oleh
Nabilatuz Zulfa Salimah, S.Kep.
NIM 202311101063
1. KASUS
Hyperemesis Gravidarum
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Hyperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah yang dirasakan secara
berlebihan yang dirasakan sampai umur kehamilan 20 minggu. Mual dan muntah
yang dirasakan begitu hebat dimana segela apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun dan dehidrasi (Mardalena dan Suyani, 2016). Menurut
(Marlin, 2016) hyperemesis gravidarum adalah keadaan mual dan muntah yang
dialami hingga mengganggu aktivitas sehari-hari hingga menimbulkan komplikasi
dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3kg atau 5% dari berat
badan sebelum hamil. Pengertian lain mengenai hyperemesis gravidarum adalah
suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memnuntahkan segala apa yang dimakan
dan diminum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis
kurang dan timbul aseton dalam air kencing. Hyperemesis gravidarum adalah
kondisi mual dan muntah yang berat selama kehamilan atau 1-20 pasian per-1000
kehamilan (Widatiningsih, 2019).
Hyperemesis gravidarum ini dapat menyebabkan tidak seimbangnya cairan,
asam-basa, defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada
hyperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis
akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria
sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit (Widatiningsih,
2019)
b. Factor penyebab
Menurut (Mardalena dan Suyani, 2016) terdapat beberapa factor predisposisi
yang diduga berkaitan yaitu :
1. Factor hormonal pada saat kehamilan berlangsung
2. Factor psikologis
3. Factor alergi
Menurut (Marlin, 2016) menyebutkan bahwa adanya beberapa factor yang
mempengaruhi kejadian hyperemesis gravidarum, seperti factor hormonal atau
fungsi endokrin, bawaan bayi, imunologi, stress psikologis, keturunan, karena
kehamilan, usia, aktivitas, asupan nutrisi dan bebas psikologis.
c. Patofisiologi
Patofisiologi hyperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi factor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormone progestern menyebabkan otot polos pada system
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi (Sulistyo, 2016)
e. Penatalaksanaan
1.) Pemeriksaan Fisik (Barozha dkk., 2016) :
- Perhatikan keadaan umum
- Tanda-tanda vital
- Tanda dehidrasi
- Besarnya kehamilan ; dan
- Pemeriksaan tiroid dan abdominal
2.) Pemeriksaan penunjang :
Melakukan pemeriksaan USG pada penderita Hyperemesis Gravidarum.
Abortus iminens sangat penting dilakukan untuk mendeteksi adanya tidaknya
gangguan pada janin dalam keadaan baik atau tidak (Barozha dkk., 2016)
3. PATHWAY
Kelemahan Otot
Intoleransi
Aktivitas
4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Riwayat kesehatan
1. Identitas klien
Meliputi : nama,umur tempat tinggal dan jenis kelamin.
2. Keluhan utama
Klien mengalami keluhan pusing yang terus menerus dan tekanan darah tinggi.
3. Riyawat penyakit dahulu
Memiliki riwayat penyakit hipertensi .
4. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat penyakit turunan dari salah satu anggota keluarga yang
menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam perut
ibu..
b. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan, yaitu:
1. Aktivitas/istirahat
Mengenai aktivitas harian dan kebutuhan jam tidur serta bagaimana polanya
yang menganggu atau sesuai dengan kebutuhan istirahat
2. Sirkulasi
Keadaan kinerja jantung yang sesuai dengan keadaan fisik yang mendukung.
3. Eliminasi
Pola eliminasi yang sesuai mulai dari kebutuhan BAB dan BAK dari klien.
4. Makanan dan cairan
Kebutuhan intake tubuh yang diperlukan oleh klien dan keadaanya untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
5. Pernafasan
Keadaan pola nafas yang tidak terganggu dan kebutuhan oksigen yang baik atau
kurang menjadi tolak ukur pernafasan yang baik.
6. Keamanan
Keadaan status imun tubuh yang baik dan mampu menangkal penyakit atau
keadaan klien yang sebalinya.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : tingkat kesadaran klien atau nilai dari GCS.
2. Berat badan: perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan BB sesuai standar usia.
3. Otot: otot tanus tidak baik aktifitas berkurang.
4. Fungsi gastrointestinal: apakah ada keluhan diare dan fase masuknya makanan.
5. Rambut: kusam,kering,kemerahan, tipis, penyebaran tidak merata.
6. Kulit: kering, pucat.
7. Bibir: kering,pecah-pecah,membran mukosa kering.
8. Mata: konjungtiva anemis.
5. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)
NO DIAGNOSIS DEFINISI
1. Nausea (D.0076) Perasaan tidak nyaman pada bagian
belakang tenggorokan atau lambng yang
dapat mengakibatkan muntah
2. Defisit Nutrisi (D.0019) Asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
3. Nyeri Akut (D.0077) Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
4. Hipovolemia (D.0023) Penurunan volume cairan intravaskuler,
interstisial dan/atau intraseluler
5. Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan energi untuk
(D.0056) melakukan aktivitas sehari-hari
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Universitas Jambi
SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. tim pokja SDKI DPP PPNI.
SIKI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. tim pokja SDKI DPP PPNI.
SLKI. 2017. Starndar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. tim pokja SDKI DPP PPNI.
Widatiningsih, S. 2019. Studi fenomenologi kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil