Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM AKSELERASI PENURUNAN


ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA PENYAKIT INFEKSI DAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PROGRAM KESEHATAN
PRIMER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan
Dosen Pengampu : Hj. Iyam Mariyam, S.Sos, Ners, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Abdul ajis 32722001D21001
Agis Trianti 32722001D21007
Aliffa Nurul Humaira 32722001D21011
Lusianti 32722001D21047
M.Demiza liden 32722001D21049
Meiliya 32722001D21055
Nazla Firni H. 32722001D21067
Siti nurhasanah 32722001D21093

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini memuat tentang
“KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA PENYAKIT INFEKSI DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH DALAM PROGRAM KESEHATAN PRIMER“ . Yang kami sajikan
dari berbagai sumber, dalam penyusunan makalah ini kami menyadari pengetahuan dan
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran agar makalahini lebih baik dan bermanfaat, terimakasih.

Sukabumi, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ii

1.2 Rumusan Masalah iii

1.3 Tujuan iii


BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB serta penyakit
infeksi 1
A. Landasan Hukum 1

B. Bentuk kebijakan pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB serta penyakit
Infeksi 2
C. Upaya atau Strategi operasional pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB 6

D. Pengertian Penyakit Infeksi 9

E. Macam-macam penyakit Infeksi 9

F. Strategi pemerintah dalam penurunan penyakit infeksi 10

G. Derajat Kesehatan Di Indonesia 10

2.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Program Kesehatan Primer 13

A. Landasan Hukum 13

B. prinsip pelayanan kesehatan primer 14

C. Kebijakan dan Strategi Pelayanan Kesehatan Primer 14


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 17

3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak berakhirnya MDGs pada 2015 dan berlakunya SDGs, upaya penurunan AKI dan
AKB masih menjadi perhatian khusus di dunia. Salah satu perubahan mendasar yang dibawa
oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun yang ditinggalkan”. Artinya cakupan target
dan pelayanan dalam era SDGs lebih menyeluruh (100%) bila dibandingkan saat era MDGs
yang hanya setengahnya (50%). Angka Kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia masih termasuk yang tertinggi di negara-negara Asia Tenggara. Setiap
jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebab yang
berhubungan dengan kehamilan.

Indonesia merupakan salah satu diantara 15 negara yang tidak akan mencapai MDGs
target ke 5 untuk mengurangi kematian ibu sebesar tiga perempatnya dari tahun 1990 (Unicef
Indonesia, 2012). Sedangkan jika dilihat dari jumlah tenaga kesehatan, Indonesia termasuk
negara yang memiliki jumlah tenaga kesehatan yang lebih banyak dibandingkan dengan
negaranegara di asia. Namun secara kualitas tenaga kesehatan kita masih harus terus
ditingkatkan dalam rangka untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Dari pengalaman era MDGs (2000–2015), Indonesia ternyata belum berhasil


menurunkan angka kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum, dan penurunan
prevalansi AIDS dan HIV. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah tidak aktif terlibat di
dalam pelaksanaan MDGs. Juga karena pemerintah daerah kurang didukung. Salah satu
upaya untuk mendorong keberhasilan SDGs di daerah adalah melalui penyediaan informasi
yang cukup bagi pemerintah daerah.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar tercapai derajat kesehatan yang
setinggitingginya baik fisik, mental dan sosial melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan,
pemberdayaan masyarakat, kemandirian secara adil dan merata, melalui pendekatan life
cycle. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika
kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu
3
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi. Pembangunan Nasional harus
berwawasan kesehatan, dimana setiap kebijakan publik harus memperhatikan dampak
pembangunan terhadap kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja bentuk Kebijakan pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB
serta penyakit infeksi?
2. Bagaimana strategi pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB serta
penyakit infeksi?
3. Bagaimana Derajat kesehatan di Indonesia?
4. Apa landasan hukum program kesehatan primer?
5. Bagaimana kebijakan dan strategi pelayanan kesehatan primer?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk Kebijakan pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan
AKB serta penyakit infeksi.
2. Untuk mengetahui strategi pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB serta
penyakit infeksi.
3. Untuk mengetahui derajat kesehatan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui landasan hukum program kesehatan primer.
5. Untuk mengetahui kebijakan dan strategi pelayanan kesehatan primer.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB serta
penyakit infeksi

