oleh:
Nabilatuz Zulfa Salimah, S.Kep.
NIM 202311101063
B. Faktor Risiko
Faktor risiko yang meningkatkan tenaga kesehatan lebih tinggi tertular
Covid-19 seperti :
1) Kelangkaan masker dan APD
2) Ketidakjujuran pasien selama anamnesis lengkap Covid-19
3) Adanya stigma negative dari masyarakat
4) Kepatuhan tenaga kesehan dan aturan PSBB
5) Terpaparnya droplet, aerosol dan menyentuh benda-benda yang
terdapat virus corona
6) Tenaga medis yang mengalami peningkatan kerja karena adanya
langkah-langkah pengendalian infeksi yang semakin ketat sehingga
mengakibatkan kelelahan yang menurunkan imunitas tubuh
7) Tenaga media yang mengalami kecemasan akibat kematian infeksi
dan khawatir dengan kesejahteraan keluarganya karena adanya stigma
dari masyarakat
8) Penggunaan atau pemeriksaan bronkoskopi, hal ini umumnya harus
dihindari untuk meminimalkan paparan petugas kesehatan terhadap
SARSCoV-2 karena pemeriksaan ini berpotensi menghasilkan aerosol
sehingga menyebarkan dan menularkan Covid-19
9) Kurangnya pelatihan intubasi karena intubasi pada pasien dengan
Covid-19 juga menimbulkan risiko penularan virus ke petugas
pelayanan kesehatan.
Sementara, adanya berbagai kendala dalam Ruang ICU seperti (Semedi, 2020) :
Perawatan berbiaya tinggi
Peralatan yang mahal dan canggih
Penyediaan APD dalam jumlah besar untuk melindungi nakes
Keterbatasan jumlah perawat yang berkompeten di bidang perawatan
intensif
Rasio antara perawat dan pasien lebih rendah perawat yang ada
Keterbatasan suplai bahan habis pakai
Gas medis dan obat-obatan.
Di Indonesia sendiri, ICU yang belum terintegrasi akan menyulitkan
koordinasi
C. Pola Pencegahan
Dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan hierarki
pengendalian dalam pengendalian bahaya potensial di tempat kerja.
Mengeliminasi bahaya potensial merupakan cara terbaik, dibandingkan dengan
mengurangi biahaya potensial tersebut. oleh karena itu langkah perlindungan
yang paling efektif di mulai dari eliminasi, pengendalian teknik, administrasi,
dan alat pelindung diri. Pengendalian paling efektif adalah eliminasi bahaya
potensial virus Covid-19 dengan vaksinasi sehingga perlu disiapkan anggaran
pembiayannya. Ada kelebihan dan kekurangan dalam setiap pengendalian ini
sehingga perlu dipertimbangkan kemudahan, implementasi, efektivitas dan
biayanya (PBIDI, 2020)
Menurut Perdoki 2020, terdapat beberapa tindakan untuk mencegah
transmisi penularan Covid-19, antara lain :
1. Pengendalian teknis, yang terdiri dari :
a.) Menyediakan ruang ICU isolasi dengan ventilasi yang sesuai dengan
standart airbone infection Isolation Rooms (AIIR) bagi pasien dengan
gejala Covid-19
b.) Melakukan perawatan system HVAC (heating, ventilation, and air
condition) secara optimal dan rutin
c.) Gunakan alat pembatas atauu barrier yang terbuat dari plastic atau akrilik
saat melakukan tindakan yang potensial menimbulkan aerosol apabila
memungkinkan
d.) Jika mungkin, menyediakan alat-alat medis portable, seperti X-Ray
portable untuk minimalisasi mobilisasi keluar masuknya pasien
e.) Pencegahan Ventilator Assosiated Pneumonia (VAP)
2. Pengendalian Administratif
a.) Pasien dengan gejala Covid-19 dipisahkan di ruangan ICU isolasi
b.) Membatasi petugas yang memasuki ruang isolasi dengan mengatur
jadwal visite atau mendelegasikan pemeriksaan jika memungkinkan
c.) Melakukan pengatran shift petugas saat berada di ruang isolasi (Misalnya
pergantian bertugas setiap berapa jam dalam)
d.) Petugas menjaga jarak fisik 1s/d 2 meter dengan pasien, kecuali bila
memang diperlukan untuk mendekat/kontak langsung
e.) Pasien bergejala covid-19 atau gejala infeksi saluran nafas lainnya harus
menggunakan masker bedah
f.) Memastikan pasien dengan gejala Covid-19atau gejala infeksi saliran
nafas lainnya mematuhi etika kebersihan pernafasan dan batuk serta cuci
tangandengan menyediakan kebutuhan untuk kebersihan respirasi
g.) Melakukan pelatihan petugas tentang prosedur kerja, pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI), termasuk cara penggunaan respirator N95
yang benar, cara pemakasian dan pelepasan APD serta peringatan untuk
tidak menyentuh wajah, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci
h.) Menghindari penggunaan handphone atau bekerja sambal makan/minum
selama pemeriksaan
i.) Melakukan pemersihan dan disinfeksi ruang ICU isolasi terutama pada
bagian yang sering disentuh dan tidak terkecuali peralatan media yang
harus dilakukan disinfeksi secara berkala
j.) Melakukan hand-hygiene yang benar sesuai 6 langkah cuci tangan pada
momen cuci tangan, sebelum dan melepas APD dan setelah melepas
sarung tangan.
D. Penatalaksanaan Antisipasi
Society of critical care medicine merekmendasikan penatalaksanaan
yang dilakukan pada pasien Covid-19 di ICU, antara lain adalah sebagai
berikut :
1.) Pengendalian infeksi dan pengujian
a.) Petugas ICU menggunakan APD lengkap
b.) Ruang ICU dengan tekanan normal, ventilasi yang cukup dan pasien
terisolasi dari pasien yang lain
2.) Hemodinamik
Irama : teratur
HR : 20-40x/m
Gelombang P : tidak terlihat
PR interval : tidak ada
Gelombang QRS : > 0,12 detik gambaran ini dikatakan PEA bila
nadi karotis tidak teraba
Gambaran klinis : Pasien tidak sadar, nadi karotis tidak teraba
Interpretasi :
Irama : tidak teratur
HR : Tidak dapat dihitung
Gelombang P : tidak ada
PR Interval : tidak ada
QRS : tidak dapat dihitung
Gambaran klinis : Pasien tak sadar dan mengalami kejang, nadi tidak
teraba
Interpretasi :
Irama : teratur
HR : >100x/m
Gelombang P : tidak terlihat
PR interval : tidak ada
Gelombang QRS : >0,12 detik
Gambaran klinis : pasien bisa sadar atay tidak sadar dapat disertai
kejang, nadikarotis tidak teraba
DAFTAR PUSTAKA
PBIDI. 2020. Pedoman standar perlindungan dokter di era covid-19. Ikatan Dokter
Indonesia. 40.
Semedi, B. P. 2020. Landasan pengelolaan icu di era pandemi covid -19. Departemen
19.Jakarata:Kemenkes