Anda di halaman 1dari 3

TINDAKAN DALAM MENGHADAPI KEMATIAN

Perawatan jenasah
a. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
b. Singkirkan pakaian atau alat tenun.
c. Lepaskan semua alat kesehatan.
d. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda.
e. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya
(tergantung dari kepercayaan atau agama).
f. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
g. Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup bisa menggunakan kapas basah.
h. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di bawah
dagu.
i. Letakkan alas di bawah dagu.
j. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis.
k. Catat semua milik pasien dan berikan pada keluarga.
l. Beri kartu atau tanda pengenal.
m. Bungkus jenazah dengan kain panjang.

PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA KRISTEN


A. Latar Belakang

Perawatan jenazah hingga akhirnya jenazah tersebut dikebumikan, pada umumnya


adalah sama. Tentu dimulai dengan mengetahui dulu identitas dan kelengkapan
tubuh jenazah, dimandikan (dibersihkan), dibajukan atau dikafani, dan selanjutnya
didoakan lalu dikebumikan. Hanya saja, terdapat beberapa detail yang berbeda menurut
kepercayaan, agama, dan adat kebudayaan masing-masing yang perlu kita ketahui
sebagai tenaga medis mengingat ada kemungkinan bahwa jenazah tersebut adalah pasien
atau klien kita,sehingga kita masih harus bertanggung jawab dan mendampingi keluarga
dalam perawatannya.

B. Tujuan Mengetahui dan memahami tentang tata cara perawatan jenazah sesuai dengan
agama kristen sehingga tidak terjadi kesalah pahaman atau miss perseption antara
pengurus atau perawat jenazah dengan keluarga.

C. Isi Perawatan jenazah dalam agama kristen adalah dimulai dari dimandikan, dirias
(dibajukan), didoakan, dimasukan ke dalam peti dan masuk ke acara kebaktian lalu
sebelum dikubur dibaptis lagi oleh pendeta yang dipercaya oleh keluarga jenazah.

1. Memandikan Jenazah Memandikan jenazah dilakukan di ruang pemandian jenazah


sebesar 5x3 oleh anggota yayasan atau pihak keluarga. Proses pemandian jenazah
dilakukan ketika sudah sampai kerumah persemayaman atau rumah duka. Pemandian
dilakukan oleh satu atau dua orang tergantung kondisi jenazah.
2. Memakaikan Pakaian Jenazah Jika jenazah seorang gadis dipakaikan baju
pengantin jika perempuan atau laki-laki yang sudah menikah dipakaikan dress dan jas.
3. Mengawetkan Jenazah Pegawetan jenazah dilakukan ketika jenazah telah selesai
dimandikan danmengenakan pakaian lengkap. Pengawetan jenazah ini diperlukan untuk
mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungan, dikarenakan
biasanya keluarga jenazah tinggal di tempat yang berbeda-beda sehingga perlu
menunggu kedatangannya dan pada saat ini telah berhasil dibuat pengawetan jenazah
yang tidak mengubah warna kulit, tekstur tidak keras, tidak meleleh dan tidak perih,
malahan dilengkapi dengan bau wangi yang dapat dipilih jenisnya

Adapun tata cara untuk pengawetan jenazah, antara lain :


1. Dalam mengawetkan jenazah, harus ditanamkan untuk menghormati setiap tubuh jenazah
yang akan diawetkan.
2. Cuci jenazah atau mandikan jenazah dengan larutan desinfektan.
3. Baringkan jenazah dalam posisi supinase (terlentang).
4. Buka pakaian dan semua perhiasan yang dipakai jenazah.
5. Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus dilawan
untuk mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang maka akan meningkatkan
tekananekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan pengawet dari dalam
pembuluh darah ke tempat yang tidak semestinya.
6. Atur lah posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah.
7. Buatlah campuran cairan pengawet. Biasanya dibutuhkan 3 liter cairan untuk mengawetkan mayat.
Factor yang berpengaruh terhadap kebutuhan ini antara lain :
ukuran tubuh, adanya edema dan tahap pembusukan mayat sudah sampai dimana.
Biasanya 16 ons cairan dengan 1,5 galon air merupakan cairan pengawet terbaik, ini
akan menghasilkan larutan formalin sebesars 2-3%.
8. Pilih tempat suntikan. Tempat terbaik untuk menyuntikkan cairan pengawet adalah pada
vena femoralis, hal ini karena pada lokasi tersebut menyebabkan tekanan yang diterima
pada kepala sama pada kedua sisinya. Pada orang tua sering mengalami sklerosing, maka
tempat suntikan dilakukan pada pembuluh karotis karena lebih dekat dengan pusat
sirkulasi.
9. Tempat pengaliran cairan pengawet paling baik yaitu pada vena jugularis interna, karena
lebih dekat dengan atrium kanan jantung yang merupakan pusat pertemuan vena seluruh
tubuh.
10. Masukkan kanul kedalam pembuluh darah kemudian dijepit dengan ligature atau jika
tidak ada ligature bias diikat pada kedua sisi pembuluh darah pada kanul.
11. Hidupkan mesin pompa dengan tekanan 2-3 pon per inci persegi. Selama pengaliran ini pastikan aliran
cairan tedistribusi seluruhnya. Lakukan pemijatan pada daerah yang kaku untuk
melancarkan drainase.
12. Setelah drainase tersebut akan mucul tanda-tanda pada mayat seperti perut semakin keras,
keluarnya cairan dari saluran pencernaan dan mata menjadi merah serta tekanan
ocular yang tinggi, juga terjadi perubahan warna pada tubuh mayat. Jika terdapat tanda-
tanda tersebut, maka proses drainase dapat dihentikan dan kanul dicabut secara hati-hati
dan di ikat untuk mencegah keluarnya cairan pengawet tersebut.
13. Bekas luka pada tempat penyuntikan dibersihkan dan dijahit kembali.Proses pengawetan
ini dilakukan di ruang rias jenazah oleh mantri, dokter forensik atau asisten dokter (bidan
atau perawat) yang telah berpengalaman atau memiliki izin untuk melakukan
pengawetan jenazah.
14. Merias Jenazah . Merias jenazah dilakukan di ruang rias jenazah oleh satu orang anggota
yayasan. Dalam hal ini, merias jenazah adalah merias wajah dan rambut. Setelah selesai
merias, jenazah di bawa ke aula (ruang perseayaman) dan dimasukkan ke dalam peti
mati.
15. Menuju Rumah Duka Rumah duka bisa merupakan rumah sendiri atau rumah duka yang
memang disediakan. Biasanya ini sudah termasuk ke dalam pelayanan jasa pengurusan
jenazah digereja-gereja atau organisasi semacamnya berikut dengan dekorasi ruangan.

Anda mungkin juga menyukai