Hana
Iqbal fauzi
Mamtha
Merliana
M. wahyu
Neng intan
Reza. A
Yusifa
Hormat Kami
Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Defenisi
a. Karakteristik gejala
Terdapat dua (atau lebih) dari kriteria di bawah ini, masing-masing
ditemukan secara signifikasn selama periode satu bulan (atau kurang,bila
berhasil ditangani) :
1. Delusi (waham)
2. Halusinasi
3. Pembicaraan yang tidak terorganisasi (misalnya, topiknya sering
menyimpang atau tidak berhubungan )
4. Perilaku yang tidak terorganisai secara luas atau munculnya
perilaku katatonik yang jelas.
5. Gejala negative, yaitu adanya efek yang datar, alogia atau avolisi
(tidak adanya kemauan)
b. Disfungsi social atau pekerjaan
Untuk kurun waktu yang signifikan sejak munculnya onset gangguan,
ketidakberfungsian ini meliputi satu atau lebih fungsi utama seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, yang jelas di
bawah tingkat yang dicapai sebelum onset ( atau jika onset pada masa
anak – anak atau remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa
tingkatan hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang
diharapkan.
c. Durasi
Adanya tanda-tanda gangguan yang terus menerus menetap selama
sekurangnya enam bulan. Pada perioade enam bulan ini, harus termasuk
sekurangnya satu bulan gejala (atau kurang bila berhasil ditangani) yang
memenuhi kriteria A (yaitu fase aktif gajala) dan mungkin termasuk pula
periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau
residual ini, tanda – tanda dari gangguan mungkin hanya dimanifestasikan
oleh gejala negative atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam
kriteria A dalam bentuk yang lemah.
d. Di luar gangguan Skizofrenia dan Gangguan Mood
Gangguan – gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukkan, karena :
1. Tidak ada episode depresif mayor, manik atau episode campuran yang
terjadi secara bersamaan yang terjadi bersama dengan gejala fase
aktif.
2. Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, maka durasi
totalnya akan relatf lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi
periode aktif atau residualnya.
e. Di luar kondisi di bawah pengaruh zat atau kondisi medis umum
Gangguan tidak diseabkan oleh efek fisiologi langsung dari suatu zat
(penyalahgunaan obat, pengaruh medikasi) atau kondisi medis umum.
f. Hubungan dengan perkembangan pervasive
Jika ada riwayat gangguan tambahan skizofrenia dibuat hanya jika
muncul delusi atau halusinasi secara menonjol untuk sekurang – kurang
nya selama satu bulan ( atau kurang jika berhasil ditangani ).
Klasifikasi Perjalanan gangguan jangka panjang (klasifiksai ini
hanya dapat diterapkan setelah sekurang – kurangnya satu tahun atau
lebih, sejak onset awal dari munculnya gejala fase aktif). Episodik dengan
gejala residual interepisode (episode ini dinyatakan dengan munculnya
kembali gejala psikotik yang menonjol ) : Khususnya dengan gejala
negatif yang menonjol.
a. Episodik tunggal dalam remisi parsial : khususnya dengan gejala
negative yang menonjol.
b. Kontinum (ditemukan adanya gejala psikotik yang menonjol di
seluruh periode observasi) ; dengan gejala negative yang menonjol.
c. Episode tunggal dalam remisi parsial: khususnya : dengan gejala
negative yang menonjol.
d. Episode tunggal dalam remisi penuh
e. Pola lain yang tidak ditemukan (tidak spesifik)
a. Skizofrenia Paranoid
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Preokupasi dangan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang
menonjol secara berulang – ulang.
2. Tidak ada yang menonjol dari berbagai keadaan berikut ini :
Pembicaraan yang tidak terorganisasi,perilaku yang tidak terorganisasi
atau katatonik,atau afek yang datar atau tidak sesuai.
b. Skizofrenia Terdisorganisasi
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Pembicaraan yang tidak terorganisasi
2. Perilaku yang tidak terorganisasi.
3. Afek yang datar atau tidak sesui.
4. Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik
c. Skizofrenia Katatonik
1. Gejala Primer
a. Gangguan Proses Pikir
Gangguan efek dan emosi pada skizofrenia berupa adanya kedangkalan afek
dan emosi , misalnya : pasein menjadi acuh- tak acuh terhadap hal – hal yang
penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarga dan masadepannya
serta perasaan halus sudah hilang , hialngnya kemampuan untuk mengadakan
hubungan emosi yang baik terpecah belahnya maka hal-hal yang berlawanan
mungkin terdapat bersama-sama , misalnya: mencintai dan membenci satu
orang yang sama atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama.
c. Gangguan kemampuan
d. Gejala psikomotor
2. Gejala sekunder
a. Waham
Merupakan gejala skizofrenia dimana adanya suatu keyakinan yang salah
pada pasien. Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali tetepi
pasien dalam hal ini di anggap merupakan fakta yang tidak dapat dirubah oleh
siapapun.waham yang sering muncul pada pasien skizofrenia adalah waham
kebesaran, waham kejaran ,waham sendirian ,waham dosa, dan sebagainya
b. Halusinasi
Halusinasi timbul pada pasien tanpa adanya penurunan kesadaran dan
merupakan suatu gejala yang tidak dijumpai pada keadaan lain. Halusinasi
sering muncul pada skizofrenia adalah halusinasi pendengaran,
penciuman,citra rasa (Caplan & Sadock, 2004).
2.1.6 Perjalanan Gangguan dan prognosis Skizofrenia
a. Fase Prodromal
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi
kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh
gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling
sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia.
Awalnya munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu
periode yang sangat panjang yaitu ketika seorang individu mulai menarik
diri secara social dan lingkungannya .
b. Fase aktif gejala
c. Fase Residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat
dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat
menetap dan tidak di sebabkan oleh gangguan afek atau gangguan
penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannya, beberapa pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh
karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kekambuhan.
5. penarikan diri dari lingkungan diri social yang jelas dan egosentrisitas,
tidak adanya bicara/gerakan spontan , tidak adanya prilaku yang di arahkan
tujuan.
7. perasaan prekoks
8. deoresi ( ciripisikosis)
10. penurunan respon sevitas emosional dan emosi yang sangat aktif dan
tidak sesuai , seperti penyerangan yang ekstrem, kegembiraan dan
kecemasan.
a. Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap prilaku dan merukan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan (Denial )
Menyatakan ketidak setujuan terhadap realita dengan mengingkari realitas
tersebut.Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive.
c. Isolasi diri, menarik Diri
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk ,kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan
negative di dalam diri sendiri
d. Intelektualisasi
Pengguanan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalamaan yang mengganggu perasaan
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Farmakotrapi
1. Anti psikotik :
a. Cholopromozamine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anastesi, dan mengalami gejala
emisis untuk gangguan jiwa. Dosis awal : 3x25 Mg, kemudian dapat
ditingkatkan secara optimal dengan dosis tertinggi: 1000Mg/hari secara
Oral.
b. Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri ,
dosisawal : 3x1 mg , dan bertahap dinaikkan sampai 50mg/hari
c. Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikomotik, psikosis, dan anemia .
Dosis awal : 3x0.5mg – 3 mg. Obat anti psikotik merupakan obat terpilih
yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat klien yang
teragitasi parah, harus diberikan obat anti psikotik secara Intramuskular.
Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup
dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dalam kelas lain harus diberikan.
Penyebab kegagalan penyebab pengobatan yang paling sering adalah
ketidakpatuhan klien minum obat .kondisi ini harus diperhitungkan oleh
dokter dan perawat sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya
penyesuaian social, dan bukan hilangnya waham pada klien.
2. Anti parkinson
a) Triheksipenydil (Artene )
Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi
ekstra piramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari.
b) Difehidamin
Dosis yang diberikan :10-400 mg/hari.
