Anda di halaman 1dari 12

PERAWATAN JENAZAH DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Oleh:
Siti Aminah, APP.,S.Pd
Staf Pengajar Akper Notokusumo Yogyakarta

Kasus :
Tn. A (40 tahun) meninggal dunia 10 menit yang lalu. Pada tubuh jenazah masih terpasang infus di
lengan
kanan, selang oksigen, NGT, dan kateter urine. Rambut tampak basah, mata setengah terbuka, dan
di mulut
terpasang ET. Baju yang digunakan basah oleh keringat. Seprei tampak kotor oleh feses dan
muntahan
klien. Dua jam lagi jenazah akan dipindahkan ke kamar jenazah. Keluarga Tn. A masih berada di
sekitar
jenazah sambil menangis. Pasien yang sekamar dengan Tn. A tampak menangis dan ketakutan di
tempat
tidurnya dengan posisi membelakangi jenazah. Tn. A beragama islam.
A.
PENDAHULUAN
Perawat memiliki peran untuk merawat tubuh klien setelah kematian karena hubungan terapeutik
perawat-klien yang telah terbina selama fase sakit, dengan demikian perawat mungkin lebih sensititif
dalam menangani tubuh klien dengan martabat dan sensitifitas. Setelah kematian tubuh mengalami
berbagai perubahan fisik. Tubuh klien harus ditangani secepat mungkin setelah kematian untuk
mencegah kerusakan jaringan atau perubahan bentuk tubuh. Perawat memberikan kesempatan
pada
keluarga untuk melihat tubuh klien. Perawat harus meluangkan wakt dalam membantu keluarga
yang
berduka dan memberikan tawaran untuk menghubungi pelayanan pendukung , seperti pelayanan
sosial dan penasihat spiritual.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perawat sebelum keluarga melihat tubuh klien:
1.
Perawat menyingkirkan atau memberesi peralatan
Peralatan medis seperti selang yang terpasang di tubuh klien dilepaskan, diklem, atau
dipotongdengan panjang 2,5 cm dari kulit klien dan diplester. Linen yang kotor dan berserakan
disingkirkan. Semprotkan deodoran untuk menghilangkan bau yang tidak menyenangkan.
2.
Perawat menyiapkan jenazah klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan
senyaman
mungkin.
3.
Tubuh klien diletakkan dalam posisi terlentang dengan lengan disamping, telapak tangan
menghadap ke bawah, atau melipat di atas dada (tergantung kepercayaan klien). Perawat
meletakkan bantal atau gulungan handuk di bawah kepala untuk mencegah perubahan warna
akibat pengumpulan darah. Kelopak mata ditutup, bisa menggunakan kassa lembab.
4.
Perawat dapat meletakkan handuk di bawah dagu atau mengikat dagu agar menjaga mulut tetap
tertutup. Gigi palsu klien dapat dipasang kembali untuk mempertahankan gambaran wajah
normal.
5.
Perawat membersihkan bagian tubuh yang basah dan membalut tubuh dengan kain atau gaun
yang bersih, menyisir atau menyikat rambut, dan menutupi tubuh dengan linen bersih. Keluarga
dapat ikut berpartisipasi dalam proses ini dan harus diberikan kesempatan. Perawat dapat
meletakkan kain sebagai penyerap yang diletakkan di bawah perineal atau rectal untuk menyerap
rembesan feses dan urine akibat sfingter yang rileks.
Page
1
of
9
6.
Perawat dapat memberikan contoh kepada keluarga bagaimana mengungkapkan kasih sayang dan
doa keselamatan untuk jenazah. Misalnya dengan memanggil namanya, dengan mengusap kepala
dan menggenggam tangannya.
7.
Perawat memasang tanda identitas jenazah sesuai dengan kebijakan dari rumah sakit. Perhatikan
jika klien memiliki penyakit infeksi yang menular, perlu adanya pelabelan sesuai prosedur di
rumah sakit untuk keamanan bagi pengurus jenazah.
8.
Perawat bertanggungjawab melepas kepemilikan pribadi jenazah dan mencatat semuanya dalam
catatan medis, kemudian menyerahkan kepada keluarga.
9.
Anggota keluarga berhak mendapat dan mengharapkan deskripsi yang jelas dari apa yang terjadi
kepada klien, terutama untuk kasus-kasus yang mendadak.
10.
Perawat dan tenaga medis perlu melengkapi dokumentasi perawatan jenazah klien sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan pihak rumah sakit. Berikut ini dokumentasi perawatan akhir
kehidupan biasanya yang harus dilengkapi:
a.
Waktu dan tanggal kematian
b.
Nama tenaga kesehatan yang menyatakan kematian
c.
Individu yang memberitahukan kematian (misalnya penyelenggara pelayanan kesehatan,
anggota keluarga, tim permintaan organ, rumah duka, perusahaan pemakaman,
penyelenggara pelayanan spiritual) dan siapa yang ada di tempat pada saat kematian.
d.
Permintaan donor organ atau jaringan dibuat dan oleh siapa.
e.
Persiapan khusus jenazah (misalnya didinginkan atau diperlukan ritual keagamaan atau
budaya)
f.
Tabung medis, alat, atau selang yang tertinggal pada jenazah.
g.
Barang-barang pribadi yang tertinggal dan diamankan dari jenazah.
h.
Barang pribadi yang diberikan kepada keluarga dengan deskripsi, data, waktu untuk siapa
diberikan.
i.
Lokasi label identifikasi jenazah
j.
Waktu jenazah dipindahkan dan tujuannya
k.
Segala informasi yang relevan atau permintaan keluarga yang membantu menjelaskan
situasi tertentu.
B.
PERAWATAN JENAZAH
1.
Pengertian Kematian
Sekarat
(dying)
merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian. Kematian
(death)
merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, da tekanan darah, serta hilangnya respon
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga
dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau berhentinya kerja otak secara
menetap.
Kematian terjadi bila:

Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah terhenti secara pasti

Penghentian ireversibel setiap fungsi otak telah terbukti
Meninggal dunia
adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung terhenti.jantung seseorang telah terhenti.
2
.
Tanda-
T
anda Kematian
Page
2
of
9
Terdapat beberapa perubahan tubuh
setelah kematian, diantaranya :
rigor mortis
(kaku) dapat
terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian,
algor mortis
(dingin) suhu tubuh perlahan-lahan turun,
dan
post mortem decomposition
, yaitu terjadi
livormortis
pada daerah yang tertekan serta
melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.
a.
Tanda Kematian
Dini

Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi
dan
auskultasi)

Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba

Kulit pucat

Tonus otot menghilang dan relaksasi

Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian

Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan
penyiraman air)
b.
Tanda pasti kematian

Lebam mayat (
livor mortis
)

Kaku mayat (
rigor mortis
)

Penurunan suhu tubuh (
algor mortis
)

Pembusukan (
dekomposisi
)

Adiposera
(lilin mayat)

Mumifikasi
3.
Perawatan Jenazah pada Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat),
seperti perlu dikaji adanya hilangnya tonus otot, relaksasi otot wajah, kesulitan untuk
berbicara, kesulitan menelan, penurunan altivitas gastrointestinal, melemahnya tanda
sirkulasi, melemahnya sensasi, terjadi sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat
perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penurunan tekanan darah,
pernafasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori seperti pandangan kabur
dan menurunnya tingkat kesadaran.
Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak mampu bergerak,
refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stokes (nafas terdengar kasar),
dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan terhentinya pernafasan, nadi, dan
tekanan darah, hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot,
dan terhentinya aktivitas otak.
a.
Fisik
meliputi
perubahan cardiovaskulair, gastro, perkemihan, persyarafan,
persepsi
sensori, integritas kulit
b.
P
sikososial
yaitu
proses kehilangan
c.
S
piritual
tentang
kebutuhan akan cinta dan perhatian
Pengkajian keluarga
a.
Pengetahuan akan kondisi pasien
Page
3
of
9
b.
Observasi tingkah laku
c.
Kaji respon patologi keluarga
Tabel 1. Perubahan Fisiologis Sesudah Kematian
NO
PERUBAHAN
INTERVENSI YANG BERHUBUNGAN
1
Kekauan tubuh
(rigor mortis)
yang terjadi 2
sampai 4 jam sesudah ka\ematian (yang
mencakup kontraksi skelet dan otot polos
akibat tidak adanya adenosin trifosfat)
Sebelum terjadi
rigor mortis
, posisikan tubuh
dalam posisi anatomis, tutp mata dan mulut, dan
pasang gigi palsu dalam mulut
2
Penurunan suhu tubuh dengan kehilangan
elastisiatas kulit
(algor mortis)
4 – 12 jam
Lepaskan plester dan balutkan dengan perlahan
untuk menghindari kerusakan jaringan. Hindari
menarik kulit atau bagian tubuh.
3
Perubahan warna kulit menjadi keunguna
(livor mortis)
pada bagian dependen akibat
pecahnya sel darah merah (
20-30
menit
kemudian
)
Tinggikan kepala untuk mencegah perubahan
warna pada wajah
4
Pembusukan
(
dekomposisi
)
:
Pelunakan dan
pencairan jarinan tubuh oleh fermentasi bakteri
(
24 jam pasca mati
)
Simpan tubuh dalam tempat yang dingin di kamar
mayat rumah sakit atau di tempat lain yang
ditujukan.
5
Adipocere
adalah proses terbentuknya bahan
yang berwarna keputihan, lunak dan
berminyak yang terjadi di dalam jaringan
lunak tubuh post
mortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena
kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
6
Mummifikasi
terjadi pada suhu panas dan
kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14
minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras,
kering, warna coklat gelap, berkeriput dan
tidak membusuk
b
.
Diagnosis Keperawatan
1.
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)
2.
Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal
3.
Berduka berhubungan dengan kehilangan orang yang dicintai
c
.
Perencanaan dan tindakan keperawatan
Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah membantu mengurangi
depresi
dan ketakutan pasien, memperat
a
hankan harapan, membantu pasien menerima kenyataan, serta
memberikan rasa nyaman. Rencana yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, antara
lain :
1.
Memberi dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara
penggunaan sumber
pelayanan kesehatan.
2.
Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut
Page
4
of
9
3.
Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri
4.
Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki
5.
Membantu pasien menerima kenyataan
6.
Memenuhi kebutuhan fisiologis
7.
Memberi dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual pasien.
d. Pe
laksanaan
Standar Operasional Prosedur
Kompetensi
: Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan menjelang ajal
Sub Kompetensi
: Melaksanakan Perawatan Jenazah
1.
Pengertian
Perawatan klien setelah meninggal, termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada
keluarga, transportasi ke kamar jenazah, dan melakukan disposisi (penyerahan) barang – barang
milik klien.
2.
Indikasi
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian klien. Jika klien meninggal karena
kekerasan atau dicurigai akibat tindak kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan setelah
pemeriksaan medis lengkap melalui autopsi.
3.
Persiapan Alat
a.
Kasa / perban gulung 3 helai @ 50 cm
b.
Sarung tangan
c.
Pengganjal dagu
d.
Kapas sublimat
e.
Kain penutup jenazah
f.
Label identifikasi
g.
Plester penahan untuk menutup luka atau pungsi
h.
Tas plasti
k
untuk tempat barang – barang klien
i.
Air dalam baskom
j.
Sabun
k.
Handuk
l.
Selimut mandi
m.
Daftar barang berharga
n.
Peniti
o.
Sisir
4.
Persiapan Perawat
a.
Mencuci tangan
b.
Mempersiapkan alat
c.
Menggunakan sarung tangan
5. P
rosedur Kerja
Page
5
of
9
a.
Siapkan alat yang diperlukan dan bawa ke dalam ruangan
b.
Atur lingkungan di sekitar tempat tidur. Jika kematian terjadi pada
unit multibed
, jaga privasi
klien yang lain, tutup pintu koridor, cuci tangan.
c.
Pastikan pasien sudah dalam kondisi meninggal (pupil melebar, nadi tidak teraba, henti nafas)
d.
Atur posisi jenazah supinasi/posisi anatomis.
e.
Lepaskan semua alat – alat invasif yang masih terpasang pada tubuh jenazah
f.
Bersihkan badan. Dengan menggunakan air bersih, bersihkan area tubuh dari kotoran, seperti
darah, feses, atau muntahan. Jika kotoran terdapat pada area rectum, uretra, atau vagina,
letakkan kasa untuk menutup setiap lubang dan rekatkan dengan plester untuk mencegah
pengeluaran lebih lanjut.
g.
Bila ada luka tutup luka dengan kassa. Ganti balutan bila ada. Balutan yang kotor harus
diganti dengan yang bersih. Bekas plester dihilangkan dengan bensin atau larutan yang lain
sesuai dengan peraturan RS.
h.
Rapikan rambut dengan sisir rambut
i.
Tutup mata, dengan menggunakan kapas yang secara perlahan ditutupkan pada kelopak mata
dan plester jika mata tidak tertutup.
j.
Luruskan badan, dengan lengan diletakkan menyilang tubuh pada pergelangan tangan dan
menyilang abdomen dan diikat dengan perban.
k.
Luruskan dan satukan kedua ibu jari kaki dan diikat dengan kassa perban.
l.
Ikat bagian kaki (lutut dan pergelangan kaki).
m.
Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Bila perlu lakukan pengikatan dagu
menggunakan tali perban dari dbawah dagu ke kepala agar mulut tertutup.
n.
Lepaskan perhiasan dan barang berharga di hadapan keluarga. Pada umumnya semua cincin,
anting, gelang, dll dilepas dan ditempatkan pada tas plastic tempat barang berharga, termasuk
kacamata, kartu, surat, kunci, barang religi. Beri label identitas.
o.
Jaga keamanan barang berharga klien. Ikuti peraturan RS untuk barang berharga. Tempatkan
di kantor perawat sampai dapat disimpan di tempat yang lebih aman atau diserahkan kepada
keluarga.
p.
Beri label identifikasi pada jenazah. Label identitas berisi nama, umur dan jenis kelamin,
tanggal, nomor RS, nomor kamar, dan nomor dokter. Sesuai dengan peraturan RS, ikatkan
label identitas pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki atau plester label pada dada
depan klien.
q.
Tutup jenazah dengan kain penutup jenazah.
r.
Bereskan dan bersihkan kamar pasien.
s.
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (identitas pasien waktu meninggal, barang
berharga yang diserahkan pada keluarga).
2)
Perawatan Jenazah yang akan diotopsi
a)
Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
b)
Beri label pada pembungkus jenazah
c)
Beri label pada alat protesa yang digunakan
d)
Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
3)
Perawatan terhadap Keluarga
a)
Dengarkan ekspresi keluarga
b)
Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah selama beberapa saat
c)
Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
d)
Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada jenazah.
e)
Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka
e. Evaluasi
Page
6
of
9
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai dari kemampuan untuk
menghadapi atau menerima makna kematian, reaksi terhadap kematian, dan perubahan perilaku,
yaitu
menerima arti kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz.A. 2006.
Pengantar Konsep Dasar Manusia Aplikasi Konsep Proses Keperawatan
. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter & Perry.2006.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan Praktik Edisi 4
.Jakarta:
EGC.
. 2010.
Fundamental Keperawatan
. Jakarta : Salemba Medika.
Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta III. 2009.
Panduan Praktik KDM I
. Jakarta : Salemba Medika.
Page
7
of
9
PENILAIAN TINDAKAN
AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER) NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
NAMA MAHASISWA
:
NIM
:
KELAS
:
N
o
Kegiatan
Perawatan jenazah
Dilakukan
Tidak
Dilakuka
n
Kompete
n
Tidak
Kompete
n
1
Fase Pre-Interaksi
a.
Verifikasi order
b.
Persiapan alat :
1)
Sama seperti untuk memandikan pasien
ditambah skort
2)
Pakaian jenazah sesuai dengan
kepercayaan pasien
3)
Kapas 100 gram, pinset, skort, piala
ginjal
4)
Kereta jenazah
5)
Surat keterangan meninggal
c.
Persiapan perawat / Lingkungan
1)
Perawat mencuci tangan
2)
Menyiapkan lingkungan bebas
rokok dan membatasi pengunjung
2
Fase Orientasi
a.
Memberikan salam pada keluarga
b.
Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilakukan pada keluarga
c.
Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
d.
Alat didekatkan didekat pasien
3
Fase Kerja
a.
Melepaskan alat perawatan yang digunakan
oleh jenazah misalnya : kateter, infus, pipa
lambung, dll
*
b.
Melepaskan perhiasan yang dipakai jenazah,
dan memberikan kepada keluarganya (bila
memakai)
*
c.
Memandikan jenazah sama dengan
memandikan pasien
Rapikan rambut dengan sisir
rambut.
d.
Memakaikan baju yang sudah tersedia
(sesuai kepercayaan)
Page
8
of
9

Anda mungkin juga menyukai