Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGEMBANGAN MATERI DAN DISAIN PEMBELAJARAN IPA

( Karakteristik Pelajar/siswa, Pengaturan Memori Siswa)

Oleh:

Agusminarti D
19169001

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………. 4

A. Karakteristik Pelajar ……………………………………………………………… ………………5


B. Organisasi Memori ……………………………………………………………………………….. 7
C. Skema …………………………………………………… ………………………………………..9
D. Pelajar  Sebagai Peserta dalam Pengajaran…………………………………………… ………….10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………… 15


A. Karakteristik Pelajar
Menurut Vygotsky agar pembelajaran bermakna, perlu dirancang dan dikembangkan
berpijak pada kondisi siswa sebagai subjek belajar serta komunitas sosial-kultural tempat siswa
tinggal (Moll, 1994). Reigeluth (1983) sebagai seorang ilmuwan pembelajaran, bahkan secara
tegas menempatkan karakteristik siswa sebagai satu variabel yang paling berpengaruh dalam
pengembangan strategi pengelolaan pembelajaran. Pakar pembelajaran seperti Banathy,
Romiszowski, Dick dan Carey, Gagne dan Degeng, menempatkan langkah analisis karakteristik
siswa pada posisi yang sangat penting sebelum langkah pemilihan dan pengembangan strategi
pembelajaran. Semua ini menunjukkan bahwa model pembelajaran apapun yang dikembangkan
atau strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada
karakteristik perseorangan atau kelompok dari siapa yang belajar. Untuk mengembangkan
strategi pembelajaran yang optimal, terlebih dahulu guru perlu mengetahui karakteristik siswa
sebagai pijakannya.
Karakteristik siswa adalah bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada
keefektifan proses belajar (Seels dan Richey, 1994). Degeng (1991:6) mengatakan bahwa
karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya.
Menganalisis karakteristik siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan siswa.
Hasil dari kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokkan karakteristik siswa,
sebagai pijakan untuk mempreskripsikan metode yang optimal guna mencapai hasil belajar
tertentu. Berarti karakteristik siswa harus diterima apa adanya dan dijadikan pijakan kerja dalam
mengembangkan desain pembelajaran. Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran seperti
dijelaskan di atas dapat dijadikan pedoman bagi guru dan para perancang atau teknolog
pembelajaran dalam memformulasikan langkah-langkah mendesain pembelajaran. Seperti
gambar dibawah ini:
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan/mendisain pembelajaran
diantaranya: (1) melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi pembelajaran; (2)
menganalisis sumber-sumber belajar (kendala); (3) melakukan analisis karakteristik siswa; (4)
menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran; (5) menetapkan strategi pengorganisasian isi
pembelajaran; (6) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran; (7) menetapkan strategi
pengelolaan pembelajaran; (8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
Diagram ini secara jelas menunjukkan bahwa analisis karakteristik siswa dilakukan setelah
perancang pembelajaran mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Juga
ditunjukkan bahwa hasil analisis karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam
memilih, menetapkan, dan mengembangkan strategi pengelolaan pembelajaran. Dengan konteks
seperti ini, menjadi semakin jelas perlunya dilakukan penelitian karakteristik siswa yang
berkaitan dengan kefektifan pembelajaran agar dapat dipakai sebagai dasar bagi para ilmuwan
dan teknolog pembelajaran serta para guru dalam mendesain program-program pembelajaran.

Karakteristik siswa yang dapat diidentifikasi sebagai faktor yang amat berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, kemampuan awal, gaya kognitif, gaya
belajar, motivasi, dan faktor sosial-budaya. Informasi tentang tingkat perkembangan kecerdasan
siswa amat diperlukan sebagai pijakan dalam memilih komponen-komponen pembelajaran,
seperti tujuan pembelajaran, materi, media, strategi pembelajaran dan evaluasi (Gardner, 1993;
Amstrong, 1994). Informasi tentang kemampuan awal yang sudah dimiliki siswa (Degeng, 1991;
Dochy, 2002) amat diperlukan guru sebagai pijakan dalam mengorganisasi dan menyampaikan
materi pelajaran. Bila guru mengajarkan materi pelajaran yang sudah dipahami siswa,
pembelajaran tidak efektif, tidak efisien dan kurang memiliki daya tarik. Siswa akan merasa
bosan atau jenuh sehingga suasana belajar menjadi terganggu dan sebaliknya jika guru
mengajarkan materi pelajaran di luar atau lebih tinggi dari kemampuan siswa, atau siswa belum
menguasai pengetahuan prasyaratnya, maka siswa akan menjadi bingung, stres, dan sulit
memahami materi pelajaran. Contohnya : Informasi mengenai kemampuan awal siswa juga
diperlukan dalam mengembangkan media dan sumbersumber belajar. Penulisan buku teks atau
bahan ajar, apakah perlu menggunakan pengetahuan analogi untuk memahami suatu konsep?
Apakah diperlukan mnemonik atau jembatan keledai untuk menghapalkan suatu informasi?
Atau, apakah perlu dikaitkan antara pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan-
pengetahuan tingkat yang lebih rendah, dan sebagainya.

Informasi mengenai gaya kognitif siswa bermanfaat untuk keperluan mengembangkan


strategi pembelajaran (Riding, 2002; Riding dan Rayner, 2002), serta membangun teori-teori
tentang bagaimana mengembangkan dan memproduksi bahan-bahan ajar, khususnya yang
berkaitan dengan cara mengorganisasi materi pembelajaran. Siswa dengan gaya kognitif field-
independent lebih memiliki kemampuan untuk menstruktur atau mengorganisasi materi pelajaran
secara mandiri. Siswa dengan gaya kognitif field-dependent akan lebih muda belajar jika materi
pelajaran sudah distruktur lebih dahulu (Entwistle, 1981, Degeng, 1991).

Informasi mengenai gaya belajar siswa (Entwistle, 1981) amat diperlukan dalam
mengembangkan strategi penyampaian materi pelajaran serta dalam mengembangkan media dan
sumber-sumber belajar. Produksi media pembelajaran, misalnya, memerlukan informasi
mengenai bagaimana kecenderungan siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Dengan mengetahui kecenderungan-kecenderungan gaya belajar tersebut, strategi dan media
pembelajaran yang akan diproduksi dapat disesuaikan sehingga mampu melayani masing-masing
gaya belajar siswa.

Beberapa Kemampuan Belajar /hasil belajar Menurut Gagne ada lima diantaranya:

1. Keterampilan intelektual

Merupakan kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta
mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungannya dengan penggunaan symbol-simbol atau gagasan-gagasan.
Kapabilitas keterampilan intelektual menurut gagne ada 8 yakni: belajar isyarat, belajar stimulus
respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal,belajar memperbedakan, belajar
pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan dan belajar memecahkan masalah.

No Tipe Belajar Hasil Belajar Cotoh


1 Belajar sinyal/signal learning Memberikan reaksi pada Guru biologi yang
stimulus galak diikuti oleh
siswa-siswa tidak
suka biologi
2 Belajar stimulus respon Memberikan reaski kepada Guru memuji tindakan
stimulus siswa – siswa
cenderung mengulang
3 Belajar merangkai tingkah laku Menghubungkan gerakan yang Urutan pekerjaan
atu dengan yang lain missal dalam
mengoperasikan
mikroskop
4 Belajar asosiasi Memberikan reaksi verbal Berapa nomor telpon
pada stimulus mu ?
5 Belajar diskriminasi Memberikan reaksi yang Menyebutkan merek-
berbeda pada stimulus yang merek mobil yang
mempunyai kesamaan melintas dijalan
6 Belajar konsep Menenpatkan objek dalam Manusia, hewan dan
kelompok tertentu tumbuhan adalah
komponen biotik
7 Belajar kaidah Menghubungkan beberapa Benda bulat akan
konsep berguling pada
bidang/alas yang
miring
8 Belajar memecahkan masalah Mengembangkan beberapa Menemukan cara
kaidah menjadi prinsip memperoleh energy
pemecahan masalah dari tenaga atom tanpa
mencemari
lingkungan hidup.

2. Starategi kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu baik
belajar dan berfikir disebut sebagai strategi kognitif. Dalam tiro belajar modern, suatu strategi
kognitif merupakan suatu proses control yaitu suatu proses internal yang digunakan peserta
didik/orang yang belajar untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar,
mengingat dan berfikir.
3. Informasi verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal, menurut teori, pengetahuan verbai ini
disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi. Yaitu kemampuan untuk mengenal dan
menyimpan nama atau istilah, fakta dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan
pengetahuan.
4. Sikap
Sikap merupakan pembawaaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku
sesorang terhadap benda, kejadian atau mahkluk hidup lainnya. Oleh karena itu gagne juga
memperhatikan bagaimana peserta didik memperoleh sikap-sikap social ini. Misalnya. Dalam
kegiatan praktikum menggunakan tabung reaksi yang berisi gas kimia, peserta didik tidak
menghadapkan mulut tabung kea rah temanya agar tidak terkena percikkan zat kimia tersebut.
Artinya kemampuan seseorang dalam mengambil tindakan apakah baik atau buruk bagi dirinya.
Sikap ini meliputi komponen afektif, kognitif dan psikomotorik
5. Keterampilan motoric
Keterampilan motoric tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motoric
yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, menggunakan alat
labor dan lainnya. Keterampilan motoric adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang
digunakan untuk melakukan terkordinasi menggunakan tindakan otot contohnya menulis
membaca dan lain-lain. Dalam pembelajaran ini gagne melibatkan langsung peserta didik dalam
proses pembelajaran dengan langsung mencotohkannya.

B. Organisasi/pengaturan memory siswa/pelajar


Pendekatan tahapan ini dipengaruhi oleh metafora computer di mana seseorang
memasukkan, menyimpan, dan mendapatkan kembali data dari komputer. Penyimpanan Sensoris
(Sensory Store): Bagian memori yang selama sepersekian detik memegang informasi sensori
yang belum dianalisis dan memberi kesempatan bagi analisis tambahan yang mengikuti
terhentinya stimulus. Penyim-panan Sensoris (Sensory Store) jug menyediakan penyimpanan
singkat bagi informasi dalam bentuk sensori aslinya. Informasi pada penyimpanan sensori akan
hilang pada akhir jangka waktu tersebut kecuali informasi tersebut dapat diiden-tifikasi selama
tahap pengenalan pola (pattern recognition). Penyaring (Filter): Bagian dari perhatian dimana
beberapa infomasi perceptual di halangi (disaring) dan tidak dikenali, sedangkan beberapa
informasi yang lain menerima perhatian dan kemudian dikenali. Tahap Seleksi: Tahap mengikuti
pengenalan pola dan menentukan informasi mana yang akan diingat oleh seseorang. Memori
Jangka Pendek (Short Term Memory atau STM): Memori yang memiliki kapasitas terbatas dan
hanya berlangsung selama 20-30 detik dalam keberadaannya. Memori Jangka Panjang (Long
Term Memory atau LTM): Memori yang tidak memiliki batasan kapasitas dan berlangsung mulai
dari hitungan menit hingga selamanya.
Sebuah teori memori yang diusulkan oelh Atkinson dan Shiffrin(1968, 1971)yang
menekankan pada interaksi antara penyim- panan sensoris, memori jangka pendek, dan jangka
panjang (LTM). Memori Jangka pendek sebagai komponen dasar kedua dalam sistem Atkinson
dan Shiffrin adalah bersifat terbatas baik dalam kapasitas maupun durasi. Informasi akan hilang
dalam waktu 20-30 detik jika tidak diulang. Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang
tidak terbatas dan dapat menahan informasi dalam jangka waktu yang lebih lama, namun sering
kali memerlukan usaha yang keras agar dapat memasukkan informasi ke memori ini. Fakta
bahwa STM di butuhkan ketika kita menyelesaikan sebagian besar tugas-tugas kognitif mencer-
minkan peran penting STM sebagai sebuahmemori kerja (working memory)yang menjaga dan
memanipulasi informasi. Teori yang diajukan oleh Atkinson san Shiffrin (1968, 1971)
menekankan pada interaksi antara STM dan LTM. Memori jangka penjang memiliki dua
manfaat penting: Pertama, sebagaimana diketahui, kecepatan lupa jauh lebih rendah untuk LTM.
Beberapa psikologi bahkan menyatakan bahwa informasi dalam LTM tidak pernah hilang
meskipun kita kehilangan kemampuan untuk memanggil kembali informasi tersebut; dan LTM
memiliki kapasitas yang tidak terbatas. Meskipun demikian, tidaklah selalu mudah memasukkan
informasi baru ke dalam LTM. Atkinson dan Shiffrin mengajukan beberapa proses kontrol yang
dapat digunakan sebagai usaha untuk mempelajari informasi baru. Proses kontrol (control
proses) adalah strategi yang digunakan seseorang untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan.
Strategi tersebut meliputi strategi akuisisi terhadap:
a. Pengulangan (rehearsal) merupakan repitisi informasi baik dengan keras maupun lirih secara
terus-menerus hingga informasi tersebut berhasil dipelajari.
b. Pengodean (coding) berusaha menempatkan informasi agar dapat diingat dalam konteks
informasi tambahan yang mudah diingat, seperti frase atau kalimat mnemonic.
c. Membuat gambaran (imaging) meliputi menciptakan gambaran visual agar materi lebih
mudah diingat. Strategi ini merupakan trik memori lama bahkan trik ini direkomendasikan
oleh Cicero di Romawi Kuno untik mempelajari daftar yang panjang atau pidato.

Teori-teori yang menyebabkan lupa, yaitu:


1. Teori Interferensi (Interference theory)menyatakan bahwa mengingat hal-hal lain atau
melakukan tugas lain dapat mengganggu proses mengingat dan menyebabkan lupa.
2. Teori Aus (decay theory) menyatakan bahwa lupa akan tetap terjadi meskipun subjek tidak
diminta untuk melakukan hal-hal lain selama jangka waktu mengingat jika subjek tidak
melatih informasi tersebut.Teori aus memprediksi bahwa performa subjek akan lebih baik
pada penyajian dengan kecepatan tinggi karena lebih sedikit waktu bagi informasi untuk aus
dari memori.

Engle dan Oransky (1999) menyatakan perbedaan individu dalam mengukur kapasitas
memori kerja mencerminkan perbedaan dalam perhatian terkontrol dan bahwa perbedaan-
perbedaan tersebut akan dicerminkan hanya dalam situasi yang mendorong maupun menuntun
perhatian terkontrol. Meskipun sulit bagi kita untuk membayangkan perjuangan seseorang yang
mengalami kerusakan memori, kita semua iri pada seseorang yang memiliki memori eksternal
yang sangat bagus dan berharap kita dapat meningkatkan memori kita sendiri. Bagi siswa,
harapan ini terutama ditujukan saat mereka menghadapi ujian. Jika saja kita dapat mengingat
segala sesuatu yang telah dipelajari, kita dapat melakukannya dengan jauh lebih baik.

Menurut Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase proses pembelajaran. Kedelapan
fase itu sebagai berikut:
1. Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik).
2. Pemahaman, yaitu individu menerima dan memahami Informasi yang diperoleh dari
pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala Informasi yang sampai
pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik.
4. Penahanan, yaitu menahan informasi/ hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka
panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan kembali, yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada
rangsangan
6. Generalisasi, yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7. Perlakuan, yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran
8. Umpan balik, yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.
Selain itu ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas dalam kaitannya
dengan pembelajaran pemrosesan informasi.
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik.
b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang dibahas.
c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran.
d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang.
e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.
f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab berdasarkan
pengalamannya.

C. Skema

Chaplin mengemukakan empat macam keteranngan tentang skema:


1. Skema sebagai suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi
2. Skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data
3. Skema sebagai suatu model
4. Skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respon-respon yang pernah
diberikan, kemudian menjadi standar bagi respon selanjutnya.
Betapa penting skema pada seorang pelajar dalam membantu memahami suatu bacaan.
Pemahaman terhdapa isi bacaan bergantung kepada kemampuan pembaca menghubungkan
pengetahuan yang telah ada dengan informasi baru tersebut. Pengembangan skema dapat
dilakukan dengan memberi pengalaman sebanyak-banyaknya kepada anak-anak. Semakin
banyak pengalaman mereka maka akan semakin banyak pulalah penguasaaan skemanya.

Tabel: Disain Instruksional untuk karakteristik pelajar yang berbeda

Karakteristik Pelajar Prosedur Disain untuk pembelajarannya


Keterampilan intelektual Cara menstimulusnya:
1. Keterampilan prasyarat
2. Keterampilan bawaan penting untuk
strategi kognitifnya
3. Katerampilan dasar yakni informasi
keterampilan verbal, pembelajran sikap
dan pembelajaran keterampilan
motoric
Strategi kognitif Memvasilitisasi cara-cara belajar siswa yang
beragam atau mengelola pikiran dan proses
belajar sesorang
Kemampuan verbal Cara menstimulusnya : merujuk kepada
keterampilan intelktual yang baru dipelajari,
memberikan pengambilan konteks yang
bermakna dengan skema untuk pembelajaran
invormasi verbal yang baru, dan menstimulus
pembelajaran kepada pembentukan sikap.
Misalnya menyebutkan, menceritakan atau
menggambarkan informasi yang telah
tersimpan sebelumnya.
Sikap Dilihat dari keaktifan dan motivasi untuk
belajar
Keterampilan motoric Mengingat bahwa keterampilan merupakan
bagian penting misalnya melksanakan suatu
tindakan dengan tepat dan cepat.
Skema Aktifkan cara pembelajaran dengan skema
untuk membantu pembelajaran yang baru baik
itu tentang pembelajaran keterampilan
intelektual, strategi kognitif, invormasi verbal,
sikap, dan keterampilan motoric.
Kemampuan Sesuaikan instruksi/permintaan dengan melihat
perbedaaan kemampuan peserta didik.
Contohnya gunakan buku teks cetak yang
mudah dibaca untuk pelajar yang rendah dalam
pemahaman verbal.
Sifat Sesuaikan instruksi/permintaan dengan sifat-
sifat pelajar. Contoh berikan panduan belajar
yang terperinci dan umpan balik yang cukup
untuk pelajar yang mempunyai tingkat
kecemasan yang tinggi.

Daftar Pustaka

Asri Budiningsih. Karakteristik Siswa sebagai Pijakan dalam Penelitian dan Metode
Pembelajaran.https://media.neliti.com/media/publications/83516-none-135bd607.pdf.

Gagne, Robert . 1916. Principles of instructional design . The Dryden Press. Holt Roinehart and
Winston, INC

Anda mungkin juga menyukai