Jarum pada barrel dieratkan terlebih dahulu sebelum membuka pembungkusnya dengan
memutar hub searah jarum jam (kiri), kemudian handle pada syringe didorong sehingga
plunger menyentuh ujung barrel (tengah), baru kemudian pembungkus syringe dibuka
(kanan)
Gambar . Cara membuka ampul. Ambil sebuah ampul yang berisi cairan anestesi lokal,
sebelum membukanya periksa terlebih dulu apakah seluruh cairan berada di bawah leher
ampul, apabila ada cairan yang masih berada di atas leher ampul (kiri) lakukan ketukan pada
dinding ampul dengan jari tangan (tengah) atau putar ampul dengan gerakan sentrifugal
sampai seluruh cairan berada di bawah leher ampul (kanan)
3. Sebelum mematahkan leher ampul pastikan bahwa seluruh cairan berada di bawah
leher ampul, apabila ada cairan yang masih berada di atas leher ampul lakukan ketukan
pada dinding ampul dengan jari tangan atau putar ampul dengan gerakan sentrifugal
sampai seluruh cairan berada di bawah leher ampul (gambar 4)
4. Leher ampul dipatahkan, lalu penutup jarum pada disposable syringe dibuka, kemudian
larutan anestesi lokal di dalam ampul tersebut dihisap dengan jarum injeksi sampai
seluruh cairan anestesi lokal berpindah ke dalam barrel tanpa ujung jarum menyentuh
dinding ampul (gambar )
5. Setelah semua cairan telah terhisap ke dalam barrel penutup jarum dipasang kembali
dengan hati-hati jangan sampai ujung jarum menyentuh penutupnya, kemudian
diperiksa apakah ada gelembung udara di dalam cairan di dalam barrel tersebut, apabila
terdapat gelembung udara dilakukan ketukan pada dinding barrel sampai semua
gelembung udara keluar dari cairan yang ada kemudian dorong handle sampai terlihat
ada cairan yang keluar dari ujung jarum (gambar 5)
a b c d e
Gambar5. Ampul dipatahkan pada bagian lehernya (a & b), larutan anestesi lokal di dalam ampul tersebut
dihisap dengan jarum sampai seluruh cairan anestesi lokal berpindah ke dalam barrel tanpa ujung jarum
menyentuh dinding ampul(c), kemudian handle pada syringe ditarik perlahan-lahan dan dinding barrel diketuk-
ketuk untuk mengeluarkan gelembung udara di dalam cairan (d), handle kemudian didorong dengan perlahan-
lahan sampai cairan anestesi mengisi seluruh barrel dan terlihat ada tetesan cairan keluar dari ujung jarum (e)
---
Gambar 6. Daerah tempat tusukan jarum dikeringkan dengan kasa steril lalu diulasi dengan cairan antiseptik
menggunakan cotton stick (kiri), ujung jarum ditusukkan pada mukosa dengan perlahan-lahan, perlu
diperhatikan bahwa bevel pada ujung jarum selalu menghadap ke arah tulang (kanan)
6. Keringkan daerah yang akan menjadi tempat tusukan jarum dengan kasa steril lalu ulasi
daerah tersebut dengan cairan antiseptik secukupnya (gambar 6)
7. Jarum ditusukkan pada mukosa di daerah yang dituju secara perlahan-lahan, perlu
diperhatikan bahwa bevel pada ujung jarum selalu menghadap ke arah tulang (gambar
6); sebelum cairan anestesi lokal diinjeksikan mutlak dilakukan aspirasi (gambar 7);
apabila terlihat darah masuk ke dalam barrel maka tariklah jarum keluar dari mukosa.
Catatan: (1) Tempat insersi jarum dan kedalaman tusukan jarum pada mukosa
disesuaikan dengan gigi yang akan dianestesi dan teknik anestesi yang digunakan; (2)
Aspirasi adalah tindakan menarik sedikit handle pada syringe sesaat untuk mengetahui
kemungkinan masuknya ujung jarum ke dalam pembuluh darah
Gambar7. Setelah ujung jarum sampai pada daerah sasaran maka sebelum cairan anestesi
diinjeksikan harus dilakukan aspirasi terlebih dahulu dengan cara menarik handle selama
beberapa saat (kiri), bila tidak ada darah yang masuk ke dalam barrel maka cairan anestesi
diinjeksikan dengan cara mendorong handle perlahan-lahan menggunakan palmar manus
(kanan)
8. Apabila pada aspirasi tidak terlihat terhisapnya darah maka injeksikan cairan anestesi
lokal secara perlahan-lahan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul selama injeksi dan
menghindari terjadinya toksisitas cairan anestesi lokal
9. Setelah injeksi cairan anestesi lokal selesai tariklah jarum dari daerah kerja secara
perlahan-lahan dan bertahap untuk mencegah timbulnya perdarahan di tempat tusukan
jarum, efek anestesi mulai terasa beberapa detik sampai beberapa menit setelah injeksi,
pada umumnya efek anestesi lokal sudah tercapai dalam waktu 5 menit
TEKNIK-TEKNIK ANESTESI LOKAL DI RAHANG ATAS
Infiltrasi Lokal pada Membran Mukosa (submucosal injection)
1. saraf yang teranestesi: ujung cabang saraf terminal
2. daerah yang teranestesi: terbatas pada tempat di mana larutan anestesi lokal
diinjeksikan
3. pedoman anatomis: tidak ada pedoman khusus karena cairan anestesi diinjeksikan
langsung pada tempat yang dituju
4. indikasi: untuk menganestesi membran mukosa dan jaringan submukosa pada daerah
yang akan dilakukan tindakan, misalnya: pada insisi mukosa atau gingivektomi
5. teknik: jarum ditusukkan pada membran mukosa sedalam jaringan submukosa
kemudian cairan anestesi diinjeksikan perlahan-lahan (gambar 8)
6. gejala subyektif: terasa kebas pada daerah yang dianestesi
Gambar . Infiltrasi lokal dengan teknik submucosal injection pada mukosa bukal rahang atas. Jarum
ditusukkan pada membran mukosa sedalam jaringan submukosa kemudian cairan anestesi
diinjeksikan perlahan-lahan
Gambar 9a. Field Block dengan teknik paraperiosteal injection pada gigi insisif sentral rahang atas kanan (atas)
dan gigi premolar pertama rahang atas kanan (bawah); jarum ditusukkan pada cekungan terdalam pada
mucolabial fold atau mucobuccal fold dengan arah jarum membentuk sudut sedemikian rupa sehingga ujung
jarum akan menyentuh tulang setinggi apeks akar gigi yang bersangkutan.
Gambar 9b. Field block untuk menganestesi gigi molar pertama rahang atas kanan; injeksi dilakukan dua kali
yaitu pada mucobuccal fold apeks gigi premolar kedua rahang atas kanan (kiri) dan mucobuccal fold apeks gigi
molar kedua rahang atas kanan (kanan);
Gambar 9c. Field block untuk menganestesi gigi molar ketiga rahang atas kanan; penderita diminta untuk
sedikit menutup mulutnya dan pipi ditarik ke lateral agar tusukan jarum dapat dilakukan semaksimal mungkin
ke arah medial pada mucobuccal fold apeks gigi molar kedua rahang atas (kanan)
Nasopalatine Nerve Block
1. Saraf yang teranestesi: nervus nasopalatinus yang keluar dari foramen incisivus
2. Daerah yang teranestesi: mukoperiosteum sepertiga anterior palatum durum dan
mukosa palatal gigi-gigi anterior rahang atas
3. Pedoman anatomis: gigi insisif sentral rahang atas dan papilla incisivus
4. indikasi: untuk menganestesi mukosa sepertiga anterior palatum durum di antara kedua
kaninus rahang atas, misalnya: pada pencabutan gigi-gigi anterior rahang atas
5. Teknik: jarum ditusukkan pada batas lateral papilla incisivus sedalam kira-kira 5 mm,
kemudian cairan anestesi diinjeksikan sekitar 0,25 ml dengan perlahan-lahan (gambar
10)
6. Gejala subyektif: terasa kebas pada mukosa palatum bagian anterior apabila dirasakan
dengan lidah
Gambar 10. jarum ditusukkan pada batas lateral papilla incisivus sedalam kira-kira 5 mm, kemudian cairan
anestesi diinjeksikan sekitar 0,25 ml dengan perlahan-lahan
kedua dan ketiga rahang atas sejauh kira-kira 10 mm dari gingival marginal bagian palatal gigi tersebut,
kemudian injeksikan cairan anestesi sebanyak 0,25 sampai 0.5 ml dengan perlahan-lahan
Gambar 12. Infiltrasi lokal dengan teknik submucosal injection pada mukosa bukal rahang bawah (kiri) dan
mukosa alveolaris lingual rahang bawah (kanan), jarum ditusukkan pada membran mukosa sedalam jaringan
submukosa kemudian cairan anestesi diinjeksikan dengan perlahan-lahan
Gambar13. Field Block dengan teknik paraperiosteal injection untuk gigi anterior rahang bawah. Ujung jarum
ditusukkan pada cekungan terdalam mucolabial fold gigi insisif sentral rahang bawah kanan, arah jarum
membentuk sudut sedemikian rupa sehingga ujung jarum akan menyentuh tulang setinggi apeks akar gigi
tersebut
1. saraf yang teranestesi: cabang saraf terminal dari suatu saraf sensorik
2. daerah yang teranestesi: pulpa gigi yang bersangkutan, ligamen periodontal, tulang
alveolaris dan periosteum, dan mukosa gingiva sisi labial
3. pedoman anatomis: letak mahkota gigi dan perkiraan posisi dan panjang akarnya, tulang
alveolaris, mucolabial fold gigi yang bersangkutan
4. indikasi:
a. untuk menganestesi jaringan pulpa sebuah gigi di rahang bawah anterior misalnya:
sebelum tindakan preparasi kavitas gigi, preparasi mahkota gigi, atau ekstirpasi
jaringan pulpa
b. untuk pencabutan sebuah gigi anterior rahang bawah, dalam hal ini perlu
ditambahkan infiltrasi lokal pada mukosa alveolaris sisi lingual untuk menganestesi
gingiva bagian lingual gigi tersebut
5. teknik: jarum ditusukkan pada cekungan terdalam pada mucolabial fold, kemudian
jarum diinsersikan sampai ujung jarum terasa menyentuh tulang setinggi apeks gigi yang
bersangkutan, jarum ditarik sedikit, dilakukan aspirasi, kemudian cairan anestesi lokal
diinjeksikan sebanyak kira-kira 1 ml dengan perlahan-lahan (gambar 13)
6. gejala subyektif: terasa kebas pada daerah yang dianestesi
a. jarum ditarik sedikit, dilakukan aspirasi, kemudian larutan anestesi lokal diinjeksikan
secara perlahan-lahan sebanyak 1,0 – 1,5 ml, setelah selesai jarum ditarik ke luar
dari mukosa dengan perlahan-lahan
b.
6. gejala subyektif: terasa kebas pada bibir bawah dan kulit dagu pada sisi yang sama
Gambar 15. Inferior alveolar nerve block sisi kiri. Untuk melakukan teknik ini pada sisi kiri digunakan ibu jari
kiri untuk meraba coronoid notch dan jarum ditusukkan pada pertengahan ujung ibu jari tersebut, tahap-tahap
selanjutnya dari teknik ini sama seperti pada sisi kanan pada gambar 15 tersebut diatas
Mandibular Anesthesia
Mandibular anesthesia adalah gabungan teknik inferior alveolar nerve block
dan lingual nerve block dalam satu kesatuan prosedur tindakan
1. saraf yang teranestesi: nervus alveolaris inferior dan cabang-cabangnya
yaitu: rami dentalis, nervus mentalis dan nervus incisivus, dan nervus
lingualis beserta cabang- cabangnya
2. daerah yang teranestesi: sama dengan daerah yang teranestesi oleh
teknik inferior alveolar nerve block tersebut di atas, ditambah dengan
daerah yang dilayani oleh nervus lingualis yaitu: dua pertiga anterior
lidah, mukosa dasar mulut, dan mukosa gingiva dan alveolaris sisi lingual
mulai region retromolar sampai dengan linea mediana
3. pedoman anatomis: sama dengan pedoman anatomis pada teknik
inferior alveolar nerve block
4. indikasi: digunakan pada pencabutan gigi-gigi posterior rahang bawah,
perlu ditambah dengan teknik lain untuk menganestesi mukosa gingiva
sisi bukal gigi yang akan dilakukan pencabutan
5. teknik: diawali dengan teknik yang sama dengan teknik inferior alveolar
nerve block, tetapi setelah selesai dilakukan injeksi pada nervus
alveolaris inferior, maka selanjutnya dilakukan lingual nerve block yakni
dengan menarik jarum sejauh kira-kira 10 mm kemudian cairan anestesi
diinjeksikan perlahan-lahan sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi nervus
lingualis, setelah injeksi selesai jarum ditarik keluar dari jaringan dengan
perlahan-lahan (gambar 16)
6. gejala subyektif: rasa kesemutan pada ujung lidah pada sisi yang dianestesi
Gambar 16. Lingual nerve block sebagai bagian dari mandibular anesthesia. Setelah inferior
alveolar nerve block selesai dilakukan maka jarum selanjutnya ditarik sejauh kira-kira 10
mm, kemudian cairan anestesi diinjeksikan perlahan-lahan untuk menganestesi nervus
lingualis