam gerak dan ketahanan otot, penanganan yang satu ini dapat
membuat sendi dan otot relax dan tidak kaku, selain itu dapat
meningkatkanm fleksibiltas gerak dan kekuatan. Ada tiga jenis latihan
7

yang baik digunakan untuk penderita rematik seperti latihan daya tahan
kardio atau aerobik, jalan kaki, berenang, bersepeda dan berkebun
disesuaikan dengan letak nyeri yang dirasakan.
8

BAB 3. PEMBAHASAN

Menurut Jurnal Internasional yang berjudul “Use the painDETECT tool in


the rheumathoid arthiritis suggest neurophatic and sensitization components in
pain reporting” (2014) menunjukkan bahwa, angka kejadian nyeri untuk
penyakit Rheumathoid arthiritis masih terbilang cukup tinggi, terbukti pada saat
mereka melakukan sebuah deteksi untuk melaporkan angka kejadian nyeri,
mayoritas pasien atau klien melaporkan nyeri parah sebanyak 54% meskipun
penyakit klinis mereka terkontrol dengan baik. Kemudian menggunakan sebuah
kuisinoner yang bisa disebut dengan PainDetect, yakni berjumlah 67% tidak
mungkin mengalami nyeri neuropatik, kemudian angka 28% memiliki nyeri
neuropatik, dan 5% kemungkinan memiliki nyeri neuropatik. Dari catatan yang
ada, kelompok dengan obesitas atau yang memiliki indeks masa tubuh diatas rata-
rata lebih banyak melaporkan kejadian nyeri dibandingkan kelompok dengan
indeks massa tubuh yang normal.

Rheumathoid Arthirithis (RA) adalah suatu kodisi autoimun dimana terjadi


inflamasi yang ditandai oleh peradangan sistemik yang bisa terjadi pada daerah
persendian. Secara klinis, penyakit ini ditandai dengan pembengkaka, nyeri, dan
penurunan fungsi pada sendi yang terkena. RA yang tidak terkontrol
pengobatannya bisa menyebabkan kecacatan dan mengurangi kualitas hidup,
menempatkan beban penyakit yang tinggi pada populasi yang terkena. Di dalam
obat penyakit untuk RA ini terdapat komposisi yang bisa saja menambah
kecacatan akibat terlalu sering konsmsi atau karena ada faktor lain. Namun,
meskipun ada sejumlah terapi baru yang digunakan untuk memediasi kekebalan
tubuh yang digunakan untuk mengobati RA, ada sejumlah pasien yang terus
mengalami rasa sakit atau nyeri, oleh karena itu National Institute for Health and
Care Excellence (NICE) menganjurkan untuk selalu memberikan bimbingan dan
support untuk setiap pasien yang megalami RA.

Di dalam penelitian ini menyebutkan bahwa, mereka melakukan intervensi


untuk para psien dengan RA menggunakan tabel kuisioner dimana para peserta di
berikan beberapa kuisioner yang bernama PainDetect dan juga mengevaluasi
efektivitas manajemen dan pemantauan alat analisis nyeri yang bisa disebut
dengan VAS atau skala analog visual. Alat ini digunakan mengevaluasi rasa sakit,
intensitas sakit dan durasi sakit yang dialami. Di dalam penelitian ini persetujuan
etis juga sudah dipenuhi oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Di dalam
menyebutkan bahwa VAS adalah alat yang banyak digunakan dalam penilaian
nyeri untuk penyakit RA. Sampai saat ini, alat tambahan seperti PainDETECT
belum bisa sepenuhnya menilai secara luas elemen nyeri yang dialami oleh pasien
9

atau penderita RA, dengan hasil pengukuran VAS untuk nyeri ringan 0-30mm
sedang 31-53mm, dan parah 54-100mm sedangkan untuk PainDetect skor yang
menunjukkan kemungkinan nyeri neuropatik adalah 19, kemungkinan untuk tidak
merasakan nyeri adalah 13-18, dari jawaban skor keseluruah dihasilakn mulai dari
1-38. Kuisioner PainDetect ini sudah divalidasi dan dikembangkan di Negara
Jerman. Dari hasil penelitian menunjukkanbahwa orang dengan RA memiliki
sesnsitivitas nyeri yang lebih tinggi, juga di dapatkan hasil bahwa menggunakan
alat evaluasi nyeri atau VAS dengan penambahan metode lain yaitu PainDetect
bisa melaporkan kejadian, intensitas nyeri yang dialami pasien dengan RA yang
bisa mengurangi intensitivitas nyeri yang akan terjadi dan berulang, dan juga
saran dari peneliti agar alat VAS dan juga pendeteksi nyeri atau PainDetect ini
perlu dikembangkan lagi dan lagi agar para penderita bisa melaporkan nyeri
dengan cepat dan meminimalisir kejadian nyeri yang dialami oleh penderita RA.

Dalam Jurnal “Benefits of Exercise in Rheumatoid Arthritis” dijelaskan


bahwa manfaat dari latihan yang dinamis dalam meningkatkan hasil bagi pasien
dengan RA yang disorot menyusul review sistematis oleh Van Den Ende et al.
(1998). Namun, ini awal meta-analisis terbatas pada enam studi. Dalam dekade
intervensi, banyak penelitian dari berbagai kualitas telah menyelidiki program
pelatihan latihan aerobik dan / atau penguatan otot untuk pasien RA. Beberapa
latihan untuk klien yang mengalami RA adalah:

1. Pelatihan aerobik.

Kegiatan aerobik paling sering termasuk dalam intervensi latihan berjalan, berlari,
bersepeda, olahraga air, dan tari aerobik. Berjalan adalah mode yang baik dari
latihan karena murah, tidak memerlukan keahlian khusus, aman, dan dapat
dilakukan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. jalan cepat biasa,
bahkan dalam serangan pendek, meningkatkan aerobik kebugaran dan mengurangi
aspek risiko CVD pada orang dewasa yang sehat. Bersepeda juga merupakan
modus yang sangat baik dari aktivitas aerobik yang bekerja kelompok otot besar
ekstremitas bawah.

2. Latihan ketahanan.

Dengan kerugian massa otot, dan keterbatasan fungsional berikutnya dan


berkembang cacat karakteristik penyakit, pasien RA harus didorong untuk
melakukan latihan yang menimbulkan hipertrofi otot dan penguatan. Beberapa
penelitian telah menunjukkan manfaat resmi e ff Ects untuk pasien RA melakukan
latihan penguatan otot, dalam PRT khususnya. Perbaikan ini meliputi peningkatan
massa otot, penurunan lemak. Latihan yang melibatkan kelompok besar otot
ekstremitas atas dan bawah serta tangan latihan penguatan telah terbukti menjadi
10

efektif dan menemukan perbaikan yang signifikan dalam kekuatan otot (19-59%)
bersama dengan penurunan sistemik peradangan, nyeri. Temuan ini menunjukkan
bahwa latihan kekuatan dinamis jangka panjang dapat secara signifikan
meningkatkan kesejahteraan fisik pasien RA tanpa memperburuk aktivitas
penyakit.

Kombinasi Aerobik dan Latihan Kekuatan merupakan program latihan


yang optimal untuk pasien RA akan mencakup baik aerobik dan resistensi
pelatihan, kebutuhan latihan aerobik sebagai bagian dari pengobatan sangat
penting. Sementara penambahan latihan penguatan membantu untuk mengurangi
cachexia arthritis dan muskuloskeletal lain dan masalah kesehatan sendi, dan
menginduksi perbaikan substansial dalam fungsi fisik dan kemampuan untuk
melakukan ADL. Namun, pedoman Latihan umum untuk pasien RA harus
awalnya diawasi oleh seorang profesional yang berpengalaman latihan sehingga
program dapat disesuaikan dengan aspirasi individu dan disesuaikan dengan
aktivitas penyakit, cacat sendi, dan gejala pasien. Pentingnya untuk penyertaan
latihan olahraga dalam pengobatan RA sekarang jelas dan terbukti. Latihan secara
umum tampaknya meningkatkan fungsi secara keseluruhan di RA tanpa terbukti
merugikan untuk aktivitas penyakit itu sendiri. Dengan demikian semua pasien
RA harus didorong untuk memasukkan beberapa bentuk latihan olahraga aerobik
dan ketahanan sebagai bagian dari perawatan rutin mereka.
11

