Bagi orang beriman kematian bukanlah semata-mata akhir dari suatu kehidupan,
melainkan suatu peristwa iman. Sebab pada saat kematia, kita mengambil bagian
dalam misteri Paska Kristus, yakni misteri wafat dan kebangkitan kristus.
Gereja merayakan upacara liturgi untuk orang meninggai, supaya hubungan antara
kematian orang beriman dan misteri Paska Kristus dihadirkan di tengah-tengah umat.
Maka sangat tepat untuk merayakan misa dalam rangka pemakaman orang-orang
beriman. Sebab dengan demikian kita menyatakan harapan bahwa Kristus “akan
mengubah tubuh kita yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia
(Filipi 3:21 ) “.
Kita memberi penghormatan kepada jenazah yang sudah meninggal bukan saja sebab
orang –orang beriman“ adalah bait Roh Kudus ( 2 Kor 6 : 19 ), melainkan juga untuk
mengungkapkan persekutuan kita dengan kaum beriman yang sudah meninggal, dan
terutama untuk menyatakan kepercayaan dan harapan kita akan kebangkitan badan
pada hari kiamat “sebab bagi umat beriman hidap hanyalah diubah bukannya di
lenyapkan.
UPACARA DI RUMAH ATAU DI GEREJA
1. Tanda Salib dan Salam
P. Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
P. Semoga ALLAH sumber segala harapan, melimpahkan penghiburan iman
kepada kita
U. Sekarang dan selama-lamanya.
2. Kata pengantar
3. Doa pembukaan
4. Liturgi sabda
5. Pemberkatan jenazah
6. Doa penutup
UPACARA DI PERKUBURAN
KATA PENGANTAR: ( untuk orang dewasa )
Doa pembukaan
Marilah kita berdoa:
Allah yang mahakuasa dan maharahim, kehidupan dan kematian kami berada didalam
tangan-Mu. Engkau telah memanggil saudara(anak) kami….Dari kehidupan di dunia ini
menghadap kehadirat-Mu. Dengan hati sedih kami berdiri disini untuk membaringkan
jenazahnya dalam makam. Namun dengan penuh harapan kami menantikan kebangkitan,
sebab Kristus telah bangkit sebagai yang pertama dari antara orang-orang mati. Maka
kasihanilah dia, dan terimalah dia dalam pelukan cinta-Mu. Demi Kristus TUHAN dan
pengantara kami.
U. AMIN
PEMBERKATAN MAKAM
P. Marilah berdoa:
Tuhan Yesus Kristus, Engkau berbaring dalam makam selama tiga hari. Kami mohon,
sucikanlah makam ini agar hamba-Mu yang kami istirahatkan di sini akhirnya bangkit
bersama Engkau dan hidup mulia sepanjang segala masa.
U. AMIN
UPACARA PERPISAHAN
P. Allah yang mahakuasa telah berkenan memanggil saudara(anak) kita ini kehadapan
hadirat-Nya. Jenazah kita serahkan kembali ketanah. Tetapi kita percaya, bahwa Kristus akan
mengubah tubuh yang fana ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Semoga Tuhan
menerima dia dalam damai dan membangkitkannya untuk kehidupan kekal.
U. AMIN
PERECIKAN DAN PENDUPAAN
Pemimpin upacara mereciki peti jenazah dengan air suci dan mendupainya.
P. kita tau bahwa kita dibaptis, kita di satukan dengan Kristus dan turut mati bersama dengan-
Nya. Saudara(anak) kita ini sekarang mati bersama Kristus. Semoga dia hidup pula dalam
keadaan baru seperti Kristus. Semoga doa-doa kita mengiringi saudara(anak) kita ini dalam
perjalanannya menuju rumah Bapa.
PENABURAN BUNGA
Sambil menaburkan bunga pemimpin upacara berkata:
P. Semoga kuntum hidup ilahi yang telah di tanamkan dalam diri saudara(anak) kita ini,
mekar bagaikan bunga yang semerbak harum mewangi.
PENABURAN TANAH
Sambil menaburkan tanah pemimpin upacara berkata:
P. Manusia diciptakan dari tanah dan ia kembali ketanah. Semoga Kristus mengalahkan
kebinasaan maut dan memulihkan saudara(anak) kita ini dalam kebangkitan orang mati.
PENANDAAN DENGAN SALIB
P. Saudara tercinta(anakku terkasih) semoga saudara hidup abadi dengan membawa tanda
kemenangan Kristus demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. AMIN
Standar Operasional Prosedur(SOP) perawatan jenazah dalam agama Katholik tidak ada
perawatan khusus. Tata cara memandikan jenazah sesuai dengan SOP yang ada di rumah
sakit.
Perawatan Jenazah Menurut Agama Katolik
Perawatan jenazah hingga akhirnya jenazah tersebut dikebumikan, pada umumnya
adalah sama. Tentu dimulai dengan mengetahui dulu identitas dan kelengkapan tubuh
jenazah, dimandikan ( dibersihkan ), dibajukan atau dikafani, dan selanjutnya didoakan lalu
dikebumikan. Hanya saja, terdapat beberapa detail yang berbeda menurut kepercayaan,
agama, dan adat kebudayaan masing-masing yang perlu kita ketahui sebagai tenaga medis
mengingat ada kemungkinan bahwa jenazah tersebut adalah pasien atau klien kita, sehingga
kita masih harus bertanggung jawab dan mendampingi keluarga dalam perawatannya.
