Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Ilmu Perikanan dan
Kelautan Berbasis Potensi Lokal saya yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gorontalo, 08 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis usaha dan wilayah perikanan

2.2 Perizinan usaha perikanan ……………………………………………

2.3 Syarat dan tata cara pemberian SIUP dan TDUP……………………

2.4 Kewajiban pemegang SIUP dan TDUP………………………………

2.5 Pencabutan SIUP dan TDUP…………………………………………

2.6 Pembinaan dan pengawasan…………………………………………..

2.7 Ketentuan Pidana……………………………………………………….

2.8 Ketentuan Penyedikan………………………………………………..

2.9 Ketentuan peralihan…………………………………………………..

2.10 Ketentuan penutup

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa

lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan

pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kawasan ini menyediakan

sumberdaya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang lamun

(seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi. Pulau-pulau kecil

juga memberikan jasa lingkungan yang besar karena keindahan alam yang

dimilikinya yang dapat menggerakkan industri pariwisata bahari. Dilain pihak,

pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih belum optimal akibat perhatian dan

kebijakan Pemerintah selama ini yang lebih berorientasi ke darat. Pengembangan

kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses yang akan membawa suatu

perubahan pada ekosistemnya. Perubahan-perubahan tersebut akan membawa

pengaruh pada lingkungan. Semakin tinggi intensitas pengelolaan dan

pembangunan yang dilaksanakan berarti semakin tinggi tingkat pemanfaatan

sumberdaya, maka semakin tinggi pula perubahan-perubahan lingkungan yang

akan terjadi di kawasan pulau- pulau kecil.

1.2 Tujuan

1. Menjelaskan jenis usaha wilayah perikanan

2. Menjelaskan perizinan usaha perikanan

3. Untuk mengetahui syarat tata cara pemberian SIUP dan TDUP


4. Untuk mengetahui kewajiban pemegang SIUP dan TDUP

5. Untuk mengetahui pencabutan SIUP dan TDUP

6. Menjelaskan pembinaan dan pengawasan

7. Apa itu ketentuan pidana

8. Apa itu ketentuan penyidikan

9. Apa itu ketentuan peralihan

10. Apa itu ketentuan penutup


BAB II

PEMBAHASAN

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pasuruan;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pasuruan;

3. Kepala Daerah adalah Bupati Pasuruan;

4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Pasuruan;

5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan

Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,

lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya;

6. Sumberdaya ikan adalah potensi semua jenis ikan;


7. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus

hidupnya berada di dalam lingkungan perairan;

8. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam

suatu sistem bisnis perikanan;

9. Pelaku Usaha Perikanan adalah orang/badan yang melakukan kegiatan di

bidang perikanan;

10. Perusahaan perikanan adalah perusahaan yang melakukan usaha perikanan

dan dilakukan oleh warga Negara Republik Indonesia atau badan hukum

Indonesia;

11. Usaha Perikanan adalah semua bidang usaha perorangan atau badan untuk

menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan,

mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial;

12. Usaha Penangkapan Ikan, adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh

ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara

apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,

mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya,

untuk tujuan komersial;

13. Usaha Pembudidayaan Ikan, adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan

dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya, dengan alat atau cara
apapun, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkannya,

untuk tujuan komersial;

14. Usaha Pengolahan Ikan, adalah usaha atau perlakuan pada saat ikan dipanen

dan/atau pengolahaannya, baik secara tradisional yaitu pengolahan secara

sederhana seperti pengeringan, pengasinan, pemindangan, pengasapan dan

lain-lain maupun secara modern seperti pembekuan atau pengalengan, untuk

tujuan komersial;

15. Surat Izin Usaha Perikanan yang selanjutnya disingkat SIUP adalah izin

tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha

perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin

tersebut;

16. Tanda Daftar Usaha Perikanan yang selanjutnya disebut TDUP adalah sebuah

tanda yang berguna untuk menjadi dasar catatan usaha perikanan;

17. Pembudidaya ikan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari;

18. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya dari usaha penangkapan

ikan;

19. Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat

Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang

diberi tugas khusus untuk mengadakan penyidikan pelanggaran Peraturan

Daerah.
2.1 JENIS USAHA DAN WILAYAH PERIKANAN

Pasal 2

(1) Usaha Perikanan terdiri atas :

a. usaha penangkapan ikan;

b. usaha pembudidayaan ikan;

c. usaha pengolahan ikan;

d. usaha pemasaran ikan;

(2) Usaha penangkapan ikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a

pasal ini meliputi penangkapan ikan secara tradisional maupun modern yang

diklasifikasikan berdasarkan ukuran kapal, besaran tenaga penggerak, daya

jelajah, jenis alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan.

(3) Usaha pembudidayaan ikan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

pasal ini memuat jenis kegiatan :

a. pembudidayaan ikan air tawar;

b. pembudidayaan ikan air payau;

c. pembudidayaan ikan air laut.

(4) Usaha pengolahan ikan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

pasal ini memuat jenis kegiatan :

a. pengolahan ikan tradisonal;


b. pengolahan ikan modern;

(5) Usaha pemasaran ikan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

pasal ini merupakan rangkaian dari kegiatan pembelian, pengangkutan dan

penjualan hasil produksi kelautan dan perikanan dengan tujuan komersial

Pasal 3

(1) Usaha perikanan di wilayah perairan Kabupaten Pasuruan hanya boleh

dilakukan oleh perorangan Warga Negara Republik Indonesia atau Badan

Hukum Indonesia.

(2) Wilayah pengelolaan usaha perikanan di Kabupaten Pasuruan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi :

a. perairan laut Kabupaten Pasuruan sampai batas 4 mil yang diukur dari garis

pantai dalam wilayah perairan daerah;

b. sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya yang dapat

diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di dalam

wilayah Kabupaten Pasuruan.

2.2 PERIZINAN USAHA PERIKANAN

Pasal 4

(1) Setiap usaha perikanan baik yang berbentuk perorangan maupun yang

melakukan usaha perikanan di wilayah Kabupaten Pasuruan wajib memilki


Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan atau Tanda Daftar Usaha Perikanan

(TDUP);

(2) SIUP dan atau TDUP diberikan untuk masing-masing usaha perikanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berlaku selama pemegang ijin

melakukan usaha perikanan dengan kewajiban mendaftar ulang (herregristasi

SIUP/TDUP) setiap tahunnya;

(3) Usaha perikanan skala tertentu tidak diwajibkan memiliki SIUP;

(4) Usaha perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini terdiri dari:

a. usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan

sebuah kapal tidak bermotor atau bermotor luar atau bermotor dalam dalam

berukuran tidak lebih dari 5 (lima) Gross Ton (GT) dan/atau mesinnya

berkekuatan tidak lebih dari 15 (lima belas) Daya Kuda (DK);

b. usaha pembudidayaan ikan air tawar yang dilakukan oleh pembudidaya ikan

dengan areal lahan tidak lebih dari 2 (dua) Hektar (ha);

c. usaha pembudidayaan ikan air payau yang dilakukan oleh pembudidaya ikan

dengan areal lahan tidak lebih dari 4 (empat) hektar (ha) dan /atau padat

penebaran 50.000 (lima puluh ribu) benur per hektar (ha);

d. usaha pembudidayaan ikan laut yang dilakukan oleh pembudidaya ikan

dengan areal lahan tidak lebih dari 0.5 hektar.

e. usaha pengolahan hasil perikanan dengan kapasitas tidak lebih dari 5 ton;
f. usaha pemasaran hasil perikanan dengan kapasitas tidak lebih dari 5 ton.

(5) Nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasaran ikan yang tidak

diwajibkan memiliki SIUP, wajib mencatatkan kegiatannya kepada Dinas

Kelautan dan Perikanan;

(6) Nelayan pembudidaya ikan, pengolah dan pemasaran ikan yang telah dicatat

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5) pasal ini diberi Tanda Daftar

Usaha Perikanan (TDUP);

(7) TDUP kedudukannya sederajat dengan SIUP.

2.3 SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN SIUP DAN ATAU TDUP

Pasal 5

Sebelum melakukan kegiatan usaha perikanan diwajibkan memiliki SIUP dan

atau TDUP dari Dinas Kelautan dan Perikanan.

Pasal 6

(1) SIUP diberikan kepada perusahaan perikanan apabila telah melampirkan

persyaratan :

a. surat permohonan;

b. izin lokasi dari Pemerintah Daerah;

c. akta pendirian perusahaan/ koperasi;


d. rencana usaha;

e. fotocopy KTP;

f. surat keterangan domisili;

g. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) atau Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL);

h. dokumentasi teknik kapal (khusus untuk penangkapan ikan);

i. NPWP/NPWPD;

j. pernyataan bersedia membangun kantor perusahaan di ibu kota Kabupaten.

(2) TDUP diberikan kepada nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasaran

ikan apabila telah melampirkan persyaratan :

a. surat permohonan;

b. rencana usaha;

c. surat keterangan berdomisili;

d. fotocopy KTP;

e. dokumen teknis kapal;

f. surat kepemilikan kapal (dari kepala desa setempat) (untuk usaha

penangkapan ikan);

g. gambar denah lokasi;


h. surat ijin dari lingkungan sekitar;

i. surat keterangan uji bebas pemakaian bahan kimia berbahaya (untuk usaha

pengolahan dan atau pemasaran ikan).

Pasal 7

(1) Permohonan SIUP dan atau TDUP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

(2) pasal 6 disampaikan kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan;

(2) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan selambat-lambatnya 6 (enam) hari

sejak diterimanya permohonan SIUP dan atau TDUP secara lengkap telah

menunjuk petugas untuk melakukan penelitian yang biayanya dibebankan

kepada pemohon;

(3) Petugas yang ditunjuk selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kerja

menyampaikan laporan hasil penelitian kepada Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan;

(4) Selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah diterimanya laporan hasil

penelitian, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan menerbitkan SIUP dan atau

TDUP.

Pasal 8

SIUP dan atau TDUP diterbitkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.

Pasal 9
Usaha perikanan yang telah memiliki SIUP dan atau TDUP dapat melakukan

perluasan usaha setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Kepala Dinas

Kelautan dan Perikanan.

2.4 KEWAJIBAN PEMEGANG SIUP DAN ATAU TDUP

Pasal 10

Pemegang SIUP dan atau TDUP berkewajiban untuk :

a. mentaati Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku;

b.memperhatikan dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan yang ada agar

dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan;

c. menyampaikan laporan kegiatan usahanya setiap tahun sekali bagi perusahaan

perikanan.

2.5 PENCABUTAN SIUP DAN ATAU TDUP

Pasal 11

(1) SIUP dapat dicabut oleh Pemberi Izin dalam hal Perusahaan Perikanan :

a. melakukan perluasan usaha tanpa persetujuan tertulis dari Kepala Dinas

Kelautan dan Perikanan;

b. tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha 3 (tiga) kali berturut-turut atau

dengan sengaja menyampaikan laporan yang tidak benar;

c. tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam SIUP;


d. memindahtangankan SIUP-nya tanpa persetujuan tertulis Kepala Dinas

Kelautan dan Perikanan;

e. selama 1 (satu) tahun berturut-turut sejak SIUP dikeluarkan tidak

melaksanakan kegiatan usahanya;

f. tidak melaksanakan kegiatan usahanya.

(2) TDUP dapat dicabut oleh Pemberi Izin apabila :

a. melakukan usaha perikanan yang merugikan dan atau membahayakan

kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungan di wilayah pengelolaan

perairan daerah;

b. melakukan usaha perikanan yang dapat membahayakan kesehatan manusia;

2.6 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 12

Pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan perikanan, nelayan,

pembudidaya ikan, pengolah dan pemasaran ikan dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Pasuruan.

2.7 KETENTUAN PIDANA

Pasal 13

Setiap Usaha Perikanan yang melanggar ketentuan pasal 10 Peraturan Daerah ini

dipidana menurut ketentuan Pasal 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96,
97, 98, 99 dan 100 Undang_undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

2.8 KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 14

Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan

atas tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah

ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di

lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Peraturan Daerah ini karena

kewajibannya mempunyai wewenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat kejadian;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka;

d. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;


f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

g. mendatangkan seorang Saksi ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

(2) Penyidik Khusus (PPNS) dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah

koordinasi dan pengawasan Penyidik Umum.

2.9 KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16

Dalam waktu 6 (enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini, semua

kegiatan usaha perikanan yang sebelumnya telah melakukan kegiatan, wajib

menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini.

2.10 KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan diatur lebih

lanjut oleh Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya.

Pasal 18

Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan.


2.11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28
TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN

I. UMUM

Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan agar pemanfaatan

sumber daya ikan diarahkan untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat Indonesia. Dengan demikian pemanfaatan sumber daya ikan tersebut pada

dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh Warga Negara Republik Indonesia, baik

secara perorangan maupun dalam bentuk badan hukum, dan harus dapat dinikmati

secara merata, baik oleh produsen maupun konsumen.

Pemerataan pemanfaatan sumber daya ikan hendaknya juga terwujud

dalam perlindungan terhadap kegiatan usaha yang masih lemah seperti nelayan

dan petani ikan kecil agar tidak terdesak oleh kegiatan usaha yang lebih kuat.

Oleh karena itu dalam rangka pengembangan usahanya perlu didorong ke arah

kerja sama dalam wadah koperasi. Di samping itu diharapkan pula adanya kerja

sama antara perusahaan perikanan yang kuat dengan nelayan/pembudidaya ikan

kecil dengan dasar saling menguntungkan, misalnya dalam bentuk kemitraan

atau kelompok usaha bersama. Walapun sumber daya ikan dimanfaatkan untuk

sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, namun demikian dalam

memanfaatkan sumber daya ikan tersebut harus senantiasa menjaga

kelestariannya. Ini berarti bahwa pengusahaan sumber daya ikan harus seimbang
dengan daya dukungnya sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara

terus menerus dan lestari.

Dengan kata lain pemanfaatan sumber daya ikan harus dilakukan secara

rasional. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan dilakukan

dengan pengendalian usaha perikanan melalui perizinan. Penerapan perizinan

tersebut tidak hanya ditujukan bagi perusahaan perikanan yang didirikan oleh

orang atau badan hukum diwilayah Kabupaten Pasuruan, akan tetapi juga

ditujukan bagi perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha penangkapan

ikan.

Sedangkan bagi nelayan dan pembudidaya ikan kecil, dibebaskan dari

kewajiban untuk memiliki izin. Meskipun demikian, untuk keperluan pembinaan

dan pengendalian pemanfaatan sumber daya ikan tetap diperlukan pencatatan

terhadap usahanya. Perizinan selain berfungsi untuk menjaga kelestarian sumber

daya ikan juga berfungsi untuk membina usaha perikanan dan memberikan

kepastian usaha perikanan. Untuk mendorong pengembangan usaha perikanan,

kepada para pengusaha baik perorangan maupun badan hukum, diberikan

kemudahan berupa berlakunya izin usaha perikanan selama perusahaan masih

beroperasi. Hal ini tidak berarti memberi keleluasaan bagi pengusaha, terutama

penangkapan ikan, untuk memanfaatkan sumber daya ikan tanpa kendali.

Pengendalian tetap dilakukan dengan penentuan jangka waktu tertentu

beroperasinya kapal yang dikaitkan dengan tersedianya sumber daya ikan. Di

samping itu masih ada kemudahan lain yaitu untuk semua kegiatan dalam satu

bidang usaha perikanan hanya diperlukan sebuah izin. Sebagian besar usaha
penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan yang dalam memasarkan hasil

tangkapannya berada dalam posisi yang lemah, sehingga sering mendapatkan

harga yang tidak wajar.

Di lain pihak, harga ikan pada tingkat konsumen relatif tinggi karena

panjangnya mata rantai pemasaran. Oleh karena itu untuk mewujudkan harga

yang wajar bagi konsumen dan menguntungkan bagi nelayan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan usahanya sekaligus memperpendek mata rantai

pemasaran, Pemerintah memberi bimbingan dan dorongan agar hasil

tangkapannya dijual melalui pelelangan. Untuk itu pemerintah menyediakan

tempat pelelangan ikan. Sumber daya ikan pada hakekatnya merupakan kekayaan

negara. Oleh karena itu perusahaan perikanan Indonesia yang telah memperoleh

manfaat dari pemanenan sumber daya ikan maupun usaha pembudidayaan di laut

dan di perairan lainnya di wilayah Republik Indonesia, dikenakan pungutan

perikanan atas hasil kegiatan perikanannya.

Pungutan Perikanan juga dikenakan kepada perusahaan perikanan asing

yang melakukan usaha penangkapan ikan, atas manfaat yang dapat diperoleh dari

penangkapan ikan di Zona wilayah yang menjadi kewenagan daerah. Namun bagi

para nelayan dan pembudidaya ikan yang hasil usahanya hanya sekedar untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta usaha pembudidayaan ikan yang

dilakukan di tambak atau di kolam di atas tanah yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan telah menjadi hak tertentu dari yang bersangkutan

dibebaskan dari pungutan perikanan. Pembinaan dan pengawasan merupakan


salah satu hal yang penting dalam upaya mengembangkan usaha perikanan

melalui upaya pembinaan dan pengawasan.

Pemerintah daerah menciptakan iklim usaha secara sehat dan mantap, serta

melakukan upayaupaya pencegahan penggunaan sarana usaha (produksi) yang

tidak sesuai dengan ketentuan, penerapan teknik berproduksi yang efektif dan

efisien, serta penerapan pembinaan mutu hasil perikanan yang bertujuan untuk

meningkatkan daya saing di pasaran internasional dan melindungi konsumen dari

hal-hal yang dapat merugikan serta membahayakan kesehatan. Dari pembinaan

dan pengawasan seperti itu diharapkan dapat merangsang perkembangan

perusahaan perikanan yang pada akhirnya akan dapat menciptakan lapangan kerja,

meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah dan meningkatkan kesejahteraan

para nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil.

Beberapa perkembangan kebutuhan di bidang usaha perikanan tersebut di

atas, dalam kenyataannya belum seluruhnya ditampung dalam Peraturan

Perundang-undangan, sehingga dipandang perlu untuk mengatur ketentuan

tentang usaha perikanan dalam Peraturan Daerah ini.

2.12 KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 1

(1) Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan, yang selanjutnya disebut
BBP2HP, adalah unit pelaksana teknis di bidang pengujian penerapan hasil
perikanan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan
dan Perikanan.

(2) BBP2HP dipimpin oleh seorang Kepala.


Pasal 2

BBP2HP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) mempunyai tugas


melaksanakan uji terap teknik pengolahan dan pemasaran, pengujian dan
sertifikasi produk, serta pelayanan pengembangan usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BBP2HP


menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan dan evaluasi serta


pelaporan;

b. pelaksanaan uji terap teknik pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;

c. pelaksanaan pengujian persyaratan kelayakan pengolahan dan


penganekaragaman produk hasil perikanan;

d. pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi pengolahan dan pemasaran hasil


perikanan;

e. pelaksanaan sertifikasi produk penggunaan tanda Standar Nasional Indonesia


(SNI) hasil perikanan;

f. pelaksanaan pelayanan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil


perikanan;
g. pelaksanaan bimbingan teknis hasil uji terap, pengujian, dan sertifikasi produk
hasil perikanan; dan

h. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.13 SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 4

BBP2HP terdiri atas:

a. Bidang Uji Terap Teknik Pengolahan dan Pemasaran;

b. Bidang Pengujian dan Sertifikasi Produk;

c. Bidang Pelayanan Pengembangan Usaha;

d. Bagian Tata Usaha; dan


e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 5

Bidang Uji Terap Teknik Pengolahan dan Pemasaran sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 huruf a mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis,
pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan uji terap teknik alat dan mesin, rancang
bangun dan tata letak sarana prasarana serta penyiapan bahan standardisasi teknik
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Bidang Uji


Terap Teknik Pengolahan dan Pemasaran menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan uji terap teknik alat dan mesin, rancang bangun dan tata letak
sarana prasarana pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;

b. pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi teknik pengolahan dan pemasaran


hasil perikanan;

c. pelaksanaan bimbingan teknis hasil uji terap teknik alat dan mesin, rancang
bangun dan tata letak sarana prasarana pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan; dan

d. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan uji terap teknik alat dan mesin, rancang
bangun dan tata letak sarana prasarana pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 7

Bidang Uji Terap Teknik Pengolahan dan Pemasaran sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 terdiri atas:

a. Seksi Uji Terap Teknik Pengolahan; dan

b. Seksi Uji Terap Teknik Pemasaran.

Pasal 8

(1) Seksi Uji Terap Teknik Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan, bimbingan
teknis, evaluasi, dan pelaporan uji terap teknik alat dan mesin, rancang bangun
dan tata letak sarana prasarana, serta penyiapan bahan standardisasi teknik
pengolahan hasil perikanan.
(2) Seksi Uji Terap Teknik Pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan, bimbingan
teknis, evaluasi, dan pelaporan uji terap teknik alat dan mesin, rancang bangun
dan tata letak sarana prasarana, serta penyiapan bahan standardisasi teknik
pemasaran hasil perikanan.

Pasal 9

Bidang Pengujian dan Sertifikasi Produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


huruf b mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis, pelaksanaan, evaluasi,
dan pelaporan pengujian persyaratan kelayakan pengolahan dan
penganekaragaman produk, sertifikasi produk penggunaan tanda SNI, dan
penyiapan bahan standardisasi nutrisi produk dan metode pengujian hasil
perikanan.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Bidang


Pengujian dan Sertifikasi Produk menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan pengujian persyaratan kelayakan pengolahan dan


penganekaragaman produk, serta sertifikasi produk penggunaan tanda SNI
hasil perikanan;

b. pelaksanaan bimbingan teknis pengujian persyaratan kelayakan pengolahan dan


penganekaragaman produk, serta sertifikasi produk penggunaan tanda SNI
hasil perikanan;

c. pelaksanaan pemeliharaan sistem manajemen mutu laboratorium dan sertifikasi


produk hasil perikanan;

d. pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi nutrisi produk dan metode


pengujian hasil perikanan; dan

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pengujian persyaratan kelayakan


pengolahan dan penganekaragaman produk, serta sertifikasi produk
penggunaan tanda SNI hasil perikanan.

Pasal 11

Bidang Pengujian dan Sertifikasi Produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,


terdiri atas:

a. Seksi Pengujian; dan


b. Seksi Sertifikasi Produk.

Pasal 12

(1) Seksi Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a mempunyai,


tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan, bimbingan teknis, evaluasi,
dan pelaporan pengujian persyaratan kelayakan pengolahan dan
penganekaragaman produk, serta penyiapan bahan standardisasi nutrisi produk
dan metode pengujian hasil perikanan.

(2) Seksi Sertifikasi Produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b


mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan, bimbingan teknis,
evaluasi, dan pelaporan sertifikasi produk penggunaan tanda SNI, serta
pemeliharaan sistem manajemen mutu laboratorium dan sertifikasi produk hasil
perikanan.

Pasal 13

Bidang Pelayanan Pengembangan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


huruf c mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis, pelaksanaan,
pengelolaan data informasi dan publikasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan informasi dan sarana pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan.

Pasal 14

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Bidang


Pelayanan Pengembangan Usaha menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan bimbingan teknis sarana pengembangan usaha pengolahan dan


pemasaran hasil perikanan;

b. pelaksanaan pengelolaan data informasi dan publikasi pengembangan usaha


pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;

c. pelaksanaan pelayanan informasi dan sarana pengembangan usaha pengolahan


pemasaran hasil perikanan; dan

d. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelayanan informasi dan sarana


pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 15

Bidang Pelayanan Pengembangan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13


terdiri atas:
a. Seksi Pelayanan Informasi; dan

b. Seksi Sarana Pengembangan Usaha.

Pasal 16

(1) Seksi Pelayanan Informasi sebagaimana dimaksud Pasal 15 huruf a


mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan, pengelolaan data
informasi dan publikasi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan
informasi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

(2) Seksi Sarana Pengembangan Usaha sebagaimana dimaksud Pasal 15 huruf b


mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan, bimbingan teknis,
evaluasi dan pelaporan di bidang sarana pengembangan usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan.

Pasal 17

Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d mempunyai


tugas melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan program
dan anggaran, keuangan, pengelolaan administrasi kepegawaian, rumah tangga,
barang kekayaan milik negara, dan ketatausahaan di lingkup BBP2HP.

Pasal 18

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Bagian Tata
Usaha menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan perencanaan program dan anggaran, keuangan, pengelolaan


administrasi kepegawaian, rumah tangga, barang kekayaan milik negara, dan
ketatausahaan;

b. pelaksanaan program dan anggaran, keuangan, pengelolaan administrasi


kepegawaian, rumah tangga, barang kekayaan milik negara, dan ketatausahaan;
dan

c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program dan anggaran, keuangan,


pengelolaan administrasi kepegawaian, rumah tangga, barang kekayaan milik
negara, dan ketatausahaan.

Pasal 19

Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 terdiri atas:

a. Subbagian Perencanaan;
b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Umum.

Pasal 20

(1) Subbagian Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a


mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan program dan anggaran.

(2) Subbagian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b


mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan keuangan.

(3) Subbagian Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c mempunyai


tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi, serta pelaporan pengelolaan administrasi kepegawaian, rumah tangga,
barang kekayaan milik negara, dan ketatausahan

3.5 KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 21

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan


penerapan dan pengujian hasil perikanan serta kegiatan lain yang sesuai dengan
tugas masing-masing jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 22

Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 terdiri atas


Perekayasa, Pengawas Perikanan, Analis Pasar Hasil Perikanan, Analis
Kepegawaian, Arsiparis, Pranata Komputer, Statistisi, Pustakawan, dan jabatan
fungsional lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- perundangan.

2.14 TATA KERJA

Pasal 23

Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BBP2HP bertanggung jawab


memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan
bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahannya.

Pasal 24
Dalam melaksanakan tugas, pimpinan satuan organisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 dan kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 wajib:

a. menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam


lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi dalam lingkungan
BBP2HP serta dengan instansi lain di luar BBP2HP sesuai tugas masing-
masing; dan

b. mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan


masing-masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

Pasal 25

Setiap pimpinan satuan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 wajib


mengawasi pelaksanaan tugas bawahan masing-masing dan apabila terjadi
penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26

Setiap pimpinan satuan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dalam
melaksanakan tugas, dibantu oleh pimpinan satuan organisasi di bawahnya dan
dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing- masing wajib
mengadakan rapat berkala.

Pasal 27

Setiap laporan yang disampaikan kepada pimpinan satuan organisasi dari


bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih
lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

Pasal 28

Dalam penyampaian laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan


kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

2.15 ESELONISASI

Pasal 29

(1) Kepala BBP2HP adalah jabatan struktural eselon II.b.

(2) Kepala Bidang dan Kepala Bagian adalah jabatan struktural eselon III.b.

(3) Kepala Seksi dan Kepala Subbagian adalah jabatan struktural eselon IV.a.
2.16 SATUAN KERJA DAN LOKASI

Pasal 30

(1) BBP2HP membentuk Satuan Kerja nonstruktural di bidang pelayanan


pengembangan usaha yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan
analisis beban kerja.

(2) Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang
Penanggung Jawab Satuan Kerja.

Pasal 31

(1) BBP2HP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) berlokasi di Jakarta,
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

(2) Satuan Kerja BBP2HP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)
berlokasi di Cibinong (Jawa Barat), Palabuhanratu (Jawa Barat), Mataram
(Nusa Tenggara Barat), dan Ambon (Maluku).

2.17 KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 32

Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja BBP2HP, ditetapkan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri yang membidangi urusan pendayagunaan aparatur negara dan
reformasi birokrasi.

2.18 KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.05/MEN/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 34

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Usaha penangkapan ikan sebagaimana yang di maksud pada ayat (1)

huruf A pasal ini meliputi penangkapan ikan secara tradisional maupun

modern yang di klasifikasikan berdasarkan ukuran kapal, besaran tenaga

penggerak, daya jelajah, jenis alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan

Usaha pembudidayaan ikan yang sebagaimana di maksud pada ayat (1)

huruf B pasal ini memuat jenis kegiatan : A. Pembudidayaan ikan air tawar,

B. Pembudidayaan ikan air payau, C. Pembudidayaan ikan air laut.

Usaha perikanan di wilayah perairan kabupaten pasuruan hanya boleh

dilakukan oleh perorangan Warga Negara Republik Indonesia atau Badan

Hukum Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai