Anda di halaman 1dari 13

Foster - Chapter 12

EQUITY SECURITIES AND FINANCIAL STATEMENT INFORMATION

12.1 Introduction
`Chapter ini membahasa kegunaan dari informasi laporan keuangan dalam menentukan harga
saham ekuitas. Beberapa hal yang akan dibahas adalah :
1. Pendekatan investasi aktif
2. Pembuatan keputusan oleh manajemen
3. Valuasi atas perusahaan swasta
4. Penelitian akademis
12.2 Source of Value and Equity-Valuation Models
Model valuasi ekuitas dapat berfokus pada –paling tidak- satu dari empat atribut berikut :
1. Stream of Future Earnings Approaches
Ekuilibrium nilai pasar dari sebuah perusahaan (semua ekuitas) adalah :

………. (12.1)

Dimana

: nilai pasar dari perusahaan I pada saat akhir periode t

: aliran pendapatan tertentu yang seragam dari sebuah perusahaan

r : market rate dari bungan untuk investasi yang kurang berisiko


Perluasan dari rumus di atas, melepaskan ketegangan dari (1) earning yang seragam
per periode asumsi dan (2) asumsi yang pasti. Contoh dari pernyataan nomor (1)
adalah model perhitungan berikut untuk sebuah perusahaan dengan pertumbuhan
konstan di earningnya.

…………….. (12.2)

Dimana

: nilai pasar dari perusahaan I pada saat akhir periode t

: earning yang dihasilkan oleh perusahaan i pada periode t+1

k : proporsi dari earning perusahaan yang diinvestasikan tiap tahun (asumsi konstan)
: tingkat pengembalkian dari investasi

Pada formula diatas, adalah fungsi dari kedua hal yaitu komponen yang tidak tumbuh

(term pertama pada right-hand side, RHS) dan komponen yang berkembang (term kedua pada
RHS). Pertumbuhan yang dimaksud adalah investasi terhadap proyek dengan pengembalian

yang melebihi biaya modal. Jika = r, term kedua dari RHS persamaan diatas menjadi 0,

dan ditentukan sebagai persamaan pertama.

Perluasan lain dari model pertama adalah mempertimbangkan risiko yang


berhubungan dengan ketidakpastian. Risiko ini dapat dipertimbangkan (1) melalui
penggunaan discount rate atau (2) dengan mengikutkan variabel terpisah pada valuasi
perhitungan. Menggunakan asumsi sebagai investor yang rasional, pasar yang
sempurna, dan tidak ada pajak, Modigliani dan Miller menggunakan valuasi berikut
untuk perusahaan yang tidak tumbuh (semua ekuitas) pada kelas risiko k :

…………. (12.3)

Dimana

: nilai pasar dari perusahaan I pada saat akhir periode t

: level earning tahunan yang diharapkan dengan asset yang dimiliki perusahaan i

: cost of capital dari perusahaan pada kelas risiko k

Pendekatan kedua untuk mengenali risiko adalah memasukan risiko yang terpisah kedalam
valuasi. Litzenberger dan Rao (1971) mengilustrasikan pendekatan ini pada pengujian empiris
dari model valuasi yang didorong oleh dua parameter capital asset pricing model.
2. Cash Flow-Based Approaches
Alasan menggunakan CFB adalah :
a. DFB memperhitungkan waktu kas masuk dan kas keluar terjadi
b. Earning akuntansi dipengaruhi oleh pilihan acak pada area penting seperti cost
of goods sold, depresiasi, dan pension expense.
3. Dividend-Based Approaches
Formula untuk nilai pasar dari dasar saham ekuitas pada dividen masa depan adalah :
……..(12.4)

Dimana

: nilai pasar dari perusahaan I pada saat akhir periode t

: dividen yang dibayarkan pada periode t

: market rate dari bunga pada periode t untuk investasi yang kurang berisiko

Banyak institusi yang mengunakan dividend-based valuation models yang


mengasumsikan struktur flat term, dengan adanya asumsi ini maka:

…….(12.5)

Model diatas memberikan struktur flat term sebuah asumsi yaitu kesulitan dalam
mengestimasi pola dari suku bungan selama n tahun.
4. Individual Asset and Liability-Based Approaches
Aset dan kewajiban individual mendasari sebuah saham dimana saham tersebut dapat
memainkan peran penting pada perhitungan pasar dari saham tersebut. Nilai pasar dari
saham berdasarkan pada nilai pasar dari saham individual yang diperoleh dengan
pendanaan. Salah satu sudut pandang yang ada adalah berasal dari sudut pandang
pernggantian.
5. Overview
Keempat pendekatan diatas dapat digunakan untuk memperoleh estimasi dari nilai
ekuitas saham. Penelitian analitis dapat menemukan kondisi dimana keempat
pendekatan ini akan menghasilkan valuasi yang ekuivalen. Pada level empiris,
ekuivalen adalah hal yang jarang diperoleh.

12.3.1. Investment Community Equity Valuation Models


Komunitas investasi telah mengembangkan banyak model penilaian yang berbeda yang
digunakan dalam keputusan pemilihan sekuritas. Kelebihan utama dari model-model ini
adalah menggunakan data laporan keuangan. Asumsi yang mendasari penggunaan model ini
adalah kesalahan harga sekuritas pada pasar modal dan model ini dapat digunakan untuk
mendeteksi kesalahan ini. Model ini merupakan contoh pendekatan fundamental untuk
analisis investasi aktif yang dideskripsikan pada Chapter 9.

A. Perubahan berlanjutan dalam model atau input


Ketika menguji model institusi investasi, sangat penting mengakui perubahan berlanjutan baik
pada struktur model maupun input merupakan kewajaran. Penyebab perubahan ini adalah :
1. Pandangan analisis yang baru
2. Pandangan empiris yang baru
3. Data base yang baru
4. Pengungkapan baru oleh perusahaan
5. Sekuritas baru
6. Alat statistik yang baru
7. Perkembangan baru dalam teknologi komputer

B. Model Wells Fargo


Model yang digunakan advisor Investasi Wells Fargo mengombinasikan kedua teori
penilaian tradisional dengan perkembangan dalam teori asset pricing. Terdapat dua tahap dalam
implementasi model ini :
1. Estimasi tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing-masing sekuritas (E(IRRi)).
Estimasi ini berdasarkan model penilaian ekuitas diskon dividen :

Pi,t = (12.6)

Di mana :
Pi,t = harga pasar sekuritas i pada akhir periode t
di,t = dividen yang dibayarkan oleh perusahaan i selama periode t
IRRi = tingkat pengembalian yang digunakan oleh perusahaan i
2. Estimasi tingkat pengembalian equilibrium dari masing-masing sekuritas (E(Ri)). Estimasi ini
berdasarkan model capital asset pricing. Pengukuran kesalahan harga saham (MRM i) dihitung
sebagai :
MRMi = E(IRRi) – E(Ri) (12.7)
Semakin positif (negatif) nilai MRMi, semakin kekurangan (kelebihan) nilai sekuritas.
Dalam menggunakan model ini, menggunakan input berikut ini :
1. Estimasi dividen per lembar saham tiap tahun selama lima tahun (di,t+1, di,t+2, …)
2. Estimasi laba per lembar saham untuk kelima tahun (Ei,t+5)
3. Estimasi tingkat pertumbuhan laba per lembar saham untuk kelima tahun (Gi,t+5)
4. Estimasi dividend payout ratio untuk kelima tahun (Pi,t+5)
5. Pada tahun yang mana pertumbuhan laba mulai stabil (Gi,t+5) dan dividend payout ratio (Pi,t+5)
akan direalisasikan
6. Pola pertumbuhan laba per lembar saham yang diharapkan antara tahun kelima dan tahun T.
Tiga pola asumsi adalah kerusakan perlahan, kerusakan linear, dan kerusakan cepat.

