Anda di halaman 1dari 7

“KABAYAN DIRACUNI SUSU KADALUARSA”

Sinoposis :
Kabayan tak juga mendapat persetujuan Abah berpacaran dengan Iteung, kendati berbagai cara
telah dilakukan Kabayan untuk meluluhkan Abah. Salah satunya dengan menemui Nyai Dasem,
dokter gadungan. Berkat Nyai Dasem, Kabayan mendapat informasi tentang rahasia abah yang
terbiasa melakukan hal aneh. Atas jalan inilah Kabayan memanfaatkan situasi ini, hingga
akhirnya mampu mempengaruhi Abah dengan mudahnya. Namun hal ini tidak berlangsung lama
karena ada Aceng Krifik yang telah mendapatkan kemudahan dengan khasiat jamu. Hingga
Abahpun luluh ketika Aceng bermaksud untuk memperistri Iteung.
Kabayan yang telah berhasrat menikahi Iteung tiba-tiba sakit keras setelah diracuni susu
kadaluarsa oleh Aceng Krifik. Namun Nyai Dasem memiliki resep untuk menyembuhkan
Kabayan yaitu menikahkannya dengan Nyai Iteung. Pada akhirnya Abah menikahkan Nyi Iteung
dan Kabayan dengan meminta bantuan kepada Amil resmi. Pada akhir cerita Aceng Krifik
ditangkap Polisi karena melakukan sejumlah pelanggaran.
Adegan 1. Rumah Abah
Membaca koran merupakan Rutinitas Abah di sore hari.
Abah : (batuk) “Ambu.. Abah heran dengan si Iteung, bilangnya mengaji tapi kalau
pulang selalu saja larut malam”.
Ambu : “Iya Bah”.
Abah : “Ambu..”
Ambu : “Iya Bah..”
Abah : “Sini!”
Ambu : “Iya Abah. (duduk di samping Abah sambil menjahit kerudungnya). Kalau tahu
seperti sekarang ini mengapa dulu tidak kita pesantrenkan? Mengaji saja tidak
cukup.”
Abah : “Heuh.. Kalau sudah begini, bagaimana dong Ambu?”
Ambu : “Kan kata Ambu juga dulu si Iteung itu harus dipesantrenkan. Coba bagaimana
lagi?”
Abah : “Terus langkah kita selanjutnya apa Mbu?”
Ambu : “Ya nanti kita rundingkan dulu sama si Iteung, mau tidak dipesantrenkan. Tapi
kalau sudah begini mah, kita serahkan saja sama Gusti Allah.”
Tiba-tiba Iteung datang sambil berteriak.
Iteung   : “Abah, Ambu I’am coming!”
Abah     : “Aduh kaget Iteung!”
Ambu   : “Iteung yang sopan dong kalau ke Abah! Pakai salam atau bagaimana? Tuh lihat
si Abah sampai kaget begitu!”
Iteung   : “Maafkan Iteung, Abah.”
Abah     : “Abah maafkan. Tapi siapa pemuda ini?”
Kabayan : “Perkenalkan Abah, nama saya Kabayan dari Gunung Cihcir” (sambil
mengulurkan tangan pada si Abah).
Abah     : “Engga butuh!” (menepis tangannya Kabayan)
Ambu     : “Siapa dia Iteung?”
Iteung     : “Dia teman saya Ambu.” (sambil memelintirkan kebayanya)
Abah     : “Tidak perduli teman atau siapa, Abah mau usir dulu si borokokok ini”
Kabayan : “Tunggu Abah, saya ini muridnya ajengan Burhanudin. Tidak mungkin dong
saya tidak serius dengan Nyi Iteung.”
Abah     : “Saya tidak percaya. Pokoknya pergi dari rumah ini Kabayan!”
Iteung   : “Jangan tinggalkan Iteung a Kabayan!”
Kabayan : “Tenang Iteung. Kabayan pergi hanya untuk kembali.”
Adegan 2
(Suara ayam berkokok di tanah Ciamis)
Dokter : “Selamat pagi Pak. Ada yang bisa saya bantu?”
Aceng : “Pagi Dok. Disini jualan jamu ga ya?”
Dokter : “Oh ada. Ada jamu kuat, jamu awet muda, jamu sehat waras, mau yang mana?”
Aceng : “Pokoknya saya mau jamu..” (sambil berbisik)
Dokter : “Oh ada. Tunggu sebentar.”
Aceng : “Wah luar binasa, ini jamunya istimewa sekali euy!”

