Kelompok 8 - Fathur Rachman - SK 2
Kelompok 8 - Fathur Rachman - SK 2
SKENARIO 2
“Perut Mulas”
CIREBON
2020
Skenario 2
“Perut Mules”
STEP 1
1. Leopold : Pemeriksaan palpasi untuk mengetahui posisi janin. Leopold terbagi atas 4
tahap.
2. Intrapartum : Proses janin turun kedalm jalan lahir.
3. Partograf : Alat bantu untuk memantau kala persalinan dan keputusan klinik.
STEP 2
1. Mengapa pasien mengalami mulas, beserta perut kencang, dan mengeluarkan darah?
2. Bagaimana cara pemeriksaan Leopold? Beserta interpretasi nya
3. Bagaimana proses persalinan normal?
4. Bagaimana derajat patograf dan kapan digunakannya? Dan bagaimana pengisian
patograf?
5. Apa saja tanda-tanda dari persalinan?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan?
STEP 3
1. Pasien mengalami mulas, beserta perut kencang, dan mengeluarkan darah karena
kontraksi. Kontraksi dipengaruhi Hormon (progestron, estrogen, eksitokin). Dimana
seharusnya hormon ini di dalam tubuh seimbang.
Lendir karena efek hormon progesteron, pergerakan serviks yang menyebabkan
keluarnya lendir.
2. Leopold 1 -> untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan mengidentifikasi bagian janin
yang terdapat di fundus uteri. Interpretasi bisa bokong atau kepala.
Leopold 2 -> untuk mengetahui bagian kanan dan kiri janin Interpretasinya bisa
punggung atau ekstremitas.
Leopold 3 -> untuk mengetahui bagian apa yang di bawah
Leopold 4 -> untuk menentukan sudah masuk ke pintu atas tunggal. Interpretasinya
divergen dan konvergen
Tahap pemeriksaan : tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi, kedudukan tangan dapat
diatas kepala atau membujur disamping badan, kaki di tekuk sedikit sehingga dinding
perut lemas, bagian perut dibuka seluruhnya, pada pemeriksaan leopold 1 menghadap
muka penderita, sedangkan leopold 2-4 menghadap ke kaki
3. Persalinan : bayi dan plasenta keluar dari perut ibu. (harus mencapai cukup bulan)
Persalinan terjadi spontan. Berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan dilihat tidak adanya
komplikasi pada ibu dan janin.
Fase persalinan ada 3.
1). Pematangan uterus dan pergerakan serviks
2). Perdarahan endometrium
3). Menggunakan kala 1-3. Kala 1 ada 2 fase, Kala 2 7movement, kala 3 nya observasi
-Engagement
-Disense
-Fleksi
-Rotasi interna
-Ekstensi
-Rotasi eksterna
-Ekspulsi
4. Pencatatan di partograf
-Kondisi Bayi (DJJ, warna dan air ketuban, molase tulang kepala, kemajuan persalinan
seperti pembukaan serviks dan turunnya janin)
Patograf boleh digunakan pada fase aktif. Patograf dibagi menjadi 3. Pertama memantau
kesejahteraan si janin, kedua menilai persalinan, dan ketiga memantau kesejahteraan si
ibu.
STEP IV
MIND MAP
PERSALINAN
Faktor2 yg
mempengaruhipersalin
an
Pemeriksaan
Obstetric
Mekanisme
persalinan
Tanda-tanda
persalinan
Leopold !-!V
Partograf
STEP 5
1. Pemeriksaan Obstetric
2. Proses persalinan normal dikaitkan dengan fisiologi dan biokimia (Kala I-IV)
3. Proses peran Fetus dalam persalinan dikaitkan dengan fisiologis dan biokimia
REFLEKSI DIRI
Alhamdulillah PBL pertemuan pertama berjalan dengan cukup baik, semoga pertemuan
selanjutnya bisa lebih baik lagi.
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Pemeriksaan Obstetri
A. Anamnesis
Identitas pasien
a. Nama, alamat, usia pasien dan suami pasien
b. Pendidikan, pekerjaan pasien atau suami pasien
c. Agama, sukubangsa, pasien dan suami pasien
Anamnesa obstetric
a. Kehamilan yang ke...
b. Hari pertama haid terakhir
c. Riwayat obstetri:
- Usia kehamilan : (abortus, preterm, aterm, posterm).
- Proses persalinan vang lalu (spontan, tindakan..penolong)
- Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
- Keadaan bayi (jenis kelamin, berat badan, usia anak ).
- Pada primigravida: Lama kawin, pernikahan yang ke berapa.
Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung berapa tahun.
Anamnesa tambahan
Anamnesa lanjutan dari keluhan utama yang dikembang kan sesuai
dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil /
buang air besar, kebiasaan merokok dan minum alkohol, hewan piaraan,
konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama kehamilan).
B. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Kesan umum (Nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus,
kesadaran, komunikasi personal.
2) Tinggi dan berat badan
3) Tekanan darah, frekuensi denyut nadı, frekuensi perrafasan, suhu tubuh.
4) Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
C. Pemeriksaan Fisik Khusus Obstetri
1. Inspeksi
Chloasma gravidarum.
Keadaan kelenjar thyroid.
Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerak janin).
Keadaan vulva dan perineum.
2. Palpasi
1. Perkenalkan diri.
2. Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi.
3. Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi.
4. Pemeriksaan LEOPOLD : Leopold I s/d III, pemeriksaan dilakukan dengan
berdiri di kanan ibu dan menghadap kemuka ibu, pemeriksaan Leopold IV
pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap ke kaki ibu.
Leopold I
- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak FU.
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
- Rasakan dan tentukan bagian janin yang berada pada bagian fundus uteri
(bokong atau kepala atau kosong) untuk menentukan letak janin.
Leopold II
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah
sudah terjadi engagemen atau belum.
Leopold IV
Mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis dengan puncak fundus uteri
digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan antara 20-32 minggu. Metode
pengukuran ini cukup rasional dalam memperkirakan pertumbuhan dan perkembangan
janin sehingga berguna dalam identifikasi terjadinya "large for date "atau "small for
date".
Kehamilan 20 minggu. TFU setinggi pusat dan hasil pengukuran jarak antara FU
dan SP ± 20 cm. Setiap minggu pertumbuhan uterus kira-kira 1 cm sehingga pada
kehamilan 28 minggu, jarak antara FU - SP = 28 cm ± 2 cm dan pada kehamilan 32
minggu jarak antara FU - SP = 32 cm ± 2 cm.
Vaginal Toucher
Dalam persalinan frekuensi BJA dihitung sebelum, selana dan setelah kontraksi
uterus untuk memperkirakan keschatan janin dan scbagai alternatif dari pemantauan
detak jantung janin elektronik (CFHM - continous fetal heart rate monitoring ) secara
berkelanjutan.
- Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urina lisis serta protein urine).
- Pemeriksaan laboratorium khusus.
- Pemeriksaan ultrasonografi.
- Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
2. Proses Persalinan
Persalinan normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala
tanpa memakai alat - alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi,
dan umumnya berlangsung dalam rentang waktu kurang dari 24 jam. Pada persalinan
terjadi suatu proses dimana kontraksi uterus menghasilkan penipisan dan dilatasi
serviks dan usaha meneran untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Bila perkiraan umur
gestasional akurat, persalinan umumnya dimulai dalam 280 hari (40 minggu setelah
hari pertama menstruasi terakhir). Namun hanya 3 - 5% ibu yang melahirkan sesuai
perkiraan tanggal persalinannya, maka perkiraan persalinan disajikan dalam bentuk
rentang waktu . Persalinan lama didefiniskan sebagai persalinan yang melebihi 24 jam
pada primigravida dan 16 jam pada multigravida. Definisi ini dikaitkan dengan
persalinan yang melebihi waktu ini memiliki angka morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi yang tinggi.
Persiapan fisiologis persalinan
Sebelum onset persalinan yang sesungguhnya, beberapa persiapan fisiologis
umumnya terjadi. Masuknya kepala janin ke pelvis, yang dikenal sebagai lightening,
umumnya terjadi sebelum persalinan dimulai pada kehamilan pertama. Pada wanita
yang pernah melahirkan sebelumnya, lightening tidak terjadi sebelum onset persalinan.