Perawatan jenazah dalam agama Kristen dan Katolik adalah dimulai dari dimandikan,
dirias (dibajukan), didoakan, dimasukan kedalam peti dan masuk ke acara kebangkitan lalu
sebelum dikubur dibaptis oleh pendeta yang dipercaya oleh keluarga jenazah.
1. Memandikan jenazah
Memandikan jenazah dilakukan di ruang pemandian jenazah sebesar 5x3 oleh anggota
yayasan atau pihak keluarga. Proses pemandian jenazah dilakukan ketika sudah
sampai ke rumah persemayaman atau rumah duka. Pemandian dilakukan oleh satu
atau dua orang tergantung kondisi jenazah.
2. Memakaikan pakaian jenazah
Jika jenazah seorang gadis dipakaikan baju pengantin, jika perempuan atau laki-laki
yang sudah menikah dipakaikan dress dan jas.
3. Mengawetkan jenazah
5) Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus dilawan
untuk mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang maka akan
meningkatkan tekanan ekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan
pengawet dari dalam pembuluh darah ke tempat yang tidak semestinya.
6) Aturlah posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah.
11) Hidupkan mesin pompa dengan tekanan 2-3 pon per inci persegi. Selama
pengaliran ini pastikan aliran cairan terdistribusi seluruhnya. Lakukan
pemijatan pada daerah yang kaku untuk melancarkan drainase.
12) Setelah drainase tersebut akan muncul tanda-tanda pada mayat seperti perut
semakin keras, keluarnya cairan dari saluran pencernaan dan mata menjadi
merah serta tekanan ocular yang tinggi, juga terjadi perubahan warna pada
tubuh mayat. Jika terdapat tanda-tanda tersebut, maka proses drainase dapat
dihentikan dan kanul dicabut secara hati-hati dan diikat untuk mencegah
keluarnya cairan pengawet tersebut.
13) Bekas luka pada tempat penyuntikan dibersihkan dan dijahit kembali.
Proses pengawetan ini dilakukan di ruang rias jenazah oleh mantri, dokter
forensik atau asisten dokter ( bidan atau perawat ) yang telah berpengalaman
atau memiliki izin untuk melakukan pengawetan jenazah.
14) Merias jenazah
Merias jenazah dilakukan di ruang rias jenazah oleh satu orang anggota
yayasan. Dalam hal ini, merias jenazah adalah merias wajah dan rambut.
Setelah selesai merias, jenazah di bawa ke aula ( ruang persemayaman ) dan
dimasukkan ke dalam peti mati.
15) Menuju rumah duka
Rumah duka bisa merupakan rumah sendiri atau rumah duka yang memang
disediakan. Biasanya ini sudah termasuk ke dalam pelayanan jasa pengurusan
jenazah di gereja-gereja atau organisasi semacamnya. Berikut dengan
dekorasi ruangan ( sesuai dengan kepercayaan, masing-masing ) dan makanan
bagi pelayat. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat persemayaman.
Pandangan Kematian Dilihat Dari Sudut Pandang Budaya Kampung Wolomude, Desa
Teka Iku, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka
(Narasumber : Maria Adelvina)
Acara 4 malam berkabung antara meninggal karena kecelakaan dan meninggal karena
ajalnya, upacara adatnya sama.
Pada 4 malam berkabung, menurut adat setempat dikarenakan kita lahir juga sampai 4
malam, tali pusar berpisah dari pusarnya. Sehingga kita berkabung juga sampai 4 malam.
Selama 4 malam sampah atau kotoran yang ada di dalam rumah maupun di sekitar rumah
duka dilarang untuk dibersihkan. Setelah 4 malam baru boleh dibersihkan. Bila dilanggar
maka akan terjadi musibah atau kejadian yang tidak diinginkan. Orang yang dipih untuk
berkabung juga dilarang untuk membersihkan diri sampai 4 malam.
Pada hari yang ke 4 pagi harinya sekitar jam 5 pagi, siram bunga dan mengibaskan
dong 3 kali di atas kubur, kemudian air yang ditaruh di tempurung kemudian air tersebut
digunakan untuk mencuci muka orang yang berkabung tersebut. Pada saat itu juga, dari
kedua belah pihak keluarga ada yang menaruh uang dan ada yang mengambil sarung yang
ada di atas kubur. Uang dan sarung tersebut dibawah keluar dari rumah duka dan diletakan di
rumah terdekat. Orang yang berkabung, dong yang mereka pakai untuk menutupi kepalanya
dibuka setengah sampai leher. Setelah itu, orang yang berkabung tersebut sudah boleh
melakukan aktivitas seperti biasa tetapi masih tetap memakai pakaian hitam.
Pada 40 malam biasanya terjadi acara penanaman salib dikubur ( pa’at krus ).
Sebelumnya salib tersebut sudah diberkati dan didoakan oleh imam. Acara tersebut dilakukan
pada pagi hari sekitar pukul 05.00 yang diawali dengan doa bersama dikubur, kemudian
orang yang menggunakan baju hitam selama 40 hari atau disebut juga ata pire mitan akan
membuka baju hitamnya dan meletakannya di atas salib. Kemudian dipotong seekor babi dan
hatinya dimasak dan disimpan sebagai sesajian atau disebut juga piong, sebagai cara
menghormati arwah leluhur. Setelah itu, ketua adat akan mengambil kelapa muda yang
dibelah di depan kubur dan belahannya harus sekali dan langsung terbelah dua secara lurus.
Kelapa tersebut disimpan dan ditanam di samping atas kubur. Hal tersebut bertujuan untuk
memberikan pendinginan atau penyejukan kepada arwah tersebut.