Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ESSAY

MINGGU KEDUA

Nama : Ajeng Salsabilla

NPM : 117170005

BLOK :6.1

Kelompok : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
dr. Irman Sp.A

JEJAS LAHIR

Jejas lahir atau birth injury adalah gangguan pada bayi baru lahir yang terjadi
saat proses persalinan. Insiden ini banyak terjadi jika fasilitas nya kurang memadai.
Terjadinya jejas lahir bisa karena adanya faktor dari ibu, janin atau intervensi
obstetrik. Jenis trauma yang terjadi itu pada trauma kepala dan bahu. Trauma kepala
bisa terjadi kaput suksedaneum insiden ini yang paling sering terjadi, tekanan ini
melewati garis sutura dan tidak memerlukan terapi. Kemudian ada sefal hematom
adalah perdarahan sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan
periosteum. Tidak terdapat perluasan melewati garis sutura., ukurannya bisa
bertambah dengan berjalannya waktu. Perdarahan subgaleal ini banyak dan dapat
meluas ke daerah periorbital dan leher, dan pembengkakan ini melewatu garis sutura.
Untuk terapinya bisa suportif, jika pembengkakan nya sudah termasuk berat bisa
dilakukan pembedahan.

Fraktur tengkorak tidak umum terjadi, tapi bis disebabkan karena persalinan
dengan fosep/partus lama. Jenis dari fraktur tengkorak ini ada fraktur tengkorak
linear, depressed skull fractures. Terapinya koservatif bisa dievaluasi menggunakan
vakum. Untuk kesembuhannya bisa terjadi beberapa bulan. Perdarah intracranial ada
epidural, subdural, dan subarachnoid. Perdarahan epidural ini jarang terjadi, memiliki
gejala yang tidak spesifik dan bisa juga spesifik. Untuk menengakan diagnosisnya
bisa Perdarahan subdural ini yang paling sering terjadi, gejala klinisnya bisa
menimbulkan sianosis, apneu, kejang, deficit lokal. Perdarahan subarachnoid ini
sangat jarang tejadi, bisa tanpa gejala atau juga bisa menunjukkan gejala seperti
kejang. Perdarahan intracranial bisa di pastikan dengan pemeriksaan CT kepala, foto
rontgen atau MRI. Terapinya secara konservatif.

Trauma sumsum tulang belakang diakibatkan karena rotasi yang berlebihan.


Gejala yang ditimbulkan tidak adanya fungsi motorik ke daerah distal, hilangnya
refleks tendon dan penurunan pernafasan. Nervus palsi fasialis bisa ditandai dengan
adanya paralisis awitan dini unilateral/bilateral. Trauma plexus brakialis ada palsi erb
yaitu cedera akbiat regangan C5-C7, kemudian ada palsi kumple terjadinya cedera
karena regangan terhadap C8-T1. Terapinya bisa dilakukan pencegahan kontraktur.
Trauma syaraf laryngeal terjadi karena postur di dalam rahim atau selama persalinan
ketika kepala terotasi. Fraktur tulang panjang tidak umum, gejala yang bisa
ditemukan itu pergerakan menurun, obgyn mungkin saat menolong persalinan akan
menf=dengan bunyi fraktur. Terapinya bisa immobilisasi dalam posisi aduksi.
Trauma organ dalam perut ini jarang terjadi.

KELAINAN KONGENITAL

Kelainan kongenital adalah kelainan bawaan yang ditemukan pada saat lahir.
Atresia koana dibagi menjadi atresia unilateral dan bilateral. Gejala yang ditimbulkan
sianosis, kesulitan untuk bernapas. Untuk menegakan diagnosisnya bisa dilakukan
pemeriksaan CT scan. Celah bibir umum terjdi pada laki-laki, terapi dibagi menjadi
pra operasi, operasi dan pasca operasi. Pierre robin sequence gangguan pada jalan
nafas, jika dagu nya pendek bisa langsung memeriksa palatumnya. Hidrosefalus dan
mielomeningokel merupakan kelainan kongenital pada sistem saraf pusat
Makrosefalus dan sutura yang terbuka merupakan tanda klinis yang bisa didapatkan
dari hidrosefalus.Pengobatannya bisa secara progresif dan non-progresif.
Mielomeningokel adalah penonjolan meningens dan spinal cord melalui kelainan
tulang di kolumna vertebra, terapinya dilakukan operasi.

Fistula trakeoesofageal dan atresia esofageal adalah kelainan kongenital yang


terjadi pada esofagus. Bgejala yang dapat ditimbulkan bisa berupa tersedak dan tidak
bisa dipasangi kateter isap. Hernia diafragmatika, bisa diberi pengobatan awal
stabilisasi fungsi paru. Setelah kondiisnya stabil kemudian rujuk dengan hernia
difragmatika kongenital. Omfalokel merupakan defek dinding abdomen pada garis
tengah dengan berbagai derajat ukuran, disertai hernia visera yang ditutupi oleh
membran Gastroskisis adalah defek pada dinding abdomen yang biasanya tepat
disebelah kanan dari masuknya korda umbilikus ke dalam tubuh. Stabilisasi pada
omfalokel dan gastroskisis harus mencegah terjadinya hipotermi, insersikan NGT.
Sebaiknya segera lakukan pembedahan. Anus imperforate merupakan kelainan
kongenital yang terjadi pada pembentukan anus. Terapinya bisa dilakukan
rekonstruksi definitif. Ekstrofi kandung kemih adalah keggalan penyatuan garis
tengah, terapinya bisa dilakukan rekontruksi. Dapat juga terjadi anomaly lethal pada
trisomi 13dan trisomi 18.
dr. Bogie Sp.OG

KELUARGA BERENCANA

Keluarga berencana merupakan suatu program pemerintah, untuk


melaksanakannya bisa dilakukan dengan cara pemakaian kontrasepsi. Kontrasepsi
bertujuan untuk mencegah tidak terjadinya kehamilan. Syarat alat kontrasepsi ini
harus aman, bermanfaat, dapat diterima oleh pemakai dan masyarakat. Jenis
kontrasepsi itu ada kontrasepsi permanen dan kontrasepsi non permanen. Kontrasepsi
permanen terdiri dari tubektomi (MOW) dan vasektomi (MOP). Tubektomi (MOW)
adalah tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan
wanita tersebut tidak akan hamil lagi. Vasektomi (MOP) adalah pemotongan atau
pengikatan pada saluran vasa difersa. Tujuan dilakukannya vasektomi agar sperma
tidak dapat sampai ke ureter dan akan diserap kembali.

Kontrasepsi non permanen tidak menggunakan alat contohnya itu LAM,


coitus interruptus, dan pantang berkala. Lactational Amenorrhoe Methode (LAM)
adalah kontrasepsi dengan cara menyusui bayi dari 0 s/d 4 bulan tanpa makanan
tambahan. Metode pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan suami istri
pada saat wanita dalam masa subur. Masa subur wanita tejadi 14 hari senelum masa
haid selanjutnya. Coitus interruptus atau disebut juga senggama terputus, jadi penis
dikeluarkan segera dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.

Kontrasepsi non permanen menggunakan alat bantu terbagi menjadi hormonal


dan non hormonal. Hormonal terdiri dari pil KB, susuk atau implant, dan suntikan.
Sedangkan non hormonal IUD, spermatisida, kap serviks dan kondom. Pil KB
mengandung hormon progesteron dan estrogen yang harus diminum secara teratur
setiap hari. Pil KB tidak mengganggu hubungan seksual, dan kesuburan cepat
kembali. Tetapi pil KB dapat ditimbulkan jerawat, rasa mual dan bercak hitam di
pipi. Susuk atau implant memasang tabung kecil ditangan biasanya dibagian lengan.
Jenis implant itu ada norplant, implanont, indoplant dan jadena. Suntikan adalah alat
kontrasepsi yang hanya mengandung hormon progesteron yang di berikan setiap 3
bulan sekali atau 12 minggu sekali. Namun suntikan bisa menimbulkan kesuburan
lama kembali, bisa terjadi penambahan berat badan. Sedangkan yang non hormonal
ini dapat memasang alat pada kelamin perempuan atau laki-laki sebelum melakukan
hubungan seksual.
dr.Triono Sp.OG
PENYULIT PERSALINAN
Penyulit persalinan ini dipengaruhi oleh passenger, power, passage, position,
dan psikologi ibu. Passenger atau fetus bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi
beberapa faktor, yaitu, presentasi, ukuran kepala janin, posisi janin , letak, dan sikap.
Power dibagi menjadi kekuatan primer berupa his yaitu kontraksi otot-otot rahim, dan
sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga mengejan ibu. Passage merupakan jalan
lahir yang terdiri dari jalan lahir lunak seperti otot-otot dan jalan lahir keras bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Position ibu dalam melahirkan
dapat menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.
Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk, dan jongkok. Keadaan psikologi ibu dapat mempengaruhi proses
persalinan. Kecemasan dapat mengganggu kontraksi ibu.

KOMPLIKASI PERSALINAN

Perdarahan postpartum merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah


melahirkan. Perdarahan postpartum adalah kondisi dimana keluarnya darah > 500mL.
Disebabkan karena kontraksi uterus, sisa plasenta, robekan pada jalan lahir dan terjadi
koagulopati. Pencegahan bisa dilakukan dengan sikap yang waspada, pemberian
oksitosin, penjepitan dan pemotongan tali pusar secara cepat. Untuk menangani kasus
ini perlu bantun, dilakukan penilaian keadaan umum dan tnda vital, resusitasi ABCD,
dan bisa dilakukan operasi.
dr. Zulkifli Sp.OG
INFERTILITAS
Infertilitas ini dipengaruhi oleh endrokinologi juga, sistem endokrinologi
dikatakan normal jika siklus menstruasi nya normal. Pengaruh endokrinologi
terhadap hormon estrogen ini berefek pada mukosa vagina sehingga tidak atrofi,
cervix uteri, penebalan endometrium, regenerasi lapisan basal dan fungsional pada
endometrium. Hormon estrogen juga berperan pada hari ke 1 dan hari ke 14 dalam
siklus menstruasi, selanjutnya pada hari ke 14 sampai hari ke 28 yang berperan itu
adalah hormon estrogen yang membentuk inopod di endometrium sebagai tempat
implantasi. Sumber hormon estrogen dan progesteron ini didapat dari folikel yang ada
di ovarium. Selain hormone estrogen dan progesteon juga ada hormon yang
dihasilkan oleh hipofisis yaitu LH yang fungsinya untuk ovulasi, dan hormone FSH
yang berfungsi untuk pematangan folikel. Terdapat 3 komponen dalam fungsi folikel
yaitu oosit, sel granulosa, dan sel teka.
dr. Dyah Sp.OG

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Klasifikasi dari hipertensi kehamilan meliputi hipertensi kronis, hipertensi


gestasional, preeklamsi, dan eklamsi. Preeklamsi adalah hipertensi yang disertai
proteinuria akibat kehamilan yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Eklamsi
adalah kelainan akut pada preeklamsi dalam kehamilan, persalinan atau nifas yang
ditandai adanya kejang atau tidak. Hipertensi kronis adalah hipertensi pada ibu hamil
yang sudah ditemukan sebelum kehamilan dan menetap setelah 12 minggu pasca
persalinan. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul setalah 20 minggu
tanpa disertai proteinuria, gejalanya akan hilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

Preeklamsia normal ditandai dengan hipertensi (sistolik 140-160 mmHg dan


diatolik 90-110 mmHg) yang disertai proteinuria (≥ 300 mg/24 jam, atau ≥
1+dipstick). Preeklamsi berat ditandai dengan tekanan darah sisolik ≥ 160 mmHg dan
diastolik ≥ 110 mmHg, proteinuria ≥ 2g/24 jam atau ≥ 2 + dipstick, kretainin serum >
1,2 mg% disertai oliguri (< 400 ml/ 24 jam), trombositopenia, peningkatakan kadar
LDH, peningkatan SGOT SGPT, gangguan virus dan serebral, nyeri epigastrium,
pertumbuhan janin terhambat, edema paru dengan sianosis, adanya syndrome
HELLP. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan urin
lengkap, pemeriksaan darah rutin, fungsi hepar, fungsi ginjal, pemeriksaan USG dan
pemeriksaan KTG. Terapi yang diberikan sesuai dengan gejala nya berat atau ringan.
Kemudiaan ada pengelolaan yang dibagi menjadi pengelolaan konservatif,
pengelolaan aktif, dan pengelolaan obstetri.

PENYAKIT JANTUNG PADA KEHAMILAN

Penyakit jantung pada kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian


pada wanita hamil dengan usia 25-44 tahun. Pada kehamilan, cardiac output akan
meningkat hingga 50% yang akan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Apabila
seorang wanita yang telah memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya maka
perburukan akibat gangguan jantung akan terlihat pada awal kehamilan. Gejala nya
ada progressive dyspnea, batuk yan memburuk pada malam hari, hemoptysis,
syncope dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan sianosis, clubbing
finger, distensi vena jugulsr, kardiomegali. NYHA membagi klasifikasi menjadi Klas
I tidak ada pembatasan aktivitas fisik, Klas II terdapat pembatasan aktivitas ringan,
Klas III adanya pembatasan aktivitas fisik cukup bermakna, dan Klas IV pasien tidak
bisa melakukan aktivitas yang ringan ataupun yang berat. Pemerikaan penunjang
yang harus dilakukan ada EKG tetapi harus diingat keran pemeriksaan EKG pada ibu
hamil yang normal juga akan terjadi perubahan, echocardiography, rontgen thorax
tapi harus menggunakan apron agar menhindari radiasi pada janin. Penatalaksanaan
diberikan sesuai dengan kondisi yang mendasarinya.

DIABETES GESTASIONAL

Diabetes melitus gestasional adalah gangguan intoleransi glukosa berbagai


tingkat yang terdiagnosis saat kehamilan. Klasifikasi kondisi diabetes melitus
gestasional dibagi menjadi A1 dan A2. Kelas A1 ditandai apabila gula plasma puasa
<105 mg/dl dan glukosa 2 jam PP <120 mg/dl, sedangkan kelas A2 ditandai dengan
nilai gula plasma puasa >105 mg/dl dan glukosa 2 jam PP > 120 mg/dl. Untuk
mendiagnosisnya WHO merekomendasikan penggunan test toleransi glukosa dengan
menggunakan 75 gr glukosa, diperiksa 2 jam setelahnya. Indikasi dalam pemriksaan
GTT dalam kehamilan adanya riwayat keluarga yang menderita DM, pernah
melahirkan bayi besar, pernah abortus atau lahir mati, obesitas, hipertensi dan DM.
Manajemen untuk disbetes melitus gestasional bisa dilakukan diet, latihan fisik,
pemberian insulin. Dilakukan juga perawatan antenatal, penanganan persalinan, dan
penanganan pasca persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2014.
2. Anwar, M. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2017.
3. Cunningham, et.al. Obstetri Williams. Edisi 23 Vol.1. Jakarta: EGC; 2018.
4. Norwitz e, Schorge JO. Obstetri and Gynecology at a Glance. London:
Blackwell; 2010.
5. Marchdante, Karen J. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6.
Singapur: Elsevier; 2018.

Anda mungkin juga menyukai