Secara klinis, ibu hamil mungkin mengetahui adanya pendataran pada abdomen bagian
atas dan peningkatan tekanan pelvis. Penurunan janin seringkali bersamaan dengan
rasa tidak enak akibat peregangan organ abdominal dibawah diafragma (heartburn,
sesak nafas), sedangkan rasa tidak nyaman pelvis disertai pula dengan peningkatan
buang air kecil.
Selama 4 - 8 minggu kehamilan, terdapat kontraksi tidak teratur, tidak nyeri
yang terjadi dengan frekuensi lambat, dinamakan kontraksi Braxton Hicks, yang
mungkin lebih sering terjadi, kadang setiap 10 - 20 menit, dan dengan peningkatan
intensitas selama minggu terakhir kehamilan. Ketika kontraksi ini terjadi pada
trimester tiga kehamilan, kontraksi ini harus dibedakan dengan persalinan preterm.
Kemudian, kontraksi ini dapat dikenal sebagai persalinan palsu, yang diketahui dengan
respon serviks yang tidak adekuat selama kontraksi.
Selama beberapa hari hingga beberapa minggu sebelum onset persalinan,
serviks melunak, menipis dan berdilatasi. Pada banyak kasus, ketika persalinan terjadi,
serviks sudah berdilatasi 1 - 3 cm. Peristiwa ini lebih sering terjadi pada wanita
multipara, dan serviks yang lebih keras dan tertutup terdapat pada wanita nulipara.
Dengan penipisan serviks, mucous plug di kanalis serviks dapat terlepas. Ketika
peristiwa ini terjadi, onset persalinan dikenali dengan keluarnya sejumlah kecil mukus
disertai darah dari vagina yang dinamakan bloody show.
Pada persalinan, ibu hamil biasanya menyadari kontraksi yang terjadi selama
kala I persalinan. Intensitas nyeri bergantung pada hubungan janin - pelvis; kualitas
dan kekuatan kontraksi uterus; dan status emosi dan fisik ibu hamil. Beberapa ibu
hamil tidak mengalami rasa sakit selama kala satu persalinan. Dengan mulainya
persalinan, beberapa ibu hamil mengalami nyeri punggung ringan yang menjalar ke
perut bagian bawah. Tiap kontraksi dimulai dengan intesitas yang meningkat ringan,
dan rasa tidak nyaman mengikuti puncak kontraksi. Dilatasi jalan lahir bawah dan
distensi perineum selama kala II persalinan hampir selalu menimbulkan rasa nyeri
Sebelum suatu persalinan yang sebenarnya terjadi, terdapat beberapa fenomena
yang menunjukkan bahwa tidak lama lagi true labor akan segera terjadi. Fenomena-
fenomena tersebut adalah :
a) Lightening, perasaan subyektif si ibu yang terjadi karena bagian bawah janin sudah
lebih mapan dalam SBR dan pelvis. Ibu akan merasakan janin turun dan sesak nafas
yang dirasakannya akan berkurang, tetapi timbul rasa sakit pinggang dan sering
kencing serta lebih sulit untuk bepergian. Hal ini terjadi pada 2-3 minggu sebelum
aterm.
b) Engagement adalah perasaan masuknya kepala ke dalam panggul. Pada primigravida
terjadi 2-3 minggu sebelum aterm. Lightening berbeda dengan engagement meskipun
keduanya dapat berlangsung bersamaan.
c) Sekresi vagina bersamaan.
d) Berat badan turun.
e) Bloody show yaitu keluarnya lender bercampur darah melalui serviks.
f) Serviks menjadi lunak dan mendatar
g) Sakit pinggang yang terus-terusan
h) Ada gejala fals labor yang kemudian akan diikuti dengan true labor.1
A. Kala I
Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebakan perubahan pada serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap. Kala 1 terdiri dari :
a. Fase Laten
Dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4cm, kontraksi mulai
teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, his tidak terlalu kuat. Fase ini terjadi
selama 8 jam.
b. Fase aktif
Dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau
lebih. Terjadi pembukaan 4cm hingga lengkap. Fase aktif terbagi mennjadi:
1) fase akselerasi lamanya 2 jam dengan pembukaan 3 menjadi 4 cm.
2) fase dilatasi 9 maksimal lamanya 2 jam dengan pembukaan 4 menjadi 9 cm.
