Anda di halaman 1dari 9

Penyakit Dermatitis Seboroik pada Perempuan

Hotmariani/102017111

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email:hotmariani15@gmail.com

Abstrak

Ketombe bukan merupakan penyakit yang mengancam jiwa, namun saat ini ketombe merupakan
masalah yang menonjol di kalangan masyarakat umum. Karena bagi penderitanya, ketombe
dapat menyebabkan rasa kurang percaya diri akibat masalah kosmetika atau gangguan estetika
yang 2 ditimbulkannya dan menyebabkan ketidaknyamanan akibat keluhan rasa gatal yang
menyertainya contohnya dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik adalah dermatosis peradangan
kronik yang biasanya mengenai daerah dengan kepadatan kelenjar sebasea yang tinggi, misalnya
pada kulit kepala, dahi, kanalis auditorius eksternus, area retroartikular, lipat nasolabial dan
daerah prepasternum. Lesi individual beruapa macula dan papul pada dasar eritematosa-
kekuningan yang sering berminyak, dan biasnaya disertai oleh skuama dan krusta ekstensif.
Penyakit-penyakit lain yang berkaitan dnegan peningkatan kelenjar sebasea ada diantaranya
psoriasis vulgaris dan ptyriasis sicca. Bentuk dermatitis seboroik yang bera tdan sulit diatasi
dijumpai pada orang yang terinfeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV). Perlu dicegah dengan
pengobatan yag meliputi sampo dengan sampo antiseborotik atau sampo antiketombe.
Kata Kunci : Dermatitis seboroik, psoriasis vulgaris, ptyriasis sicca
Abstract
Dandruff is not a life-threatening disease, but now dandruff is a prominent problem among the
general public. Because for sufferers, dandruff can cause a feeling of lack of confidence due to
cosmetic problems or aesthetic disorders that are caused and cause discomfort due to
complaints of itching that accompany the example of seborrheic dermatitis. Seborrheic
dermatitis is a chronic inflammatory dermatosis that usually affects areas with high density of
sebaceous glands, for example on the scalp, forehead, external auditory canal, retroarticular
area, nasolabial fold and the prepastern region. Individual lesions of macules and papules on
erythematous-yellowish bases are often oily, and are usually accompanied by squamous and
extensive crusting. Other diseases related to the increase in sebaceous glands include psoriasis
vulgaris and ptyriasis sicca. The form of seborrheic dermatitis that is difficult and
insurmountable is found in people infected with the human immunodeficiency virus (HIV).
Treatment needs to be prevented which includes shampoo with antiseborotic shampoo or anti-
dandruff shampoo.
Keywords : Seborrheic dermatitis, psoriasis vulgaris, ptyriasis sicca
Pendahuluan

Kulit adalah organ yang sangat penting bagi kehidupan. Karena ia adalah sistem

pertahanan pertama untuk melindungi diri daripada segala pathogen dari luar. Namun, apabila

kulit tidak dijaga dengan sebenarnya, ia boleh menimbulkan penyakit bagi manusia. Ada

penyakit kulit yang timbul karena kebersihan yang tidak dijaga dan juga apabila sistem imun

tubuh sudah tidak mampu melindungi kita. Salah satun penyakit kulit adalah dermatitis seboroik.

Penyebab dermatitis seboroik adalah infeksi jamur begitu juga ketombe penyebab paling umum

dari ketombe adalah infeksi jamur malassezia yang. Umumnya penyakit ini terjadi pada area

kulit seperti kulit kepala alis kelopak mata hidung bibir di belakang telinga saluran telinga luar

dan daerah dada. Penyakit kulit ini juga dikenal dengan nama psoriasis seboroik atau eksim

seboroik. Pada kulit kepala penyakit ini menyebabkan kulit berwarna merah berketombe dan

bersisik. Gejala umum dermatitis seboroik yaitu. Selain kulit kepala dermatitis juga sering terjadi

pada wajah. Tampak plak pada area yang luas. Dermatitis seboroik dapat terjadi pada area tubuh

lain. Dermatitis seboroik seborrheic dermatitis menyebabkan kulit mengelupas memerah dan

bersisik. Selain ketombe dermatitis seboroik juga sering disebut dengan psoriasis seboroik dan

eksim seboroik.

Lesi dapat bervariasi dalam tingkat keparahan kemerahan sampai sisik halus. Masalah ini

juga dikenal sebagai ketombe jika terjadi pada kulit kepala eksem seboroik psoriasis seboroik

atau cradle cap jika terjadi pada bayi. Apabila dermatitis seboriok menyerang pada bayi sering

disebut dengan cradle cap. Pada kulit kepala lesi dapat bervariasi dari sisik kering ketombe

sampai sisik berminyak dengan warna kemerahan pada kulit. Keduanya juga sama sama bikin

kulit kepala gatal. Dermatitis seboroik bukan penyakit menular namun bisa memengaruhi rasa
percaya diri penderita. Pasien dengan dermatitis seboroik biasanya sering mengeluhkan rasa

gatal terutama pada kulit kepala dan pada liang telinga. Dermatitis seboroik pada kulit kepala

akan menyebabkan kulit kepala berwarna merah berketombe dan bersisik. 1

Anamnesis

Dalam mengobati pasien, dokter wajib mengetahui apa yang dikeluhkan oleh pasien serta

data-data pendukung yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, oleh karena itu dilakukanlah

anamnesis. Anamnesis dilakukan dalam suasana nyaman dan santai. Anamnesis dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu auto-anamnesis atau alo-anamnesis. Pada auto-anamnesis, dokter langsung

bertanya kepada pasien. Sedangkan alo-anamnesis, dokter bertanya pada keluarga terdekat

ataupun orang terdekat yang mengetahui kondisi pasien.3

Pada skenario ini, didapatkan identitas pasien yaitu perempuan 25 tahun keluhan bercak

sisik berminyak kekuningan dikulit kepala sejak 2 tahun. Hilang timbul, gatal, terutama timbul

bila udara panas, banyak keringat, makanan berlemak dan stress. Sering timbul bercak merah

diperbatasan garis rambut belakang dan depan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pertama dapat melihat tingkat kesadaran pasien. Terdapat tujuh tingkat

kesadaran menurut Glasgow Coma Scale (GCS), yaitu composmentis (sadar sepenuhnya

terhadap diri dan lingkungan, serta dapat menjawab pertanyaan dengan baik), apatis (acuh tak

acuh terhadap lingkungan), delirium (kekacauan gerakan, tampak gelisah, gaduh, kacau, serta

meronta-ronta), somnolen (mengantuk tapi masih dapat sadar bila dirangsang, dan akan tertidur

kembali), sopor (sangat mengantuk, dapat dibangunkan dengan rangsangan kuat seperti nyeri,

tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik), semi-coma (tidak merespon pada pertanyaan,

tidak dapat dibangunkan sama sekali, respon kecil terhadap rangsang nyeri, tapi refleks kornea
dan pupil masih baik), dan coma (penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak memberikan

respons, tidak ada gerakan).4

Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio scalp, plak eritematosa, plakat, batas tegas

sampai dengan difus,multiple, konfluens, dengan skuama tebal kekuningan dan berminyak.

Tidak ada kerontokan rambut pada pull test.

Diagnosis Kerja

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis kerja yaitu

Dermatitis Seboroik.

Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi didaerah

kaya kelenjar sebasea, scalp, wajah dan badan. Dermatitis ini dikaitkan dengan malasesia, terjadi

gangguan imunologis mengikuti kelembaban lingkungan, perubahan cuaca ataupun trauma,

dengan penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan, misalnya ketombe sampai dengan bentuk

eritoderma.

Epidemologi

Prevalensi dermatitis seboroik secara umum berkisar 3-5% pada populasi umum. Lesi

ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk yang lebih sering dijumpai.

Pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis seboroik lebih tinggi dibandingkan dengan

populasi umum. Sebanyak 36% pasien HIV mengalami dermatitis seboroik. Umumnya diawali

sejak usia pubertas dan memuncak pada umur 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk

yang ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle cap). Jenis

kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.


EtioPatogenesis

Peranan kelenjar sebasea dalam pathogenesis dermatitis seboroik masih diperdebatkan,

sebab pada remaja dengan kulit berminyak yang mengalami dermatitis seboroik, menunjukkan

sekresi sebum yang normal pada laki-laki dan menurun pada perumpuan. Dengan demikian

penyakit ini lebih tepat disebut sebagai dermatitis di daerah sebasea. Namun demikian,

pathogenesis dermatitis seboroik dapat diuraikan sebagai berikut: Dermatitis seboroik dapat

merupakan tanda awal infeksi HIV. Dermatitis seboroik sering ditemukan pada pasien

HIV/AIDS, transplantasi organ, malignansi, pankreatitis alkoholik kronik, hepatitis C juga pasien

Parkinson. Terapi levodopa kadang kala memperbaki dermatitis ini. Kelainan ini sering juga

dijumpai pada pasien dengan gangguan paralisis saraf.

Meningkatnya lapisan sebum pada kulit, kualita sebum, respons imunologis terhadap

Pityrosporum, degradasi sebum dapat mengiritasi kulit sehingga terjadi mekanisme eksema.

Jumlah ragi genus Malassezia meningkat didalam epidermis yang terkelupas pada ketombe

ataupun dermatitis seboroik. Diduga hal ini terjadi akibat lingkungan yang mendukung. Telah

banyak bukti yang mengaitkan dermatitis seboroik dengan Malassezia. Pasien dengan ketombe

menunjukkan peningkatan litter antibody terhadap Malessezia. Kelenjar sebasea aktif pada saat

bayi dilahirkan, namun dengan menurunnya androgen ibu, kelenjar ini menjadi tidak aktif selama

9-12 bulan.
Gambar 1. Dermatitis Seboroik.

Gejala Klinis

Dermatitis seboroik bermanifestasi anatar minggu kedua dan minggu kesepuluh

kehidupan sebagai suatu dermatitis bersisik dan eritematosa pada kulit kepala . Sisik dapat

berlapis dan tipis atau terdapat bercak berbatas tegas yang ditutupi sisik berwarna kuning sampai

cokelat, tebal dan berminyak. Ruam dapat menyebar kedahi, alis mata, telinga, wajah dan leher.

Area popok dan lipatan fleksural dapat terkeana dengan lesi berwarna salmon sampai eritematos,

berbatas tegas, berminyak dan bersisik.3

Diagnosis Banding

Psoriasis plakat/scalp

Psoriasis Scalp merupakan masalah umum kulit dengan patch bersisik kemerahan dan

teabl. Patch dapat timbul secara tunggal/beberapa dan dapat ditemukan diseluruh kulit kepala

dan dapat menyebar ke belakang leher atau belakang telinga. Gejala psoriasis scalp yang sering

timbul berupa berisisk, merah, patch yang bergelombang, sisik abu-abu putih, ketombe, kulit

kepala yang mengelupal, gatal kadang sering disertai rasa terbakar atau nyeri bahkan rambut
rontok. Psoriasis scalp tidak menyebabkan rambut rontok tapi karena sering di garungan (tangis

keras karena kesakitan) dan stress akibat penyakit ini menyebabkan rambut rontok.

Gambar 2. Psoriasis Scalp.

Pityriasis sicca

Pityriasis sicca adalah kelainan kulit atau peradangan yang sangat ringan, namun sering

terjadi masalah bagi penderita dan kadang-kadang disertai rasa gatal yang mengganggu. Secara

periodik kulit kepala mati akan dikeluarkan ke permukaan kulit. Sel kepala yang mati

selanjutnya akan dilepas dengan sendirinya, namun dalam kondisi tertentu pelepasan ini tidak

terjadi sehingga sel-sel mati menumpuk dipermukaan kulit kepala. Ptyriasis sicca dapat terjadi

karena penumpukan sel epidermis kulit kepala dalam jumlah banyak. Ptyriasis sicca ini berwarna

putih, kering kecil, dan terdapat pada kulit kepala paling atas.

Gambaran klinik Ptyriasis sicca berupa sisik-sisik halus atau serbuk kering, berwarna

putih abu-abu yang mengumpul pada beberapa lokasi permukaan kulit kepala atau menyeluruh.

Penderita biasanya mengeluh gatal pada kulit kepala terutama bila udara panas dan berkeringat

dan disertai kerontokan rambut. Apabila skuama yang terlepas dari kepala jatuh ke pakaian atau

bahu penderita maka akan menimbulkan gangguan estetika yang tidak menyenangkan. Jika

keadaan terus berlanjut dapat timbul kebotakan setmpat atau merata.5,6


`

Gambar 3.

Ptyriasis sicca

Tata Laksana

Pengobatan

tidak

menyembuhkan secara permanen sehingga terapi dilakukan berulang saat gejala timbul.

Tatalaksana yang dilakukan antara lain:1

1. Sampo yang mengandung obat anti Malassezia, misalnya: selenium sulfide, zinc

pirithione, ketoconazole, berbagai sampo yang mengandung solusio terbinafine 1%.

2. Untung menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada kulit dapat

dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak. Pertumbuhan jamur

dapat dikurangi dengan krim imidazole, bahan antimikotik didaerah lipatan bila ada

gejalan.

3. Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat atau sulfur.

4. Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang, immunosupresan

topical (takrolimus dan pimekrolimus)terutama untuk daerah wajah sebagai pengganti

kortikosteroid topical.

5. Metronidazol topical, siklopiroksolamin, talkasitol, benzoil peroksida dan salep litium

suksinat 5%.
6. Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvesional dapat digunakan terapi sinar

ultraviolet-B (UVB) atau pemberian itrakonazole 100mg/hari per oral selama 21 hari.

7. Bila tidak membaik dengan semua modalitas terapi, pada dermatitis seboroik yang luas

dapat diberikan prednisolone 30mg/hari untuk respon cepat.

Kesimpulan

Berdasarkan scenario yang ada, ditegakkan working diagnosis yaitu dermatitis seboroik

ditegakkan berdasarkan gambaran dan distribusi ruam yang khas serta usia pasien.

Daftar Pustaka

1. Jacoeb ANT. Dermatitis seboroik dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed. 7.

Jakarta.FKUI,2018.

2. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Grennberg. Jilid 2. Penerbit Erlangga. p.570

3. Price as. Wilson ML. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit., ed 4. Jakarta:

EGC. h. 1283

4. McPhee JS. Ganong FW. Patofisiologi Penyakit. Edisi ke- 5. Jakarta: EGC. h. 1281-5

5. Kumar. Abbas dan Fausto. Dasar Patologis Penyakit. Edisi ke- 7. Jakarta: EGC. h. 404-5

6. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi ke-9. Elsevier. h. 841

Anda mungkin juga menyukai