Liturgi 10 April 2020
Liturgi 10 April 2020
“KARENA SALIB-MU”
(Lagu Rohani: Maria Shandi)
Reff.
Kar'na salibMu ku hidup
Kar'na salibMu ku menang
Engkau yang berkuasa sanggup
'Tuk melakukan mujizatMu
6. RENUNGAN : (PF)
Qin Shi Huang (Bahasa Cina : 秦始皇 ; yang secara harfiah berarti 'Kaisar Pertama Qin'),
adalah pendiri dinasti Qin dan merupakan kaisar pertama dari Cina yang bersatu. Untuk
menyatukan Tiongkok, ia menaklukkan enam kerajaan lainnya dan jelas tidak terhitung
berapa nyawa yang dikorbankan untuk memenuhi ambisinya itu. Qin Shi Huang sendiri
meninggalkan banyak warisan bersejarah yang masih lestari hingga saat ini, di antaranya
Tembok Besar China -- yang pembangunannya ia lanjutkan, juga mausoleum yang 'dijaga'
pasukan tentara terakota. Namun, di balik reputasinya sebagai penakluk, ia punya
ketakutan terbesar yaitu mati. Berbagai usaha pun dilakukan oleh Qin Shi Huang agar
memperoleh kehidupan abadi. Ia pernah memerintahkan para bawahannya mencari
'ramuan keabadian' atau disebut juga 'obat panjang umur' demi bisa hidup abadi. Qin Shi
Liturgi Ibadah Keluarga GKI Temanggung
Page |3
Huang meminta semua yang bijak di China memikirkan satu hal, yaitu keabadian. Ia
memerintahkan beberapa ahli kimia untuk mengembangkan ramuan keabadian. Ketika
dua ahli kimia mengaku tidak bisa melakukannya, Qin Shi Huang marah. Ia pun
memerintahkan agar semua kaum intelektual menderita, sehingga ada 460 sarjana yang
dikubur hidup-hidup karena gagal membuatnya jadi makhluk abadi. Setelah para
cendekiawan gagal, Qin Shi Huang bepergian ke pulau Zhifu, karena didengarnya ada
seorang pria yang sanggup menemukan rahasia kehidupan kekal. Di sana, ia bertemu
dengan tabib Xu Fu yang memastikan bahwa hal itu bisa dilakukan dan menjanjikan
ramuan keabadian sedang menunggu untuk ditemukan di Pegunungan Penglai. Itu bukan
tempat sebenarnya, tapi tempat mitos bagi Delapan Mahluk Kekal dan ada sebuah jalan
menuju kepada para dewa. Xu Fu menjelaskan kepada kaisar tentang seorang tabib berusia
1.000 tahun bernama Anqi Sheng yang akan berbagi rahasia. Qin Shi Huang merasa senang
dan memberikan Xu Fu satu armada kapal untuk dipakai berlayar mencari ramuan
keabadian. Tak lama, Xu Fu kembali dan mengaku telah menemukan pulau yang
disebutnya penuh semak yang memberikan hidup abadi kepada kaisar. Tapi ada
tumbalnya. Ia perlu membawa 6.000 perawan untuk memperoleh ramuan. Qin Shi Huang
mempercayainya dan memberikan yang diperlukan. Masih banyak upaya yang dilakukan
oleh Qin Shi Huang demi umur yang panjang dan terhindar dari kematian. Namun toh
semua upaya itu pada akhirnya gagal. Qin Shi Huang, mau tidak mau, suka tidak suka harus
berhadapan dengan maut.
Kaisar Qin Shi Huang jelas berbeda dengan Tuhan Yesus. Apa yang dilakukan Tuhan Yesus
berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Qin Shi Huang. Ketika Qin Shi Huang
mengorbankan orang lain demi hidupnya sendiri, Tuhan Yesus justru mengorbankan diri-
Nya sendiri demi keselamatan dunia dan itu dilakukan lewat cara yang paling keji.
Penyaliban memang adalah penderitaan yang paling keji. Kalau kita melihat beberapa fakta
sejarah tentang penyaliban, maka penyaliban Yesus pastilah lebih mengerikan daripada
film yang dibuat oleh aktor Holywood. Penyaliban diduga diciptakan oleh orang-orang
Persia pada tahun 300 SM, dan disempurnakan oleh orang-orang Romawi pada tahun 100
SM. Beberapa catat-an menunjukkan bahwa peristiwa penyaliban pastilah membuat
seseorang mati dalam penderitaan yang mengenaskan.
Berikut ini detail-detail anatomi dan fisiologi kematian akibat penyaliban yang
dikumpulkan dalam penyelidikan Dr. C. Truman Davis, yang dipublikasikan di New Wine
Magazine:
1. Untuk mengeluarkan napas, korban penyaliban harus mendorong paku di kakinya
untuk mengangkat tubuhnya, supaya memungkinkan tulang rusuknya bergerak ke
bawah dan ke dalam untuk mengeluarkan udara dari paru-parunya.
2. Tidak seperti semua film-film Hollywood tentang penyalib-an di mana sang aktor diam
tak bergerak, korban penyalib-an sesungguhnya akan bergerak sangat aktif. Korban
yang disalibkan itu secara fisiologis dipaksa untuk bergerak ke atas dan ke bawah pada
tiang salib, dengan jarak sekitar 30 cm, hanya supaya bisa bernapas. Proses respirasi
(perna-fasan) menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, dicampur dengan teror mutlak
asphyxia (sesak napas).
3. Dalam beberapa menit setelah dipakukan di kayu salib, bahu-bahu korban penyaliban
dislokasi (terlepas).
4. Yesus sudah pasti dehidrasi, dan tekanan darah-Nya turun drastis secara
mengkhawatirkan. Ia mengalami Shock Tingkat Pertama, dengan Hipovolemia (volume
darah rendah), Takikardia (detak jantung sangat cepat secara berlebihan), Takipnoea
(tingkat pernafasan sangat cepat secara berlebihan), dan Hiperhidrosis (keringat
berlebih-an). Karena Dia mencucurkan darah dari seluruh tubuh-Nya setelah
pencambukan, mahkota duri, paku-paku di pergelangan tangan dan kaki-Nya, dan
laserasi (tercabik-cabik) menyusul pemukulan-pemukulan dan jatuh-Nya.
Penyaliban menjadi sebuah pembuktian kasih Allah yang tidak bisa dibantah oleh banyak
orang. Penyaliban itu sungguh sebu-ah penderitaan yang hebat, sehingga penyaliban
bukan sekadar kematian yang hina tetapi juga kematian yang diberikan dalam penderitaan
yang paling hebat. Penderitaan dan kehinaan karena ditinggalkan oleh manusia bahkan
ditinggalkan oleh Allah. Tetapi Injil Yohanes memberi penegasan yang menarik dalam
penderitaan dan kehinaan yang hebat seperti itu, seorang Anak manusia mampu dan tetap
bertekun dalam ketaatan untuk melakukan kehendak Allah Bapa-Nya dan menggenapi
semua yang tertulis dalam Kitab Suci. Pertanyaannya bagaimana dengan kita? Apakah kita
menghargai kehidupan yang sudah Tuhan berikan pada kita? Ataukah kita justru terus
hidup dalam dosa? Mari kita merenungkannya. Amin.
7. SAAT TEDUH
9. PERSEMBAHAN
Ada 2 cara persembahan yang bisa kita lakukan :
1) Kita berikan dalam amplop tertutup, yang kemudian dapat kita serahkan ke Gereja
pada saat Kebaktian Umum kembali dilaksanakan.
2) Kita berikan ke gereja via transfer ke rek BCA No. 1540265000 a/n Inariati Gunadi
Liturgi Ibadah Keluarga GKI Temanggung
Page |5