3) fase deselerasi lamanya 2 jam pembukaan dari 9 sampai pembukaan lengkap.
berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks sudah mulai membuka atau
mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh kapiler yang ada di dinding serviks
yang pecah akibat pembukaan serviks.
Dalam observasi :
a) His perlu dinilai, frekuensi, durasi dan kekuatannya
b) DJJ perlu dinilai: frekuensi maksimal, minimal, normal (144-160 kali per menit).
Sekarang observasi DJJ dilakukan dengan stetoskop monoaural Laenec, sudah ada
doppler bahkan CTG (cardio toco graft).
B. Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap tampak bagian
kepala janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat
kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perinium terlihat menonjol, vulva
dan springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan, karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan
tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka,
perinium membuka, perinium 10 meregang. Dengan adanya his ibu dan dipimpin
untuk mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu : eklamsi, kegawatdaruratan
janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan
lama, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri,
tanda-tanda lilitan tali pusat.
Teori inisiasi persalinan
Sampai sekarang sebab apa yang memulai terjadinya persalinan belum diketahui
secara pasti. Namun beberapa teori telah dikemukakan yaitu prostagiandin. Zat ini
dibentuk dari asam aracnoid yang dengan biosintesis prostagiandin menjadi PGE 2.
Dengan kontraksi. yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan ukuran janin rata-
rata, sebagian besar oksiput yang berada pada posisi posterior berotasi sempurna
segera setelah mencapai dasar pelvis, dan proses persalinan tidak memanjang secara
bermakna. Namun, pada sekitar 5 sampai 10 persen kasus, rotasi dapat tidak sempurna
atau tidak terjadi sama sekali, terutama jika ukuran janin besar. Kontraksi yang buruk,
fleksi kepala yang salah, atau analgesia epidural, yang mengbilangkan tekanan
muskular abdomen dan merelaksasikan otot-otot dasar pelvis, dapat menjadi
predisposisi terjadinya rotasi inkomplet. Jika rotasi tidak komplet, dapat terjadi
transverse arrest. Jika tidak terjadi rotasi ke arah simfisis pubis, oksiput dapat tetap
berada dalam posisi oksiput posterior langsung, suatu kondisi yang dikenal sebagai
oksiput posterior persisten. Baik oksiput posterior persisten dan transverse arrest
menunjukkan deviasi dari mekanisme persalinan normal.
Penatalaksanaan Kala II
a) Kekuatan pada kala II adalah his dan hejan perut. Pasien disuruh mengejan kalau
hanya ada his supaya lebih efisien dan tidak kelelahan.
b) Bila kepala sudah membuka pintu, pengeluaran jangan terlalu cepat. Bila oksiput janin
sudah keluar di bawah symphisis, ekstensi kepala di atur dengan perasat Ridgen agar
tidak terlalu cepat karena bila terlalu cepat dapat merobek perineum. Tangan kanan
operator memegang perineum dengan bantalan kain steril, jari-jari di belakang anus
ibu. Ekstensi kepala diatur dengan menekan muka bayi ke arah simphisis, sedangkan
tangan yang lain mengontrol kecepatan lahirnya kepala.
c) Episiotomy dilakukan pada wanita primigravida atau pada wanita yang kaku
perineumnya. Dilakukan pada saat kepala tampak dengan diameter 3-4 cm di introitus.
d) Setelah kepala lahir, ia ditahan sambil mengadakan putar paksi luar.
e) Muka diusap dengan kain steril, lendir di hidung, rongga mulut dan tenggorokan
dihisap dengan halus.
f) Bila terdapat lilitan tali pusat, segera kendorkan, klem atau dipotong.
g) Bahu dilahirkan dengan cara kepala dipegang pada kedua os parietal, atau tangan satu
di muka dan tangan lain dioksiput. Kepala ditekan ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, lalu diangkat untuk melahirkan bahu belakang. Perlu ditekankan bahwa
operator hanya menekan dan mengangkat kepala untuk memudahkan lahirnya bahu. Ia
tidak boleh melakukan tarikan ke atas karena dapat merusak plektus brachialis.
Kekuatan yang mendorong keluarnya janin selain tenaga dari si ibu juga dengan
bantuan dorongan ringan tangan asistem dari arah fundus.
h) Bila bahu telah lahir dengan mangait pada ketiak janin, badan dan kedua tungkai dapat
dikeluarkan dengan mudah.
i) Usahakan resusitasi di lanjutkan, sementara operator memotong tali pusat caranya :
klem di dua tempat kira-kira dengan jarak 10 cm kemudian potong tali pusat diantara
kedua klem tersebut. 1
C. Kala III
Segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitudo yang kira-kira sama
tingginya, hanya frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil
sehingga perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya
plasenta dari dinding uterus ini dapat dimulai dari (1) tengah (sentral menurut
Schultze); (2) pinggir (marginal Mathew - Duncan); (3) kombinasi 1 dan 2.Yang
terbanyak ialah yang menurut Schultze. Umumnya kala III berlangsung selama 6
sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
Penatalaksanaan kala III
Kandungan kencing harus segera dikosongkan setelah janin keluar. Pada kala
III terjadi dua proses penting yaitu lepasnya plasenta dari dinding uterus dan keluarnya
plasenta. Tanda-tanda plasenta telah lepas:
a) Keluar darah syor dari vagina
b) Tali pusat memanjang
c) Uterus menjadi globuler dan teraba lebih keras.
d) Pada saat plasenta memasuki vagina, fundus uteri meninggi
e) Perasat Kutzner : tali pusat ditegangkan, fundus uteri diketok. Bila terasa getaran pada
tali pusat, plasenta belum lepas dan sebaiknya berarti plasenta telah lepas.
f) Perasat Dtrassman: tali pusat ditegangkan, fundus uteri diketok. Bila terasa getaran
pada tali pusat, plasenta belum lepasdan sebaiknya berarti plasenta plasenta telah
lepas.
g) Perasat klien : ibu disuruh mengejan supaya tali pusat turun. Bila setelah mengejan,
tali pusat masuk lagi berarti plasenta belum lepas.
Mekanisme lepasnya plasenta ada 2 :
a) Mekanisme Duncan yaitu lepas dari tepi
b) Mekanisme Schuitze yaitu lepas dari tengah.
Kedua cara tersebut tidak memiliki kepentingan medis yang berarti teknik
pengeluaran plasenta yang baik adalah dengan menggunakan perasat Brandt Andrews
yaitu setelah terdapat tanda-tanda terlepasnya plasenta, tali pusat ditarik pelan-pelan
sambil tangan lain menekan korpus uterus ke atas di atas symphisis. Kemudian
tekanlah ke arah dorsal supaya plasenta terdorong ke kaudal dan fundus ke cranial.
Sementara tarikan tali pusat tetap dilakukan. Segera setelah plasenta lahir, uterus harus
segera dipalpasi untuk melihat apakah kontraksinya baik atau tidak. Dengan
melakukan message ringan kontraksi uterus biasanya kembali baik. Bila kontraksi
uterus jelek, dapat dilakukan dengan pemberian metilergonovinmaleat 0,2 mg im atau
iv.
Perasat crede yaitu dengan dorongan pada fundus uteri. Akan tetapi cara ini
sudah banyak ditinggalkan karena dapat menyebabkan inversion uteri. Setelah
plasenta lahir, harus diperiksa apakah kotiledon dan selaput ketuban lengkap apa tidak.
Bila tidak dapat menimbulkan perdarahan yang baik. Dalam hal ini perlu dilakukan
eksplorasi kavum uteri secara manual. Indikasi eksplorasi secara manual adalah:
a) Bila plasenta dicurigai tidak lengkap keluar semua
b) Setelah persalinan traumatik (Forseps, versi ekstraksi, dll)
c) Bila terjadi perdarahan postpartum
d) Bila dicurigai ada kelainan kongenital.
Perdarahan kala III
Jumlah darah yang keluar setelah janin lahir rata-rata berkisar 200-400 ml. bila
lebih dari 500 ml dapat dianggap perdarahan patologis dan dikenakan dengan
perdarahan postpartum. Sebab terbanyak timbulnya perdarahan postpartum adalah
atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa-sisa plasenta. Kelainan pembekuan darah juga
bisa sebagai kausa tetapi jarang. Penderita dengan atonia uteri disebut dengan potential
bleeders yang meliputi: partus lama grandemultipara, hidramnion, kehamilan ganda,
anemia, hamil dengan mioma uteri, persalinan dengan pacuan dan lain-lain. Pada
keadaan-keadaan ini perlu diberikan uterotonika profilaksi berupa 2,5 unit oksitosin
pada saat kepala membuka pintu dan 0,2 mg metal ergonovin segera setelah plasenta
lahir. Lebih bagus lagi bila pasien sudah dalam keadaan diinfus dan tersedia
persediaan darah bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
D. Kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 2 jam, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan
melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan. 2
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai dua jam
pertama setelah melahirkan. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus
sampai uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan
rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu
juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa dalam
uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.
Jalan lahir (Passage)
Jalan lahir memang peranan penting di dalam proses persalinan. Kondisi jalan
lahir juga menentukan tindakan yang harus diambil oleh dokter atau bidan penolong
persalinan. Apabila jalan lahir tidak memungkinkan untuk dilewati bayi,maka operasi
caesar menjadi pilihan yang dapat diambil untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin.
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir keras berupa pelvis atau panggul dan jalan
lahir lunak berupa serviks uteri, vagina, introitus vagina dan vulva. Variasi bentuk
pelvis harus benar-benar dimengerti oleh dokter penolong persalinan. Menurut
Caldwell dan Molley, ada 4 tipe pelvis manusia yaitu : android, Ginekoid, antropoid,
dan platipelloid.
a. Android
Pelvis android berbentuk hampir segitiga, panjang diameter anteroposterior
hampir sama dengan diameter transversal. Akan tetapi diameter ini agak mendekati
sakrum sehingga bagian belakang akan pendek dan gepeng, sedangkan depannya
menyempit ke muka. Tipe pelvis ini banyak terdapat pada laki-laki.
b. Ginekoid
Bentuk pelvis hampir bulat, panjang diameter AP hampir sama dengan
diameter transversal. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling umum pada wanita
sesuai perannya untuk melahirkan anak.
c. Antropoid
Panjang diameter AP lebih panjang daripada diameter transversal. Bentuk
pintu atas panggul agak lonjong seperti telur.
d. Platipelloid
Tipe ini bisa untuk jalan lahir pervagina. Segmen dorsal panggul lebih luas
sehingga janin selalu berada di belakang dan tidak bisa ke arah depan (persisten pada
posisi oksitoposterior). Secara fungsional, pelvis dibagi menjadi pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut
juga sebagai false pelvis. Sedangkan dalam ilmu kebidanan yang dimaksud dengan
pelvis adalah pelvis minor, yaitu pelvis yang terletakdi bawah linea terminalis. Pelvis
minor terdiri atas pintu atas panggul PAP (inlet), pintu tengah panggul PTP
(midpelvis) dan pintu bawah panggul PBP (outlet).
a) Pintu atas panggul : pintu atas panggul merupakan bidang yang terletak miring
o
membentuk sudut 55 dengan bidang horizontal. Sudut ini disebut inklinasi
pelvis,semakin kecil inklinasi pelvis prognosis persalinan makin jelek.
(batas belakang). Ukuran yang penting pada PTP adalah diameter interspinosum (jarak
antara kedua spina ischiadika) sebesar 10,5 cm dan diameter anteroposterior 12 cm.
c) Pintu bawah panggul : pintu bawahpanggul dibatasi oleh tepi bawah symphisis pubis
(batas depan), tuber isciadicum (batas lateral) dan artikulasiosakrokoksigea (batas
belakang). Ukuran yang paling dalam PBP adalah diameter anteroposterior (11,5-12
cm) dan diameter intertuberosum (10,5-11cm).
d) Panggul sempit : suatu panggul dikatakan sempit apabila berada dibawah ukuran-
ukuran berikut:
1) PAP : diameter transversal < 11 cm,
2) Diameter AP< 10 cm,
3) Konjugata diagnalis < 11,5 cm.
4) DIT + Diameter sagital posterior < 15 cm.
Pelvis yang berada dibatas nilai di atas disebut sebagai borderline pelvic
contraction. Akan tetapi parameter yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
suatu persalinan dapat dilakukan pervagina atau tidak bukan hanya ukuran-ukuran
panggul tersebut, melainkan juga imbangan atau proporsi antara kepala janin dengan
panggul. Ketidak seimbangan proporsi antara kepala janin dengan panggul ibu ini
disebut sebagai disproporsi kepala panggul.
e) Pengukuran panggul. Pengukuran panggul dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
klinik obstetrik dan rontgenologik. Secara klinik dapat dilakukan dengan periksa
dalam (toucher). Hal yang penting dalam periksa dalam ini adalah menentukan
imbangan atau proporsi antara kepala janin dengan ukuran panggul.
Faktor yang mempengaruhi persalinan :
a. Presentation
Janin dengan presentasi belakang kepala (presbelkep) paling sesuai dalam proses
persalinan normal. Hal ini sangat berbeda dengan janin presentasi:
1) Puncak kepala, petunjuk ubun-ubun besar (UUB)
2) Dahi, petunjuk glabella
3) Muka, petunjuk dagu
4) Belakang, petunjuk sakrum
b. Powers
Kekuatan dalam proses persalinan normal adalah his (pada kala I, sampai awal
kala II) dan dilanjutkan dengan hejan (ngeden-Jawa red) perut ibu. His dan hejan perut
: tenaga pendorong His. Pada saat mendekati true labor akan terjadi kontraksi uterus
yang makin lama semakin sering dan semakin kuat.
His adalah kontraksi uterus sedangkan hejan perut adalah usaha untuk
mengeluarkan bayi dengan cara mengejan. Dalam bahasa inggris, hejan perut disebut
dengan istilah bearing down effort, voluntery effort atau pushing down effort. Selama
dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas, uterus mengadakan kontraksi tetapi
frekuensi dan intensinya berbeda-beda. Kontraksi uterus ini disebut dengan his. Dalam
arti khusus,his berarti kontraksi uterus pada saat persalinan. Tonus miometrium pada
saat istirahat 5-10 mm Hg. Pada awal kala I, kekuatan tonus his kira-kira 20-30 mm
Hg dengan jumlah kontraksi 1 kali dalam 10 menit. Pada akhir kala I atau pada kala II,
jumlah kontraksi 3-4 kali dalam 10 menit dengan kekuatan 50-60Tidak mm Hg. Hasil
perkalian antara frekuensi dengan kekuatan his ini disebut Unit Montevideo. Pada
akhir kehamilan biasanya terjadi kontraksi uterus yang belum teratur, juga spasme
dinding abdomen, usus dan kandung kencing, yang semuanya menimbulkan sensasi
sakit. Gejala-gejala ini disebut dengan fals labor.
Sifat-sifat his yang baik adalah sebagai berikut : teratur, makin lama makin
sering, makin kuat dan makin lama durasinya, ada dominasi fundus dan menghasilkan
pembukaan serviks dan atau penurunan kepala. Dengan adanya his maka terjadilah
perubahan-perubahan pada serviks berupa pendataran dan pembukaan. Selama
kehamilan, isthmus uteri berfungsi sebagai segmen bawah rahim – SBR (lower)
bagian yang aktif. dalam keadaan normal, OUL anatomikum menjadi cincin retraksi
yang sifatnya fisiologis. Dalam keadaan tertentu, cincin ini dapat terus meninggi
sampai sekitar atau di atas pusat. Keadaan ini disebut sebagai cincin retraksi patologis
(cincin Bandl), dan uterus dalam keadaan iminen untuk ruptur. Pengawasan his yang
baik dengan menggunakan CTG. Karena selain dapat merekam juga dapat memonitor
DJJ.
Hejan perut adalah tenaga mengejan yang didasari oleh si ibu. Hejan perut
berfungsi pada kala II untuk mengeluarkan janin.mengejan ini sangat bagus bila
dilakukan bersamaan dengan his, dengan mulut tertutup setelah mengambil nafas
dalam-dalam, tidak terputus-putus dan dilakukan seperti orang kesulitan defekasi.
