DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya Makalah agama tentang”Perawatan jenazah menurut berbagai
agama” ini disusun untuk memenuhi tugas dari Jurusan Keperawatan S1
Universitas Triatma Jaya Singaraja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya, Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat serta pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Perawatan jenazah bertujuan untuk mencegah pembusukan. Selain itu
jenazah juga dapat terawat dalam arti dapat diberikan obat-obatan pengawet seperti
formalin sehingga mayat tersebut dapat bertahan lama dan tidak mudah rusak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tubuh menjadi kaku. Dalam infeksi formalin dapat dimasukan kemulut,
hidung dan pantat jenazah.
3
Bila jenazah disemayamkan lebih dari 24 jam sebaiknya tidak dimandikan
tetapi cukup dilap dengan kain yang agak basah sampai kering, kemudian diberi
borehan dengan alkohol atau spiritus. Sesudah itu diberi bedak dengan maksud agar
mayat tetap kering an tidak mendatangkan bau yang kurang sedap.
1) Orang-orang yang berhak memandikan jenazah:
a. ika mayat telah mewasiatkan kepada seseorang untuk memandikannya
maka orang itulah yang berhak.
b. Jika mayat tidak mewasiatkan maka yang berhak adalah ayahnya atau
kakeknya atau anaknya laki-laki atau cucunya laki-laki.
c. Jika tidak ada yang mampu keluarga mayat boleh menunjuk orang yang
amanah yang terpercaya buat mengurusnya.
2) Persiapan sebelum memandikan jenazah:
a. Menutup aurat si mayat dengan kain basahan atau handuk besar.
b. Melepas pakaian yang masih melekat di tubuhnya.
c. Menggunting kuku tangan dan kaki kalau panjang.
d. Mencukur bulu ketiak dan merapikan kumis.
e. Membersihkan hidung dan mulut serta menutupnya dengan kapas
ketika dimandikan lalu dibuang setelah selesai.
3) Tata cara memandikan jenazah:
a. Jenazah dibaringkan di tempat yang tinggi.
b. Jenazah dimandikan di tempat tertutup.
c. Ketika dimandikan dipakaikan kain basah.
d. Bersihkan isi perut dengan tangan kiri yang telah terbalut.
e. Jenazah dibersihkan dari nazis yang melekat di tubuhnya atau yang
keluar dari duburnya.
f. Setelah dibersihkan lalu dengan menggunakan air, sabun mandi,
seluruh tubuh dari rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai
bersih. Disunnahkan jenazah tersebut dimandikan tiga kali atau lima
kali.
g. Setelah jenazah selesai dimandikan, kemudian badannya dikeringkan
dengan memakai handuk.
4
2. Mengkafani jenazah
Tata cara mengkafani jenazah adalah:
Jenazah laki-laki atau wanita minimal dibungkus dengan selapis kain kafan
yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun untuk jenazah laki-laki sebaiknya
dibungkus tiga lapis dan untuk wanita lima lapis yaitu kain basahan, baju, tutup
kepala, kerudung dan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya.
3. Menyolatkan jenazah
Syarat-syarat sah sholat jenazah adalah:
a. Menutup aurat, suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan
tempatnya serta menghadap kiblat.
b. Mayat sudah dimandikan dan dikafani.
c. Letak mayat sebelah kiblat orang yang menyolatinya, kecuali kalau sholat
dilakukan di atas kubur atau sholat gaib
5
b. Seandainya jenazah perempuan maka yang memandikan perempuan
demikian juga sebaliknya.
c. Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup
d. Tutup bagian auratnya
e. Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada.
f. Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga
kotorannya keluar, hal ini dialakukan dalam keadaan duduk.
g. Bersihkan rongga mulut
h. Bersihkan kuku, jari dan tangannya
i. Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali dari
kepala bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah
dan diulang sampai bersih.
3. Cara pelaksanaan memandikan jenazah
a. Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata hingga
bersih minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan.
b. Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
c. Menyiram beberapa kali sampai bersih.
d. Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering hingga
kering.
e. Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian kesukaannya.
f. Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan.
4. Hal-hal yang diperhatikan
a. Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap menganiaya
jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuh.
b. Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata, hidung,
mulut dan telinganya agar tidak kemasukan air.
c. Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan membersihkan bagian
terluka supaya hati-hati dilakukan dengan lembut seakan memperlakukan
pada waktu masih hidup.
6
b. Cara memformalin jenazah
Formalin yang digunakan 70% sebab dapat membunuh bakteri dengan
membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi kekurangan air, sehingga sel bakteri akan
kering dan membentuk lapisan baru dipermukaan, hal ini bertujuan untuk
melindungi lapisan dibawah, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain.
Formalin digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih
satu minggu, untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama 70%, untuk
penyuntikan formalin dipercayakan kepada pihak RS atau bidan. Jika di RS
penyuntikan ini dipercayakan kepada perawat sedang di luar RS dipercayakan
kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah. Salah satu tempatnya di bagian
yang banyak mengandung air dan berongga contohnya di bagian sela-sela iga.
Formalin juga dapat dimasukkan ke pembuluh vena saphena magna. Pembuluh ini
letaknya di atas persendian kaki supaya tidak merusak organ tubuh lainnya. Ada
juga yang disuntikkan di pelipatan paha. Namun, di dunia kedokteran sudah
menggunakan standar di kaki karena selain mencarinya mudah juga pembuluh
sudah kelihatan.
7
perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat
yang telah ditetapkan.
8
c. Jenazah dikramasi rambutnya dengan sampo, kemudian disabun seluruh
badannya dan giginya disikat dan kukunya dibersihkan, setelah itu dibilas
lagi dengan air bersih
e. Sehabis itu jenazah dilap dengan handuk.
5. Pemakaian pakaian
a. Jenazah laki-laki
Pakaian jenazah laki-laki, baju lengan panjang, celana panjang, dan
yang paling disenangi oleh almarhum sewaktu masih hidup, rambut disisir
rapi, bila perlu diberi minyak rambut, lalu kedua tangannya dikenakan
sarung tangan, dan juga kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih.
b. Jenazah Perempuan
Pakaian jenazah perempuan adalah pakaian nasional, misalnya
kebaya dan memakai kain (pakaian adat daerah) dan khuusnya pakaian yang
disenangi olehnya sewaktu dia hidup. Mukanya diberi bedak, rambutnya
disisir rapi, bila rambutnya panjang bisa disanggul. Lalu kedua tangannya
diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih.
c. Jenazah Khusus Pandita
Pakaian khusus Pandita adalah memakai jubah berwarna kuning dan
tangannya diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki
berwarna putih.
6. Sikap Tangan Jenazah
Sikap tangan diletakkan di depan dada, tangan kanan di atas tangan kiri, dan
sambil memegang tiga tangkai bunga, satu pasang lilin berwarna merah, tiga batang
dupa wangi, yang sudah diikat dengan benang merah. Sikap kedua kakinya biasa,
dengan telapak kaki tetap ke depan.
9
2.4.5. Perawatan jenazah menurut agama konghucu
a. Perlengkapan-perlengkapan dalam Perkabungan
1. Pakaian
a) Pakaian orang mati
Pakaian ini mulai disediakan tatkala seseorang anggota keluarga itu lanjut
usia. Biasanya karena penyakit ketuaan yang diderita bertahun-tahun, sehingga si
sakit meminta anak cucunya untuk menyediakan pakaian itu baginya. Untuk
membeli pakaian ini, harus memeilih hari dan bulan baik yang dibaca melalui
buku Thong Su (semacam ensiklopedi Tioinghoa). Nama pakaian itu Sui I (Baju
panjang umur). Mernurut Martin C. Yang, pakaian tersebut dapat segera
dikenakan pada si sakit apabila diperkirakan orang itu sudah hampir
menghembuskan nafasnya yang terakhir
b) Pakaian Berkabung
Orang yang berkabung (istilahnya Hao Lam) mengenakan pakaian serba
putih, topi putih yang terbuat dari kain blacu. Mereka yang lebih kental tradisinya
lagi memakai pakaian serba hiam. Selain itu juga dipasang Ha di lengan baju kiri
tanda berkabung. Tujuan mereka memakai pakaian berkabung adalah untuk
meringankan penderitaan orang yanag meninggal, semakin kental tradisi itu
dijalankan maka semakin ringan penderitaannya. Sedangkan dampaknya bagi
yang berkabung, mereka akan mendapat pengaruh baik atau Hokky , semakin
lama masa berkabung, maka semakin banyak pengaruh baiknya.
c) Peti Mati
Peti mati yang dipakai orang Tionghoa tradisi kelihatannya
menyeramkan, sebab selain ukurannya besar, berat ditambah lagi banyak ukir-
ukiran kuno. Merupakan kebanggan tersendiri, apabila sanak keluarga mampu
membeli sendiri peti mati, sebab ada kepercayaan mereka siapa yang yang
membeli, dialah yang akan mendapat banyak rezeki. Bagi mereka peti mati
merupakan sarana untuk menghantar orang mati ke dalam kuburnya, oleh sebab
itu semua barang-barang kesayangan almarhum supaya dimasukkan juga ke
dalamnya. Pembelian peti mati yang mahal juga merupakan salah satu bukti Hao
nya anak-anak, dan ada kebiasaan peti tersebut tidak boleh ditawar harganya.
10
d) Tempat Dupa
Tempat dupa (Hio Lo), merupakan sebuah bokor kecil yang fungsinya
sebagai tancapan dupa. Benda ini mempunyai dua buah kuping, sedangakan pada
bagian depannya terukir sebuah kata Hi (bahagia). Lazimnya Hio Lo itu terbuat
dari timah, namun sekarang ini tidak jarang kita lihat Hio Lo yang terbuat dari
tanah liat. Hio Lo itu diisi abu dapur yang kemudian dipercayai sebagai abu
leluhur dan harus dipelihara sampai generasi turun-temurun. Dupa
(Hio) merupakan alat sembahyang yang dibakar dan mengeluarkan bau-bau
harum. Makna yang terkandung dalam pembakaran dupa ialah menemukan jalan
suci. Dalam konteks kematian seperti ini Hio menyatakan bahwa yang
bersangkutan hadir dalam acara perkabungan. Melalui Hio ini akan terjalin
komunikasi antara hidup dan yang mati.
e) Lilin
Lilin merupakan tanda duka-cita, tetapi juga merupakan tanda bahwa para
pelayat tidak membawa sial. Menurut kepercayaan mereka tetesan air lilin ini
tidak boleh kena tubuh kita, karena akan membawa sial seumur hidup.
f) Foto Almarhum
Foto Almarhum diletakkan di depan peti mati yang kemudian setelah
pemakaman dibawa pulang oleh putra sulung untuk di sembah. Foto juga dipakai
sebagai iklan di Surat Kabar, supaya sanak famili, handai-taulan mengetahui
beliau ini sudah meninggal. Sering terjadi percekcokkan hanya karena nama
seseorang famili lupa dicantumkan, oleh sebab itu memerlukan ketelitian.
11
dikumpulkan dengan mengenakan pakaian berkabung, mereka diminta untuk
membakar dupa, berlutut dan mengelilingi peti mati berulang-ulang sebagai
tanda hormat. Anak sulung (laki-laki) memegang “Tong Huan” sebagai alat
sembahyang selama ritual itu.
Setelah ditetapkan hari dan jamnya, maka jenazah tersebut segera
dimasukkan ke dalam peti sambil diisi barang-barang kesukaan almarhum dan
kemudian dipenuhkan dengan uang kertas sembahyang. Sesudah jenazah
dimasukkkan ke dalam peti, maka diadakan sembahyang “memaku peti jenazah”
. Pada saat itu padri mengucapkan kalimat “It thiam teng, po pi kia sai”
artinya paku pertama diberkatilah anak menantu”, dengan demikian seterusnya
sampai paku ke empat. Setelah itu diadakan doa dengan harapan agar
meringankan dosa yang diperbuat oleh orang yang meninggal itu. Selain itu bagi
mereka, cara menggeser peti mati itu juga ada syaratnya, tidak boleh menyentuh
kosen pintu rumah, sebab menurut kepercayaan mereka roh almarhum itu akan
tinggal di tempat yang tersenggol dan itu akan mengganggu aktivitas hidup
sehari-hari.
b) Perjalanan ke tempat pemakaman
Pemberangkatan jenazah ke tempat pemakaman dimulai dengan
sembahyang. Kali ini semua sanak famili mempersembahkan korban berupa
daging, buah-buahan atau kue-kue, yang setelah selesai acaranya boleh dibawa
pulang untuk dimakan bersama, supaya mendapat berkat dan rezeki. Pada saat
yang sama menantu laki mengadakan ritualnya dengan mempersembahakan
“Leng Ceng”
Bagi mereka yang masih memegang ketat tradisi, untuk menunjukkan
rasa cinta anak pada orang tua, maka mereka diharuskan telanjang kaki berjalan
samapi persimpangan jalan barulah boleh masuk ke mobil jenazah yang
mengantar sampai ke kubur. Namun belakangan ini tradisi seperti ini jarang
dilakukan, sebab selain udara yang panas juga mengganggu lalu-lintas jalan.
Selain itu juga diadakan pemecahan guci, semangka dan sebagainya,
semua ini tujuannya supaya mendapatkan berkat.
12
c) Sembahyang di kubur
Ritual penyembahan di kubur (kremasi) dilakukan dengan cara membakar
dupa, berlutut, mengelilingi peti jenazah yang dipimpin kembali oleh
padri. Setelah selesai sembahyang, maka dilakukan secara teratur tabur bunga
yang dimulai oleh sanak keluarga dan famili yang diikuti oleh pelayat. Pada saat
ini juga, famili, cucu luar mengambil kesempatan membuang (Ha), dengan
demikian mereka sudah boleh memakai pakaian bebas.
Di kubur juga ada ritual lain seperti pelepasan burung merpati, lalu ada
yang meguburkan boneka di samping kuburan tersebut, dengan tujuan supaya
adayang menemani arwah itu, dan tujuan lain supaya arwah tersebut tidak
mengajak pasangannya yang masih hidup.
d) Perjalan pulang ke rumah
Perjalanan pulang dari tempat pemakaman (kremasi), dilakukan setelah
semua upacaranya selesai. Pihak berkabung membagi-bagikan Ang Pao kepada
para pelayat sebagai tanda ucapan terima klasih. Sementara itu anak sulung
membawa Hio Lo sambil dupanya tetap dinyalahkan dan anak yang lain
memegang foto almarhum.
Dalam sepanjang perjalanan itu, anak-anak almarhum harus memberi
komandao, misalnya tatkala meliwati jembatan. Komando ini diucapkanm
serentak kepada roh yang mereka bawa melalui Hio Lo, supaya roh tersebut tidak
tersesat pulang ke rumah. Hio Lo inilah yang kemudian diletakkan di rumah anak
sulung supaya disembah oleh semua sanak keluarga.
Para pelayat yang yang sudah tiba di rumah duka atau rumah almarhum,
biasanya disediakan air bunga untuk cuci wajah dan disediakan makanan ala
kadarnya.
Pada dasarnya melalui uraian ini dapatlah kita mengambil kesimpulan
bahwa kematian bagi orang Tionghoa tradisi merupakan sesuatu yang tabu,
mengerikan dan penuh misteri. Mereka percaya ada kehidupan setelah kematian,
namun sayang semuanya penuh ketidak-berdayaan dan penderitaan, sehingga
orang-orang yang meninggal justru memerlukan pertolongan dari sanak keluarga,
misalnya dalam memenuhi kebutuhan makanan,pakaian, rumah serta uang.
Herannya dalam ritual yang lain, sanak keluarga menganggap bahwa orang yang
13
mati itu sudah menjadi dewa, sehingga mereka datang kepada arwah tersebut
untuk mohon berkat (rejeki).
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian
bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga
penampilan luar jenazah supaya tetap irip dengan kondisi sewaktu hidup. Perawat
memiliki peranan dalam perawatan jenazah. Perawatan yang dilakukan terhadap
jenazah berbeda sesuai dengan agama pasien. Perawatan jenazah pada pasien
beragama Kristen antara lain memandikan jenazah dan memformalin jenazah.
Perawatan jenazah pasien beragama Islam antara lain, membujurkan jenazah,
memandikan jenazah, mengkafani jenazah, dan menyolatkan jenazah. perawatan
jenazah pasien beragama Hindu antara lain memandikan jenazah dan membungkus
jenazah dengan kain putih. Perawatan jenazah menurut agama Budha antara lain
Mempersiapkan perlengkapan memandikan jenazah, Mempersiapkan pakaian,
Tindakan Perawatan Jenazah,Pelaksanaan Pemandian, Pemakaian pakaian,dan
Sikap Tangan Jenazah, sedangkan perawatan jenazah menurut Konghucu antara
lain Perlengkapan Perkabungan dalam perlengkapan dan Tata Cara Pemakaman.
Dalam melakukan perawatan jenazah, perawat harus mengetahui penyebab
kematian pasien,apakah karena penyakit menular atau tidak.Jika,pasien tersebut
meninggal karena penyakit menular,maka perawat harus menggunakan alat
pelindung diri saat melakukan perawatan jenazah.
3.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran
dari pembaca yang membangun, sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental keperawatan volume 1. Edisi 4. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran
Karim, H. A. Abdul. 2002. Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah. Jakarta
: Amzah
http://groups.yahoo.com/group/debat-alkitab/message/12003?var=1
16