Dokter : “Ya jelas toh pak, itu kan ramuan khasiat dari Timur Tengah, tahu ga pak, akar
sakuranya itu diambil dari kawasan Jepang, akar agar-agar asinnya diambil dari
segitiga bermuda.”
Aceng : “Wah jamu internasional dong. Kira-kira kalau dicoba untuk merayu si Nyai
bisa ga Dok?”
Dokter : “Oh ya jelas bisa dong pak, soalnya Bapak kan tampan dan rupawan. Ga akan
ada satupun wanita yang tidak takluk dirayu oleh Bapak.”
Adegan 3
Aceng     : “Inikah yang namanya Nyi Iteung?”
Iteung     : “Iya, memang ada apa Pak?”
Aceng     : “Kebetulan atuh! Iteung memangnya mau kemana?”
Iteung     : “Saya mau ngaji dulu. Ih Bapak, malu atuh sama Ibu.”
Aceng     : “Lalu kalau malu kenapa? Engga apa-apa kan Bu, kalau saya tambah istri?”
Iteung     : “Pak Aceng mau tambah istri lagi?”
Aceng     : “Iya kalau bisa, Iteung jadi istri bapak, iya kan Bu tidak apa-apa?”
Ibu Aceng : “Iya buktinya saya masih awet dengan Bapak.”
Tiba-tiba muncul Kabayan
Kabayan     : “Eh.. Pak Bupati ngapain sih ganggu Iteung? Dia kan pacar saya!”
Aceng         : “Apa kamu Kabayan?”
Kabayan     : “Euh.. Si Ibu mah, sudah dilecehkan juga tidak merasa kapok ya!”
Ibu Aceng : “Ya biarkanlah Kabayan, suami saya nikah lagi.”
Kabayan   : “Euh.. Si Ibu mah sudah mau tambah istri lagi apa tidak malu?”
Ibu Aceng   : “Ya biarkanlah..”
Aceng         : “Tuh, dengarkan! Makanya kamu diam jangan sok tahu!”
Aceng       : “Iteung! Aduh jadi kabur deh.. Ayo kita pulang Bu”
Ibu Aceng : “Ayo”
Adegan 4
Kabayan pun datang ke rumah Dokter Dasem.
Kabayan : “Punten..”
Dokter   : “Siapa itu?”
Kabayan : “Saya kang Kabayan”
Dokter   : “Angin apa yang membawamu kesini hah?”
Kabayan : “Angin kentut Nyai”
Dokter   : “Ah bercanda saja kamu!”
Kabayan : “Saya lagi celaka, saya sangat cinta sama Nyi Iteung, tapi si Abahnya engga
setuju sama saya.”
Dokter   : “Minta pertolongan mah bukan sama Nyai, tapi sama Allah”
Kabayan : “Saya butuh pertolongan untuk mengatur semuanya”
Dokter   : “Sebentar, mikir dulu”
Kabayan : “Cepetan dong Nyai!”
Dokter   : “Iya sebentar lagi”
Kemudian Nyai Dasem membisikkan sesuatu ke telinga Kabayan
Kabayan : “Ha.. Ha.. Ha..”
Dokter   : “Coba apa?”
Kabayan : “Engga tau Nyai. Tidak jelas.”
Dokter   : “Coba sini sekali lagi”
Kemudian Nyai Dasem membisikkan sesuatu lagi ke telinga Kabayan
Kabayan : “Dasar nenek-nenek peot! Sudahlah, saya pergi saja!”
Dokter   : “Eit! Tunggu dulu! Fulus, fulus, duit, fulus”
Kabayan : “Nyai kan tidak memberi apa-apa sama saya!”
Dokter   : “Fulus!”
Kabayan : “Ah! Nih! Saya pergi dulu Nyi”
Dokter   : “Thank you very much man!”
Adegan 5
Di belakang Rumah Abah, ternyata benar Abah sedang pegang botol
Kabayan : “Bah, bunyi apa itu? Kok blung blang bling bling begitu? Abah lagi ngapain
sih?”
Abah     : “Eh ada Kabayan”
Kabayan : “Oh, lagi pegang botol ya? Sekarang Abah ketahuan. Bilangin ah!”
Abah     : “Jangan Kabayan.. Jangan diberitahu ke orang-orang!”
Kabayan : “Bilangin nih Abah..”
Abah     : “Aduh Kabayan, nih Abah punya uang. Nih Rp.50.000; buat kamu”
Kabayan : “Wah kurang nih Bah!”
Abah     : “Nih atuh Rp.50.000; lagi. Dasar si borokokok!”
Kabayan : “Bah”
Abah     : “Apa lagi?!”
Kabayan : “Nyi Iteungnya ada tidak?”
Abah     : “Ada tuh”
Kabayan : “Kira-kira kalau diajak jalan boleh tidak?”
Abah     : “Ga boleh dong, kasihan”
Kabayan : “Bah!”
Abah     : “Apa lagi?!”
Kabayan : “Bling!”
Abah     : “Aduh! Yasudah lah sana bawa! Tapi awas kalau terjadi apa-apa dengan Nyi
Iteung rasakan akibatnya! Iteung laporkan sama Abah kalau terjadi apa-apa”
Iteung   : “Iya Abah! Iteung pamit dulu Bah, Assalamu’alaikum”
Saat Kabayan dan Iteung sedang berduaan
Kabayan : “Iteung, ada yang mau akang bicarakan”
Iteung   : “Apa itu kang Kabayan?”
Kabayan : “Kapan atuh kita ke pelaminan?”
Iteung     : “Ah akang bisa saja”
Kabayan : “Saya serius Nyi Iteung!”
Iteung   : “Apalagi saya. Lima rius!”
Kabayan : “Ya kalau memang Nyai sudah siap akang nikahi, akang mau melamar Iteung.
Jadi.. Mhh.. Istri akang Kabayan.”
Iteung   : “Serius kang Kabayan? Tapi bagaimana cara saya harus menerima lamaran
akang?”
Kabayan : “Iteung mah tenang saja. Nanti akang apel ke rumah Iteung”
Adegan 6
Aceng dengan khasiat jamunya ternyata meluluhkan hati Abah. Tibalah Aceng di rumah Abah.
Abah : “Eh pak Bupati.”
Aceng : “Assalamu’alaikum. Abah bagaimana sehat?”
Abah : “Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah sehat. Wah ada apa Bapak Bupati kesini?”
Aceng : “Saya bermaksud untuk menikahi Iteung, saya akan mengajak dia ke Garut”
Abah : “Aduh bagaimana ya? Tetapi dengan catatan asal jangan tiga hari ya Pak seperti
Fani itu. Ya Iteung, mau ya?”
Iteung : “Saya tidak mau dinikahi dengan Pak Aceng!”
Abah : “Masalah Kabayan biar Abah saja yang tanggung, ya Pak?”
Aceng : “Iya lagian menikah dengan Kabayan mau diberi makan apa? Diberi makan
dedak?”
Abah : “Iya lah. Abah ikut dengan Pak Aceng sekedar ingin tahu seperti apa kota
Garut?”
Iteung : “Aduh.. Tapi bagaimana dengan…”
Aceng : “Sudah jangan tapi-tapian. Sekarang sudah pukul lima nih!”
Abah : “Kalau begitu Abah berkemas dulu”
Mereka pun berangkat
Adegan 7
Ketika Iteung, Abah, dan Aceng berangkat ke Kota Garut, salah satu anak buah Aceng menukar
susu milik Kabayan dengan susu kadaluarsa yang bertujuan untuk meracuni Kabayan agar
rencana Aceng untuk menikahi Iteung dapat terlaksana tanpa dihalangi oleh si Kabayan.
Kabayan : “Aduh enak pisan ya sore-sore begini minum susu. Hidup berasa di surga.”
Kabayan pun meneguk segelas susu yang telah ditukar oleh anak buah Aceng Krifik. Beberapa
saat kemudian Kabayan merasa pusing dan mual-mual.
Kabayan : “Kok habis minum susu rasanya begini ya? Orang miskin mah gini ya baru juga
minum susu segelas udah mual. Gimana minum susu sekalian sama sapinya?”
Beberapa menit kemudian Kabayan tidak sadarkan diri dengan mulut penuh busa berwarna
putih. Warga yang kebetulan lewat langsung membawa Kabayan ke rumah Dokter.

Adegan 8
Setibanya di rumah dokter…
Warga : “Dokter! Tolong! Tadi saya menemukan Kabayan tidak sadarkan diri di gubug
dekat sawah”
Dokter : “Tenang Pak, tenang”
Warga : “Bagaimana keadaannya Bu?”
Dokter : “Tenang Pak, untung saja tidak kronis.”
Warga : “Memangnya apa yang terjadi?”
Dokter : “Dia keracunan susu kadaluarsa”
Warga : “Hah, susu kadaluarsa? Maksudnya apa dok?”
Dokter : “Coba bapak lihat deh, tuh kan buih susu kadaluarsanya keluar. Tapi bapak
jangan cemas, saya ada penawarnya. Bapak tolong carikan Nyai Iteung
dan bawa dia kemari!”
Warga : “Baik Dok!”
Beberapa saat kemudian…
Iteung   : “Kang Kabayan! Bangun kang!”
Kabayan : “Nyi Iteung..”
Kabayan : “Iya kang.. Nyai disini”
Abah     : “Kabayan.. Maafkan Abah. Si Aceng memang orowodol!”
Kabayan : “Iya lah Abah, pokoknya Kabayan mau nikah sama Nyi Iteung!”
Abah     : “Sekarang Abah sadar, dan setuju dengan Kabayan. Pokoknya kawinkan saja
sekarang!”
Amil       : “Disini? Bagaimana Iteung?”
Iteung     : “Iya Iteung mau”
Abah     : “Itu kan Aceng Krifik! Pak Polisi, apa yang terjadi dengan dia?”
Polisi     : “Dia telah melakukan pelanggaran berat, kemudian ia juga telah melakukan
pelecehan seksual terhadap perempuan dibawah umur!”
Kabayan : “Heh Aceng! Dimana-mana kebathilan pasti akan kalah!”
Aceng     : “Awas kamu Kabayan! Saya akan balas kamu!”
Pada akhirnya Kabayan dan Nyi Iteung direstui menikah oleh Abah. Dan mereka hidup bahagia
selamanya. Sementara Aceng Krifik dipenjara karena telah melakukan pelanggaran berat dan
pelecehan seksual dengan perempuan dibawah umur.

Anda mungkin juga menyukai