Setelah pembukaan serviks lengkap, tenaga yang paling pnting untuk mendorong
keluarnya janin adalah kekuatan yang berasal dari kontraksi otot-otot perut(tenaga
intraabdominal/hejan perut) walaupun kekuatan mengejan ini sangat penting dalam
persalinan, tetapi justru tidak bermanfaat bila dilakukan pada saat serviks belum
membuka sempurna. Tenaga mengejan ini diperlukan pada saat kala II. Bila mengejan
sudah dilakukan mulai kala I justru akan mengakibatkan kelelahan ibu dan edema
serviks. Akibatnya pada saat kala II si ibu sudah kehabisan tenaga untuk mengeluarkan
janin, sehingga dapat terjadi kemacetan pengeluaran janin
c. Passenger
Di depan telah disebutkan bahwa ukuran kepala janin sangat menentukan
ukuran tubuh janin. Tulang-tulang kepala janin pada waktu melewati jalan lahir keras
bisa memperkecil ukurannya dengan molding. Selain itu sutura sangitalis bisa
mengadakan sinclitisme atau asinclitisme, maksudnya adalah agar kepala janin bisa
menyesuaikan dengan sumbu panjang panggul.
d. Psyche
Kesiapan untuk ibu hamil memasuki persalinan sangat dibutuhkan. Ketenangan
dan percaya diri sangat mmbantu lancar/tidaknya proses persalinan. dalam obstetri
sampai saat ini dikenal : Tensmind > Tenscervix > Tenslabo.
Steroid-steroid Seks
a. Estrogen dan Progesteron
Progesteron sangat penting untuk pemeliharaan kehamilan dini, dan hilangnya
progesteron akan mengakibatkan berakhirnya kehamilan. Progesteron menyebabkan
hiperpolarisasi miometrium, mengurangi amplitudo potensial aksi dan mencegah
kontraksi efektif. Progesteron mengurangi reseptor-reseptor adrenergik alfa,
menstimulasi produksi cAMP, dan menghambat sintesis reseptor oksitosin.
Progesteron juga menghambat sintesis reseptor estrogen, membantu penyimpanan
prekursor prostaglandin di desidua dan membran janin, dan menstabilkan lisosom-
lisosom yang mengandung enzim-enzim pembentuk prostaglandin.
Estrogen merupakan lawan progesteron untuk efek-efek ini dan mungkin
memiliki peran independen dalam pematangan serviks uteri dan membantu
kontraktilitas uterus. Jadi rasio estrogen : progesteron mungkin merupakan suatu
parameter penting. Jadi untuk sebagian individu, suatu penurunan kadar progesteron
ataupun peningkatan estrogen dapat memulai persalinan. Telah dibuktikan bahwa
suatu peningkatan rasio estrogen : progesteron meningkatkan jumlah reseptor oksitosin
dan celah batas miometrium ini dapat menjelaskan kontraksi efektif terkoordinasi yang
mencirikan persalinan sejati.
b. Oksitosin
Oksitosin adalah suatu hormon peptida yang diprosuksi oleh hipofisis
posterior. Dan dibebaskan dalam darah dari hipofisis posterior pada stimulasi saraf
oleh hipotalamus. Oksitosin menjalankan fungsinya melalui jalur IP3/Ca2+/DAG.
Sebagai stimulan otot uterus yang kuat. Oksitosin berperan kunci dalam kemajuan
persalinan. Infus oksitosin sering diberikan untuk menginduksi ataupun membantu
persalinan. Kadar oksitosin ibu maupun janin keduanya meningkat spontan selama
persalinan, namun tidak satupun yang dengan yakin dapat dibuktikan meningkat
sebelum persalinan dimulai.
c. Prostaglandin
Prostaglandin F2 yang diberikan intra-amnion ataupun intravena merupakan
suatu abortifum yang efektif pada kehamilan sedini 14 minggu. Pemberian
prostaglandin F2 pervagina akan merangsang persalinan pada kebanyakan wanita
hamil trimester ketiga. Amnion dan korion mengandung asam arakidonat dalam kadar
tinggi, dan desidua mengandung sintetase prostaglandin yang aktif. Prostaglandin
hampir pasti terlibat dalam pemeliharaan proses setelah persalinan dimulai.
d. Katekolamin
Katekolamin dengan aktivitas adrenergik menyebabkan kontraksi uterus,
sementara adrenergik menghambat persalinan. Progesteron meningkatkan rasio
reseptor beta terhadap reseptor alfa di miometrium, dengan demikian memudahkan
berlanjutnya kehamilan.
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta : EGC :2014.
2. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
3. Anwar, M. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2017.
4. Cunningham, et.al. Obstetri Williams. Edisi 23 Vol.1. Jakarta: EGC; 2018.