Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN FORMALIN PADA IKAN CAKALANG


DI PASAR LOKAL KOTA TERNATE

Di Susun Oleh

IRWAN MAKARUNGGALA

04131611035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan cukup besar dengan
garis pantai (81.000,00 km) yang terpanjang kedua di dunia setelah Kanada,
memiliki lebih kurang 17.508 pulau dan luas perairan sekitar 5,80 juta km2.
Sumberdaya perikanan pelagis merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang
mempunyai peranan sangat penting terhadap perekonomian nasional karena
potensi sumberdayanya yang berlimpah. Di Indonesia sumberdaya perikanan
pelagis kecil merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah
dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari
berbagai kalangan. Penyebaran ikan pelagis merata di seluruh perairan Indonesia.
Jenis ikan pelagis yang banyak ditangkap di perairan adalah ikan spesies Lemuru
(Sardinella longiceps), Tongkol (Euthynnus spp), Layang (Decapterus spp),
Kembung (Rastrelinger sp), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan jenis ikan pelagis
lainnya. Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi potensial yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin sulit. Peningkatan
pertumbuhan manusia tidak sebanding dengan peningkatan sumber daya alam
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini mendorong sektor
perikanan untuk meningkatkan hasil tangkapannya. Indonesia merupakan negara
perairan yang masih memiliki kendala dalam bidang penangkapan ikan. Salah satu
kendala yang dihadapi oleh nelayan-nelayan Indonesia adalah keterbatasan
pengetahuan dalam penentuan posisi penangkapan yang efisien atau daerah
penangkapan ikan yang potensial.

Salah satu jenis sumberdaya ikan laut, yang mempunyai nilai ekonomis
penting dan mempunyai prospek yang baik adalah ikan cakalang. Potensi ikan
pelagis besar di wilayah pengelolaan perikanan (WPP 4) yaitu di Selat Makassar
dan Laut Flores sebesar 193,60 (103 ton/tahun) dan produksinya sebesar 85,10
(103 ton/tahun), dengan tingkat pemanfaatan sebesar 43,96 %. Teknologi
penangkapan yang umum digunakan di Indonesia untuk memanfaatkan potensi
sumberdaya ikan cakalang adalah purse seine dan pancing ( pole and line, pancing
tonda, pancing ulur dan long line). Potensi produksi ikan tangkap di Provinsi
Sulawesi Selatan mencapai 900 ribu ton.

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.) tergolong sumberdaya perikanan


pelagis penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor nir-migas. Ikan
cakalang terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama di Bagian Timur
Indonesia. Kegiatan penangkapan ikan tuna termasuk cakalang telah berkembang
di perairan Indonesia, khususnya perairan timur Indonesia sejak awal tahun 1970-
an. Penangkapan cakalang di Indonesia dilakukan dengan menggunakan huhate
(pole and line), pancing tonda (troll line), pukat cincin (purse seine), jaring insang,
dan payang. Penangkapan cakalang tertinggi terdapat di Sulawesi Utara dan
Sulawesi Selatan dengan menggunakan huhate dan pancing tonda. Peningkatan
produksi ikan cakalang di perairan masih dapat ditingkatkan, apabila operasi
penangkapannya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Salah satu
caranya ialah dengan mengetahui musim tangkap ikan, sehingga dapat dilakukan
persiapan yang lebih baik untuk melakukan operasi penangkapan yang lebih
terarah.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Bagaimana cara identifikasi formalin pada ikan cakalang?
2. Bagaimana bahaya formalin pada ikan cakalang?
3. Bagaimana menentukan ikan cakalang yang segar?
1.3 Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui cara identifikasi formalin pada ikan cakalang
2. Untuk mengetahui bahaya formalin pada ikan cakalang
3. Untuk mengetahui ikan cakalang yang segar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Formalin


Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama
lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formaldehyde, dan Formalith.(Astawan,Made,2006). Berat Molekul Formalin
adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini
memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang
dimilikinya sangat aktif,dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada
pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2010).

Rumus bangun formalin:

H C

2.2 Penggunaan Formalin


Penggunaan formalin antara lain sebagai pembunuh kuman
sehinggadigunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal,
pembasmi lalat dan serangga lainnya, bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna,
cermin kaca dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk
pengeras lapisan gelatin dan kertas, bahan pembentuk pupuk berupa urea, bahan
pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku,
pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan untuk isolasi busa, bahan perekat
untuk produk kayu lapis (playwood), dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1
% ) digunakan sebagai pengawet, pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet (Harmita, 2010).

2.3 Penggunaan formalin yang salah


Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan.
Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah
produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang
salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak
bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin
misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran.
Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin.

2.4 Ciri-ciri produk pangan yang mengandung formalin


Seperti telah dipaparkan di muka, bahwa terdapat sejumlah produk
yangsecara sengaja ditambahkan formalin sebagai pengawet. Untuk
memastikanapakah sebuah produk pangan mengandung formalin atau tidak
memangdibutuhkan uji laboratorium. Kita sebaiknya berhati-hati bila menjumpai
produkpangan yang mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Tahu
Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah
hancur/rusak/busuk sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius)
dan bertahanlebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius),
terlampau

keras, namun tidak padat, bau agak mengengat.

2.5 Efek Mengonsumsi Formalin dalam Jangka Pendek

a. Jika terkena mata, maka akan terjadi iritasi, gatal dan penglihatan
kabur.

b. Jika tertelan maka dapat menimbulkan kerusakan hati, jantung,


otak,
limpa, ginjal, dll.

c. Jika terhirup maka dapat menyebabkan iritasi pada hidung,


tenggorokan,batuk, diare dan gangguan paru- paru/ pernafasan.
d. Gangguan menstruasi dan kemandulan pada perempuan
e.       Luka pada ginjal, gangguan pernafasan, daya ingat terganggu,
sul      it tidur hingga kanker otak.
f. Jika bersentuhan dengan kulit dapat menyebabkan panas, mati rasa
hingga radang kulit.

2.6 Bahaya Formalin


Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan
tertelan.Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : Luka baker pada kulit, Iritasi
pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia Dampak
formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat (1) Akut : efek pada kesehatan
manusia langsung terlihat : sepert iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual,
muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. (2)Kronik : efek pada kesehatan
manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang :
iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal,
pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat
menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi
akumulasi formalin dalam tubuh.(3) Apabila terhirup dalam jangka waktu lama
maka akan menimbulkan sakit kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang
selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru
Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head dan
kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut,
tenggorokan, paru dan otak Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata
sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatalgatal, penglihatan kabur, dan
mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka formalin
dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada
lensa mata(4) Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar,
sakitmenelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak
sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal (Endah,2013).

2.7 Sample Makanan Yang Mengandung Formalin


Berikut adalah sample dari beberapa makanan yang mengandung formalin:
1. Bakso yang menggunakan formalin memiliki kekenyalan khas
yangberbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
2. Kerupuk yang mengandung formalin kalau digoreng akan
mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.
3. Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang
berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat
khas formalin.
4. Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga
lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan
berbau menyengat khas formalin.
5. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25
derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak
mengkilap.
2.8 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) atau skipjack tuna
menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin 1984) :

Phylum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Sub Ordo : Scombroidea

Famili : Scombroidae

Sub Famili : Thunninae

Genus : Katsuwonus

Species : Katsuwonus pelamis

Gambar 1. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulat atau memanjang dan garis
lateral. Ciri khas dari ikan cakalang memiliki 4-6 garis berwarna hitam yang
memanjang di samping bagian tubuh. Ikan cakalang pada umumnya
mempunyaiberat sekitar 0,5 – 11,5 kg serta panjang sekitar 30-80 cm. Ikan
cakalang mempunyai ciri-ciri khusus yaitu tubuhnya mempunyai bentuk
menyerupai torpedo (fusiform), bulat dan memanjang, serta mempunyaigill rakers
(tapis insang) sekitar 53-63 buah. Ikan cakalang memiliki dua sirippunggung yang
letaknya terpisah. Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jarikeras, pada
sirip punggung perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi(keel) yang
sangat kuat diantara dua rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masingsisi dan
sirip ekor (Matsumoto et al 1984).

2.9      Tingkat Kesegaran Ikan Cakalang


Ikan mempunyai kesegaran maksimal apabila sifat-sifatnya mendekati
dengan ikan hidup baik rupa, bau, cita rasa, maupun teksturnya apabil penanganan
ikan kurang baik maka mutu atau kualitasnya akan turun (Junianto 2003)

Menurut Suseno (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran ikan


antara lain :
a. Pengaruh faktor alami dan biologis - Jenis ikan, beberapa ikan ada yang
mudah dan cepat busuk, umumnya ikan yang berukuran kecil lebih cepat
membusuk. - Biologis, ikan yang ditangkap dalam keadaan kenyang (feedy fish)
saat ditangkap akan lebih cepat busuk. Feedy fish dapat terlihat dari cepatnya isi
perut dan dinding perut mengalami penguraian. Jenis makan dalam perut
berpengaruh terhadap pembusukan (Wibowo 2003)

b. Pengaruh cara penanganan (handling)

- Cara penangkapan

- Cara kematian ikan


- Cara penanganan di kapal
- Cara bongkar dan pendaratan
- Cara penanganan di darat

- Cara transportasi
- Cara distribusi
Ikan segar adalah ikan yang kondisinya dipertahankan segar
dengan cara pendinginan yang tidak membeku, sehingga kualitas masih
sama atau mendekati keadaan ikan yang baru ditangkap.

Anda mungkin juga menyukai