Anda di halaman 1dari 18

Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis

RONGGO ARDI RAMADAN 1


Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC)
menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat seperti baterai,
panel surya / solar cell menjadi AC. Beberapa tahun belakangan ini perkembangan di dunia
elektronika mengalami kemajuan pesat, semua itu di dasari oleh kemajuan pendidikan yang
ada selama ini. Seiring dengan keadaan yang semakin maju terutama dalam dunia
Elektronika, pasti membutuhkan sumber arus untuk menjalankan alat-alat elektronika
tersebut.
Dalam hal ini sumber arus dari PLN saja terkadang tidak memadai, terutama pada
desa-desa tertinggal yang tidak dapat menggunakan sumber arus dari PLN. Oleh karena itu,
hal ini dapat di atasi dengan membuat suatu alat yang yang dapat mengantikan sumber arus
dari PLN tersebut. Maka dengan itu penulis membuat suatu rangkaian elektronika yang
menghasilkan tegangan AC yang dinamakan “Rangkaian Inverter DC ke AC”.
Perkembangan barang – barang elektronika sangat pesat, Beberapa perangkat
pendukung mengalami perkembangan, alat – alat elektronika yang semakin beragam. Salah
satu sistem elektronika yang kita kenal adalah inverter yang berfungsi mengubah tegangan
DC 12V menjadi tegangan 220 AC 50Hz.
Inverter ini sangat berfungsi sebagai penyedia listrik cadangan baik di kendaraan
maupun dirumah, sebagai emergency power saat aliran listrik rumah padam. Selain itu di
masa mendatang, inverter DC to AC akan memegan peranan penting dalam mengubah energi
DC dari sumber energi terbarukan sel surya menjadi energi listrik AC yang kita gunakan
sehari-hari.
Dalam aplikasinya, inverter ini dapat digunakan pada perangkat rumah tangga,
komputer, peralatan pertukangan, pompa air, kipas angin, sistem suplai energi pada rumah di
daerah terpencil dan berbagai barang elektronik lainnya. Alat ini terutama pada perangkat
rumah tangga sangat banyak digunakan terutama pada saat listrik padam dan pada sumber
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 2
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

energi DC yang dihasilkan oleh sel surya. Kita membutuhkan sumber AC untuk digunakan
pada lampu dan sistem elektronika lainnya.

B. Tujuan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk merancang dan membangun sebuah perangkat
inverter 12V DC to 220V AC dengan frekuensi 50Hz dan gelombang keluaran yang
dihasilkan berupa gelombang sinusoidal.

C. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari pengerjaan tugas akhir ini adalah dipergunakan sebagai
pemanfaatan energy yang sangat baik.

D. Batasan Masalah
Batasan masalah pada tugas akhir ini yaitu perancangan dan membangun sebuah
perangkat inverter 12V DC to 220 AC dengan frekuensi 50Hz dan gelombang keluaran yang
dihasilkan berupa gelombang sinusoidal.

E. Metodologi

Adapun beberapa tahapan metodelogi dalam pembuatan aplikasi ini antara lain :

1. Metode pustaka, yaitu dengan cara melakukan pemahaman kepustakaan yang


berhubungan dengan pembuatan alat inverter secara umum.
2. Metode browsing, yaitu dengan mencari data dari internet yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi.
3. Metode perancangan, yaitu dengan mendesain alat inverter dan tampilan kotak alat
tersebut.
4. Metode Pengujian, yaitu dengan melakukan pengujian apakah alat tersebut dapat
bekerja sesuai yang diharapkan.
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 3
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Laporan Proyek Akhir ini dapat disusun dengan sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, permasalahan, maksud dan tujuan, batasan
masalah dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TEORI INVERTER
Pada Bab ini berisi tentang konsep yang mendasari prinsip inverter, Inverter adalah
rangkaian yang mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Atau lebih tepatnya inverter
memindahkan tegangan dari sumber daya DC ke beban AC. Inverter digunakan pada aplikasi
seperti adjustable-speed AC motor drives, uninterruptible power supplies (UPS), dan aplikasi
AC yang dijalankan dari aki.
BAB III PERANCANGAN SISTEM
Merupakan penjelasan pembuatan rancangan sistem inverter. Inverter ini akan
mengubah keluaran gelombang kotak menjadi gelombang sinusoidal dengan menambahkan
low pass filter(LPF) sebelum rangkaian drivernya.
BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi pembahasan dan data-data dari pembuatan inverter serta pengujian rangkaian
inverter.
BAB V PENUTUP
Berisikan beberapa kesimpulan dari dasar-dasar sistem dan perancangan sistem.
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 4
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB II

