Disusun oleh :
Waode Raniati
NIM : 21219084
PEMBIMBING AKADEMIK
Apriyani., S.Kep., Ns., M.Kep
A. Definisi Gastritis
Gastritis adalah peradangan lambung baik lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain (Reeves. J. Charlene, 2016).
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastra yaitu berarti perut / lambung dan it is berarti inflamasi / peradangan,
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemua itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Herdman,
2011).
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut dan kronis (Bararah, T dan Jauhar, 2013).
B. Etiologi Gastritis
Menurut Ehrlich, S.D. (2011) adapun penyebab dari penyakit gastritisa, yaitu:
1. Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri
Helocobakter Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya di mengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori
sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup
jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis (Bararah, T dan Jauhar, 2013).
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada
lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung secara perlahan rusak.2
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan
pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
C. Klasifikasi Gastritis
Menurut Hermawan dan Tutik (2011), Gastritis menurut jenisnya terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut
dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
1. Gastritis Eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari
luar, seperti bahan kimiamisal: lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung).
2. Gastritis Endogen akut
b. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.
Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan
tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan
penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi
produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
G. Manifestasi Klinik
Menurut Padila (2012), adapun manifestasi klinis dari penderita gastritis,
yaitu:
1. Gastritis akut meliputi: ulserasi superficial yang dapat menimbulkan
hemoragi, ketidaknyamanan abdomen (sakit kepala, malaise, mual dan
anoreksia), muntah, cekukan, beberapa pasien asimtomatik, kolik dan
diare dapat terjadi bila makanan pengiritan tidak dimuntahkan tapi
mencapai usus besar. Pasien biasanya sembuh dalam sehari walau nafsu
makan mungkin menurun selama 2-3 hari.
2. Gastritis kronik meliputi: Tipe A (gastritis autoimun) biasanya
asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B12 dan pada gastritis Tipe B
(gastritis H. pylori) pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah
makan, bersendawa, rasa pahit dalam mulut, atau mual dan muntah.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita gastritis
(Hermawan, D & Tutik Rahayuningsih, 2011) , yaitu:
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian
biasanya berdarah dan letaknya tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan
mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa
muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL,
sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000
Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia
megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan
albumin.
8. Gastroscopy.Untuk mengetahui permukaan mukosa
(perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan
mengambil jaringan untuk biopsi.
9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat
ulkus jaringan / cedera.
10. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera
dan kemungkinan isi perdarahan.
11. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
I. Komplikasi Gastritis
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis (Ehrlich, S.D,
2011), yaitu:
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis
yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab
utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-
90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan
endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B12, akibat kurang pencerapan, B12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis
akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor
utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta
Obat-obatan (Rona, dkk, 2011). Namun secara spesifik dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Gastritis Akut
a. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang;
ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan
sukralfat (untuk sitoprotektor).
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
e. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
f. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
g. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi
rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat
seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi
jumlah asam lambung yang diproduksi.
2. Gastritis Kronis
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil.
Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. Pylori.
c. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.
d. Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi
infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari
antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula
bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri,
penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit,
mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas
antibiotik.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) b/d agen cidera biologis
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d agen cidera biologis
3. Intoleransi Aktivitas tirah baring
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian. Adanya keluhan rasa kesemutan pada kaki/
tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
sembuh- sembuh dan berbau , adanya nyeri pada luka.
b. Riwayat kesehatan sekarang Data diambil saat pengkajian berisi
tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum masuk rumah sakit
sampai sudah dirawat dibangsal rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan dahulu Data diambil saat pengkajian pasien tidak
ada riwayat penyakit terdahulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga tidak terdapat
salah satu anggota keluarga yang yang menderita diabetes melitus atau
penyakit keturunan lainnya.
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola promosi kesehatan Kaji adalah riwayat infeksi sebelumnya,
persepsi pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi
anggota keluarganya.
b. Pola nutrisi Kaji pola makan dan minum sehari-hari , jumlah makanan
dan minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan minuman,
frekuensi makan dan minum perhari, nafsu makan menurun atau tidak,
jenis makanan yang disukai ,penurunan berat badan.
c. Pola eliminasi dan pertukaran Kaji pola BAB dan BAK sebelum dan
setelah sakit , mencatat konsistensi, warna, bau, frekeunsi sehari,
konstipasi.
d. Pola aktivitas/ istirahat Kaji reaksi setelah beraktivitas (muncul
keringat dingin/ tidak, kelelahan dan keletihan) , perubahan pola nafas
setelah aktivitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri.
Kaji berapa jam tidur dalam sehari ,kebiasaan tidur siang, gangguan
selama tidur (sering terbangun), nyenyak dan nyaman
e. Pola persepsi kognitif Kaji konsentrasi, daya ingat dan kemampuan
mengetahui penyebab penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri Kaji aadalah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakit yang diderita.
g. Pola hubungan peran Kaji hubungan antar keluarga, interaksi dan
komunikasi.
h. Pola seksualitas.
i. Pola koping/toleransi stres Kaji pengendalian emosi, kecemasan yang
muncul tanpa alasan yang jelas, takut terhadap penyakitnya.
j. Pola prinsip hidup Kaji pengambilan keputusan dalam keluarga,
gnagguan beribadah salam, kataatan berdoa dan beribadah
k. Pola keamanan/perlindungan Kaji adanya cedera fisik, resiko jatuh,
suhu tubuh hipertermi/hipotermi
l. Pola kenyamanan Kaji ada kelihan nyeri/tidak, mual, muntah
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan,
berat badan dan tanda tanda vital.
b. Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kdang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kemerahan bekas luka
post operasi, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar operasi,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
d. Sistem pernafasan Tidak ada sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
e. Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah
atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi dan aritmia.
f. Sistem pencernaan Terdapat poliphagia, polidipsia, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen.
g. Sistem perkemihan Poliuria, retensi urine, inkontinensia unrie, rasa
panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, adanya ganggren di ektremitas
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensori, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
disorientasi.
K. Asuhan keperawatan
NO Dx. Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Nyeri Akut NOC: NIC :
Batasan karakteristik Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri 1. Informasi data dasar untuk
1. Ekspresi wajah nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
mengevaluasi kebutuhan atau
2. Fokus menyempit misal keperawatan selama …. Pasien tidak secara komprehensif termasuk
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: lokasi, karakteristik, durasi, keefektifan intervensi
interaksi dengan orang dan
lingkungan Kriteria Awal Tujuan frekuensi, kualitas dan faktor 2. Menunjukkan skala nyeri
3. Keluhan tentang karakteristik presipitasi
Mengenali kapan 3. Untuk mengetahui
nyeri 5 2. Observasi adanya petunjuk
nyeri pengalaman nyeri
4. Mengekspresikan perilaku non-verbal
Menggunakan
5. perilaku distraksi tindakan 5 3. Gunakan strategi komunikasi 4. Untuk dapat menurunkan dan
6. sikap melindungi area nyeri pencegahan terapeutik untuk mengetahui
memperberat nyeri
7. focus pada diri sendiri Menggunakan apa pengalaman nyeri
yang terkait 4. Gali bersama pasien faktor- 5. Untuk memberikan
faktor yang berhubungan 5
dengan gejala faktor yang dapat menurunkan dan pengetahuan pasien tentang
1. agen cedera biologis
nyeri memperberat nyeri
(misalnya infeksi, iskemia, Panjang episode nyeri
neoplasma) 5 5. Berikan informasi mengenai
nyeri 6. Untuk mengurangi nyeri
2. agen cedera fisik( misalnya nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
Ekspresi wajah
5 lama nyeri akan dirasakan, dan secara non farmakologi
abses, amputasi,luka bakar, nyeri
terpotong, mwngangkat berat, Indikator antisipasi dari ketidaknyamanan 7. Nyeri dapat terjadi
prosedur bedah, trauma, 1. Gangguan ekstrem akibat prosedur
peningkatan TTV
olahraga berlebihan) 2. Berat 6. Ajarkan penggunaan teknik
3. Sedang non farmakologi Ajarkan metode 8. Untuk menurunkan nyeri
3. agen cedera kimiawi (misal
luka bakar, kapsainsin, 4. Ringan farmakologi untuk menurunkan 9. Untuk mengatasi nyeri
mitelen klorida, agen 5. Tidak ada gangguan nyeri
mustard) 7. Monitor TTV
8. Anjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat untuk
menurunkan nyeri
9. Kolaborasi dalam pemberian
obat analgesik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: NIC :
dari kebutuhan tubuh berhubungan Status nutrisi Monitor Nutrisi
dengan kurang asupan makanan Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor mual dan muntah 1. Untuk memantau output klien
Batasan karakteristik: keperawatan selama ….. jam, klien
1. Berat badan 20 % atau lebih menunjukkan perbaikan nutrisi, dengan 2. Monitor turgor kulit 2. Untuk mengetahui tanda-
dibawah rentan berat badan kriteria hasil: 3. Monitor masukan makanan klien tanda kekurangan cairan dan
ideal
4. Monitor jaringan konjungtiva nutrisi
2. Bising usus hiperaktif
3. Diare Indikator : Kriteria 5. Tujuan
Awal Monitor BB klien 3. Memberikan informasi status
4. Kelemahan otot untuk 1. 6. Monitor pucat, kemerahan dan gizi klien
menelan Gangguan Intake nutrisi 5
kekeringan 4. Untuk mengetahui apakah
5. Kesalahan informasi
Kelemahan 5 kekurangan cairan atau tidak
6. Ketidakmampuan memakan
makanan 5. Penurunan BB merupakan
Tonus Otot 5
7. Kurang minat pada makanan hubungan yang penting
8. Membran mukosa pucat Berat badan ideal 5
9. Penurunan berat badan apakah klien terjadi
ekstrem
Faktor yang berhubungan 2. Berat penurunan status gizi
1. Asupan diet kurang 3. Sedang 6. Untuk mengetahui keadaan
Populasi beresiko 4. Ringan status gizi klien
1. Faktor biologis 5. Tidak ada gangguan
2. Faktor ekonomi
Kondisi Terkait
1. Gangguan psikososial
2. Ketidakmampuan makanan
3. Ketidakmampuan mencerna
makanan
4. Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
5. Kurang asupan makanan
Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
IOWA Intervention Project: Mosby
Rona, dkk. 2011. Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada
Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC).
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Tribhuwana Tunggadewi, Malang.