Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan kasih ata karunia-Nya sehingga proses pembuatan makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini telah penulis buat semaksimal mungkin, namun demikian mungkin
saja terdapat kesalahan disana-sini baik dari segi pembahasan maupun teknik
penulisan.

Dengan segala keterbatasan yang ada pada penulis, makalh ini tidak mungkin
dapat terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan, oleh karena itu penulis
menyampaikan rasa terima kasih.

Hal yang paling mendasar bagi penulis adalah dalam penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Klinik Praktik
Kebidanan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Santi Yuliastuti, SST, M. Tr. Keb sebagai dosen mata kuliah
Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan atas bimbingan dan arahannya.

Harapan penulis mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis


sendiri juga bagi siapa saja yang memerlukan wawasan tentang perawatan luka
apa saja yang terdapat pada makalah ini.

Tasikmalaya, 25 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 5

A. Latar Belakang 5

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penulisan 5

D. Manfaat Penulisan 6

BAB II PEMBAHASAN 7

A. Pengertian Luka 7

B. Jenis-Jenis Luka 7

a. Luka Berdasarkan Kondisi 7

b. Luka Berdasarkan Kedalaman dan Luas 7

c. Luka Berdasarkan Penyebab Luka 7

d. Luka Berdasarkan Tingkat Kontaminasi 9

C. Proses Penyembuhan Luka 10

a. Fase Inflamasi (Reaksi) 10

b. Fase Proliferasi (regenerasi) 10

c. Fase Maturasi (Remodeling) 11

D. Prinsip Penyembuhan Luka 11

E. Faktor Penyembuhan Luka 13

F. Komplasi pada Luka 16

G. Perawatan Luka 17

2
H. Penjahitan Luka 18

BAB III PENUTUP 23

A. Kesimpulan 23

B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit adalah bagian tubuh terluas yang membentuk sekitar 16 persen dari
berat badan. Kulit pun memiliki beberapa fungsi vital, meliputi fungsi
kekebalan tubuh, pengaturan suhu, sensasi, dan produksi vitamin. Kulit
juga merupakan organ dinamis dalam kondisi perubahan yang konstan.
Letaknya yang melingkupi tubuh membuat kulit mudah terluka.
Luka pada kulit, terutama luka terbuka, perlu mendapatkan perawatan
yang intensif. Hal ini karena luka terbuka dapat dengan mudah terinfeksi
oleh virus dan bakteri penyebab penyakit. Perawatan luka merupakan hal
yang mungkin terdengar sepele, tetapi ternyata memiliki peran dan fungsi
besar bagi kesehatan tubuh.
Luka adalah salah satu jenis cedera pada kulit yang mengalami robek,
teriris, tertusuk, atau ketika terkena benda tumpul sehingga menyebabkan
memar. Selain itu, pengertian luka lainnya adalah kondisi terputusnya
jaringan lunak, baik saraf, otot, kulit, hingga pembuluh darah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu luka?
2. Apa saja jenis-jenis luka?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka?
4. Bagaimanakah proses penyembuhan luka?
5. Apa saja prinsip penyembuhan luka?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka?
7. Apa saja komplikasi yang terjadi pada luka?
8. Bagaimanakah perawatan pada luka?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Diharapkan setelah membaca makalah ini, kita dapat menambah
pengetahuan mengenai perawatan luka.

4
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat :
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Klinik
Praktik Kebidanan
b. Untuk menambah wawasan mengenai keterampilan praktik
klinik terutama mengenai perawatan luka.
B. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan
pemikiran mengenai perawatan luka.
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan
tentang praktik keterampilan klinik terutama pada perawatan luka.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah belah (pecah,
cedera, lecet, dsb) pada kulit karena kena barang yang tajam dsb.
Berikut definisi dan pengertian luka dari beberapa sumber buku:
- Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Penyebab luka dapat berasal dari tusukan/goresan benda tajam,
benturan benda tumpul, kecelakaan, terkena tembakan, gigitan
hewan, bahan kimia, air panas, uap air, terkena api atau terbakar,
listrik dan petir (Murtutik dan Marjiyanto, 2013).
- Menurut Jong dan Syamsuhidayat (2011), luka adalah hilang atau
rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam dan tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
- Menurut Ryan (2014), luka adalah kerusakan pada fungsi
perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel
dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti
otot, tulang dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena operasi.
B. Jenis Luka
Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kelompok, yaitu:
a. Luka Berdasarkan Kondisi
Menurut Dorland (2006), berdasarkan kondisinya luka dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:
a) Luka tertutup. Luka tertutup merupakan luka dimana kulit korban
tetap utuh dan tidak ada kontak antara jaringan yang ada di bawah
dengan dunia luar, kerusakannya diakibatkan oleh trauma benda
tumpul. Luka tertutup umumnya dikenal sebagai luka memar yang
dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: 1) Kontusio, kerusakan

6
jaringan di bawah kulit yang mana dari luar hanya tampak sebagai
benjolan. 2) Hematoma, kerusakan jaringan di bawah kulit disertai
pendarahan sehingga dari luar tampak kebiruan.
b) Luka terbuka. Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan
di bawahnya mengalami kerusakan. Penyebab luka ini adalah
benda tajam, tembakan, benturan benda keras dan lain-lain.
Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu luka lecet
(ekskoriasi), luka gigitan (vulnus marsum), luka iris/sayat (vulnus
scisum), luka bacok (vulnus caesum), luka robek (vulnus
traumaticum), luka tembak (vulnus sclopetinum), luka hancur
(vulnus lacerum) dan luka bakar.
b. Luka Berdasarkan kedalaman dan Luas
Menurut Taylor (1997), berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, luka
dapat dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu:
a) Luka stadium I (luka superfisial/Non-Blanching Erithema), yaitu
luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II (luka partial thickness), yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan
luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
lubang yang dangkal.
c) Stadium III (luka full thickness), yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat
meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai
suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d) Stadium IV, yaitu jenis luka full thickness yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan
yang luas.
c. Luka Berdasarkan Penyebab Luka

7
Menurut Bare & Smeltzer (2002), berdasarkan penyebabnya, luka dapat
dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
a) Luka insisi. Luka yang dibuat dngan potongan bersih
menggunakan instrumen tajam sebagai contoh, luka yang dibuat
oleh ahli bedah dalam setiap prosedur operasi. Luka bersih (luka
yang dibuat secara aseptik) biasanya ditutup dengan jahitan setelah
semua pembuluh yang berdarah diligasi dengan cermat.
b) Luka kontusi. Luka yang terjadi dengan dorongan tumpul dan
ditandai cidera berat bagian yang lunak, hemorhagi dan
pembengkakan.
c) Luka laserasi. Luka dengan bagian tepi jaringan bergerigi, tidak
teratur, seperti luka yang dibuat oleh kaca atau goresan kawat.
d) Luka tusuk. Luka dengan bukaan kecil pada kulit, sebagai contoh;
luka yang dibuat oleh peluru atau tusukan pisau.
d. Luka Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
Menurut Abdurrahmat (2014), berdasarkan tingkat kontaminasi, luka
dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
a) Luka bersih (clean wounds), yaitu luka bedah tak terinfeksi, tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi). Luka bersih biasanya
menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1-5%.
b) Luka bersih terkontaminasi (clean-contamined wounds),
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi
tidak selalu terjadi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3-
11%.
c) Luka terkontaminasi (contamined wounds), termasuk jenis luka
terbuka, segar, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik atau terkontaminasi dari
saluran cerna, pada kategori ini termasuk insisi akut, inflamasi
non-purulen. Kemungkinan infeksi luka 10- 17%.

8
d) Luka kotor atau infeksi (dirty wound), yaitu jenis luka yang terjadi
pada lingkungan yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, termasuk
juga luka akibat pelaksanaan operasi di tempat yang tidak steril,
misalnya operasi darurat di lapangan. Kemungkinan terjadi infeksi
lebih dari 27%.
C. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan sebuah proses yang kompleks dan
dinamis. Tujuan penyembuhan luka adalah mengganti dan mengembalikan
struktur dan fungsi pada jaringan luka seperti sebelumnya. Luka dikatakan
sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan
kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Menurut Setyarini dkk (2013), proses penyembuhan luka terdiri
dari tiga fase, yaitu:
a. Fase inflamasi (reaksi)
Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai
setelah beberapa menit dan berlangsung sekitar 3 hari setelah cedera.
Tujuan yang hendak dicapai pada fase ini adalah menghentikan perdarahan
dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri
untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Setelah terjadinya
luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi
disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala
fibrin membekukan darah. Selama waktu itu luka menunjukkan tanda-
tanda peradangan seperti kemerahan, panas, bengkak, dan sakit.
b. Fase Proliferasi (regenerasi)
Fase proliferasi ditandai dengan munculnya pembuluh darah baru
sebagai hasil rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari.
Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan. Segera setelah terjadi
luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam
daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan
beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan
proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan

9
baru. Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi
pada luka. Jaringan granulasi merupakan kombinasi dari elemen seluler
termasuk fibroblast dan sel inflamasi, yang bersamaan dengan timbulnya
kapiler baru tertanam dalam jaringan longgar ekstra seluler dari matriks
kolagen, fibronektin dan asam hialuronik. Luka dipenuhi oleh sel radang,
fibroblas, dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan
permukaan yang berbenjol halus.
c. Fase Maturasi (remodeling)
Fase maturasi merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka.
Dapat memerlukan waktu lebih dari 1 tahun, bergantung pada kedalaman
dan keluasan luka. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan
jaringan yang baru terbentuk menjadi jaringan yang kuat. Serat fibrin dari
kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Sintesa
kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada
fase maturasi. Selain pem-bentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan
kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen) yang
terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih
matang, yang lebih kuat dan strukturnya yang lebih baik (proses
remodelling).
D. Prinsip Penyembuhan Luka
Tujuan dari peraawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan,
mencegah infeksi, menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang
terkena dan untuk menyembuhkan luka.
a) Menghentikan perdarahan
- Tekanan langsung pada luka akan menghentikan perdarahan (lihat
gambar di bawah).
- Perdarahan pada anggota badan dapat diatasi dalam waktu yang
singkat (< 10 menit) dengan menggunakan manset
sfigmomanometer yang dipasang pada bagian proksimal
pembuluh arteri.
- Penggunaan torniket yang terlalu lama bisa merusak ekstremitas.

10
b) Mencegah Infeksi

Membersihkan luka merupakan faktor yang paling penting dalam


pencegahan infeksi luka. Sebagian besar luka terkontaminasi saat
pertama datang. Luka tersebut dapat mengandung darah beku,
kotoran, jaringan mati atau rusak dan mungkin benda asing.

- Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan


air atau larutan antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus
dituangkan ke dalam luka.
- Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada
benda asing dan bersihkan jaringan yang mati. Pastikan kerusakan
apa yang terjadi. Luka besar memerlukan anestesi umum.
- Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan dengan
hati-hati. Namun demikian, beberapa luka tetap harus diobati
dengan antibiotik, yaitu:
- Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah
terinfeksi).
- Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus
disayat/dilebarkan untuk membunuh bakteri anaerob.
c) Profilaksis Tetanus
- Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian
ATS efektif bila diberikan sebelum 24 jam luka
- Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika
sudah waktunya.
d) Menutup luka
- Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan
seksama, luka dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka
primer).
- Luka tidak boleh ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka
sangat kotor atau terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan
binatang.

11
- Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan luka tersebut
dengan menggunakan kasa lembap.
- Luka yang tidak ditutup dengan penutupan primer, harus tetap
ditutup ringan dengan kasa lembap. Jika luka bersih dalam
waktu 48 jam berikutnya, luka dapat benar-benar ditutup
(penutupan luka primer yang tertunda).
- Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan biarkan sembuh
dengan sendirinya.
e) Infeksi Luka
Tanda klinis: nyeri, bengkak, berwarna kemerahan, terasa panas
dan mengeluarkan nanah.
- Tatalaksana
- Buka luka jika dicurigai terdapat nanah
- Bersihkan luka dengan cairan desinfektan
- Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap
hari, lebih sering bila perlu
- Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka sembuh
(biasanya dalam waktu 5 hari).
- Berikan kloksasilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali
sehari) karena sebagian besar luka biasanya mengandung
Staphylococus.
- Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali
sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan
metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika
dicurigai terjadi pertumbuhan bakteri saluran cerna.
E. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

a. Faktor yang dapat Memperlambat Penyembuhan Luka

Banyak faktor yang dapat memperlambat penyembuhan luka. Faktor-


faktor tersebut dapat dibagi ke dalam faktor yang ada hubungannya dengan pasien
(intrinsik), seperti kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan pada tempat luka,

12
dan sejumlah kondisi medis yang dapat menyebabkan lingkungan sekitar yang
buruk bagi penyembuhan luka, serta faktor-faktor dari luar (ekstrinsik), seperti
pengolahan luka yang kurng tepat dan efek-efek terapi lainnya yang tidak
menguntungkan.

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka terbagi


menjadi faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi penyembuhan luka antara lain :

a. Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana pasien akan merasa
mendapatkan perlindungan dan dukungan serta nasihat – nasihat
khususnya untuk merawat kebersihan pasca terjadinya luka atau
pembedahan.
b. Tradisi
Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan
pasca bedah atau penyembuhan luka masih banyak digunakan,
meskipun oleh kalangan masyarakat modern.
c. Pengetahuan
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan pasca bedah atau
perlukaan sangat menentukan lama penyembuhan luka. Apabila
pengetahua tentang masalah kebersihan kurang maka penyembuhan
lukapun akan berlangsung lama.
d. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi dengan lama penyembuhan luka
adalah keadaan fisik dan mental pasien dalam melakukan aktifitas
sehari- hari pasca pembedahan. Jika tingkat sosial ekonomi rendah, bisa
jadi penyembuhan luka berlangsung lama karena timbulnya rasa malas
dalam merawat diri.
e. Penanganan petugas
Pada terjadinya luka atau pasca pembedahan, pembersihannya harus
dilakukan dengan tepat oleh penangan petugas kesehatan, hal ini

13
merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama
penyembuhan luka.
f. Gizi
Asupan gizi yang cukup dan baik Makanan yang bergizi dan sesuai
porsi akan mempercepat masa penyembuhan luka (Hidyat, 2007;
Sinaga, 2009).

Sedangkan faktor – faktor internal yang berpengaruh terhadap proses


penyembuhan luka dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu faktor lokal,
faktor sistemik dan faktor tekhnik (Yadi, 2005).

1. Faktor Lokal

a. Iskemia : kurangnya suplai darah ke jaringan luka dapat berupa tidak


adekuatnya aliran darah ke jaringan luka misalnya akibat ligasi,
peripheral vascular disease, atau hipotensi generalisata, dapat pula
karena sudah ada jaringan nekrotik pada tepi luka sebelumnya,
penutupan luka yang terlalu rapat sehingga merusak kapiler pada tepi
luka, atau regangan yang kuat sehingga mengganggu merapatnya
kontraksi luka.
b. Ketegangan luka : Ketegangan dalam penjahitan juga hendaknya
diperhatikan, terlalu tegang dapat menyebabkan iskemia. Jika terlalu
longgar juga dapat menyebabkan terjadinya dead space .
c. Infeksi : adanya dead space menyebabkan terkumpulnya darah dan
cairan serous lainnya menjadi media yang baik untuk bakteri
sehingga terjadi infeksi.
d. Trauma lokal : adanya trauma lokal misalnya benturan dapat
menyebakan kerusakan jaringan pada bekas operasi dan
menyebabkan iskemia lokal atau total.
e. Penyakit kronik jaringan : keadaan seperti limfadenopati kronik,
iskemia kronik, hipertensi dan jaringan parut yang luas dapat
menyebabkan penyembuhan luka yang buruk.

14
f. Radiasi : radiasi sebelum atau sesudah operasi dapat menyebaban
buruknya penyembuhan luka operasi karena terjadinya fibrosis dan
mikroangiopati (Anonim, 2008; Baxter, 2003; Yadi, 2005).

2. Faktor sistemik

Faktor-faktor sistemik seperti usia, diabetes, gagal ginjal, anemia, hipoksia atau
syok hipovolemia, kekurangan nutrisi, keganasan dan penggunaan steroid jangka
panjang dapat menyebabkan kegagalan sintesis kolagen dan terganggunya fungsi
imun sehingga menimbulkan gangguan pada penyembuhan luka (Anonim, 2008).

3. Faktor teknik

Tindakan asepsis sebelum operasi dan pemberian antibiotic profilaksis dapat


berpengaruh pada penyembuhan luka pasca operasi. Selain itu tekhnik operasi dan
perawatan luka juga sangat berpengaruh terhadap penyembuhan luka operasi
(Yadi, 2005).

F. Komplikasi pada Luka


Menurut Arisanty (2013), luka yang tidak segera disembuhkan dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, antara lain yaitu:
a) Infeksi. Infeksi merupakan reaksi yang timbul jika luka tidak
segera ditangani. Luka infeksi adalah luka dengan replikasi
mikroorganisme lebih dari 10 pangkat lima per gram jaringan,
dapat diketahui melalui kultur cairan. Infeksi biasanya terjadi
karena mikro organisme. Infeksi pada luka ditandai dengan
bengkak pada area lokal, kemerahan, panas, nyeri dan demam, bau
yang tidak sedap atau keluarnya cairan purulen, berubahnya warna
cairan yang mengindikasikan infeksi.
b) Perdarahan. Perdarahan merupakan kejadian yang harus segera
mendapatkan penanganan. Jika perdarahan luar atau dalam
(hematoma) tidak diatasi, akan terbentuk satu jaringan nekrosis
pada luka sehingga penting sekali melindungi kulit yang
mengalami hematoma dan mengatasi perdarahan pada luka.

15
c) Dehiscence dan eviscerasi. Dehiscence dan eviscerasi adalah
komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor
meliputi , kegemukan , kurang nutrisi. Multiple trauma, gagal
untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
d) Sinus. Sinus merupakan jalan ke permukaan kulit (terowongan)
karena adanya abses atau benda asing yang memberikan efek iritasi
pada kulit yang sehat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi, misalnya
jahitan, serat kasa, dll.

G. Perawatan Luka
Luka dan lecet ringan biasanya tidak membutuhkan pertolongan dari
dokter. Cukup dengan beberapa langkah perawatan luka berikut ini, kulit
akan sembuh seperti sedia kala.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah cuci tangan terlebih dahulu
sebelum melakukan perawatan luka, untuk menghindari infeksi. Setelah
itu, baru lakukan beberapa hal berikut ini:
g. Perdarahan pada goresan dan luka ringan biasanya akan berhenti
sendiri. Jika tidak, beri tekanan lembut pada luka dengan kain yang
bersih. Posisikan luka menghadap ke atas.
h. Bilas luka dengan air bersih dan mengalir. Sekitar luka boleh
dibersihkan dengan sabun, tapi tidak pada lukanya, untuk menghindari
iritasi.
i. Jika masih ada kotoran atau benda yang tertancap pada luka setelah
dibersihkan, gunakan pinset steril (yang telah dibersihkan dengan
alkohol) untuk mencabutnya. Jika masih ada yang tertancap, pergilah
ke dokter agar dapat dilakukan pembersihan luka secara menyeluruh,
guna mengurangi risiko infeksi dan tetanus.

16
j. Tidak perlu menggunakan cairan hidrogen peroksida, obat merah, atau
larutan antiseptik yang mengandung iodine, karena dapat
menimbulkan iritasi pada luka.
k. Oleskan krim atau salep antibiotik untuk membantu menjaga
permukaan kulit tetap lembap. Obat ini memang tidak membuat luka
cepat sembuh, tapi bisa mencegah infeksi sehingga proses
penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik. Namun jika muncul
ruam pada kulit, segera hentikan penggunan salep.
l. Perban luka untuk menjaganya tetap bersih dan terhindar dari bakteri.
Jika luka atau goresannya kecil, tidak perlu diperban.
H. Penjahitan Luka
Teknik penjahitan yang digunakan dalam menjahit luka disesuaikan
dengan keadaan/ kondisi luka dan tujuan penjahitan. Secara umum, teknik
penjahitan dibedakan menjadi :
a. Simple Interupted Suture (Jahitan Terputus/Satu-Satu)
Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila
tidak ada teknik penjahitan lain yang memungkinkan untuk
diterapkan. Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap
jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian
tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena
tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga
untuk jahitan situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-
kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah bila benang
putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka,
cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi,
dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.
Teknik jahitan terputus sederhana dilakukan sebagai berikut:
a) Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan
kulit sisi lainnya, kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh,
sisi yang kedua.

17
b) Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua
secara tipis, menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada
tepi dekat kulit sisi yang pertama

Gambar 1. Jahitan satu demi satu


https://en.wikipedia.org/wiki/File:Simple_interrupted_suture.svg
b. Simple Running Sture
Metode ini hampir sama dengan teknik simple suture, hanya tanpa
simpul setelah jahitan yang pertama. Simpul dibuat pada jahitan
pertama dan jahitan terakhir. Kecepatan melakukan teknik ini
dengan baik dan benar, menunjukkan kualitas ketrampilan
operatornya.
Keuntungan teknik ini:
- Membantu hemostasis
- Mengurangi kemungkinan masuknya air
- Benang mudah untuk diangkat
Kerugian teknik ini adalah bila jahitan terlalu kencang, dapat
menyebabkan strangulasi jaringan sekitar, termasuk pembuluh darah.

18
Gambar 2. Simple Running Suture

(Sumber:https://accessemergencymedicine.mhmedical.com/content.aspx?
bookid=2076&sectionid=156455385)

c. Matras Vertikal
Teknik ini memudahkan untuk membentuk “tepi eversi” jahitan pada
permukaan kulit. Penjahitannya dapat menembus lebih dalam
melalui lapisan dermal, atau bahkan subdermal. Simpul dibuat
dipermukaan kulit.
Keuntungan teknik ini:
- Mengurangi dead space
- Meminimalkan tegangan dalam daerah luka
Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang relatif lebih
lama. Bila tidak trampil melakukan teknik ini, maka hasil akhir
penjahitan, akan terbentuk “tepi inversi”, tegangan pada luka, dan
meningkatkan risiko terbentuknya jaringan parut.