A. Landasan Hukum

RPJMN Tahun 2020-2025 telah ditetapkan dengan Perpres Nomor 18 Tahun 2019
sebagai tahap lebih lanjut dari RPJMN Tahun 2015-2019, yang mana terdapat
perbedaan arah kebijakan dan penambahan fokus pembangunan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/Menkes/52/2015


ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang
mengacu pada Visi, Misi, dan Nawacita Presiden tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Pembangunan kesehatan
Indonesia periode 2015- 2019 adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok
RPJMN 2015-2019 antara lain :

1) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak


2) Meningkatkan pengendalian penyakit
3) Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
4) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
5) Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
6) Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada 2025 adalah:


1. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh
meningkatnya Umur Harapan Hidup
2. menurunnya Angka Kematian Bayi
3. menurunnya Angka Kematian Ibu
4. menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita.
Bentuk kebijakan pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB sertapenyakit Infeksi
5
1. Definisi Kematian Ibu
Kematian ibu adalah jumlah kematian ibu selama periode waktu tertentu tertentu
per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu adalah kematian seorang wanita saat hamil
atau dalam 42 hari pengakhiran kehamilan, terlepas dari durasi dan tempat kehamilan,
dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan dari penyebab kecelakaan atau insidental (WHO, 2015).
Berdasarkan definisi WHO tersebut menggambarkan adanya hubungan akibat dan
sebab antara kehamilan dan kematian maternal. Ibu yang hamil mungkin mengalami
keguguran atau kehamilan ektopik terganggu, atau ibu yang hamil mungkin
meninggal dunia sebelum melahirkan atau ibu yang hamil telah melahirkan seorang
bayi dalam keadaan hidup atau mati yang diikuti dengan komplikasi kehamilan
persalinan dan nifas yang menyebabkan kematian maternal. Berikut cara
penghitungan angka kematian ibu :

2. Penyebab Kematian Ibu

Penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dulu dan tidak
berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum, eklampsia,
infeksi, aborsi tidak aman, partus macet, dan sebab-sebab lain seperti kehamilan
ektopik dan mola hidatidosa. Keadaan ini diperkuat dengan kurang gizi, malaria, dan
penyakit-penyakit lain seperti tuberkulosis, penyakit jantung, hepatitis, asma, atau
HIV. Pada kehamilan remaja lebih sering terjadi komplikasi seperti anemia dan
persalinan preterm. Sementara itu, terdapat berbagai hambatan yang mengurangi
akses memperoleh pelayanan kesehatan maternal bagi remaja, kemiskinan,
6
kebodohan, kesenjangan hak asasi pada remaja perempuan, kawin pada usia muda,
dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Konsumsi alkohol dan merokok merupakan penyebab kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir yang seharusnya dapat dicegah. Ibu perokok berhubungan
dengan komplikasi seperti perdarahan, ketuban pecah dini, dan persalinan preterm.
Juga dapat berakibat pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, serta
kematian janin. Konsumsi alkohol selama kehamilan berhubungan dengan abortus,
lahir mati, prematuritas, dan kelainan bawaan fetal alcohol syndrome (Saifudin,
2015).

Menurut Saifudin (2015) kematian ibu dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian ibu yang
disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang timbul
akibat tindakan atau kelalaian dalam penanganan. Komplikasi yang dimaksud
antara lain perdarahan antepartum dan postpartum, preeklamsia/eklamsia,
infeksi, persalinan macet, dan kematian pada kehamilan muda.
b. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) adalah kematian
ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit yang sudah diderita sebelum
kehamilan atau persalinan yang berkembang dan bertambah berat yang tidak
berkaitan dengan penyebab obstetri langsung. Kematian obstetri tidak
langsung ini misalnya disebabkan oleh penyakit jantung, hipertensi, hepatitis,
malaria, anemia, tuberkulosis, HIV/AIDS, diabetes dan lain-lain

Tiap wanita hamil memiliki risiko komplikasi tersebut, tetapi dibedakan menjadi
ibu hamil resiko rendah, dan ibu hamil risiko tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain:

1) Perdarahan
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain adalah
perdarahan karena abortus, perdarahan ektopik terganggu, perdarahan antepartum,
dan perdarahan postpartum. Perdarahan karena abortus dapat disebabkan karena
abortus yang tidak lengkap atau cedera pada organ panggul atau usus. Abortus
sendiri berarti kadaan berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan, atau keluarnya janin dengan berat kurnag dari 500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang
terjadi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Janin yang semakin
7
membesar akan menyebabkan organ tidak mewadahi dan akhirnya rupture
(biasanya pada tuba fallopi), hal tersebut menyebabkan perdarahan yang
terkumpul dalam rongga perut dan menyebabkan rasa nyeri setempat atau
menyeluruh yang berat, disertai pingsan dan syok. Perdarahan antepartum
merupakan perdarahan pervaginam yang terjadi pada umur 19 kehamilan antara
28 minggu sampai sebelum bayi lahir. Perdarahan antepartum yang sering terjadi
adalah solusio plasenta, plasenta previa, dan vasa previa. Perdarahan postpartum
adalah perdarahan yang terjadi setelah anak lahir dan beratnya lebih dari 500
gram, dapat terjadi sebelum maupun sesudah plasenta lahir.
2) Infeksi
Infeksi pada kehamilan adalah infeksi jalan lahir yang terjadi pada kehamilan
muda dan tua. Infeksi pada kehamilan muda adalah infeksi jalan lahir yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 20 sampai 22 minggu yang disebabkan adanya
abortus yang terinfeksi. Sedangkan infeksi jalan lahir. pada kehamilan pada
kehamilan tua adalah infeksi yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Infeksi
jalan lahir ini dapat terjadi akibat ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi
saluran kencing misalnya sistitis, nefritis atau akibat penyakit sistemik seperti:
malaria, demam tifoid, hepatitis dan lain-lain. Keadaan ini berbahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya sepsis yang dapat menyumbang kematian ibu sebesar
15%(WHO, 2015).

3) Preeklamsia dan Eklamsia


Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil.
Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh
peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga
akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya
muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan. Preeklamsia dibagi dalam dua bagian
yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. Preeklamsia ringan adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinurea dan edema setelah umur kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu pada penyakit trofoblas. Sedangkan Pre-eklamsia berat adalah
komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rahmawati, 2011).
8
Eklamsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi
dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena
eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan
koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan. Penyebab
pasti dari kelainan ini masih belum diketahui namun beberapa penelitian
menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklamsia
dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan
gangguan aliran darah ke rahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsia antara lain:
pada umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia
remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun.

Faktor resiko yang lain adalah :

a. riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan


b. riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya
c. riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
d. kegemukan
e. mengandung lebih dari satu orang bayi
f. riwayat kencing manis
g. kelainan ginjal
h. lupus atau rematoid arthritis.
4) Partus Macet
Partus macet atau partus lama merupakan persalinan yang berlagsung lebih
dari 18 jam sejak inpartu. Keadaan ini dapat membahayakan jiwa janin dan ibu.

5) Ruptur Uteri
Ruptura uterus adalah sobeknya uterus atau rahim. Ruptura uterus dapat terjadi
secara komplet yaitu robekan terjadi pada semua lapisan miometrium termasuk
peritoneum (janin sudah berada dalam cavum abdomen dalam keadaan mati),
maupun ruptura uterus inkomplet, yaitu robekan rahim secara parsial dan
peritoneum masih utuh.

2. Definisi Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi (Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator
9
penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat
menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif
terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka kematian bayi
tersebut dapat didefinisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Sedangkan untuk menghitung
angka kematian bayi dapat dihitung dengan cara:

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi
(WHO, 2015). Oleh karena itu, kematian neonatal dini adalah bayi yang dilahirkan
dalam keadaan hidup namun kemudian meninggal dalam 7 hari pertama
kehidupannya (yaitu pada minggu pertama setelah kelahirannya).

Kematian bayi adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal pada rentang waktu
antara 7 hingga 28 hari (yaitu dalam minggu kedua hingga keempat dari
kehidupannya). Setiap bayi yang lahir hidup mempunyai kondisi masa kehamilan,
proses kelahiran dan lingkungan yang mungkin juga berbeda serta akses pelayanan
terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin juga berbeda. Hal ini diperkirakan setiap
bayi mempunyai kelangsungan hidup yang berbedabeda (Clarence et.al, 2014).
Penyebab Kematian Bayi Penyebab utama penting untuk diketahui karena sebagian
besar diantaranya dapat dihindarkan. Cara penanganan untuk mengurangi risiko
kematian neonatal dini biasanya ditujukan untuk mencegah atau menangani kasus-
kasus ini. Penyebab utama kasus lahir mati dan kematian neonatal dini adalah hampir
sama sehingga sebaiknya dipertimbangkan bersama-sama.

Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah obstetrik selama


10
kehamilan maupun persalinan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyebab utama
kematian neonatal dini yaitu persalinan prematur, hipoksia intrapartum, perdarahan
antepartum, hipertensi pada kehamilan, infeksi, anomali, gangguan pertumbahan
intrauterin, trauma, penyakit sistemik pada ibu hamil (Manuaba, 2010).

Berdasarkan faktor risiko dari neonatal, berikut ini merupakan risiko tinggi neonatal
yang berisiko mengalami kematian (Munuaba, 2010):

a. Bayi baru lahir dengan asfiksia.


b. Bayi baru lahir dengan tetanus neonatorum.
c. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah < 2500 gram).
d. Bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah lahir).
e. Bayi baru lahir dengan sepsis.
f. Bayi kurang bulan dan lebih bulan.
g. Bayi baru lahir dengan cacat bawaan.
h. Bayi lahir melalui proses persalinan dengan tindakan

B. Upaya atau Strategi operasional pemerintah dalam menurunkan AKI AKB

Pemerintah sejak kemerdekaan melakukan berbagai kebijakan meliputi perbaikan


akses dan kulitas pelayanan Kesehatan untuk ibu dan bayi baru lahir, seperti pelatihan
dukun bayi, pengmebangan klinik kesehatanibu dan anak,pembangunan rs,
pengembangan puskesmas, pengembangan pondook berslain desa, dan pos pelayan
Kesehatan terpadu/ podyandu, Pendidikan dan penempatan bidan di desa, dan
pergerakkan masyarakat untuk penyalamatan ibu hamil dan bersalin. Di negara
berkembang AKI sangat merprihatinkan karenanya terlahirlah IMMPACT (intiative
for mortality programme assessment). Merupakan suatu inisiatif riset global dengan
tujuan menemukan strategi penurunan kemtian ibu dan bayi.

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian


Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu :

1) penguatan Puskesmas dan jaringannya;


2) penguatan manajemen program dan sistem rujukannya;
3) meningkatkan peran serta masyarakat;

11
4) kerjasama dan kemitraan Pertama, kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah
daerah telahmenindaklanjuti Inpres no. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun 2010 Tentang
Program Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan
advokasi terkait percepatan pencapaian MDGs.
5) kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011;
6) penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir. \
Untuk penajaman strategi dan sejalan dengan RPJMN 2020-2025, Kemenkes
melakukan transformasi sistem Kesehatan termasuk pelayanan Kesehatan Ibu dan
Bayi dengan pendekatan 6 pilar :

1. transformasi layanan primer yang bertujuan untuk menciptakan calon ibu sehat
melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memberikan
edukasi terkait pencegahan terjadinya penyakit, dan juga meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas SDM kesehatan pada layanan primer. seperti;

• Mempersiapkan ibu layak hamil;


• Terdeteksi komplikasi kehamilan sedini mungkin di pelayanan kesehatan;
• Persalinan di Fasilitas Kesehatan dan
• Pelayanan untuk bayi yang dilahirkan.

