Anda di halaman 1dari 6

1. (Anonim. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi kedua.

EGC : Jakarta)
Pendahuluan
Hipertensi adalah suatu penyakit kompleks yang ditandai dengan adanya tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg pada saat istirahat, kecuali pada isolated systolic
hypertension, dengan adanya peningkatan tekanan sistolik tanpa disertai
peningkatan tekanan diastolic. Di negara-negara maju, kira-kira 10% penduduk
menderita hipertensi. Ada hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi
esensial) atau hipertensi sekunder dengan sebab yang jelas, misalnya penyakit
ginjal, penyakit renosvaskular, berbagai penyakit endokrin, coarttion of the aorta,
dan obat-obatan. Kebanyakan kasus tidak ada penyebabnya, tetapi pada pasien
muda yang menderita hipertensi berat yang resisten terhadap terapi, penyebabnya
harus dicari secara aktif. Ketika abnormalitas primernya dapat diperbaiki
(misalnya renal artery stenosi atau feokromositoma), mungkin tidak diperlukan
penggunaan obat untuk pengobatan hipertensi jangka panjang. Namun, pada
kebanyakann kasus pengobatan terhadap penyebabnya (underlying cause) tidak
bisa dilakukan, dan pengobatan hipertensi sekunder umumnya mengikuti prinsip
yang sama seperti pengobatan hipertensi esensial (kecuali pada kasus stenosis
arteri renalis, dengan inhibitor ACE dapat mengakibatkan kerusakan fungsi ginjal
yang hebat). (Anonim, 2009)
2. Willy, Tjin. 2018. Obat Antihipertensi. (Diakses pada Maret 2020)
https://www.alodokter.com/obat-antihipertensi
Antihipertensi
Obat antihipertensi adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi
yang sering diderita sebagian orang, ditandai dengan tekanan darah yang berada di
atas level normal (lebih tinggi dari 130/80 milimeter merkuri (mmHg). Tekanan
darah yang melebihi batas normal dapat menekan dinding arteri. Jika dibiarkan,
kondisi ini dapat mengakibatkan penyakit yang lebih berbahaya seperti stroke,
serangan jantung, gagal jantung, hingga penyakit ginjal. (Willy, 2018)
3. Pusat Informasi Obat Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sistem
Kardiovaskuler 2015 (Diakses pada Maret 2020) http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-
2-sistem-kardiovaskuler-0/23-antihipertensi
Menurunkan tekanan darah yang meningkat dapat menurunkan frekuensi stroke,
kejadian koronwe, gagal jantung dan gagal ginjal. Kemungkinan penyebab
hipertensi (misalnya penyakit ginjal, penyebab endokrin), faktor pendukung,
faktor risiko dan adanya beberapa komplikasi seperi hipertrofi ventrikel kiri harus
ditegakkan. Pasien sebaiknya disarankan untuk merubah gaya hidup. untuk
menurunkan tekanan darah maupun risiko kardiovaskuler; termasuk
menghentikan merokok, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi alkohol
yang berlebih, mengurangi konsumsi garam, menurunkan konsumsi lemak total
dan jenuh, meningkatkan latihan fisik (olahraga), dan meningkatkan konsumsi
sayur dan buah. Hipertensi pada anak dan remaja memberikan pengaruh yang
besar pada kesehatannya di masa dewasa.
Hipertensi berat jarang terjadi pada neonatus namun dapat muncul dengan gejala
gagal jantung kongesti dengan penyebab yang paling sering adalah gangguan
ginjal dan dapat juga diikuti dengan kerusakan emboli arteri.
Indikasi antihipertensi pada anak-anak meliputi hipertensi simtomatik, hipertensi
sekunder, kerusakan organ utama yang disebabkan oleh hipertensi, diabetes
melitus, hipertensi yang menetap meskipun sudah mengubah gaya hidup,
hipertensi paru. Efek pengobatan dengan antihipertensi pada pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak belum diketahui; pengobatan dapat diberikan hanya
apabila manfaat pemberian diketahui dengan pasti.
Obat yang digunakan untuk terapi hipertensi. Pemilihan obat antihipertensi
bergantung pada indikasi maupun kontraindikasi yang sesuai untuk pasien;
beberapa indikasi dan kontraindikasi dari berbagai obat antihipertensi adalah
sebagai berikut (lihat juga pada monografi setiap obat berikut untuk informasi
lebih lengkap):
1. Tiazid.
Diindikasikan untuk hipertensi pada lansia kontraindikasi pada
gout.
2. Beta bloker
Meskipun tidak lagi disukai untuk pengobatan awal hipertensi
tanpa komplikasi, indikasi yang lain meliputi infark miokard, angina;
kontraindikasi meliputi asma, blokade jantung.
3. Penghambat ACE.
Indikasi meliputi gagal jantung, disfungsi ventrikel kiri dan
nefropati akibat diabetes; kontraindikasi meliputi penyakit renovaskular
dan kehamilan.
4. Antagonis reseptor angiotensin II
Antagonis reseptor angiotensin II merupakan alternatif untuk
pasien yang tidak dapat mentoleransi penghambat ACE karena efek
samping batuk kering yang menetap, namun antagonis reseptor
Angiotensin II mempunyai beberapa kontraindikasi yang sama dengan
penghambat ACE.
5. Antagonis kalsium.
Terdapat perbedaan yang penting antara berbagai antagonis kalsium .
Antagonis kalsium dihidropiridin bermanfaat dalam hipertensi sistolik
pada lansia apabila tiazid dosis rendah dikontraindikasikan atau tidak
dapat ditoleransi (lihat keterangan di bawah). Antagonis kalsium
“penggunaan terbatas” (misalnya diltiazem, verapamil) mungkin
bermanfaat pada angina; kontraindikasi meliputi gagal jantung dan
blokade jantung.
6. Alfa bloker
indikasi yang mungkin adalah prostatism; kontraindikasi pada
inkontinensia urin.
(BPOM, 2015)

3. Litin, Scott C. 2005. Mayo Clinic Family Health Book. Edisi 4. Jakarta :
PT Gramedia

Dokter memberikan obat berdasarkan pertimbangn. Bagaimana kerja obat


dan bahwa cara kerja obat-obat tertentu akan berbeda kepada setiap orang,
tergantung pada usia atau ras. Selain itu, dia akan mempertimbangkan efek
samping obat, kemungkinan interaksi dengan obat lain dan juga biaya.
1. Diuretik
Obat pilihan pertama terutama jika anda menderita tekanan darah
tinggi tahap I, adalah diuretik. Diuretik bekerja pada ginjal agar tubuh
membuang natrium dan air. Dengan demikian volume darah yang
mengalir dalam arteri menjadi lebih kecil dan dengan sendirinya tekanan
pada dinding arteri ikut mengecil.
Ada keuntungan penggunaan diuretik. Pertama, karena bertahun-
tahun sudah terbukti efektif dan kedua, adalah harganya paling murah di
antara semua obat tekanan darah tinggi.
Ada tiga golongan jenis diuretik yaitu tiazid, loop dan sparing
(penghemat) kalium.
1) Tiazid
Golongan tiazid yang paling sering dipakai, termasuk hidroklorotiazid
(Hydrodiuril, Microzide) dan klorotiazid (Diuril).
2) Loop
Diuretik loop lebih keras dan mungkin baru dianjurkan bila golongan
tiazid tidak efektif. Yang termasuk golongan ini adalah bumetanide
(Burnex), furosemide (Lasix), dan torsemide (Demadex)
3) Sparing (penghemat kalium)
Diuretik golongan penghemat kalium menjaga agar tubuh tidak
kehilangan kalium terlalu banyak, namun tidak sekuat dua golongan
diuretic sebelumnya. Golongan ini sering dikombinasi dengan
golongan tiazid daan loop. Diuretik penghemat kalium termasuk
amiloride (Midamor), spironolakton (Aldactone), dan eplerenone
(Inspra)
2. Beta Blokers
Beta blokers sudah bertahun-tahun digunakan dan sering menjadi
obat pilihan untuk tekanan darah tinggi. Cara kerja obat ini adalah
menghambat efek adrenalin (epinefrin) dalam tubuh. Akibatnya jantung
akan berdenyut lebih lambat dan kurang kuat. Selain itu, beta blokers
memberi perlindungan agar serangan jantung tidak terulang.
Ada berbagai jenis beta blokers . Yang lazim adalah atenolol
(Tenormin), carvedilol (Coreg), metoprolol (Lopressor, Tropol) dan
propranolol (Inderal).
Efek samping dari beta blokers adalah rasa letih dan lesu. Beta
blokers tertentu bisa sedikit meningkatkan kolesterol HDL (Kolesterol
‘baik’) dalam darah.
3. ACE (angiotensin-converting enzyme) inhibitors
ACE inhbitors mencegah ginjal menghasilkan angiostensi II (A-
II), yaitu zat yang membuat pembuluh darah menyempit, sehingga
meningkatkan tekanan darah secara potensial. Dengan membatasi produk
A-II , maka ACE inhibitors maka membuat pembuluh darah melebar
sehingga tekanan darah turun.
ACE inibitors termasuk captopril (Capoten), enalapril (Vasotec),
lisinopril (Privinil, Zestril) dan quinapril (Accupril).
ACE inbitors juga sering diberikan pada mereka yang mengalami
gangguan fungsi jantung karena obat jenis ini mengurangi risiko serangan
jantung, stroke, gagal ginjal dan kematian karena penyakit kardiovaskular.
ACE inhibitors juga mengurangi risiko diabetes dan komplikasi diabetes.
ACE inhibitors biasanya hanya memiliki sedikit efek samping.
Namun, pada beberapa orang dapat menyebabkan batuk kering yang
mengganggu. Efek samping lain dari obat ini adalah timbul bercak-bercak
pada kulit, berubahnya rasa pada indra pengecap, nafsu makan menurun
dan meningkatnya kalium darah.
Bengkak (edema) pada jaringan kulit yang dalam (angioedema)
jarang terjadi dan dapat membahayakan hidup jika mengenai wajah atau
tenggorokan. ACE inhibitors tidak dianjurkan pada ibu hamil atau bila
berencana hamil, karena dapat menimbulkan kelainan kelahiran yang
serius.
4. Angiotensin II receptor blockers
Angiotensin II receptor blockers membantu merilekskan dan
memperlebar pembuluh darah dengan memblokir kerja A-II. Golongan
obat ini efektif dalam mengurangi kerusakan ginjalm, stroke, hipertropi
ventrikel kiri, dan komplikasi kardiovaskular lainnya serta timbulnya
diabetes. Kadang digunakan kombinasi A-II receptor blokers dan ACE
inhibitor. Keuntungan A-II receptor blokers adalah tiak memberi efek
samping batuk kering seperti pada ACE inhibitors.
Yang termasuk golongan A-II receptor blokers adalah candesartan
(Atacand), losartan (Cozaar) dan valsartan (Diovan).
Jarang terjadi efek samping, namun pada beberapa kasus, obat ini
memberi efek samping pusing, hidung tersumbat, nyeri punggung dan
tungkai, diare, gangguan pencernaan dan insomnia. Seperti ACE
inhibitors, obat ini tidak boleh diberikan kepada penderita ginjal berat,
dalam keadaan hamil atau berencana untuk hamil.
5. Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menghambat masuknya kalsium ke dalam sel.
Dan ini akan mengurangi kecenderungan arteri kecil untuk mengerut.
Beberapa obat ini juga memperlambat denyut jantung.
Ada dua jenis antagonis kalsium, yang berdaya kerja singkat dan
berdaya kerja lama. Antagonis berdaya kerja singkat, tidak disarankan
untuk mengobati tekanan darah tinggi, karena tidak dapat mengendalikan
tekanan darah sebaik obat-obatan lain dan lebih digunakan untuk masalah
kesehatan lain.
Sedangkan kalsium berdaya kerja lama, tidaklah seefektif obat-
obatan lain dan tentang keamanan dan efektivitasnya masih dalam
penelitian. Yang termasuk antagonis kalsium berdaya kerja lama, termasuk
amlodipin (Norvasc), felodipin (Plendil), nifedipine (Adalat, Procardia),
diltiazem (Cardizem, Dilacor) dan verapamil (Calan, Isoptin).
Efek samping yang mungkin terjadi adalah sembelit, sakit kepala,
denyut jantung cepat, bercak-bercak dan pembengkakan pada tungkai dan
gusi. Jangan minum jus grapefruit jika anda menggunakan antagonis
kalsium. Salah satu bahan kandungan jus tersebut yang bisa mengganggu
kemampuan hati membuang obat-obatan ini dari tubuh, sehingga dapat
mencapai kadar toksik.
6. Alpha Blockers
Alpha blokers mencegah terjadinya kontraksi otot pada arteri yang
kecil-kecil dan mengurangi efek zat kimia alami dalam tubuh yang
mempersempit pembuluh darah. Penggunaan obat ini sedang dikaji ulang
karena para peneliti menemukan nabdaaf alpha blokers doxazosin
(Cardura) ternyata kurang daripada obat diuretic tradisional. Selain itu,
obat ini meningkatkan presentase gagal jantung kongestif pada
penggunanya.
Dianjurkan pemakaian alpha blokers dikombinasi dengan obat
tekanan darah tinggi lain. Alpha blokers lain itu adalah prazosin
(Minipress) dan terazosin (Hytrin). Alpha blokers memiliki efek samping
pusing, sakit kepala, jantung berdebar, mual dan lemah.
7. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat
Obat-obat yang bekerja pada sistem saraf pusat mencegah otak
memberi sinyal pada sistem saraf untuk menghasilkan denyut jantung dan
mengerutkan pembuluh darah.
Sekarang obat-obatan ini sudah jarang dipakai karena memberi
efek samping yang berat. Dokter akan menyarankan obat-obatan ini jika
anda rentan terhadap serangan panik atau sedang berusaha untuk lepas dari
ketergantungan alkohol atau narkoba. Obat-obat ini dapat mengurangi
gejala kondisi tersebut.
Termasuk dalam golongan obat ini adalah klonidin (Catapres),
guanfacine (Tenex), dan metildopa (Aldomet). Kemungkinan efek
sampingnya adalah rasa sangat lelah, impoten, mulut kering, sakit kepala,
berat badan meningkat, kemampuan berpikir terganggu dan depresi.
8. Vasodilator langsung
Vasodilator langsung, bekerja langsung pada otot dinding arteri,
mencegah otot berkontraksi dan arteri menyempit. Biasanya obat ini
digunakan pada tekanan darah tinggi hebat yang tidak member respon baik
dengan obat-obatan lain. Termasuk disini adalah hidralazib dan minoxidil
(Linoten).
Efek samping yang lazim terjadi adalah denyut jantung cepat dan
retensi air. Karena efek ini tidak baik untuk tekanan darah tinggi, maka
biasanya dokter memberi resep obat ini dengan dikombinasikan obat lain,
seperti beta blokers dan diuretic sehingga mengurangi efek samping.

Anda mungkin juga menyukai