Input 2 hingga 6 digunakan untuk mengestimasi rangkaian dividen pada tahun 6 hingga tahun T.
Menggunakan hubungan antara prediksi rangkaian dividen selama tahun 1 hingga tahun T dan Pi,t
saat ini dalam (12.6), maka diperoleh estimasi IRRi.
Model yang digunakan untuk mengestimasi E(Ri) telah mengalami beberapa modifikasi
untuk menangkap perubahan persepsi sebagai faktor yang mempengaruhi equilibrium
pengembalian sekuritas. Model awal menggabungkan single factor (beta atau risiko terkait) yang
ditentukan oleh versi sebelum pajak dari dua parameter model capital asset pricing. Persamaan
untuk mengestimasi MRMi adalah :
MRMi = tingkat pengembalian internal dari model penilaian – risiko yang disesuaikan menggunakan
versi CAPM sebelum pajak
Pengulangan kedua (dimulai pada Februari 1977) menambahkan faktor yang berkaitan dengan
likuiditas :
MRMi = tingkat pengembalian internal dari model penilaian – risiko yang disesuaikan menggunakan
versi CAPM sebelum pajak + penyesuaian likuiditas
Saham dengan likuiditas di bawah rata-rata diasumsikan memerlukan tingkat pengembalian yang
diharapkan di atas rata-rata dalam equilibrium pricing-nya. Pengulangan ketiga (dimulai pada
September 1978) dimotivasi oleh Wells Fargo mengadopsi versi CAPM setelah pajak. Dengan
model ini, penyesuaian dibuat untuk beta dan dividend yield. Sebuah surat peringatan internal
menyediakan rincian berikut :
Security Yield Line disebabkan oleh risiko kepemilikan yang konstan dan memberikan yield yang beragam.
Kemiringan Security Yield Line menyajikan rata-rata trade-off antara tingkat pengembalian yang diharapkan
dengan yield. Garis ini memiliki kemiringan positif karena yield saat ini dikenakan pajak dengan tarif yang tinggi
daripada capital gains. Untuk menghilangkan perbedaan pajak ini, investor pembayar pajak sebaiknya meminta
tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada saham yang memiliki yield tinggi, dan bersedia menerima tingkat
pengembalian yang lebih rendah daripada yield yang diterbitkan lebih rendah, yang lainnya tidak berubah.

Pengulangan keempat (dimulai Juni 1980) merupakan jatuhnya faktor likuiditas. Sejak Juni 1980,
persamaan yang digunakan untuk mengestimasi kesalahan harga yang terkait adalah:
MRMi = tingkat pengembalian internal dari model penilaian – risiko dan dividend yield yang
disesuaikan menggunakan versi CAPM setelah pajak
Wells Fargo menyebut risiko dan penyesuaian dividend yield sebagai penyesuaian bidang pasar.
Risiko (beta) mengestimasi berdasarkan regresi OLS dari pengembalian sekuritas tiap bulannya
dibandingkan dengan indeks S&P 500. Dividend yield dihitung dengan dividen tahunan dibagi
dengan harga pasar saat ini.
Wells Fargo menyajikan estimasi harga terkait tingkat sekuritas individu dan tingkat
industri. Estimasi berikut untuk industri tertentu dibuat pada Oktober 1984 :

Industry E(IRR i ) - E(R i ) = MRM i


Finance companies 20.37 17.93 2.44
Food stores 16.86 15.86 1.00
Construction equipment 17.17 17.04 0.13
Beverages 14.45 15.71 -1.26
Electric utilities 14.73 17.00 -2.27
Prediksi pada Oktober 1984 perusahaan keuangan (sebagai kelompok) dinilai lebih kecil,
sementara perusahaan elektrik dinilai lebih tinggi oleh pasar modal. Sistem Wells Fargo
menyajikan campuran kepentingan antara teori dan pragmatisme. Informasi laporan keuangan
berpotensial dapat digunakan dalam mengestimasi parameter E(IRRi) dan E(Ri).
Wells Fargo merupakan pendukung awal mengombinasikan teori penilaian tradisional
dengan teori asset pricing dalam upaya untuk mendeteksi kesalahan harga sekuritas. Pada awal
1980an, banyak institusi investasi lainnya menawarkan produk yang mirip dengan klien mereka,
seperti Bache, Drexel Burnham Lambert, dan Kidder Peabody. (Kidder Peabody menyebutnya
sebagai Sistem Penilaian Sekuritas, “SALUS.” Dalam mitos Romania, Salus merupakan dewa
keberuntungan, kesehatan, dan kesejahteraan.) Kegunaan diskusi permasalahan menggunakan
model penilaian investasi ekuitas kelas ini dalam Michaud dan Davis (1982).

C. Model Value Line


Model Value Line layak untuk dipertimbangkan karena mampu membuktikan
keberhasilannya dalam mendeteksi sekuritas yang dinilai lebih kecil atau lebih tinggi. Masing-
masing saham diletakkan pada salah satu kategori berdasarkan estimasi kinerja harganya selama
12 bulan berikutnya. Dasar pendekatannya adalah untuk mengukur masing-masing harga saham
dan karakteristik laba dibandingkan dengan karakteristik Value Line saham lainnya. Masing-
masing saham diurutkan berdasarkan “kinerja harga relatif selama 12 bulan berikutnya” yang
diharapkan sesuai dengan kombinasi dari ketiga kriteria. Value Line menyediakan (pada
November 1984) deskripsi dari tiga kriteria berikut ini :
Kriteria 1 : Non-parametric value position
Non-parametric value position saham merupakan fungsi “perintah” laba relatif yang
dilaporkan terakhir dan harga relatif didefinisikan sebagai laba saham selama 12 bulan terakhir
dan harga dibagi dengan rata-rata laba dan harga seluruh Value Line saham untuk periode yang
sama. Jika laba relatif saham saat ini tertinggi selama 10 tahun terakhir, labanya berada pada
urutan ke 10; jika terendah, 1. Hal yang sama diaplikasikan pada rata-rata harga 12 bulan
terakhir. Semakin tinggi urutan laba terhadap urutan harga, saham semakin dinilai lebih rendah
dengan dasar laba 12 bulan terakhir. Proses menentukan urutan laba relatif cenderung lemah
dan menormalkan data laba yang, dalam bentuk aslinya, terutama sejauh saham cyclical tinggi
yang diminati, terlalu sering tidak diatur.
Dalam menambahkan laba saat ini dan urutan harga, faktor momentum harga terlibat
dalam membantu prediksi aksi harga relatif di masa mendatang. Faktor momentum harga untuk
sebuah saham ditentukan dengan membagi rata-rata harga relatif saham selama 10 minggu
terakhir dengan rata-rata harga relatif selama 52 minggu.
Komputer elektronik digunakan untuk menguji kemampuan diskriminasi variabel-
variabel ini. Analisis regresi multiple digunakan untuk 13.000 pengamatan dan 12 tahun uji
coba pasar. Hasilnya secara jelas mengindikasikan faktor-faktor ini secara signifikan terkait
dengan pergerakan harga relatif selama setahun ke depan. Formula yang dihasilkan
mengombinasikan urutan laba, urutan harga dan momentum harga pada angka komposit yang
dapat diurutkan dari 1.700 hingga 1, 1.700 menjadi yang terbaik. Angka 1.700 digunakan
karena menyatakan angka saham secara teratur direview oleh Value Line Investment Survey.

Kriteria 2 : Earnings Momentum


Komponen kedua pada Value Line Ranking System selama 12 bulan ke depan merupakan
fungsi perubahan dari tahun ke tahun dalam laba per lembar saham kuartal masing-masing
saham terhadap seluruh saham di bawah review berkala. Beberapa pengujian dengan data yang
lalu menyimpulkan faktor “momentum laba” penting dalam menanggung kinerja harga yang
berikutnya dari sekuritas individu dan membantu memperhalus pemilihan saham yang
menguntungkan. Tidak ada kecenderungan yang dibuat untuk mengurutkan seluruh saham dari
1.700 hingga 1, berdasarkan perubahan laba yang tepat sejak tahun lalu (akurasi yang
digunakan akan jauh lebih baik daripada yang dapat diperoleh dalam praktik). Saham-saham
melaporkan laba dengan dasar kuartal disusun menjadi satu di antara tiga kategori setara – dan
diurutkan 1.200, 800, atau 400 – tergantung pada “momentum laba” relatif dari akhir kuartal.
Perbandingan laba kuartal yang paling menguntungkan diberikan urutan 1.200, nilai tengah
diberikan urutan 800, dan nilai terendah diberikan 400. (Skala angka ini dipilih untuk mengatur
perbandingan dengan metode urutan yang diaplikasikan pada kriteria nilai “non-parametric”.)
Dalam tugasnya mengurutkan, perkecualian dibuat, kapan pun dimungkinkan, untuk faktor
“spesial” mempengaruhi laba pada kuartal tertentu, seperti temuan, penyesuaian akuntansi,
kredit pajak khusus, penghasilan dan beban tidak rutin lainnya, dan lain sebagainya.

Kriteria 3 : Earnings Surprice Factor


Komponen ketiga dari Value Line Ranking System adalah faktor kejutan laba. Pengujian
telah mengindikasikan laporan laba kuartal perusahaan secara signifikan berbeda dari yang
diestimasikan Survey, pergerakan harga yang tajam menunjukkan kecenderungan kejutan
sebagai berikut. Dalam Value Line Ranking System, faktor ini diperlakukan sebagai berikut :
Deviasi antara
Aktual dan Angka yang
Estimasi Laba Diberikan
Kuartal Value Line

-30% atau lebih -400


-15 hingga -29% -200
-14 hingga +14% 0
+15 hingga +29% +200
+30% dan lebih +400

Pada kasus momentum laba, angka yang diberikan pada deviasi laba kuartal antara aktual dan
estimasi dipilih untuk menjaga perbandingan dengan metode urutan yang diaplikasikan pada
kriteria nilai “non-parametric” dan momentum laba.

Urutan Akhir
Setelah seluruh saham diklasifikasikan berdasarkan masing-masing kriteria di atas, urutan
individu diringkas dan angka komposit dibagi ke dalam lima kategori sebagai berikut :
100 teratas - Urutan 1
300 berikutnya - Urutan 2
900 tengah - Urutan 3
300 berikutnya - Urutan 4
100 terbawah - Urutan 5