19
Gambar 3. Jahitan Matras Vertikal
(Sumber : https://www.aafp.org/afp/2017/0515/p628.html)
d. Matras Horizontal
Teknik ini memudahkan menutup luka yang memiliki perbedaan
ketebalan jaringan. Penjahitannya menembus jaringan subkutan, atau
dermal terhadap sisi luka yang berseberangan. Keuntungan teknik ini
adalah:
- Membantu meminimalkan tegangan jaringan sekitar luka
- Menutup dead space
- Membantu terbentuknya “tepi eversi” pada jahitan
permukaan kulit
Kerugian teknik ini adalah dapat menimbulkan strangulasi jaringan
sehingga terjadi hipoksia, nekrosis, dan perlambatan penyembuhan.

Gambar 4. Jahitan Matras Horizonta.


(Sumber : http://veterinarysurgery.itgo.com/photo_1.html)
e. Penjahitan Kulit Subkutikular
Benang dapat ditempatkan intra dermal, dengan cara simple, atau
metode running. Simpul dibuat dengan ditanam dengan teknik
simple suture. Pada metode running, jahitan terakhir dapat dibuat
tanpa simpul, tapi dengan melekatkan ujung benang pada permukaan
kulit. Penjahitan pada anak-anak sebaiknya menggunakan benang
yang absorbable, sehingga tidak perlu ada pencabutan benang.

20
Apabila jahitan direncanakan untuk terpasang lebih lama, maka jenis
non-absorbable, seperti nylon lebih dipilih. Keuntungan teknik ini
adalah :
- Meminimalkan tegangan pada tepi luka
- Metode running berguna untuk lebih memuaskan
penyembuhan secara kosmetik

Gambar 6. Jahitan Kulit Subtikular

(Sumber : http://veterinarysurgery.itgo.com/photo_1.html)

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab luka dapat
berasal dari tusukan/goresan benda tajam, benturan benda tumpul, kecelakaan,
terkena tembakan, gigitan hewan, bahan kimia, air panas, uap air, terkena api atau
terbakar, listrik dan petir. Luka dibagi berdasarkan kondisi, penyebab, tingkat
kontaminasi, luas dan kedalaman. Adapun faktor-faktor penyembuhan luka ada
faktor intrinsic, ekstrinsik, lokal, sistemik, dan teknik.

Luka pada kulit, terutama luka terbuka, perlu mendapatkan perawatan yang
intensif. Hal ini karena luka terbuka dapat dengan mudah terinfeksi oleh virus dan
bakteri penyebab penyakit. Perawatan luka merupakan hal yang mungkin
terdengar sepele, tetapi ternyata memiliki peran dan fungsi besar bagi kesehatan
tubuh.

B. Saran dan Kritik

Alhamdulillah berkat rahmat Allah, nikmat kesehatan, dan hidayah Allah SWT
penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini. Penyusun menyadari akan
kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharap saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Penyusun berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Taylor, C. 1997. Fundemental of Nursing The Art and science of Nursing Care.
Philadelpia: JB Lippincoff.

Bare dan Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta: EGC.

Abdurrahmat, A.S. 2014. Luka, Peradangan dan Pemulihan. Jurnal Entropi,


Vol.9, No.1.

Hospital Care for Children. 2016. Prinsip Perawatan Luka. Web 25 Maret 2020
(http://www.ichrc.org/932-prinsip-perawatan-luka)

Arisanty, I.P. 2013. Manajemen Perawatan Luka: Konsep Dasar. Jakarta: EGC.

Riawati.____. Teknik Teknik Penjahitan Kulit. Web 25 Maret 2020.


(https://www.alomedika.com/tindakan-medis/bedah-minor/teknik-penjahitan-
kulit/teknik)

Halodoc. 2019. Perawatan Luka. Web 25 Maret 2020


(https://www.halodoc.com/kesehatan/perawatan-luka)

____. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan


luka?. Web 25 Maret 2020. (https://www.dictio.id/t/faktor-faktor-apa-saja-yang-
berpengaruh-terhadap-proses-penyembuhan-luka/14732)

23

Anda mungkin juga menyukai