Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan
Dosen Pengampu : Hj. Iyam Mariyam, S.Sos, Ners, M.Kep
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini memuat tentang
“KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA
KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA PENYAKIT INFEKSI DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH DALAM PROGRAM KESEHATAN PRIMER“ . Yang kami sajikan
dari berbagai sumber, dalam penyusunan makalah ini kami menyadari pengetahuan dan
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran agar makalahini lebih baik dan bermanfaat, terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ii
B. Bentuk kebijakan pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB serta penyakit
Infeksi 2
C. Upaya atau Strategi operasional pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB 6
A. Landasan Hukum 13
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak berakhirnya MDGs pada 2015 dan berlakunya SDGs, upaya penurunan AKI dan
AKB masih menjadi perhatian khusus di dunia. Salah satu perubahan mendasar yang dibawa
oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun yang ditinggalkan”. Artinya cakupan target
dan pelayanan dalam era SDGs lebih menyeluruh (100%) bila dibandingkan saat era MDGs
yang hanya setengahnya (50%). Angka Kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia masih termasuk yang tertinggi di negara-negara Asia Tenggara. Setiap
jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebab yang
berhubungan dengan kehamilan.
Indonesia merupakan salah satu diantara 15 negara yang tidak akan mencapai MDGs
target ke 5 untuk mengurangi kematian ibu sebesar tiga perempatnya dari tahun 1990 (Unicef
Indonesia, 2012). Sedangkan jika dilihat dari jumlah tenaga kesehatan, Indonesia termasuk
negara yang memiliki jumlah tenaga kesehatan yang lebih banyak dibandingkan dengan
negaranegara di asia. Namun secara kualitas tenaga kesehatan kita masih harus terus
ditingkatkan dalam rangka untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk Kebijakan pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan
AKB serta penyakit infeksi.
2. Untuk mengetahui strategi pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB serta
penyakit infeksi.
3. Untuk mengetahui derajat kesehatan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui landasan hukum program kesehatan primer.
5. Untuk mengetahui kebijakan dan strategi pelayanan kesehatan primer.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan pemerintah dalam akselerasi penurunan AKI dan AKB serta
penyakit infeksi
A. Landasan Hukum
RPJMN Tahun 2020-2025 telah ditetapkan dengan Perpres Nomor 18 Tahun 2019
sebagai tahap lebih lanjut dari RPJMN Tahun 2015-2019, yang mana terdapat
perbedaan arah kebijakan dan penambahan fokus pembangunan.
Penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dulu dan tidak
berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum, eklampsia,
infeksi, aborsi tidak aman, partus macet, dan sebab-sebab lain seperti kehamilan
ektopik dan mola hidatidosa. Keadaan ini diperkuat dengan kurang gizi, malaria, dan
penyakit-penyakit lain seperti tuberkulosis, penyakit jantung, hepatitis, asma, atau
HIV. Pada kehamilan remaja lebih sering terjadi komplikasi seperti anemia dan
persalinan preterm. Sementara itu, terdapat berbagai hambatan yang mengurangi
akses memperoleh pelayanan kesehatan maternal bagi remaja, kemiskinan,
6
kebodohan, kesenjangan hak asasi pada remaja perempuan, kawin pada usia muda,
dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Konsumsi alkohol dan merokok merupakan penyebab kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir yang seharusnya dapat dicegah. Ibu perokok berhubungan
dengan komplikasi seperti perdarahan, ketuban pecah dini, dan persalinan preterm.
Juga dapat berakibat pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, serta
kematian janin. Konsumsi alkohol selama kehamilan berhubungan dengan abortus,
lahir mati, prematuritas, dan kelainan bawaan fetal alcohol syndrome (Saifudin,
2015).
Menurut Saifudin (2015) kematian ibu dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian ibu yang
disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang timbul
akibat tindakan atau kelalaian dalam penanganan. Komplikasi yang dimaksud
antara lain perdarahan antepartum dan postpartum, preeklamsia/eklamsia,
infeksi, persalinan macet, dan kematian pada kehamilan muda.
b. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) adalah kematian
ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit yang sudah diderita sebelum
kehamilan atau persalinan yang berkembang dan bertambah berat yang tidak
berkaitan dengan penyebab obstetri langsung. Kematian obstetri tidak
langsung ini misalnya disebabkan oleh penyakit jantung, hipertensi, hepatitis,
malaria, anemia, tuberkulosis, HIV/AIDS, diabetes dan lain-lain
Tiap wanita hamil memiliki risiko komplikasi tersebut, tetapi dibedakan menjadi
ibu hamil resiko rendah, dan ibu hamil risiko tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain:
1) Perdarahan
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain adalah
perdarahan karena abortus, perdarahan ektopik terganggu, perdarahan antepartum,
dan perdarahan postpartum. Perdarahan karena abortus dapat disebabkan karena
abortus yang tidak lengkap atau cedera pada organ panggul atau usus. Abortus
sendiri berarti kadaan berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan, atau keluarnya janin dengan berat kurnag dari 500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang
terjadi dan tumbuh di luar endometrium cavum uteri. Janin yang semakin
7
membesar akan menyebabkan organ tidak mewadahi dan akhirnya rupture
(biasanya pada tuba fallopi), hal tersebut menyebabkan perdarahan yang
terkumpul dalam rongga perut dan menyebabkan rasa nyeri setempat atau
menyeluruh yang berat, disertai pingsan dan syok. Perdarahan antepartum
merupakan perdarahan pervaginam yang terjadi pada umur 19 kehamilan antara
28 minggu sampai sebelum bayi lahir. Perdarahan antepartum yang sering terjadi
adalah solusio plasenta, plasenta previa, dan vasa previa. Perdarahan postpartum
adalah perdarahan yang terjadi setelah anak lahir dan beratnya lebih dari 500
gram, dapat terjadi sebelum maupun sesudah plasenta lahir.
2) Infeksi
Infeksi pada kehamilan adalah infeksi jalan lahir yang terjadi pada kehamilan
muda dan tua. Infeksi pada kehamilan muda adalah infeksi jalan lahir yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 20 sampai 22 minggu yang disebabkan adanya
abortus yang terinfeksi. Sedangkan infeksi jalan lahir. pada kehamilan pada
kehamilan tua adalah infeksi yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Infeksi
jalan lahir ini dapat terjadi akibat ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi
saluran kencing misalnya sistitis, nefritis atau akibat penyakit sistemik seperti:
malaria, demam tifoid, hepatitis dan lain-lain. Keadaan ini berbahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya sepsis yang dapat menyumbang kematian ibu sebesar
15%(WHO, 2015).
5) Ruptur Uteri
Ruptura uterus adalah sobeknya uterus atau rahim. Ruptura uterus dapat terjadi
secara komplet yaitu robekan terjadi pada semua lapisan miometrium termasuk
peritoneum (janin sudah berada dalam cavum abdomen dalam keadaan mati),
maupun ruptura uterus inkomplet, yaitu robekan rahim secara parsial dan
peritoneum masih utuh.
Angka kematian bayi (Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator
9
penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat
menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif
terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka kematian bayi
tersebut dapat didefinisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Sedangkan untuk menghitung
angka kematian bayi dapat dihitung dengan cara:
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi
(WHO, 2015). Oleh karena itu, kematian neonatal dini adalah bayi yang dilahirkan
dalam keadaan hidup namun kemudian meninggal dalam 7 hari pertama
kehidupannya (yaitu pada minggu pertama setelah kelahirannya).
Kematian bayi adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal pada rentang waktu
antara 7 hingga 28 hari (yaitu dalam minggu kedua hingga keempat dari
kehidupannya). Setiap bayi yang lahir hidup mempunyai kondisi masa kehamilan,
proses kelahiran dan lingkungan yang mungkin juga berbeda serta akses pelayanan
terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin juga berbeda. Hal ini diperkirakan setiap
bayi mempunyai kelangsungan hidup yang berbedabeda (Clarence et.al, 2014).
Penyebab Kematian Bayi Penyebab utama penting untuk diketahui karena sebagian
besar diantaranya dapat dihindarkan. Cara penanganan untuk mengurangi risiko
kematian neonatal dini biasanya ditujukan untuk mencegah atau menangani kasus-
kasus ini. Penyebab utama kasus lahir mati dan kematian neonatal dini adalah hampir
sama sehingga sebaiknya dipertimbangkan bersama-sama.
Berdasarkan faktor risiko dari neonatal, berikut ini merupakan risiko tinggi neonatal
yang berisiko mengalami kematian (Munuaba, 2010):
11
4) kerjasama dan kemitraan Pertama, kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah
daerah telahmenindaklanjuti Inpres no. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun 2010 Tentang
Program Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan
advokasi terkait percepatan pencapaian MDGs.
5) kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011;
6) penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir. \
Untuk penajaman strategi dan sejalan dengan RPJMN 2020-2025, Kemenkes
melakukan transformasi sistem Kesehatan termasuk pelayanan Kesehatan Ibu dan
Bayi dengan pendekatan 6 pilar :
1. transformasi layanan primer yang bertujuan untuk menciptakan calon ibu sehat
melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memberikan
edukasi terkait pencegahan terjadinya penyakit, dan juga meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas SDM kesehatan pada layanan primer. seperti;
Pilar transformasi pelayanan rujukan sebagai upaya penyelamatan Ibu dan Bayi yang
mengalami komplikasi, diperkuat dengan membangun jejaring RS dimana RS
Vertikal dan Provinsi melakukan pendampingan tata kelola klinis, dan tata kelola
manajemen, sedangkan transformasi sistem layanan. kesehatan mendorong
pemenuhan sarana dan prasarana ibu dan bayi di fasilitas kesehatan dan memperkuat
sistem rujukan, yang juga telah dilakukan di RS TNI/POLRI/Swasta.
2. Transformasi Layanan Rujukan. Transformasi kedua ini fokus pada
peningkatan akses dan pemerataan layanan kesehatan di semua wilayah di
Indonesia.
3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan. Transformasi ini meliputi upaya
peningkatan ketahanan penanggulangan medis dan penguatan resiliensi di
masa krisis kesehatan.
4. Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan. Transformasi ini dilakukan
dengan mengembangkan regulasi pembiayaan kesehatan dengan tujuan
12
membangun pemerataan, kemudahan aksesibilitas bagi masyarakat, dan
keberlanjutan alokasi pembiayaan.
5. Transformasi SDM Kesehatan. Kementerian Kesehatan melakukan
peningkatan kualitas SDM Kesehatan agar siap menghadapi berbagai jenis
penyakit yang akan datang
6. Transformasi Teknologi Kesehatan. Dalam konteks ini, Kemenkes selalu
mendorong perkembangan teknologi dan digitalisasi di sektor kesehatan.
Hal ini didukung pula oleh 12 indikator utama yang menjadi program
pelaksanaan program kesehatan di Indonesia yang mencakup penuruna
AKI, AKB, dan penyakit Infeksi.
1. Keluarga mengikuti KB
2. Ibu melakukan persalinan di faskes
3. Bayi mendapatkan imunisasi lengkap
4. Bayi mendapatkan ASI ekslusif
5. Balita mendapatkan pemantauan partumbuhan
6. Penderita TB perlu mendapatkan pengobatan yang sesuai
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita ggn. Jiwa mendapatkan pengobatan dan tidakditerlantarkan
9. Anggota kelurga tidak ada yang merokok
10. Kelaurga sudah menjadi anggota jaminan Kesehatan nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
13
C. Pengertian penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya mikroba
patogen (Darmadi, 2008). Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya
angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality) terutama pada negara-negara
berkembang didunia, (WHO, 2015). Penyakit infeksi yang terjadi di negara-negara sedang
berkembang dan negara berkembang menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam
memenuhi kebutuhan sehari -hari bahkan menyebabkan kerugian ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
• Tuberkulosis (TB)
• Pneumonia.
• Meningitis.
• Difteri.
• Sepsis.
14
E. Strategi pemerintah dalam penurunan penyakit infeksi :
16
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
Meningkatnya umur harapan hidup dan perubahan struktur umur penduduk ke arah
usia tua serta perubahan pola dan gaya hidup menyebabkan terjadinya transisi
demografi epidemiologis, yang ditandai masih tingginya penyakit infeksi dan
meningkatnya penyakitnon infeksi.
2.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Program Kesehatan Primer
A. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia;
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (RPJP-N);
e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
f. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Pendidikan
Kedokteran;
g. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah; 9.
h. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan
Darah;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi
Kesehatan;
j. Pasal 34 Upaya Kesehatan perorangan diselenggarakan melalui:
a. Pelayanan Kesehatan primer; dan
b. Pelayanan Kesehatan rujukan.
k. Pasal 35
(1) Pelayanan Kesehatan primer diselenggarakan sebagai proses awal Pelayanan
Kesehatan perorangan secara komprehensif.
17
(2) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) termasuk pelayanan skrining dan imunisasi penyakit dalam ranah kesehatan
perorangan, pemantauan tumbuh kembang, diagnostik dini, kuratif, dan rehabilitatif
yang didukung dengan kegiatan Pelayanan Kesehatan rujukan.
(4) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
diselenggarakan oleh Tenaga Kesehatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama.kompetensi
dan kewenangan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama.
(5) Pelayanan Kesehatan primer diselenggarakan berdasarkan kebijakan
Pelayanan Kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan
memperhatikan masukan dari Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
a. didanai oleh perorangan penerima Pelayanan Kesehatan atau
melalui penjaminan kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional
dan/atau asuransi komersial.
d. Melibatkan kerjasama LS
1. Strategi S – O
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan primer yang berkualitas
b. Mewujudkan peningkatan akses pelayanan kesehatan primer
c. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai tulang punggung pelayanan
kesehatan primer
2. Strategi S – T
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Home. Kanal Pengetahuan FKKMK UGM. (n.d.). Retrieved November 18, 2022,from
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/peran-pemerintah-dalampenurunan-angka-
kematian-ibu-aki/
Jurnal Kesmas & Gizi (JKG) Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKG Received: 09 Agustus
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat | Sulawesi Barat Sehat Dan Malaqbi. (n.d.).
Retrieved November 17, 2022, from https://dinkes.sulbarprov.go.id/
22