Pada pertengahan 1970an, Value Line memiliki faktor keempat – “faktor pertimbangan analis” –
yang bertanggung jawab dengan “tren jaminan simpanan, tingkat pesanan yang baru masuk,
penggunaan fasilitas, faktor kompetisi, permasalahan tenaga kerja, kualitas produk dan beberapa
variabel lainnya yang tidak dapat dikuantifikasi.” Faktor ini dihilangkan pada pertengahan 1979.
Komentar resmi dari Value Line, “kontribusinya secara statistik tidak signifikan dan demikian
negatif sehingga menyebabkan perubahan urutan yang tidak diperlukan.”
Figur 12.1 menyajikan rekaman kelompok Value Line selama periode 1965-1984.
Pengembalian Kelompok 1 mengasumsikan investor membeli setara dengan satu dolar pada setiap
saham diurutkan di Kelompok 1 (tertinggi) untuk kinerja harga pada setiap awal tahun. Investor
bertahan daftar tidak berubah sepanjang tahun dan pada akhir tahun merevisi daftar tersebut,
mengeluarkan saham yang tidak lagi pada urutan 1 dan mengganti dengan saham-saham yang
telah menggantikan posisi dalam Kelompok 1. Prosedur yang sama berulang pada keempat
kelompok saham lainnya. (Pengembalian pada Figur 12.1 tidak bertanggung jawab pada biaya
transaksi untuk mengubah portofolio pada setiap akhir tahun.) Perhatikan kinerja harga pada
masing-masing kelompok tampak konsisten dengan prediksi Value Line; sebagai contoh,
Kelompok 1 memiliki apresiasi harga tertinggi dan kelompok 5 memiliki depresiasi harga
tertinggi. Eisentadt (1982) mencatat bahwa “akademia telah lama, jika tidak selalu bersahabat,
tertarik pada sistem urutan Value Line. Dapatkah kamu membayangkan menggunakan laba yang
diketahui dan data harga, tidak diprediksi, prediksi dengan sukses terhadap kinerja harga pada 6
hingga 12 bulan berikutnya ? Keingintahuan kecil, kemudian, Value Line menghasilkan sambutan
dengan kesepakatan baik skeptisisme dalam lingkungan di mana teori pasar efisien hanya
merupakan kebenaran kitab” (hal 1).
Tidak mengejutkan, akademisi telah menguji urutan Value Line dengan menggunakan
benchmarks kegiatan mereka. Sebuah penelitian terdahulu oleh Black (1973) meliputi periode
1965-1970; lima portofolio yang dikonstruksi menyimpulkan lima kelompok dengan saham yang
diberikan pada kelompok berdasarkan kode Value Line pada bulan sebelumnya. Kesimpulan
bahwa “keberhasilan urutan sangat konsisten sepanjang waktu … ketika portofolio direvisi
dengan dasar bulanan, dan pengembalian ekstra dikumpulkan oleh saham urutan 1 dan urutan 5
secara respektif 10 persen per tahun dan –10% per tahun … kemungkinan kinerja ini dapat terjadi
dengan kemungkinan 1 dalam 10.000” (hal 12-14). Copeland dan Mayers (1982) menguji urutan
Value Line selama periode 1965-1978. Pengembalian sekuritas dalam periode 26 minggu dan 52
minggu berikut publikasi kode Value Line diuji. Kesimpulan bahwa “Value Line mengurutkan
pertunjukkan kinerja abnormal … Ini sangat kurang dari apa yang dilaporkan oleh Black (1973),
tetapi kemungkinan dari signifikansi ekonomi untuk beberapa investor tetap” (hal 291). Copeland
dan Mayers menguji tiga sub periode (November 1965 hingga Februari 1970, Mei 1970 hingga
Mei 1974, Agustus 1974 hingga 1978). Bukti kinerja abnormal paling banyak ditandai pada sub
periode 1965-1970 dengan “kelebihan tingkat pengembalian menjadi berkurang dengan
menggantikan masing-masing sub sejarah” (hal 313).

D. Model Valuasi Ekuitas dan Analisis Laporan Keuangan


Premis yang mendasari pengembangan model valuasi ekuitas dengan komunitas investasi dengan
menggunakan pengembalian laba normal. Dalam hal ini terhadap beberapa tahap yang terdapat
diantara analisis laporan keuangan dan pengembalian abnormal.
1. Memecah system investasi dalam beberapa bagian, yaitu : input, model valuasi, jual-beli-
mempertahankan keputusan dengan menggunakan prediksi pada model valuasi.
2. Estimasi probabilitas pada laba abnormal menjadi laba dalam system investasi. Eksistensi
laba abnormal selalu menyiratkan superior sister investasi.
3. Jika terdapat probabilitas yang tinggi, maka laba abnormal dapat diterima.
Asumsi bahwa laba abnormal menjadi diterima dengan system investasi menggunakan prakiraan
penghasilan. Ada dua pendekatan dalam prakiraan pendapatan yang menjadi penyebab laba
abnormal :
1. Memeriksa efek dengan menggunaka alternative prakiraan pendekatan.
2. Memeriksa komponen perkiraan non-laba individual dalam system untuk melihat jika
beberapa sumber daya dalam laba abnormal.
12.4 Rasio Harga terhadap Pengembalian
Salah satu yang mempengaruhi indikator tentang perdagangan perusahaan dengan harga dan rasio
pengembalian. Dengan rumus :
PE Rasio = Market price per ewuity share
Earnings perequity share
Asumsi yang mendasari teori tersebut adalah :
1. Perbedaan antara resiko lain menjadi tidak relevan dalam menentukan P1.
2. Pengembalian masa depan akan dapat direpresentasikan dengan single number.
Dalam kebanyakan konteks, indicator dalam persepsi pasar terhadap laba dengan cara yang sama ke
beberapa rasio keuangan. Seperti indicator dalam atribut seperti likuiditas, laba dan leverage.
A. Computation Issues
Computation Issues muncul ketika perhitungan rasio PE muncul.
1. Pilihan untuk mengukur pembilang. Terdapat dua opsi, yaitu (a) menggunakan harga akhir
tahun fiscal dan (b) menggunakan segera setelah public mengeluarkan laba.
2. Pilihan pada periode waktu untuk digunakan sebagai penyebut.
3. Pilihan pada laba saham pengukuran untuk digunakan dalam penyebut.
4. Pencegahan laba negative.
B. Permanent and Transitory Components of Reported Earnings
Ada beberapa alasan untuk mengekspektasi konsep dari laba implicit dalam pengendalian harga
untuk diadaptasikan dari konsep laba implicit pada prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Terdapat dua konsep tentang laba implicit, yaitu :
1. Konsep laba implicit sesuai GAAP yang berdasarkan pada realisasi dan konservatif. Dengan
konsep ini terdapat dua restriktif, yaitu :
a. Kejadian yang merefleksi pada pelaporan laba berkelanjutan.
b. Perhitungan waktu dimana keterjadian tersebut terrefleksi dalam pelaporan laba
berkelanjutan.
2. Perhitungan waktu yang berfokus pada laba sesuai GAAP untuk periode sebelumnya.
Dimana fokus pada perhitungan waktu pada konsep laba implisit pada pengendalian harga
untuk periode selanjutnya. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan dua tipe, yaitu :
a. Keterjadian sebelumnya terrefleksi dari pelaporan laba sesuai GAAP, tetapi tidak dapat
diekspektasikan sebagai peramalan laba pada masa mendatang.
b. Keterjadian tersebut tidak dapat diterapkan dalam periode sebelumnya tetapi dapat
ditetapkan dalam periode selanjutnya.
C. Explaining Diversity in PE Ratios
Tabel 12. 1 menyajikan data time series dan cross sectional untuk distribusi ratio PE selama
periode 1964-1983. Penjelasan yang memungkinkan untuk pertimbangan variasi pada poin saat
ini termasuk perbedaan antar perusahaan:
 Tanda dan magnitude dari komponen satu tahun dalam pelaporan laba
 Harapan pertumbuhan laba (permanen)
 Resiko
 Metode akuntansi

Bukti yang cukup penting, dari beberapa penjelasan dapat ditemukan pada Beaver dan Morse
(1978). Seagai contoh perusahaan-perusahaan yang terdapat di US dengan tahun fiscal Desember,
PE rasio sudah dihitung. Kemudian perusahaan di ranking kan berdasarkan PE rasio mereka dan
diletakan kedalam satu dari 25 portofolio. Ukuran mean reversion dalam 1 tahun adalah konsisten
dengan bagian dari perbedaan dalam PE rasio menjadi tujuan untuk mendapatkan komponen
transitory. Perusahaan dengan PE rasio yang tinggi dalam satu tahun, dalam rata rata, memiliki
komponen transitory yang negative dalam melaporkan l;aba untuk tahun itu dan sebagainya.
Selama satu tahun komponen transitory dalam melaporkan pendapatan atau laba begitu penting,
itu tidak muncul menjadi penjelasan untuk perbedaan lintas perusahaan dalam PE rasio. Portofolio 1
menunjukkan partumbuhan tertinggi untuk tiap portofolio pada table 12.2 untuk setiap tujuh tahun
subsequents. Bagaimanapun juga, ini hanya tiga tahun pertama yang tingkat pertumbuhan muncul
peredaan yang signifikan dari portofolio yang lain. Portofolio 25 menunjukkan pertumbuhan
terendah hanya dua tahun subsequent pertama. Beaver dan Morse menyatakan bahwa “ beberapa
dari hilangnya PE rasio dalam tiga tahun pertama setelah Formasi dapat dijelaskan oleh
pertumbuhan berbeda dalam pendapatan.
Satu penjelasan untuk pembedaan dalam PE rasio adalah perbedaan lintas perusahaan dalam
metode akuntansi mereka. Beaver dan Dukes (1973) meneliti PE rasio dari (1) 54 perusahaan yang
menggunakan depresiasi straight line untuk melaporkan pendapatan. (2) 69 perusahaan yang
menggunakan akselerasi depresiasi dalam melaporkan pendapatan. Peneliti kemudian menyesuaikan
laporan pendapatan yang menggunakan straight line yang akan ditunjukkan dibawah depresiasi
akselerasi. Pengurangan di perbedaan rata – rata pada PE rasio dari dua kelompok , ketika metode
depresiasi digunakan , adalah konsisten dengan pasar modal yang mengakui perbedaan lintas
perusahaan dalam metode depresiasi yang di tetapkan .

12.5 Equity Valuation Models and Reported Earnings


Bagian ini akan menyajikan bukti terhadap dua hipotesis mengenai hubungan antara harga
sekuritas modal dan laporan pendapatan
1. Mechanistic Hypothesis m menyatakan bahwa pasar modal tergoda pada laporan pendapatan,
tanpa adanya pertimbangan pada metode akuntansi yang biasa memperhitungkan laporan
pendapatan, atau sumber daya yang diperoleh dan dikeluarkan
2. Myopic Hypothesis, Menyatakan bahwa pasar modal memiliki focus jangka pendek dalam
pelaporan pendapatan kuartal atau tahun saat ini, daripada focus periode multi tahunan

A. The Mechanistic Hypothesis


Bukti inkonsisten tambahan dengan hipotesis ini datang dari penelitian menggunakan teori
berdasarkan model evaluasi modal

V1 = f (Ei, R1, G1)


Baik ekonomi dan kriteria statistic digunakan untuk meranking alternative pengukuran
pendapatan dari kemampuan mereka untuk menjelaskan perbedaan antar organisasi
 Dukes (1976) menguji valuasi dari perusahaan-perusahaan dalam tiga industry (chemical,
drugs, dan elektronik) yang memiliki penelitian dan budget pengembangan yang tinggi.
 Foster (1977), meneliti valuasi dari property – kewajiban perusahaan, menggunakan tiga
pengukuran pendapatan (a) underwriting earning, (b) unserwriting + investment earning ,
(3) underwriting + investment + capital gain
 Bowen (1981) meneliti apakah perbedaan multiple ditempatkan pada komponen dari
pelaporan pendapatan pada utilitas elektronik perusahaan.

B. The Myopic Hypothesis


Bukti dari horizon yang panjang digunakan oleh pasar modal ketika penetapan harga
ekuilibrium ditemukan oleh Brown, Foster , dan Noreen (1985). Kesimpulan dari penelitian ini
termasuk
 Terdapat signifikansi hubungan antara Terdapat signifikansi hubungan antara (a) one-year
ahead kesalahan peramalan pendapatan dengan (b) pendapatan sekuritas dalam periode
 Teradapat hubungan yang signifikan antara (a) two-year ahead kesalahan peramalan
pendapatan dengan (b) pendapatan sekuritas dalam periode
 Hubungan FY2 peramalam pendapatan variable adalah signifikan, meskipun ketka desain
penelitian membawa kedalam korelasi positif antara tanda dan magnitude.

Anda mungkin juga menyukai