BAB 4. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Proses penuaan tidak bisa dihindari, semua manusia pasti akan melewati
proses penuaan, dimana seluruh organ-organnya juga mengalami penuaan,
kelemahan hingga perubahan fungsi yang bahkan sampai mempengaruhi aktivitas
hidup yang sebelumnya bisa dilakukannya. Bertambah usia berarti bertambah juga
usia sel-sel dalam tubuh, hal ini akan menimbulkan berbagai macam masalah
penyakit di dalam tubuh misal penyakit muskuloskeletal jika seseorang tidak
mengetahaui bagaimana pola hidup yang sehat dan benar. Rematik merupakan
masalah muskuloskeletal yang tak jarang dialami oleh seseorang yang pengalami
proses penuaan, banyak faktor risiko yang menjadi pencetus terjadinya penyakit
rematik yaitu misalnya gaya hidup, pola makan, obesitas, serta pengetahuan yang
dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap terjadinya kekambuhan rematik.

4.2 SARAN

 Memperbaiki gaya hidup yang dimiliki, memulai gaya hidup yang sehat
sedari dini untuk menghindari rematik di usia lanjut.
 Mengatur pola makan dengan memilih makanan sehat tidak memiliki
kadar purin yang tinggi, serta hindari makanan berlemak yang akan
mengakibatkan kegemukan atau obesitas pada seseorang yang juga
menjadi salah satu pencetus penyakit rematik.
 Kembangkan pengetahuan, konsultasikan kepada pelayanan kesehatan
untuk mencegah bahkan meminimalisir tingkat keparahan rematik yang
dialami.
12

DAFTAR PUSTAKA

Meliny,dkk. 2018. Analisis Faktor Resiko Rheumatik Usia 45-54 Tahun di


Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu. Kendari : JIMKESMAS

Nugraha, Deddy Setya. 2017. Gambaran Karakteristik Responden, Riwayat


Penyakit yang Menyertai dan Jenis Penyakit Rheumatik Pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ropyanto, Chandra Bagus. 2013. Analisis Praktik Residensi Keperawatan Bedah


Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Dengan Penerapan
Teori Self Care Orem Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Disertasi.Jakarta : Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia

Tamtomo, Didik Gunawan. 2016. Perubahan Anatomik Organ Tubuh Pada


Penuaan. SEMARANG : UPT PERPUSTAKAAN UNS.
http://library.uns.ac.id/perubahan-anatomik-organ-tubuh-pada-penuaan/ .
[Diakses pada tanggal 13 Maret 2019].

Uraningsari, Fitrie.2016.Penerimaan Diri, Dukungan Sosial dan Kebahagiaan


Pada Lanjut Usia.Jurnal Psikologi Indonesia.5(1):15-27

Cooney, Jennifer K.., Jane Law, Rebecca. 2011. Benefits of Exercise in


Rheumatoid Arthritis. SAGE-Hindawi Access to Research Journal of Aging
Research.Vol 2011 (8-9) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC3042669/ [diakses pada tanggal 14 Maret 2019].
13

LAMPIRAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL

1. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. K
Umur : 60 th
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Tempat & tanggal lahir : 18 Juli 1959
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan lalu : Instruktur senam
Pekerjaan sekarang : Rias pengantin, Pedagang Sembako
Alamat : Jl. Belimbing No.76
Hobby : Memasak dan Merias
Orang yang mudah dihubungi: Anak
Alamat & telepon :

2. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah diderita (kapan, sebab kambuh)
Pasien pernah mengalami darah rendah sejak 5 tahun yang lalu, waktu
untuk beristirahat berkurang. Pasien sekarang mengalami darah tinggi karena pola
aktivitas yang berubah dan menu makanan yang tidak seimbang.
b. Status kesehatan setahun lalu
Pasien pernah mengalami darah tinggi, pasien pernah mengalami asam
urat
c. Status kesehatan 5 tahun lalu
Pasien memiliki riwayat darah rendah, gliyeng, kalau bangun tidur pasti
mutah. Selain itu pasien juga pernah mengalami kecelakaan, sehingga diharuskan
14

untuk menjalani operasi pada bagian klavikula dekstra. Yang sampai sekarang
masih terpasang sebuah besi.

3. Status Kesehatan
a. Keluhan/masalah kesehatan saat ini
Pasien sekarang mengeluhkan pusing, nyeri punggung, pinggang/panggul
punya riwayat darah tinggi sampai sekarang, dan memiliki penyakit maag. Nyeri
yang dirasakan berada pada skala 3.
b. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan cara perawatannya
Pasien mengetahui tentang kesehatannya dan cara mengatasi penyakitnya
saat sakit. Pasien mengatakan juga sekarang masih mengkonsumsi neuralgin
untuk mereda nyeri.

4. Riwayat Keluarga
15

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: garis perkawinan

: garis keturunan

: satu rumah

: klien

5. Kebiasaan Sehari-hari
a. Istirahat tidur
Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk tidur, tetapi pasien
lebih jarang tidur siang, karena terkadang toko buka jam 07.00 WIB - 22.00 WIB
malam. Lalu untuk nyeri pada pinggulnya sendiri kadang-kadang muncul di
malam hari dan pada saat bangun di pagi hari, mengalami seperti kaku sendi.
b. Nutrisi (makan dan minum)
Pasien mengatakan makannya teratur 2-3 kali sehari, selain itu terkadang
juga mengonsumsi susu bear brand, komposisi makanan terkadang cuman
keringan, tidak sering jikalau mengonsumsi sayur mayur. Pasien juga mengatakan
tidak ada alergi terhadap makanan.
c. Kebersihan diri
Mandi teratur, tidak dibantu orang lain, rambut wangi dan tidak kusut,
penampilan tidak lusuh, kuku selalu bersih.

6. Kebiasaan sehari-hari
Bangun tidur, nyiapin sarapan, buka toko. Senam seminggu 1x pada hari
minggu. Jaga toko, sambil bersih-bersih, masak. Kalau ada acara acara nasional,
nyiapin material. Terkadang setiap pagi pasien juga memberi konpres hangat pada
sendi yang mengalami nyeri.
16

7. Psikososial
Pasien mengatakan aktif mengikuti kegiatan arisan, sebulan sekali DAMA
(Dasa Wisma), rutin sudah menjadi anggota. Sebagai DANSOS (Dana Sosial),
dengan 17 anggota. Memiliki hubungan sosial yang baik dengan tetangga,
mengikuti kegiatan sosial di masyarakat.

8. Spiritual
Pasien mengatakan selalu mengikuti pengajian, setiap hari senin seminggu
sekali

9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS : 3E5M4V
Tanda-tanda vital :TD :190/110 mmHg Suhu: 36,4 Nadi:96x/menit
RR: 22x/menit
a. Kepala : Tampak simetris, tidak ada benjolan, warna
rambut hitam- beberapa putih, persebaran rambut
masih bagus, tidak ada bau, tidak ada luka, tidak ada
ketombe dan kutu.
b. Mata-Telinga-Hidung :
 ) Penglihatan, Tidak terdapat ikterus, penglihatan miophy dan
biophy, sering berair.
 ) Pendengaran, tidak terdapat jejas, fungsi pendengaran masih
berfungsi dengan baik, tampak simetris.
 ) Hidung, pembau normal, masih tajam penciumannya.
c. Leher : tidak terdapat benjolan, tampak simetris, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak terdapat jejas.
17

d. Dada dan punggung : tampak simetris, terdapat benjolan pada klavikula


dekstra, tidak terdapat jejas, tidak terdapat nyeri
tekan.

 ) Paru-paru : Tampak simetris, tidak terdapat jejas, tidak ada nyeri


tekan, lokal premitus teraba jelas dan sama, suara nafas vesikular.
 ) Jantung : Klien mengatakan tidak terdapat nyeri di bagian dada
sebelah kiri, tidak merasakan debar yang berlebihan.
 ) Abdomen : Tampak simetris, tidak ada benjolan, tidak terdapat
jejas, tidak terdapat nyeri tekan, dan bising usus normar yaitu
sebanyak 8x/menit.
 ) Pinggang : Sering nyeri dibagian bawah akan tetapi tidak
menjalar, tidak terdapat benjolan.

e. Sistem Pencernaan, Status : BAB 2x sehari , BAK +- 4x sehari lancar,


f. Sistem Genetaurinariue : Pasien mengatakan bahwa tidak ada luka
sekitar gentalia, tidak terdapat benjolan, tidak
mengalami gangguan perkemihan. BAK
lancar
g. Ektremitas atas dan bawah :
4 4
4 4
Ektremitas atas dan bawah memiliki nilai masing-masing 4 karena tidak
bisa menahan beban berat. Selain itu pada persendian di panggul tampak
memerah, pasien juga mengeluhkan nyeri dengan skala 3, sudah dirasakan selama
kurang lebih 1 tahun, hilang timbul apabila aktivitas sedikit dan sering terjadi
pada malam hari dan pagi hari kadang-kadang, nyeri nya yang dirasakan seperti
tertusuk.
10. Pengkajian secara umum
a. Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ )
= 4 (kerusakan intelektual ringan)
18

b. Mini - Mental State Exam ( MMSE )


= > 23 (Aspek kognitif dan mental baik )
c. Inventaris Depresi Beck
= nilai 3 (0-6 Depresi tidak ada atau minimal)
d. APGAR Keluarga
= 10

11. Data Penunjang


a. Laboratorim : asam urat 4 ml/dl
b. Radiologi : tidak terkaji
c. EKG : tidak terkaji
d. USG : tidak terkaji
e. CT- Scan : tidak terkaji
f. Obat - obatan : - Neuralgin

- Kaptopril

- Promag/biomag
1

A. Analisis Data

No Data (Sign/Symptom) Interpretasi (Etiologi) Masalah (Problem)


1. DO : Faktor biologi dan perubahan Nyeri akut (00132)
- Skala nyeri 3 pola aktivitas Domain 12 Kenyamanan
- Panggul memerah Kelas 1 Kenyamanan Fisik
DS :
- Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung dan
pinggang
- Pasien mengatakan nyerinya kadang-kadang muncul
pada malam hari dan saat bangun pada pagi hari
- Pasien mengatakan setiap pagi hari seperti kaku
sendi
- Pasien mengatakan rasa nyeri nya seperti ditusuk
tusuk, dan hilang timbul
2. DO : Post Op klavikula dekstra yang Risiko infeksi (00004)
- Terdapat benjolan pada klavikula dekstra belum di lepas Domain 11
DS : Keamanan/Perlindungan
- Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan Kelas 1
pada klavikula dekstra Keamanan/perlindungan
2

- Pasien mengatakan besi yang tertanam pada


klavikula tersebut belum di lepas
3. DO : Perubahan pada pola aktivitas Kesiapan meningkatkan
- Pasien masih tampak memiliki semangat dan kegiatan koping (00158)
DS : Domain 9 Koping/Toleransi
- Pasien mengatakan apabila merasakan nyeri selalu Stres
meminum obat Kelas 2 Respon koping
- Pasien mengatakan mengikuti kegiatan senam lansia
1x dalam seminggu

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d Faktor biologi dan perubahan pola aktivitas d.d pasien mengeluhkan nyeri pada punggung dan pinggang, pasien
mengatakan nyerinya kadang-kadang muncul pada malam hari dan saat bangun pada pagi hari, pasien mengatakan setiap pagi hari
seperti kaku sendi, Pasien mengatakan rasa nyeri nya seperti ditusuk tusuk, dan hilang timbul, panggul memerah dan skala nyeri yang
dirasakan berada pada skala 3

2. Risiko infeksi b.d Post Op klavikula dekstra yang belum di lepas d.d Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan pada
klavikula dekstra, pasien mengatakan besi yang tertanam pada klavikula tersebut belum di lepas, dan terdapat benjolan pada klavikula
dekstra
3

3. Kesiapan meningkatkan koping b.d Perubahan pada pola aktivitas dan kegiatan d.d Pasien mengatakan apabila merasakan nyeri
selalu meminum obat, pasien mengatakan mengikuti kegiatan senam lansia 1x dalam seminggu, dan pasien masih tampak memiliki
semangat

C. Perencanaan Keperawatan

NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL PARAF &


/JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL NAMA
1 Rabu / 13 Maret Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
2019 / 07.00 WIB Domain 12 Kelas 1 tindakan keperawatan (1400) : (14000)
Kenyamanan selama 3x24 jam, 1. Gunakan strategi 1. Agar pasien bisa
Definisi: diharapkan masalah komunikasi menjelaskan
nyeri akut pasien terapeutik untuk pengalaman nyeri
Pengalaman sensori
dapat teratasi dengan mengetahui yang di alaminya
dan emosional tidak
kriteria hasil: pengelaman nyeri 2. Agar pasien paham
menyenangkan
1. Menggambarkan dan sampaikan mengenai informasi
berkaitan dengan
atau menjelaskan penerimaan pasien tentang nyeri yang
kerusakan jaringan
faktor penyebab terhadap nyeri. dialaminya
aktual atau potensial,
dari nyeri 2. Berikan informasi 3. Agar rasa nyeri yang
atau yag digambarkan
4

sebagai kerusakan; 2. Menggunakan mengenai nyeri, dialami pasien


awitan yang tiba-tiba tindakan seperti penyebab sedikit terkurangi
atau lambat dengan pengurangan nyeri nyeri, berapa lama 4. Agar pasien bisa
intensitas ringann tanpa analgesik nyeri akan mrnurunkan
hingga berat, dengan dirasakan. intensitas nyeri
berakhirnya dapat 3. Gunakan tindakan secara mandiri
diantisipasi atau di pengontrol nyeri
prediksi dan dengan sebelum nyeri
durasi kurang dai 3 bertambah berat
bulan. 4. Ajarkan metode
non-farmakologi
dan farmakologi
untuk menurunkan
nyeri
2 Rabu / 13 Maret Risiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol Risiko 1. Agar tangan
2019 / 07.00 WIB (00004) Domain 11 tindakan keperawatan (6540) pasien terhindar
Kelas 1 selama 3x24 jam, 1. Anjurkan pasien dari risiko infeksi
Keamanan/perlindu diharapkan masalah mengenai teknik 2. Meminimalisir
ngan Definisi: Risiko Infeksi pasien mencuci tangan infeksi yang
5

Rentan mengalami dapat berkurang dengan tepat. memungkinkan


invasi dan dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien bisa terjangkit di
multiplikasi 1. Mengindentifikasi meminum dalam tubuh
organisme patogenik apa faktor risiko antibiotik yang pasien
yang dapat infeksi yang bisa diresepkan 3. Agar pasien
mengganggu terjadi 3. Ajarkan pasien mengetahui
kesehatan. 2. Mengenali dan keluarga infomasi tentang
kemampuan untuk mengenai tanda tanda dan gejala
mengubah perilaku dan gejala infeksi infeksi
dan kapan harus 4. Agar pasien dan
melaporkannya anggota keluarg
kepada penyedia paham cara untuk
perawatan menghindari
kesehatan infeksi.
4. Ajarkan pasien
dan keluarga
mengenai
bagaimana
menghindari
6

infeksi.
3 Rabu / 13 Maret Kesiapan Setelah dilakukan Peningkatan 1. Agar pasien merasa
2019 / 07.00 WIB meningkatkan tindakan keperawatan Koping (5320) tidak merasa minder
koping (00158) selama 3x24 jam, 1. Dukung pasien atas perubahan peran
Domain 9 Kelas 2 diharapkan pasien bisa untuk yang terjadi
Respon koping meningkatkan koping mengidentifikasi 2. Agar pasien
Definisi: dengan kriteria hasil: deskripsi yang mengetahui informasi
1. Meningkatkan realistik terhadap tentang diagnosis,
Suatu pola upaya
kualitas hidup perubahan dalam penanganan yang
koginitif dan perilaku
2. Percaya diri dengan peran. akan diberikan oleh
untuk mengatasi
penampilan 2. Sediakan tenaga medis kepada
tuntutan/permintaan
perannya informasi aktual pasien
yang adekuat untuk
mengenai 3. Agar pasien merasa
kesejahteraan dan
diagnosis, terdukung atas
dapat ditingkatkan.
penanganan, dan kemampuan diri yang
prognosis ia miliki
3. Dukung pasien 4. Agar pasien merasa
untuk dihargai atas
mengidentifikasi pencapaian pasien
7

kekuatan dan sebelumnya.


kemampuan diri
4. Eksplorasi
pencapaian
pasien
sebelumnya.

D. Implementasi Keperawatan
8

N NO DIAGNOSA HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF &


O JAM NAMA
1 1 Rabu, 13 Maret 2019 Manajemen Nyeri (1400) S : Klien mengatakan
10.00 WIB 1. Menggunakan strategi bahwa informasi yang
komunikasi terapeutik untuk diberikan sangat
mengetahui pengelaman nyeri bermanfaat terkait
dan sampaikan penerimaan dengan manajemen
pasien terhadap nyeri. nyeri, klien mengatakan
2. Memberikan informasi bahwa setelah
mengenai nyeri, seperti mengikuti tindakan
penyebab nyeri, berapa lama untuk mengontrol nyeri
nyeri akan dirasakan. klien merasa lebih
3. Menggunakan tindakan enakan.
pengontrol nyeri sebelum nyeri O : Klien tampak
bertambah berat. kooperatif saat
4. Mengajarkan metode non- diberikan informasi,
farmakologi dan farmakologi klien tampak kooperatif
untuk menurunkan nyeri. dalam menyampaikan
masalah nyeri yang
9

dialaminya, klien
terlihat rilex setelah
diberikan tindakan
pengontol nyeri.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
2 2 Rabu, 13 Maret 2019 Kontrol Resiko (6540) S : Klien mengatakan
10.45 WIB 1. Menganjurkan pasien mengenai bahwa informasi dan
teknik mencuci tangan dengan tindakan yang
tepat. dilakukan oleh perawat
2. Menganjurkan pasien meminum sangat membantu.
antibiotik yang diresepkan. O : Klien tampak mengerti
3. Mengajarkan pasien dan terkait dengan tindakan
keluarga mengenai tanda dan mencuci tangan dengan
gejala infeksi dan kapan harus tepat. Klien tampak
melaporkannya kepada paham mengenai
penyedia perawatan kesehatan. informasi yang
4. Mengajarkan pasien dan diberikan.
keluarga mengenai bagaimana A : Masalah telah teratasi
10

menghindari infeksi. P : Hentikan Intervensi


3 3 Rabu, 13 Maret 2019 Peningkatan Koping (5320) S : Klien mengatakan
11.10 WIB 1. Mendukung pasien untuk bahwa informasi yang
mengidentifikasi deskripsi yang diberikan sangat
realistik terhadap perubahan bermanfaat, klien
dalam peran. mengatakan senang
2. Menyediakan informasi aktual karena bisa sharing
mengenai diagnosis, mengenai pencapaian
penanganan, dan prognosis. pasien sebelumnya dan
3. Mendukung pasien untuk bisa mengidentifikasi
mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan dirinya.
kemampuan diri. O : Klien tampak
4. Mengeksplorasi pencapaian kooperatif daslam
pasien sebelumnya. menyampaikan
mengenai dirinya, klien
tampak senang setelah
diberikan implementasi
dengan teknik sharing.
A : Masalah Teratasi
11

P : Hentikan Intervensi.
1

Anda mungkin juga menyukai