TEORI INVERTER

A. Inverter dan Prinsip Kerjanya


Inverter adalah rangkaian yang mengubah DC menjadi AC. Atau lebih tepatnya
inverter memindahkan tegangan dari sumber DC ke beban AC. Sumber tegangan inverter
dapat berupa batteray, solar panel, aki kering dan sumber tegangan DC lainya. Sedangkan
keluaran dari inverter adalah tegangan AC 220v atau 120v, dan frekuensi output 50Hz atau
60Hz.
Pada dasarnya inverter adalah alat yang membuat tegangan bolak-balik dari tegangan
searah dengan cara pembentukan gelombang tegangan. Namun gelombang yang terbentuk
dari inverter tidak berbentuk gelombang sinusoida, melainkan gelombang persegi.
Pembentukan tegangan AC tersebut dilakukan dengan menggunakan dua buah pasang saklar.
Berikut ini adalah gambar yang menerangkan prinsip kerja inverter dalam pembentukan
gelombang tegangan persegi.

Gambar 2.1 Prinsip Dasar Inverter

Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti


ditunjukkan pada diatas. Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran
arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka
akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri. Inverter biasanya
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 5
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation – PWM) dalam proses
conversi tegangan DC menjadi tegangan AC.

Pembentukkan gelombang saklar dapat dilihat dari gambar berikut:

S1, S4 ON

S2, S3 ON

Gambar 2.2 Bentuk Gelombang Tegangan

B. Full-Bridge Converter Theory


Full bridge converter adalah rangkaian teori dasar yang digunakan untuk mengubah
DC ke AC. Full bridge converter mempunyai pasangan saklar (S1,S2) dan (S3,S4). Keluaran
AC didapatkan dari masukan DC dengan membuka dan menutup saklar-saklar pada urutan
yang tepat. Tegangan keluaran Vo bisa berupa + Vdc, -Vdc, atau nol, tergantung pada saklar
yang mana tertutup.
Rangkaian ekivalen kombinasi saklar full bridge converter diperlihatkan pada
Gambar 2.3. Sebagai catatan bahwa S1 dan S4 tidak boleh menutup pada saat yang
bersamaan, begitu juga dengan S2 dan S3, yang akan menyebabkan terjadinya short circuit
pada sumber DC. Saklar yang nyata tidak bisa on atau off secara seketika. Berikut tegangan
keluaran pada table berikut:

Gambar 2.0 Tabel Teori Konverter

Saklar tertutup Tegangan keluaran (V0)

S1 dan S2 +Vdc
S3 dan S4 -Vdc
S1 dan S3 0
S2 dan S4 0
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 6
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

C. Jenis Inverter Berdasarkan Gelombang yang Dihasilkan


Berdasarkan gelombang keluaran yang dihasilkan, inverter dapat dibagi menjadi 3
macam yaitu square wave, modified sine wave, dan pure sine wave.
1. Square Wave
Inverter ini adalah yang paling sederhana. Walaupu inverter jenis ini dapat
menghasilkan tegangan 220 VAC, 50 Hz namun kualitasnya sangat buruk. Sehingga dapat
digunakan pada beberapa alat listrik saja. Hal ini disebabkan karena karakteristik output
inverter ini adalah memiliki level ‘’total harmonic distortion’’ yang tinggi. Mungkin karena
alas an itu inverter ini disebut ‘’dirty power supply’’.

Gambar 2.3 Output Square Wane

2. Modified Sine Wave


Modified Sine Wave disebut juga ‘’Modified Square Wave’’ atau ‘’Quasy Sine
Wave’’ karena gelombang modified sine wave hamper sama dengan square wave, namun
pada modified sine wave outputnya menyentuh titik 0 untuk beberapa saat sebelum pindah ke
positif atau negatif. Selain itu karena modified sine wave mempunyai harmonic distortion
yang lebih sedikit disbanding square wave maka dapat dipakai untuk beberapa alat listrik
seperti computer, tv, lampu namun tidak bias untuk beban-beban yang lebih sensitive.

Gambar 2.4 Output Modified Sine Wave


Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 7
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3 Pure Sine Wave


Pure Sine Wave atau true sine wave merupakan gelombang inverter yang hampir
menyerupai (bahkan lebih baik dibandingkan dengan gelombang sinusoida sempurna pada
jaringan listrik dalam hal ini PLN. Dengan total harmonic distortion (THD) < 3% sehingga
cocok untuk semua alat elektronik. Olen sebab itu inverter ibi juga disebut ‘’ clean power
supply’’. Teknologi yang digunakan inverter jenis ini umumnya disebut pulse width
modulation (PWM) yang dapat mengubah tegangan DC menjadi AC dengan bentuk
gelombang yang hamper sama dengan gelombang sinusoida.

Gambar 2.5 Output Pure Sine Wave

D. IC CD 4047
Untuk menghasilkan sebuah gelombang kotak digunakan sebuah IC CD 4047 yang
merupakan sebuah Multivibrator astabil. Multivibrator astabil merupakan sebuah rangkaian-
dua-kondisi (two-state system) yang tidak memiliki kestabilan di kedua kondisinya,
maksudnya, output dari rangkaian ini selalu berubah-ubah kondisinya secara periodik. Dalam
satu periode, outputnya dapat berubah dari kondisi HIGH ke kondisi LOW secara kontinu
dan terus menerus sehingga menghasilkan suatu deretan pulsa (pulse train). Deretan pulsa
yang dihasilkan nilainya konstan dan periodik sehingga dapat digunakan sebagai clock. IC
CD 4047 memiliki 2 jalur output pulsa yang saling komplemen. Penguat – Penguat ini
berfungsi menguatkan pulsa dari multivibrator IC CD 4047 yang kemudian digunakan
sebagai sinyal input bagian trigger. Penguat sinyal pada inverter ini menggunakan penguat
operasional(Op-Amp) IC LM 324. Driver inverter bagian ini berfungsi untuk memberikan
sinyal driver ke bagian power inverter. Rangkaian ini dibangun menggunakan transistor tipe
C 1061 dan 2N3055 yang dirangkai secara paralel. Berikut ini gambar Multivibrator astabil
IC CD 4047 dan pin IC CD 4047.
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 8
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 2.6 Multivibrator astabil IC CD 4047

Gambar 2.7 Konfigurasi pin IC CD 4047

Untuk membalikkan fasa digunakan IC CD 4047, IC ini merupakan gerbang logika


NOT yang berfungsi melakukan inversi (pembalikan) terhadap inputnya. Gerbang logika ini
menerima masukan berupa gelombang persegi dan menghasilkan keluaran berupa gelombang
persegi yang fasanya berbeda sebesar 180 derajat terhadap gelombang inputnya.

E. Dioda Zener
Pada dasarnya diode zener adalah diode biasa yang mempunyai tegangan zener
(break down) yang kecil. Dirancang untuk digunakan sebagai regulator tegangan. Selalu
dioperasikan pada daerah reversepada tegangan dadalnya atau teganganzenernya (VZ).

Gambar 2.8 Karakteristik Dioda


Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 9
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 2.9 Kaki Dioda

F. Transistor SCR
Silicon controlled rectifier (SCR) atau thyristor merupakan device semikonduktor yang
mempunyai perilaku cenderung tetap on setelah diaktifkan dan cenderung tetap off setelah
dimatikan (bersifat histeresis) dan biasa digunakan sebagai saklar elektronik, protektor, dan
lain sebagainya. Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan prinsip kerja
dasar dari Silicon controlled rectifier (SCR), sebaiknya kita tahu terlebih dulu tentang definisi
dari dioda shockley. Karena SCR itu sendiri memang device yang dikembangkan dari sebuah
dioda shockley, yaitu dioda yang terdiri dari empatlapisan bahan semikonduktor, atau yang
juga biasa disebut sebagai dioda PNPN.
Perkembangan dioda shockley menjadi SCR sebenarnya dicapai hanya dengan
menambahsuatu tambahan kecil yang tidak lebih dari sambungan kawat ketiga yang diberi
nama “gate”dari struktur PNPN yang telah ada. untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
dibawah ini.

Gambar 2.10 Perkembangan dioda shockley menjadi SCR


Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 10
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 2.11 Simbol Skematik dan Diagram Skematik dari SCR

Jika sebuah gate dari SCR dibiarkan mengambang atau tidak terhubung (terputus),
maka SCR akan berperilaku sama persis seperti dioda shockley. Seperti halnya dioda
shockley, SCR juga akan aktif dan mengunci (latch) saat diberikan tegangan breakover antara
katoda dan anoda. Untuk mematikan kembali SCR dapat dilakukan dengan cara mengurangi
arus sampai salah satu dari transistor internal tersebut jatuh dan berada dalam mode cutoff ,
dan perilaku SCR yang seperti ini juga seperti dioda shockley. Lalu sekarang coba kita bahas
tentang kawat atau terminal gate yang menjadi perbedaan dari kedua perangkat ini. Kita tahu
kalau terminal gate SCR terhubung langsung ke basis transistor yang lebih rendah, itu berarti
terminal gate ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengaktifkan SCR (latch up).
Dengan memberikan tegangan yang kecil antara gate dan katoda, transistor yang bawah atau
transistor yang lebih rendah akan dipaksa ON oleh arus basis yang dihasilkan, hal ini akan
menyebabkan arus basis transistor atas mengalir dan transistor atas akan aktif dan
menghantarkan arus basis untuk transistor yang bawah (tidak dibutuhkan lagi pasokan
tegangan dari terminal gate), sehingga kini kedua transistor saling menjaga agar tetap aktif
atau saling mengunci (latch). Arus yang diperlukan gate untuk memulai latch up tentu saja
jauh lebih rendah daripada arus yang melalui SCR dari katoda ke anoda, sehingga SCR tidak
perlu mencapai penguatan.
Cara yang paling umum digunakan dan dianggap aman untuk mengaktifkan SCR
adalah dengan memberikan tegangan pada terminal gate, dan cara atau metode seperti ini
disebut dengan “memicu” (triggering). Bahkan dalam penggunaannya SCR biasanya sengaja
dibuat atau dipilih dengan tegangan breakover yang jauh lebih besar melampaui tegangan
terbesar yang diperkirakan akan dialami oleh sumber listrik. Sehingga SCR hanya bisa
diaktifkan dengan pulsa tegangan yang diterapkan ke terminal gate, bukan dengan tegangan
breakover.
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 11
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Perlu dikatakan bahwa SCR terkadang bisa dimatikan secara langsung dengan
menjumper atau mengkorsletkan terminal gate dan katoda, yang disebut dengan “reverse
triggering”, dimana gate dengan tegangan negatif (mengacu pada katoda), sehingga transistor
yang lebih rendah atau dibawah dipaksa cutoff. Saya mengatakan ini kadang-kadang karena
cara ini mungkin akan melibatkan semua arus kolektor dari transistor atas yang melewati
basis transistor yang dibawah. Dan arus ini mungkin sangat substansial sehingga membuat
triggered shut off dari SCR begitu sulit. Dan sebuah thyristor Gate-Turn-Off (GTO) yang
merupakan variasi dari SCR yang akan mampu mempermudah tugas ini. akan tetapi bahkan
dengan sebuah GTO sekalipun, arus gate yang dibutuhkan untuk mematikannya mungkin
sebanyak 20% dari arus anoda (beban). Simbol skematik dari GTO ditunjukkan oleh gambar
ilustrasi dibawah ini.

Gambar 2.12 GTO

SCR dan GTO mempunyai skema yang sama yaitu dua transistor yang terhubung
secara positif-dengan mode feedback atau berbalikan. Satu-satunya perbedaan dari rancangan
konstruksi adalah untuk memberikan transistor NPN sebuah β yang lebih besar dari PNP. Hal
ini memungkinkan arus gate yang lebih kecil (forward atau reverse) untuk mengerahkan
tingkat kontrol yang lebih besar atas konduksi dari katoda ke anoda. Dalam keadaan terkunci
(latch), transistor PNP menjadi lebih tergantung pada NPN bukan sebaliknya. Thyristor Gate-
Turn-Off juga dikenal dengan nama Gate-controlled switch (GCS).

Pengetesan fungsi dasar SCR, atau mengidentifikasi terminal dapat dilakukan


dengan ohmmeter. Karena koneksi internal antara gate dan katoda adalah PN junction
tunggal, alat ukur harus menunjukkkan adanya sambungan atau koneksi antara terminal-
terminal ini saat probe merah dihubungkan ke gate dan probe hitam pada katoda. Seperti
gambar dibawah ini.
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 12
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 2.13 Pengetesan SCR

Dan SCR akan menunjukkan terminal terbuka atau tak terhingga (OL jika pada
display multimeter digital) saat pengukuran dilakukan pada sambungan-sambungan yang
lain. Perlu dipahami bahwa tes ini sangat kasar dan bukan merupakan penilaian yang
komprehensif dari SCR. Hal ini dilakukan untuk memberikan indikasi tahanan SCR masih
baik atau sudah rusak. Dan satu-satunya cara untuk menguji SCR yang lebih mendalam
adalah dengan arus beban.

A. Low Pas Filter (LPF) Orde 2


Low pass filter (tapis lolos-rendah atau LPF) adalah suatu rangkaian yang
meneruskan sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi dibawah frekuensi transisinya, dan
melemahkan sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi diatas frekuensi transisinya.
Frekuensi transisi (frekuensi cut-off) dari sebuah LPF adalah suatu frekuensi
dimana respon gain dari LPF tersebut turun menjadi 70,7% dari gain maksimumnya. Dengan
kata lain, gain (H(ω)) dari LPF tersebut bernilai 1/√2 atau 0,707. Pada frekuensi cut-off,
energi yang didisipasi pada rangkaian bernilai setengah dari energi maksimumnya.
Optimasi-optimasi yang dapat dilakukan sejauh ini terhadap respon gain dan
frekuensi dari sebuah LPF salah satunya adalah dengan arsitektur Sallen-Key filer orde dua.
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 13
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 2.14 Sallen-Key low pass filter

Gain dari Sallen-Key LPF dapat ditentukan dengan membandingkan tegangan


output dengan tegangan inputnya, sehingga diperoleh sebuah fungsi alih.

H sLPFK
2

 f  f 
 jQ 1
 fC fC

Sinyal akan mengalami pelemahan yang besarnya sebanding dengan kuadrat rasio
frekuensi. Persamaan inilah yang mendeskripsikan karakter LPF yang sebenarnya. Sementara
itu, fungsi alih dari rangkaian LPF pada gambar 2.5 adalah sebagai berikut.

Vout K
=H (s) =
Vin  R1R2C1C 2 s R1C1 R2C1 R1C 2(1 K )1

Dengan membandingkan persamaan 2.1 dengan persamaan 2.2 akan


diperoleh:

s j2 f
fC

K R4
R3

Untuk mempermudah desain dan mempersingkat persamaan 2.2, maka


kita dapat membuat nilai R1=R2=R dan C1=C2=C, sehingga diperoleh:
fC
2Rc
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 14
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Q
3-K

H. Rangkaian Penguat Sinusoidal 50Hz


1. Konfigurasi Collector Feedback (Umpan-balik Kolektor)

Gambar 2.15 Penguat umpan-balik kolektor

Gambar 3.0 menunjukkan sebuah rangkaian penguat yang menggunakan


umpan-balik dari kolektornya. Untuk dapat menentukan besarnya penguatan tegangan
(Av) dari rangkaian ini, perlu dilakukan analisa small-signal menggunakan
permodelan re seperti pada Gambar 3.1 berikut:

I. Power Factor

Gambar 2.16 Power Factor

Power Factor (PF) adalah nilai cos dari sudut antara daya semu dan aktif. Daya
aktif adalah daya yang dikonsumsi oleh beban resistif, seperti lampu pijar. Daya aktif
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 15
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

memiliki satuan Watt. Daya reaktif adalah daya yang dikonsumsi beban induktif dan
kapasitif. Daya reaktif memiliki satuan Var. Sedangkan akumulasi dari daya keduanya adalah
VA. Pada gambar 3.0 di atas, daya semu adalah bidang miring yang berwarna biru.
Sedangkan daya aktif digambarkan dengan bidang horizontal berwarna hijau. Daya reaktif
yang vertical berwarna merah.
Rumus daya semu adalah perkalian antara tegangan dan arus dari hasil
pengukuran.
S = V.I

Dimana:
S = Daya Semu (VA)
V = Tegangan AC (Volt)
I = Arus (Ampere)
Sedangkan rumus daya aktif adalah perkalian tegangan dan arus hasil
pengukuran dikali factor daya.

P = V.I.cos ᵩ

Dimana:
P = Daya Aktif (Watt)
V = Tegangan AC (Volt)
I = Arus AC (Ampere)

ᵩ = Sudut Faktor Daya

J. Transformator
Transformator (trafo) merupakan sebuah komponen pasif yang berfungsi untuk
mengubah nilai tegangan bolak-balik pada kumparan primernya menjadi lebih besar atau lebh
kecil pada kumparan sekundernya. Suatu trafo tidak dapat bekerja jika kumparan primernya

dihubungkan ke sumber tegangan DC. Perbandingan tegangan dan arus pada kumparan
primer dan sekunder
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 16
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

a = Np/Ns= Vp/Vs= Is/Ip

Trafo yang paling banyak digunakan saat ini adalah trafo yang memiliki centre-
tap (CT) atau titik tengah. CT dapat terletak di sisi primer maupun di sisi sekunder. Besar
tegangan di ujung-ujung kumparan terhadap CT adalah sama besar.

Gambar 2.17 Transformarmator


Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 17
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Inverter DC Ke AC 500 Watt Dengan Pengisian Otomatis
RONGGO ARDI RAMADAN 18
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai