HALUSINASI
Disusun Oleh :
Alena
Adi
Dinda
Icshan
M agung
Nida rahayu
Ratu azizah
Tatu kartika
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
TAHUN 2019/2020
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
makalah yang kami buat ini dapat terselesaikan. Dengan berbagai sumber referensi yang
didapat akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Keperawatan
Kegawatdaruratan Psikiatri”untuk memenuhi tugas Keperawatan Kegawatdaruratan II Tak
lupa pula kami mengucapkan terimakasih pada teman-teman yang telah bekerja sama dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat masih banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan kami, maka kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar belakang4
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter
psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang
mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa didalam
psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan emosional.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Keperawatan Gawat Darurat Psikiatri?
2. Apa saja Faktor penyebab kegawatdaruratan psikiatri?
3. Bagaimana Skala mengukur tingkat kegawatdaruratan ?
4. Apa itu halusinasi ?
4
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi?
C. Tujuan
Mengetahui dan mengerti Asuhan keperawatan gawat daruratan pada pasien
halusinasi
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh
diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan,
serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa
kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum.
Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini.
Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah
penting.
7
jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien,
menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih
lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan,
dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.
Nilai keterangan
1-10 Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persistem dan
parah(misalny akekerasan rekuren) atau ketidakmampuan persistem
untuk mempertahankan kebersihan pribadi yang minimal atau
tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan kematian ang jelas
11-20 Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lan (misalnya
usaha bunuh diri tanpa harapan ynag jelas akan kematian, sering
melakukan kekerasan, kegembiraan manik) atau kadang-kadang
gagal mempertahankan perawatan diri yang minimal (misalnya
mengusap feses) atau gannguan yang jelas dalam komunikasi
(sebagian besar inkoheren atau membisu)
8
Sementara itu, berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang perlu dirawat di
unit perawatan intensif psikiatri adalah pasien dengan masalah keperawatan sebagai
berikut.
1. Perilaku kekerasan.
2. Perilaku bunuh diri.
3. Perubahan sensori persepsi: halusinasi (fase IV).
4. Perubahan proses pikir: waham curiga.
a. Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi pasien
putus zat dan overdosis, seperti perubahan kenyamanan berupa nyeri,
gangguan pola tidur, gangguan pemenuhan nutrisi, gangguan eliminasi
bowel, dan defisit perawatan diri.
D. Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca
indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yangsalah). Menurut Cook
dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsisensorik tentang suatu objek, gambaran
dan pikiran yang sering terjaditanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua systempenginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan
ataupengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalahgangguan
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dariluar yang dapat terjadi
pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saatkesadaran individu itu penuh dan
baik. Maksudnya rangsangan tersebutterjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dariindividu. Dengan kata lain klien berespon terhadap
rangsangan yang tidaknyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan
9
skala RUFA)
prilak Pasien kehilangan PK secar verbal Prilaku sesuai
u kontrol diri, meluka Bicara ,senyum, dan Ekspresi tenang
diri, orang lain dan tertawa sendiri Frekuensi
lingkungan akibat Mengatakan mendengar munculnya
mengikuti isi suara, melihat, mengecap, halusinasi jarang
halusinasinya. mencium, dan atau merasa
PK secar verbal sesuatu yang tidak nyata
Kegiatan fisik yang Sikap curiga dan
merefleksikan isi bermusuhan
halusinasi seperti Frekuensi munculny
amuk, agitasi, hhalusinasi sering
memukul atau
melukai orang ecara
fisik, serta
pengrusakan
terhadap lingkungan
.
Ketiga gejala diatas
ditemukan secara
terus-meners pada
pasien .
Penila Penilaian realitas Mulai dapat membedakan Prilaku sesuai
in Tergangu, pasien yang nyata dan yang tidak Ekspresi tenang
realita tidak bisa nyata Frekuensi
s membedakan yang Kadang-kadang mengalami munculnya
nyata dn yang tidak gangguan berfikir halusinasi jarang
nyata
Halusinasi dianggap
nyata
10
mudah tersinggung. kenyataan
11
akhir yang dilakukan (lihat protap pembatasan gerak dan pengekangan
pasien).
6) Bila memungkinkan, maka bantu pasien mengenal halusinasinya, yaitu
mengidentifikasi jenis halusinasi, isi, frekuensi, situasi, perasaan, dan
tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
7) Mendiskusikan manfaat cara yang digunakan dan jika bermanfaat, maka
beri pujian.
4. Evaluasi
12
Evaluasi respons umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir sif oleh perawat.
Pada pasien halusinasi yang membahayakan diri, orang lain dan lingkungan
evaluasi meliputi respons perilaku dan emosi lebih terkendali yang pasien sudah
tidak mengamuk lagi, masih ada PK verbal, bicara dan tertawa sendiri, sikap
curiga dan bermusuhan, perasaan cemas berat, dan mudah tersinggung. Sementara
itu, persepsi pasien mulai membaik, pasien dapat membedakan hal yang nyata dan
tidak nyata.
5. Rujukan
Hasil jika kondisi tersebut tercapai, perawatan dilanjutkan pada level intensif II.
Jika tidak tercapai, maka pasien tetap berada di perawatan level intensif I.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan alasan pengekangan, tindakan yang dilakukan, respons pasien,
dan alasan penghentian pengekangan.
13
b) Tidak ada barang-barang yang berbahaya atau singkirkan semua benda
yang membahayakan.
c. Kolaborasi
a) Berikan obat-obatan sesuai standar medik atau program terapi pengobatan
dapat berupa suntikan valium 10 mg IM/IV (golongan fenotiazine) dan
suntikan Haloperidol, Serenace atau lodomer 5 mg IM (golongan
butirofenon). Pemberian dapat diulang setiap 6 jam. Selain obat injeksi
diberikan juga obat per oral (golongan fenotiazine) seperti
Chlorpromazine/largactile/promactile, biasanya diberikan 3 × 100 mg.
b) Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
d. Observasi
a) Antisipasi jika pasien kembali mencoba melukai dirinya sendiri atau orang
lain, jelaskan pada pasien tindakan suntikan dan pengekangan gerak
mungkin akan kembali dilakukan untuk melindungi diri pasien jika prilaku
melukai diri muncul kembali.
b) Lakukan observasi setiap 30 menit–1 jam, kaji ulang RUFA setiap sif.
c) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
e. Membantu pasien mengenal halusinasinya.
Mengidentifikasi jenis halusinasi, isi, frekuensi, situasi, perasaan, dan tindakan
yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
f. Mendiskusikan dengan pasien cara untuk memutus/mengontrol halusinasinya
dengan cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain
g. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan halusinasi di
level intensif II.
b. Tindakan keperawatan
Pendidikan kesehatan kepada keluarga yaitu melatih keluarga merawat pasien
meliputi cara berkomunikasi, pemberian obat, pemberian aktivitas kepada
pasien.
4. Evaluasi
Evaluasi respons umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir sif oleh perawat,
meliputi respons perilaku sesuai, ekspresi tenang, pasien sudah mengenal
14
halusinasinya, seperti isi, waktu, frekuensi, situasi, dan kondisi yaang
menimbulkan halusinasi, serta responsnya saat mengalami halusinasi. Pasien
dapat mengontrol halusinasinya dengan dua cara, yaitu menghardik dan bercakap-
cakap dengan orang lain. Berpikir logis, persepsi adekuat, perasaan cemas sedang,
dan emosi sesuai dengan kenyataan.
5. Rujukan
Hasilnya adalah jika kondisi tersebut tercapai, maka perawatan dilanjutkan pada
level intensif III, sedangkan jika tidak tercapai, maka pasien tetap berada di
perawatan level intensif II.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dan respons pasien.
15
c) Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita stimulasi
persepsi.\
d) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara 3 dan 4, yaitu
melakukan aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara
teratur.
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien langsung di level intensif III dan menjadi
sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan keperawatan
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan melatih keluarga untuk
merawat pasien langsung.
4. Evaluasi
Evaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi yang telah diajarkan.
5. Dokumentasi
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa bagian diantaranya ialah bunuh
diri,gaduh atau gelisah dan penyalahgunaan napza. Bunuh diri adalah setiap aktivitas
yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan
Jiwa,2007). Dari pengertian tersebut, kedaruratan psikiatri adalah gangguan pikiran,
perasaan, perilaku dan atau sosial yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
yang membutuhkan tindakan intensif yang segera. Sehingga prinsip dari kedaruratan
psikiatri adalah kondisi darurat dan tindakan intensif yang segera.
B. Saran
Kegawatdaruratan psikiatrik dapat dicegah dengan bebagai cegah dengan
berbagai cara yaitu dengan selalu berfikiran positif akan segala hal , selalu
mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa, menyibukkan diri dengan berbagai
kegiatan yang positif. Dengan begitu kita dapat terhidar dari kegawatdaruratan
psikiatri
17
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati. (2018). Makalah PsikiatrI. Lampung: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes).
Yusuf, A., Fitryasari PK, R., & Endang Nihayati, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
18