oleh:
Nabilatuz Zulfa Salimah, S.Kep.
NIM 202311101063
B. Pelepasan APD
1.) Pasien terkonfirmasi Covid-19
a) Buka sarung tangan dengan menarik sarung tangan ke arah
depan kemudian lipat di bagian ujung dalam sarung tangan dan
lakukan yang sama di sarung tangan berikutnya dan secara
bersama di lepaskan kemudian dimasukkan ke tempat sampah
infeksius
b) Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer dengan
menggunakan 6 langkah
c) Buka gown perlahan dengan membuka ikatan tali di belakang
kemudian bagian belakang leher lalu tangan memegang sisi
bagian dalam gown melipat bagian luar ke dalam dan
dimasukkan ke tempat sampah infeksius
d) Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer dengan
menggunakan 6 langkah
e) Buka sepatu dilanjutkan dengan mengunakan hand sanitizer
dengan menggunakan 6 langkah
f) Buka masker N95 dengan cara sedikit menundukkan kepala
kemudian menarik keluar tali yang berada di belakang kepala
terlebih dahulu lalu menarik keluar tali di atas kepala dan
pegang talinya kemudian kemudian dimasukkan ke tempat
sampah infeksiusCuci tangan 6 langkah menggunakan sabun
dengan air mengalir
g) Petugas dapat membersihkan tubuh dengan mandi dan
menggunakan kembali baju biasa
2.) Pasien belum terkonfirmasi Covid-19
a) Buka sarung tangan dengan menarik sarung tangan ke arah
depan kemudian lipat di bagian ujung dalam sarung tangan dan
lakukan yang sama di sarung tangan berikutnya dan secara
bersama di lepaskan kemudian dimasukkan ke tempat sampah
infeksius
b) Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer dengan
menggunakan 6 langkah
c) Buka sepatu dilanjutkan dengan mengunakan hand sanitizer
dengan menggunakan 6 langkah
d) Lepaskan masker bedah dengan cara menarik tali masker bedah
secara perlahan dengan melipat masker bagian luar ke dalam
kemudian dimasukkan ke tempat sampah infeksius
e) Cuci tangan 6 langkah menggunakan sabun dengan air mengalir
f) Setelah membuka baju kerja, petugas dapat membersihkan
tubuh dengan mandi dan menggunakan kembali baju biasa
Berikut adalah tata laksana untuk bantuan hidup dasar pada pasien
terduga atau terkonfirmasi Covid-19 (HIPGABI, 2020) :
Sarung tangan
Gaun lengan panjang
Masker jenis FFP3 atau N95 jika tidak tersedia
Pelindung mata dan wajah (pelindung / pelindung wajah penuh atau
kacamata keselamatan polikarbonat atau yang setara). Atau, respirator
pemurni udara bertenaga (PAPR) dengan tudung dapat digunakan.
a.) Airway : yang harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, pemeriksaan
ini meliputi adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau
fraktur di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
memproteksi tulang cervical, karena itu teknik Jaw Thrust dapat
digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8
biasanya memerlukan pemasangan airway definitive.
b.) Breathing : setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus
menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari
paru yang baik, dinding dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan
pasien dengan fraktur ekstrimitas bawah yang signifikan sebaiknya
diberikan high flow oxygen 15 l/m dengan non-rebreathing mask dengan
reservoir bag.
c.) Circulation : ketika mengevluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan
di sini adalah volume darah, peerdarahan dan cardiac output. Perdarahan
sering menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama
pada patah tulang terbuka. Pemasangan bidai yang baik dapat
menurunkan perdarahan secara nyara dengan mengurangi gerakan dan
meningkatkan perngaruh tamponade otot sekitar patahan. Untuk patah
tulang terbuka dapat dilakukaan penggunaan balutan tekan steril yang
dapat mengehentikan perdarahan.
d.) Disability : dilakukan evaluasi singkat terhadap keadaan neurologis
meliputi tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat cedera spinal
e.) Exposure : pasien dilakukan pemeriksaan akhir dan evaluasi akhir secara
keseluruhan apakah ada tanda fraktur lain yang tanpa disadari dan lain
sebagainya. (Parahita dkk., 2013)
F. Penanganan Kasus Medik Emergency (Stroke)
Stroke atau yang lebih dikenal dengan Cerebrovascular Accident (CVA)
merupakan gangguan neurologis fokal yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari
24jam. Stroke adalah proses penyakit yang terjadi gangguan atau pecahnya
pembuluh darah di otak sehingga termasuk salah satu medical emergency yang
dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian (Rachmawati, 2019).
Penyebab stroke pada dasarnya dapat digabi menjadi tiga kategori, yakni
(Antara, 2013):
a.) Gangguan pada dinding pembuluh darah, Seperti : Usia lanjut,
hipertensi, thrombus, aterosklerosis, diabetes mellitus, infeksi dsb.
b.) Kelainan susunan/struktur darah, seperti : Polisitemia vera, kadar
fibrinogen tinggi, jumlah sel trombosit tinggi, anemia
c.) Gangguan aliran darah ke otak, seperti : penurunan aliran darah ke
otak karena tekanan darah terlalu rendah (syok), peningkatan
kekentalan darah
Kelemahan tiba-tiba pada wajah, lengan atau tungkai salah satu sisi
tubuh
Mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai salah satu sisi tubuh
Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
Kesulitan berjalan, pusing, berputar hilang keseimbangan
Sakit kepala berat mendadak tanpa penyebab jelas, dan hilang
kesadaran.
Dari hasil assessment tersebut, apabila pasien mendapat skor 1 atau lebih maka
terdiagnosis stroke dan skor < 0 atau = 0 maka bukan stroke dan kemungkinan
adalah kondisi lain kecuali jika skor total 0.
Selain Rosier, terdapat juga protocol yakni NIHSS atau ETSS valuasi
klinis awal yang rutin dan harus dilakukan adalah menilai skala keparahan
penyakit menggunakan skala standar, karena skala tersebut dapat membantu
komunikasi dan penilaian yang seragam antar dokter serta tenaga kesehatan lain
yang terlibat. National Institute of health stroke scale (NIHSS), yang secara
umum digunakan untuk penilaian pada kasus stroke iskemik, dapat juga
digunakan pada kasus stroke perdarahan. Meskipun demikian, pasien sering kali
mengalami penurunan kesadaran pada tahap awal, sehingga menyulitkan
penilaian menggunakan NIHSS. Selain NIHSS, terdapat beberapa skala
penilaian lain yang spesifik untuk kasus stroke ICH. Setelah terdiagnosis, tenaga
medis di unit rawat darurat harus mengatur transportasi pasien dengan cepat ke
Unit stroke atau unit perawatan intensif neurologi bila tersedia di rumah sakit
atau rujuk ke rumah sakit lain bila tidak tersedia unit stroke. Tetapi manajemen
medis awal sudah harus dimulai saat pasien sedang menunggu untuk dirujuk.
Setelah diketahui diagnosis pasien, apabila pasien terdiagnosis stroke iskemik
maka segera dilihat waktu awal gejala stroke. Jika diketahui dalam waktu<3
jam, usia 18 tahun maka pertimbangkan segera diberikan terapi trombolitik (baik
intravena atau intra-arteri), jika diketahui onset gejala dalam waktu 3-4,5 jam
pertimbangkan beri terapi trombolitik tetapi tidak boleh diberikan apabila pasien
berusia >80 tahun, stroke berat (skore NIHSS>25), menggunakan obat anti
koagulan, riwayat diabetes melitus dan stroke iskemik sebelumnya. Sedangkan
jika pasien terdiagnosis stroke hemorrhagic tidak hanya dilakukan pemeriksaan
GCS berkala tetapi dapat segera dikonsultasikan ke dokter bedah neurologi,
dikontrol tekanan darahnya, monitor peningkatan TIK dan mengontrol gangguan
pembekuan darah jika ada (Rachmawati, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Antara, A. 2013. Tata laksana stroke pra rumah sakit. SMF Neurologi RSUD. Kab.
Karangasem
HIPGABI. 2020. Panduan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Pada Masa Covid-19.
Kemenkes RI. 2020. Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa Adaptasi
1615.
PBIDI. 2020. Pedoman standar perlindungan dokter di era covid-19. Ikatan Dokter
Indonesia. 40.
Perki. 2020. Pedoman bantuan hidup dasar dan bantuan hidup jantung lanjut pada dewasa,
anak, dan neonatus terduga/ positif covid-19. Indonesian Heart Association. (62):1–13.
Rachmawati, D. 2019. Peran perawat dalam assessment pengenalan dini untuk meningkatkan
outcome pasien stroke di instalasi gawat darurat. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal
Sukoharjo, R. 2020. Spo penggunaan apd pelayanan pasien pada masa pandemi covid-19.pdf.
1–7.
WHO. 2020. Penggunaan rasional alat perlindungan diri untuk penyakit coronavirus ( covid-