Pilar transformasi pelayanan rujukan sebagai upaya penyelamatan Ibu dan Bayi yang
mengalami komplikasi, diperkuat dengan membangun jejaring RS dimana RS
Vertikal dan Provinsi melakukan pendampingan tata kelola klinis, dan tata kelola
manajemen, sedangkan transformasi sistem layanan. kesehatan mendorong
pemenuhan sarana dan prasarana ibu dan bayi di fasilitas kesehatan dan memperkuat
sistem rujukan, yang juga telah dilakukan di RS TNI/POLRI/Swasta.
2. Transformasi Layanan Rujukan. Transformasi kedua ini fokus pada
peningkatan akses dan pemerataan layanan kesehatan di semua wilayah di
Indonesia.
3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan. Transformasi ini meliputi upaya
peningkatan ketahanan penanggulangan medis dan penguatan resiliensi di
masa krisis kesehatan.
4. Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan. Transformasi ini dilakukan
dengan mengembangkan regulasi pembiayaan kesehatan dengan tujuan

12
membangun pemerataan, kemudahan aksesibilitas bagi masyarakat, dan
keberlanjutan alokasi pembiayaan.
5. Transformasi SDM Kesehatan. Kementerian Kesehatan melakukan
peningkatan kualitas SDM Kesehatan agar siap menghadapi berbagai jenis
penyakit yang akan datang
6. Transformasi Teknologi Kesehatan. Dalam konteks ini, Kemenkes selalu
mendorong perkembangan teknologi dan digitalisasi di sektor kesehatan.
Hal ini didukung pula oleh 12 indikator utama yang menjadi program
pelaksanaan program kesehatan di Indonesia yang mencakup penuruna
AKI, AKB, dan penyakit Infeksi.
1. Keluarga mengikuti KB
2. Ibu melakukan persalinan di faskes
3. Bayi mendapatkan imunisasi lengkap
4. Bayi mendapatkan ASI ekslusif
5. Balita mendapatkan pemantauan partumbuhan
6. Penderita TB perlu mendapatkan pengobatan yang sesuai
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita ggn. Jiwa mendapatkan pengobatan dan tidakditerlantarkan
9. Anggota kelurga tidak ada yang merokok
10. Kelaurga sudah menjadi anggota jaminan Kesehatan nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

HIGHLIGHT SASARAN 2024


• 100% penduduk memiliki NIK, akta kelahiran, buku nikah, pencatatan
perceraian, kematian serta penyebab kematian
• 98% penduduk mendapatkan perlindungan social

• 183 per 100.000 kelahiran hidup angka kematian ibu

13
C. Pengertian penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya mikroba
patogen (Darmadi, 2008). Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya
angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality) terutama pada negara-negara
berkembang didunia, (WHO, 2015). Penyakit infeksi yang terjadi di negara-negara sedang
berkembang dan negara berkembang menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam
memenuhi kebutuhan sehari -hari bahkan menyebabkan kerugian ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

D. Macam- macam penyakit infeksi


• Demam tifoid.

• Tuberkulosis (TB)

• Pneumonia.

• Meningitis.

• Infeksi saluran kemih.

• Difteri.

• Batuk rejan (pertusis)

• Sepsis.

14
E. Strategi pemerintah dalam penurunan penyakit infeksi :

a. Program P2P merupakan salah satu kegiatan pelayanan kesehatan di masyarakat


di Puskesmas Program ini terdiri dari pencegahan terhadap penyakit menular
dengan pemberian vaksinasi/imunisasi dan pemberantasan penyakit TB paru,
kusta, diare, ISPA, DBD, Rabies atau penyakit lain yang bersumber dari
binatang serta surveilens epidemiologi terhadap penyakit yang berpotensi
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Tujuan dari program P2P
diantaranya adalah meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular dan tidak menular, meningkatkan deteksi dini dan respon
cepat terhadap penanggulangan KLB, meningkatkan perilaku sehat dan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, menemukan dan mengobati penderita
penyakit menularsedini mungkin agar tidak meluas atau menimbulkan wabah.
b. batas usia menikah 18th keatas guna mencegah terjadinya penyakit penular seksual
dan membantu penuran AKI Dari berbagai contoh kasus di atas, terlihat bahwa peran
pemerintah sangat menentukan keberhasilan dalam upaya penurunan AKI, AKB dan
Penyakit infeksi. Semakin responsif tanggap suatu pemerintah maka penurunan pun
akan semakin mudah dicapai. Tentunya hal ini juga diperngaruhi dengan sistem
informasi pencatatan kejadian yang baik, sehingga dapat membantu pemerintah dalam
menentukan langkah atau kebijakan yang sesuai dengan masalah yang ada dan target
penurunanpun bisa tercapai.

F. Derajat Kesehatan Di Indonesia

Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Mortalitas;


terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa penyakit serta Status
Gizi pada balita dan dewasa.
Derajat kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/kinerja petugas
kesehatan untuk mencapai indicator kesehatan, kemampuan SKPD dalam
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan program/kegiatan sehingga mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mengacu kepada indikator berikut:
A. MORTALITAS / KEMATIAN
15
Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu masyarakat dari
waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status kesehatan
masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan
fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan.
1. Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.AKI juga dapat
digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannyaindikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
2. Kematian Bayi dan Balita
Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan
maupun kematian.
Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan
sebelum umur 5 tahun.

3. STATUS GIZI BAYI & BALITA


Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil pencatatan
dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil
penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu.
4. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun

16
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
Meningkatnya umur harapan hidup dan perubahan struktur umur penduduk ke arah
usia tua serta perubahan pola dan gaya hidup menyebabkan terjadinya transisi
demografi epidemiologis, yang ditandai masih tingginya penyakit infeksi dan
meningkatnya penyakitnon infeksi.
2.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Program Kesehatan Primer
A. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia;
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (RPJP-N);
e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
f. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Pendidikan
Kedokteran;
g. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah; 9.
h. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan
Darah;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi
Kesehatan;
j. Pasal 34 Upaya Kesehatan perorangan diselenggarakan melalui:
a. Pelayanan Kesehatan primer; dan
b. Pelayanan Kesehatan rujukan.
k. Pasal 35
(1) Pelayanan Kesehatan primer diselenggarakan sebagai proses awal Pelayanan
Kesehatan perorangan secara komprehensif.

17
(2) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) termasuk pelayanan skrining dan imunisasi penyakit dalam ranah kesehatan
perorangan, pemantauan tumbuh kembang, diagnostik dini, kuratif, dan rehabilitatif
yang didukung dengan kegiatan Pelayanan Kesehatan rujukan.
(4) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
diselenggarakan oleh Tenaga Kesehatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama.kompetensi
dan kewenangan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama.
(5) Pelayanan Kesehatan primer diselenggarakan berdasarkan kebijakan
Pelayanan Kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan
memperhatikan masukan dari Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
a. didanai oleh perorangan penerima Pelayanan Kesehatan atau
melalui penjaminan kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional
dan/atau asuransi komersial.

B. prinsip pelayanan kesehatan primer

PILAR I: Reformasi Cakupan Semesta – JKN


PILAR II: Reformasi Pelayanan Kesehatan - PHC
PILAR III: Reformasi Kebijakan Publik
PILAR IV: Reformasi Kepemimpinan

a. Pemerataan upaya kesehatan

b. Penekanan pada upaya preventif

c. Menggunakan teknologi tepat guna peran serta masyarakat

d. Melibatkan kerjasama LS

C. Kebijakan dan Strategi Pelayanan Kesehatan Primer


a.). Kebijakan
Kebijakan dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran strategis sesuai dengan target
pelayanan kesehatan primer adalah:
18
1. Kebijakan pengembangan pelayanan kesehatan primer merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kebijakan rencana pembangunan kesehatan nasional dan kebijakan
pemerintah daerah.
2. Pelayanan kesehatan primer diutamakan untuk meningkatkan akses dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan
preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
3. Pemberdayaan masyarakat merupakan titik sentral yang sangat strategis baik sebagai
subjek maupun sebagai objek dalam pembangunan kesehatan, ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatannya secara mandiri sesuai tingkat kemampuannya.
4. Pelayanan kesehatan primer akan mendayagunakan tenaga Kesehatan yang tersedia.
5. Pelayanan kesehatan primer harus diselenggarakan sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan dan standar prosedur operasional
6. Pengembangan program pelayanan kesehatan primer dilakukan secara bertahap,
terpadu dan berkesinambungan berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat
7. Pengembangan kesehatan primer melibatkan lintas sektor & swasta.
b.) Strategi
Dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran strategis pembangunan Kesehatan
primer, perlu ditetapkan strategi pengembangan pelayanan kesehatan primer mengggunakan
analisa TOWS, yaitu:

1. Strategi S – O
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan primer yang berkualitas
b. Mewujudkan peningkatan akses pelayanan kesehatan primer
c. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai tulang punggung pelayanan
kesehatan primer

2. Strategi S – T

a. Mewujudkan kualitas advokasi, pembinaan dan pengawasan pelayanan Kesehatan


primer
b. Mewujudkan sistem perencanaan yang terintegrasi.
c. Mewujudkan dukungan regulasi di tingkat daerah.
19
d. Mewujudkan intensifikasi dan ekstensifikasi pelayanan Kesehatan primer.
e. Mewujudkan inovasi pelayanan kesehatan primer.
3. Strategi W – O
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai tulang punggung pelayanan
kesehatan primer
b. Manfaatkan reformasi birokrasi untuk meningkatkan kinerja.
4. Strategi W – T
a. Mewujudkan tata kelola organisasi dengan penguatan system manajemen kinerja
b. Pengembangan program melalui kemitraan yang berdaya guna tinggi
c. Mewujudkan penguatan sistem rujukan
d. Tersedianya Dokter Layanan Primer/Pelayanan Kedokteran Keluarga Layanan
Primer.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pemerintah telah mengupayakan kebijakan-kebijakan dan program seperti


program KBD dan P2P guna menekankan AKI, AKB, dan penyakit infeksi
untuk Indonesia yang lebih sehat. Selain itu diperkuat kembali oleh payung
hukum untuk menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut agar berjalan sebagai
mana mestinya.
Dari berbagai contoh kasus di atas, terlihat bahwa peran pemerintah sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya penurunan AKI, AKB dan Penyakit
infeksi. Semakin responsif tanggap suatu pemerintah maka penurunan pun
akan semakin mudah dicapai. Tentunya hal ini juga diperngaruhi dengan
sistem informasi pencatatan kejadian yang baik, sehingga dapat membantu
pemerintah dalam menentukan langkah atau kebijakan yang sesuai dengan
masalah yang ada dan target penurunanpun bisa tercapai.
3.2 Saran

Sudah sepatutnya kita sebagai role model melaksanakan, membantu, dan


mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah dalam program kesehatan, guna
membantu dan mendukung pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB juga
penyakit infeksi juga kita sebagai tenaga kesehatan harus mendukung
pemerintah Dalam rangka pencapaian target sasaran strategis pembangunan
kesehatan primer

21
DAFTAR PUSTAKA

Home. Kanal Pengetahuan FKKMK UGM. (n.d.). Retrieved November 18, 2022,from
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/peran-pemerintah-dalampenurunan-angka-
kematian-ibu-aki/

Jurnal Kesmas & Gizi (JKG) Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKG Received: 09 Agustus

2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi banten. (n.d.). Retrieved November


17, 2022, from https://www.bappeda.bantenprov.go.id/

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat | Sulawesi Barat Sehat Dan Malaqbi. (n.d.).
Retrieved November 17, 2022, from https://dinkes.sulbarprov.go.id/

Rencana Aksi Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer tahun 2020-2024


Revisi I
Flobamora Nursing Jurnal; Vol 1, No 1, Bulan Oktober Tahun 2021 pp. 32-41 Website:
http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/fnj

Bambang Kusnandar Aribawa, . (2021, October 11). Sinkronisasi Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah TERHADAP Rencana
Pembangunan jangka menengah nasional (studi di kabupaten Tegal) - UPS
Repository.

Retrieved November 22, 2022, from http://repository.upstegal.ac.id/3919/

22

Anda mungkin juga menyukai