3. Anti Depresan
a) Ameitriptylin
Untuk gejala depresi, oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis
yang diberikan : 75 -300 mg/hari.
b) Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis
awal : 25 mg/hari , dosispemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4 . Anti Ansietas
2.2.1 Defenisi
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan memepengaruhi latihan kemampuan
dalam Perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motivasi, kurasakan kognitif atau
perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehinnga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut
Depkes (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial : pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diatebes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan
f. Kebiasaan seseorang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-
lain
g. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
a. Dampak fisik : banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit,
gangguan menbran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial : masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai,kebutuhan harga diri, aktualsasi diri dan gangguan interaksi
sosial
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada insiatif
b. Menarik diri. Isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarangan tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
a. Regresi
Kemunduran akibat sters terhadap perilaku dan merupakan ciri khas
dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana
dan primitif.
c. Isolasi sosial, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik
atau semuanya buruk, kegagalan unutk memadukan nilai-nilai positif
dan negatif didalam diri sendiri
d. Intelektualisasi
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yng tidak dapat
merawat diri sendiri:
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri :
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
2.3.1 Pengakajian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri, dan eliminasi/ toileting ( buang air besar/ buang air kecil) secara
mandiri. (Keliat B. , 2011)
Untuk mengetahui apakah pasien mengalamimasalah defisit perawatan
diri, maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu :
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor,gigi kotor, kulit
berdaki dan berbau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/ berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
4. Ketidakmampuan defekasi/ berkemih, secara mandiri, ditandai dengan
defekasi/ berkemih tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah defekasi/ berkemih. (Keliat B. , 2011)
Nama pasien
:____________
Ruangan :
_______________
Nama perawat :
__________
Petunjuk pengisian :
1. Beri tand (√) jika pasien dan keluarga mampu melakuka kemampuan dibawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian.
No Kemampaun Tanggal
A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya kebersihan
diri
2. Menyebutkn cara membersihkan diri.
3. Mempraktikan cara membersihkan diri
dan memasukkan kedalam jadwal.
4. Menyebutkan cara makan yang baik
5. Mempraktikan cara makan yang baik
dan memasukkakn kedalam jadwal
6. Menyebutkan cara defekasi/ berkemih
yang baik
7. Mempraktikan cara defekasi/ berkemih
yang baik dan memasukkan dalam
jadwal
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikan cara berdandan dan
memasukkan dalam jadwal
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian perawatan
diri dan proses terjadinya masalah
defisit perawatan diri
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri
3. Mempraktkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri
4. Membuat jadwal aktivitas dan minum
obat untuk klien
Kemampuan Perawat
Nama
:_________________
Ruangan :
______________
Nama perawat :
__________
Petunjuk pengisian :
1. Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan
instrumen penilaian kinerja.
2. Nilai tiap penilaian kinerja dimasukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No. Kemampuan Tanggal
A. Pasien
SP I p
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri
3. Membantu pasien
mempraktikan cara
menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien
Memasukkan kebersihan
diri dalamjadawal
kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal
Kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara makan
yang baik
3. Membantu pasien
mempraktikan cara makan
yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan cara makan
yang baik ke dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP II p
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara
eliminasi yang baik
3. Membantu pasien
mempraktikan cara
eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan eliminasi
yang baik ke dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP III p
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara
Berdandan
3. Membantu pasien
Mempraktikan cara
Berdandan
4. Menganjurkan pasien
memasukkan berdandan
ke dalam jadwal kegitan
harian
Nilai SP IV p
B. Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejal defisit
perawatan diri, dan jenis
defisit perawatan diri yang
dialamai pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara
merawat pasien defisit
perawatan diri
Nilai SP I k
Nilai SP II k
1. Melatih keluarga
mempraktikan cara
merawat pasien defisit
perawatan diri
2. Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
defisit perawatan diri
Nilai SP II k
Nilai SP III k
1. Membantu kelurga
membuat jadwal aktivitas
termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up
Pasien
Nilai SP III k
total nilai : SP p + SP k
Rata-rata
Status mental :
1. Penampilan tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan
___________________________________________________________
Masalah keperawatan :
_______________________________________________
Kebutuhan sehari-hari :
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
3. Defekasi/ berkemih
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/ berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan
___________________________________________________________
Masalah keperawatan
________________________________________________
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA