Anda di halaman 1dari 16

Efek Dekompresi pada Penyelam

Tisa Lovina Puspa Senja 102014278, Fitra Jaya 102016177, Viola Ratana Maitri 102017005,
Vanessa Pattipeilohy 102017039, Amelia Elfisa 102017097, Aldo Berliano 102017139, Felicia
Jesslyn Kurniajaya 102017166, Helmy Lutfi Fawwazi 102017210, Anggi Osvianty Ricard
1020172340

Kelompok A6

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk - Jakarta Barat

Abstrak

Dekompresi adalah keadaan dimana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam
membentuk gelombang udara yang menyumbat aliran darah serta sistem saraf. Pada saat
menyelam terjadi peningkatan tekanan maka udara yang akan dihirupun akan lebih banyak,
udara yang di hirup saat menyelam mayoritasnya adalah oksigen dan nitrogen. Peningkatan
oksigen yang dihirup akan berdampak positif bagi metabolisme tubuh, namun gas nitrogen tidak
digunakan oleh tubuh dan akan dinetralisir melalui proses respirasi. Organ yang berperan penting
dalam proses respirasi adalah paru – paru (pulmo). Proses pernapasan melibatkan transpor
oksigen dan transpor karbon dioksida dalam paru-paru.

Kata Kunci: paru-paru, mekanisme pernapasan, dekompresi

Abstract
Decompression is a state in which the accumulation of dissolved nitrogen after diving forms air
waves that clog the bloodstream and nervous system. At the time of the dive there is an increase
in pressure then the air to be dihirupun will be more, the air is inhaled while diving the majority
are oxygen and nitrogen. Increased oxygen is inhaled will have a positive impact on the body's
metabolism, but nitrogen gas is not used by the body and will be neutralized through the process
of respiration. The organs that play an important role in the respiratory process are the lungs
(pulmo). The respiratory process involves the transport of oxygen and the transport of carbon
dioxide in the lungs.
Keywords: lung, respiratory mechanism, decompression

Pendahuluan

Pernapasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam paru-paru atau yang
biasa disebut dengan pernapasan eksternal, dan pertukaran gas yang terjadi di dalam jaringan
yang disebut juga dengan pernapasan internal. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk
mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon
dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga
berfungsi dalam produksi bicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh
melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah. 1 Sesuai dengan hukum fisika
yang paling mendasari teori efek dekompresi adalah Hukum Henry, dimana hukum tersebut
menyebutkan bahwa bila tekanan udara di tingkatkan maka akan terjadi pelarutan ke dalam zat
cair tersebut proporsi seiring dengan peningkatan tekanan udara. Larutan gas dan cairan ini
berhubungan dengan penyerapan gas di dalam cairan.2

Pembahasan

Anatomi paru

Pulmo atau paru – paru adalah organ pernafasan yang penting karena udara yang masuk dapat
perhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru – paru. Tiap paru – paru mempunyai
sebuah apex, sebuah basis. Paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru kiri mempunyai
dua lobus. Lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen-paru, yaitu paru-paru kanan mempunyai
sepuluh segmen-paru sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-paru. Paru – paru kiri
dibagi menjadi lobus superior dan lobus inferior oleh sebuah fissura obliqua.3
Gambar.1. Pulmo.

Percabangan bronchus (pohon bronchial)


Dari bronkus lobaris radiks pulmonari bercabang menjadi bronkus segmentorum. Segmen
bronkus pulmonari adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentorum, dan
mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentorum yang berdekatan,
sedangkan darah vena diatur oleh vena-vena yang terletak intersegmental.
Segmen Paru-Paru Kanan

1. Lobus superior: Segmen apical, segmen superior, segmen anterior


2. Lobus medius: Segmen lateral, segmen medial
3. Lobus inferior: Segmen superior, segmen mediobasal, segmen aterobasal, segmen
laterobasal, segmen posteriobasal
Segmen Paru-Paru Kiri

1. Lobus superior: Segmen apikoposterior, segmen anterior, segmen superior, segmen


inferior
2. Lobus inferior: Segmen superior, segmen ateriomediobasal, segmen lateralbasal, segmen
laterobasal. 3
Gambar.2. cabang bronchus.

Vaskularisasi pulmo
Paru mendapat darah dari dua sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. Arteri
pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan kiri untuk kemudian bercabang-
cabang membentuk ramifikasi yang memasuk darah ke interstisial paru. Tekanan darah pada
arteri pulmonalis sangat rendah sehingga memungkinkan pertukaran terjadi dengan baik.
Tekanan darah pada pembuluh yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan
tekanan pada arteri pulmonalis. Berbeda dengan percabangan pembuluh darah arteri pulmonalis,
percabangan pembuluh arteri bronkialis tidak mempunyai ujung akhir. Darah yang dipasok oleh
arteri bronkialis sampai ke saluran pernafasan, septa interlobular, dan pleura. Sepertiga darah
yang meninggalkan paru melalui vena azigos menuju vena cava sedangkan yang dua pertiga lagi
melaluivena pulmonalis ke atrium kiri.4
Gambar.3. vaskularisasi paru.
Innervasi pulmo

Pulmo di persarafi oleh plexus pulmonalis. Dimana plexus ini terdiri atas saraf simpatis oleh
truncus sympaticus dari thoracal 1-3 dan cabangn vagus.4

Getah bening pulmo

Getah bening paru terdapat di hilus. Hilus akan diteruskan ke nnll. tracheo brinchialis menuju di
pbl sepanjang trachea dan yang kanan bermuara duct lymp dexter dan yang kiri bermuara ke duct
thoracicus.4

Histologi paru

Paru merupakan sepasang organ terletak di dalam rongga dada pada tiap-tiap sisi dari daerah
pusat atau mediastinum Di mediastinum, trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan
kanan. Bronkus primer (utama) kanan bercabang lagi sebelum memasuki jaringan paru mejadi
bronkus sekunder lobus atas dan lobus bawah. Bronkus lobus tengah kanan berasal dari bronkus
lobus bawah yang terdapat dalam paru. Di dalam paru biasanya bronkus utama kiri bercabang
menjadi bronkus lobus atas dan bawah. Jadi, tiga lobus kanan dan dua lobus kiri diisi oleh
bronkus sekunder dan setiap bronkus lobaris bercabang lebih lanjut menjadi bronkus tertier, yang
turut menyusun segmen bronkopulmonar, dalam tiap paru terdapat sepuluh segmen.5

1. Bronkus
Susunan bronkus ekstrapulmonar sangat mirip trakea dan hanya berbeda dalam garis tengahnya
yang lebih kecil. Pada bronkus utama, cincin tulang rawan juga tidak sempurna, celah pada
bagian posterior ditempati oleh otot polos.
Bronkus intrapulmonary tampak bulat dan tidak memperlihatkan bagian posterior yang rata
seperti yang terlihat ada trakea atau ekstrapulmonal. Di bagian posterior tersebut terdiri dari
lempeng-lempeng tulang rawan hialin yang bentuknya tidak beraturan dan sebagian melingkari
lumen secara lengkap. Lempeng tulang rawan dikitari oleh jaringan ikat pada fibrosa yang
mengandung banyak serat elastin. Sebelah dalam dari cincin tulang rawan dan jaringan ikat,
terletak submukosa yang tersusun dari jaringan ikat jarang dengan sejumlah sel limfosit serta di
dalamnya terdapat kelenjar campur mukoserosa dan kelenjar mukosa. Pada perbatasan antara
submukosa dengann mukosa pemadatan jaringan elastin diperkuat oleh suatu selubung luar
yang terdiri dari serat-serat otot polos.
Lapisan terdalam adalah mukosa, tersusun oleh epitel lanjutan dan mirip epitel trakea, dengan
lamina basal yang jelas. disokong oleh lamina propria yang terdiri dari serat-serat retikular
serta serta serat-serat elastin yang berjalan longitudinal. Epitel bronkus adalah epitel silindris
bersilia bersel goblet dan kurang tebal bila dibandingkan dengan epitel bertingkat silinris
bersilia yang meliputi bronkus besar.4

Gambar.4. Histologi bronkus.


2. Bronkiolus Terminalis
Suatu bronkiolus dianggap sebagai suatu saluran penghantar bergaris tengah 1 mm atau kurang
terbenam di dalam sedikit jaringan ikat dan di kelilingi oleh jaringan pernapasan. Bronkiolus
mempunyai ciri tidak mengandung tulang rawan, kelenjar, dan kelenjar limfe, hanya terdapat
adventisia tipis yang terdiri dari jaringan ikat.
Lamina propria terutama tersusun oleh berkas otot polos yang cukup menyolok serat-serat
elastis. Epitel yang membatasi bronkiolus besar merupakan epitel silindris bersilia dengan
sedikit sel goblet, dan pada bronkiolus kecil (kira-kira0,3 mm), sel goblet hilang dan sel
bersilia merupakan sel kubis atau silindris rendah. Di antara sel-sel itu, tersebar sejumlah sel
silindris berbentuk kubah, tak bersilia, bagian puncaknya menonjol ke dalam lumen, yang
disebut sel bronkial atau sel clara. Sel ini bersifat sebagai sel sekresi dengan reticulum
bergranula di basal, suatu aparat golgi di atas inti dan di dalam sitoplasma apikal terdapat
granula-granula sekret serta reticulum tak bergranula yang menyolok. Fungsi sel ini tidak
diketahui, diduga ikut berperan terhadap pembentukan cairan bronkiolar, yang mengandung
protein, glikoprotein dan kolestrol. Sel-sel ini juga mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan
yang terdapat di dalam secret bronkial.
Di bronkial termialis, epitelnya nampak mempunyai sel-sel bersilia di antara sel-sel kubis tidak
bersilia. Di sepanjang bronkiolus, epitelnya juga memiliki sejumlah sel sensorik (berbentuk
sikat) dan sel neuroendokrin bergranula kecil.

Gambar.5. Histologi bronkiolus terminalis.


3. Bronkiolus Respratorius
Bronkiolus respiratorius merupakan saluran pendek, bercabang-cabang, panjangnya 1-4 mm,
biasanya bergaris tengah kurang dari 0,5 mm, berasal dari bronkiolus terminalis. Dinding
bronkiolus respiratorius diselingi oleh kantung-kantung (alveoli) tempat terjadinya pertukaran
gas. Jumlah alveoli meningkat dan terletak lebih berdekatan dengan bercabangnya bronkiolus
respiratorius.
Bronkiolus respiratorius yang lebih besar dilapisi oleh epitel kubis bersilia yang akan menjadi
epitel selapis kubis pada saluran yang lebih kecil dan dilanjutkan dengan epitel selapis gepeng
yang membatasi alveolus pada muara alveolus. Di luar lamina epitel, dindingnya disusun oleh
anyaman berkas otot polos dan jaringan ikat fibroelastis.
Gambar.6. Histologi bronkiolus respiratorius

4. Duktus Alveolaris
Duktus alveolaris adalah saluran berbentuk berdinding tipis, berbentuk kerucut, dilapis oleh
epitel selapis gepeng. Di luar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fibroelastis. Di
sekeliling muara duktus alveolaris terdapat banyak alveolari tunggal dan sakus alveolaris
(sekelompok alveoli). Serat-serat otot polos Nampak menyolok terutama pada muara alveoli
dan sakus alveolaris.
5. Sakus Alveolaris
Sakus alveolaris adalah multikular, yaitu sekelompok alveoli yang bermuara ke dalam suatu
ruangan pusat sedikit lebih besar. Di seputar muara atria, saku alveolaris dan alveoli terdapat
jala-jala penyokong terdiri dari serat-serat elastin dan serat-serat retikulin. Serat-serat elastin
memungkinkan alveoli mengembang pada saat inspirasi dan mengerut seperti kontraksi pada
saat ekspirasi. Sedangkan serat retikulin mencegah pengembangan yang berlebihan serta
mencegah kerusakan pada jaringan paru yang halus.
6. Alveoli
Alveoli bentuknya polyhedral atau heksagonal, tanpa satu dindingnya yang memungkinkan
difusi udara dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atria atau sakus alveolaris. Alveoli
yang bedampingan dipissahkan oleh septum intrealveolaris. Masing-masing alveolus dilapisi
epitel gepeng yang sangat halus tapi sempurna.5
Gambar.7. ductus alveolaris, sakus alveolaris, alveoli

Mekanisme pernapasan

Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan terus
menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan.Reflek
bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla
oblongata). Oleh karena itu seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa reflek napas juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar karbondioksida dalam darah dan kekurangan
oksigen dalam darah.6

Menurut, mekanisme terjadinya pernapasan terbagi dua yaitu:6

1. Inspirasi
Sebelum menarik napas / inspirasi kedudukan diafragma melengkung ke arah rongga
dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur. Bila otot diafragma berkontraksi, maka
diafragma akan mendatar. Pada waktu inspirasi maksimum, otot antar tulang rusuk
berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat. Keadaan ini menambah besarnya rongga
dada. Mendatarnya diafragma dan terangkatnya tulang rusuk, menyebabkan rongga dada
bertambah besar, diikuti mengembangnya paru-paru, sehingga udara luar melalui hidung,
melalui batang tenggorok (bronkus), kemudian masuk ke paru-paru.

2. Ekspirasi
Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk
menurunkan intratorakal. Proses ekspirasi terjadi apabila otot antar tulang rusuk dan otot
diafragma mengendur, maka diafragma akan melengkung ke arah rongga dada lagi, dan
tulang rusuk akan kembali ke posisi semula. Kedua hal tersebut menyebabkan rongga
dada mengecil, sehingga udara dalam paru-paru terdorong ke luar. Inilah yang disebut
mekanisme ekspirasi.

Gambar.8. Mekanisme Inspirasi dan Ekspirasi.

Volume Pernapasan

Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi dapat
diukur melalui spirometer. Pada dasarnya spirometer terdiri dari drum/tong terisi udara yang
mengapung dalam ruang berisi air. Sewaktu seseorang menghirup dan menghembuskan udara
dari dan ke dalam drum melalui suatu selang yang menghubungkan mulut dengan wadah udara,
drum naik turun dalam wadah air. Naik-turunya drum ini dapat direkam sebagai spirogram, yang
dikalibrasikan terhadap perubahan volume. Pena merekam inspirasi sebagai defleksi ke atas dam
ekspirasi sebagai defleksi kebawah. Volume dan kapasitas paru berikut dapat diukur:7

Tidal volume: Nilai rerata pada kondisi istirahat. Nilai rerata: 500 ml.

IRV (Volume cadangan inspirasi): Volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup
di atas volume alun napas istirahat. Nilai rerata: 3000 ml.

IC (Kapasitas inspirasi): Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi
tenang normal (IC = IRV + TV). Nilai rerata: 3500 ml.

RV (Volume residual): Volume udara maksimal yang tertinggal di paru bahkan setelah
ekspirasi maksimal. Nilai rerata: 1200 ml.

FRC (Kapasitas residual fungsional): Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal
(FRC = ERV + RV). Nilai rerata: 2200 ml.

VC (kapasitas vital): Volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali bernapas
setelah inspirasi maksimal. Subyek pertama-tama melakukan inspirasi maksimal lalu ekspirasi
maksimal (VC = IRV + TV + ERV). Nilai rerata: 4500 ml.

TLC (Kapasitas paru total): Volume udara maksimal yang dapat ditampung paru (TLC = VC +
RV). Nilai rerata: 5700 ml.7
Gambar.9. volume pernapasan,

Kelarutan Gas

Hubungan kuantitatif pengaruh tekanan terhadap kelarutan gas ditunjukan oleh Hukum Henry,
yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas di atas
larutanya.8

Komposisi udara

Pada permukaan laut (tekanan 1 atm)

Oksigen: 21%

Nitrogen: 78%

Argon: 0.9%

Karbondioksida: 0.04%

Banyaknya gas yang akan terlarut dalam pelarut bergantung pada seberapa sering molekul-
molekul dalam fasa gas bertumbukan dengan permukaan cairan dan terjebak oleh fasa cairan.
Jika suatu zat padat secara terus menerus ditambahkan ke dalam zat pelarut, maka pada suatu
saat zat tersebut tidak akan larut lagi. hal ini terjadi karena larutan yang ada telah mencapai
konsentrasi yang maksimum. Larutan yang sudah mengandung konsentrasi maksimum disebut
juga sebagai larutan jenuh.

Gas Polarity Solubility In water (g/L)


Nitrogen Nonpolar 0.018 (40oC)
Oxygen Nonpolar 0.035 (50oC)
Carbon Nonpolar 0.97 (45oC)
Dioxide
Hydrogen Nonpolar 1.860 (40oC)
Sulfide

Tabel 1. Kelarutan beberapa jenis gas dalam air

Dalam hal ini kelarutan dipengharui oleh beberapa faktor yaitu, yaitu:
 Suhu: Kelarutan akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Karena dengan adanya
kalor mengakibatkan semakin renggangnya jarak antara molekul zat padat yang
dilarutkan. Meregangnya jarak antara molekuk zat padat dapat menajdikan kekuatan
gaya antar molekul tersebut menjadi lemah.
 Ion senama: Dengan adanya ion senama akan memperkecil kelarutan karena konsentrasi
ion menjadi lebih besar.
 Pembentukan kompleks: garam yang sulit larut dalam air, dapat dilarutkan dengan
membentuk kompleks garam tersebut.8

Proses Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida

Pada paru-paru tepatnya di alveolus terjadi pertukaran antara oksigen O2 dan karbondioksida
(CO2). Tujuannya untuk mengeluarkan karbondioksida agar tidak meracuni sel-sel tubuh. Proses
pertukaran antara O2 dengan CO2 terjadi secara difusi, yaitu perpindahan zat terlarut O2 atau CO2
dari daerah yang memiliki konsentrasi dan tekanan tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi
dan tekanan rendah.

Setelah terjadinya inspirasi, oksigen yang berada di alveolus akan berpindah ke dalam kapiler
darah yang akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan oksigen. Manusia
mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan ekternal dan internal.

Proses yang pertama yaitu pertukaran O 2 dari udara dalam alveolus dengan CO 2 dalam kapiler
darah yang disebut dengan pernapasan luar (pernapasan eksternal), sedangkan proses yang kedua
adalah pertukaran O2 dari aliran darah dengan CO2 dari sel-sel jaringan tubuh yang disebut
pernapasan dalam (pernapasan internal).

Dekompresi

Hukum fisika yang paling mendasari teori dekompresi adalah Hukum Henry, dimana hukum
tersebut menyebutkan bahwa pada sebuah bejana yang berisi air dan udara bila tekanan udara
ditingkatkan maka akan terjadi pelarutan udara kedalam zat cair tersebut proporsi sering dengan
peningkatan tekanan udara. Saat tekanan dalam bejana tersebut sudah cukup tinggi, apabila
tekanan udara dikurangi secara perlahan-lahan, maka gas yang terlarut akan dibebaskan secara
perlahan kembali ke udara tanpa membentuk gelembung udara. Lain halnya bila tekanan tersebut
dikurangi secara cepat, maka udara yang terlarut di dalam zat cair akan dibebaskan secara cepat
pula, dan membentuk gelembung udara seperti air mendidih (boiling water).

Ilmu fisika sangat erat kaitannya dengan kegiatan penyelaman. Penerapan hukum fisika dapat
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan untuk teknik penyelaman aman (safety diving).8

Penyebab Dekompresi

1. Kelalaian menggunakan table penyelam atau tidak memperhatikan table pada waktu
penyelaman, seperti batas kedalaman dan waktu penyelam.
2. Tidak mengatur fungsi kerja (setting) dan prosedur menggunakan dive computer secara baik,
termasuk bagaimana menggunakan dan memelihara dive computer secara berkala.
3. Tidak melakukan prosedur dan profil penyelam yang aman, misalnya melakukan penyelaman
multi level (sering naik turun, naik terlalu cepat dan sebagainya).

Saat menyelam dengan kedalam 10m maka terjadi perubahan peningkatan tekanan, dan udara
yang akan di hirupun akan lebih banyak dari biasanya. Udara yang dihirup saat menyelam adalah
mayoritas oksigen dan nitrogen. Peningkatan oksigen yang dihirup akan berdampak positif bagi
metabolisme tubuh, namun gas nitrogen tidak digunakan dalam tubuh. Pada saat respirasi paru-
paru akan menetralisir dengan sendirinya zat-zat yang tidak digunakan dalam tubuh, namun lain
halnya ketika penyelam yang berada pada kedalaman 10m. Maka nitrogen yang seharusnya
dibuang pada saat respirasi menjadi terakumulasi di dalam bentuk gelombang udara (buih).
Buih-buih inilah yang akan menyumbat aliran darah maupun sistem saraf tubuh ketika penyelam
naik terlalu cepat ke permukaan. Hal ini mengakibatkan terjadinya keram dan kaku pada otot
sendi serta mengalami mual-mual.8

Pertolongan pada Dekompresi

Terapi hyperbaric adalah salah satu cara dengan menghirup oksigen murni dalam ruang udara
bertekanan tinggi lebih dari 1 atm absolut.9

Terapi ini umumnya ditunjukan untuk penyakit penyelam dan terapi tambahan pada berbagai
penyakit klinis, seperti infeksi serius, adanya gelembung udara dalam pembuluh darah, luka
akibat diabetes yang sulit sembuh, hingga cedera radiasi.
Dalam ruang terapi oksigen hiperbarik, tekanan udara meningkat hingga tiga kali lebih tinggi
dari tekanan udara normal. Dengan kondisi tersebut, paru-paru dapat mengumpulkan lebih
banyak oksigen murni yang dihirup, ketimbang jika menghirupnya dalam tekanan udara normal.

Aliran darah akan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Inilah yag kemudian akan melawan
bakteri dan merangsang pelepasan zat yang disebut sel induk, yang selanjutnya akan merangsang
penyembuhan.9

Kesimpulan

Sakit di persendian, kram otot dan mual-mual diakibatkan karena efek dekompresi dimana
penyelam menghirup udara nitrogen yang banyak sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh
darah dan saraf Pernapasan merupakan suatu proses pertukaran gas-gas respirasi yaitu oksigen
dan karbondioksida yang kemudian dibawah oleh darah keseluruh tubuh, untuk kelangsungan
proses metabolisme sel-sel jaringan dalam tubuh. Fungsi dari pernapasan antara lain untuk
memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO 2 yang dihasilkan
oleh sel. Sistem pernapasan merupakan sistem utama sehingga apabila sistem ini tidak berfungsi,
sistem yang lain juga tidak akan berfungsi.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC
2004, hal 266.
2. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2008.h.585-7.
3. Wibowo, D dan Paryana, W. 2009.Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta: GrahaIlmu.
4. Gunardi, S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta; Fakuktas kedokteran Universitas
Indonesia,hal 91-3.
5. Jeremy PTW. Struktur sistem respirasi: At the glance sistem respirasi. Jakarta:
Erlangga;2006.h.11.
6. Syaifuddin, 2006,Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Editor
Monica Ester, Jakarta : EGC
7. Kus Irianto. (2008). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:
Yrama Widya.
8. Dekompresi pada penyelam diunduh https://id.scribd.com/doc/283615026/dekompresi
diakses pada tanggal 21 agustus 2017.
9. Ganong, William F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2008: h.632-3.

Anda mungkin juga menyukai