Anda di halaman 1dari 6

I.

Judul Percobaan : Pengaruh Katalis Ammonium Molibdat dalam Reaksi


Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida
II. Hari, Tanggal Percobaan : Senin, 9 Maret 2020 Pukul13.00-15.30 WIB
III. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui pengaruh katalis ammonium
molibdat dalam reaksi kalium iodida dan hidrogen
peroksida.
IV. Dasar Teori
1. Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)
Reaksi redoks adalah reaksi dimana terjadi transfer elektron dari suatu zat
ke zat lain, zat pereduksi (reduktan) adalah donor elektron dan pengoksidasi
adalah akseptor elektron. Transfer elektron dapat disertai dengan kejadian lain
seperti transfer atom atau ion, tetapi juga efek netonya adalah perubahan
bilangan oksidasi suatu unsur (Atkins, 1996).
Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom
jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang
keelektronegatifannya lebih besar. Jika kedua atom diberikan maka atom yang
keelektronegatifannya lebih kecil lebih positif sedangkan atom yang
keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi negatif (Dogra,
1998).
Perubahan penting yang terjadi dalam suatu reaksi reduksi-oksidasi paling
mudah terlihat dengan cara memisahkan reaksi reaksi keseluruhan ke dalam
dua setengah reaksi. Dalam setengah-reaksi oksidasi atom-atom tertentu
mengalami peningkatan bilangan oksidasi, dan elektron tampak pada sebelah
kanan persamaan setengah-reaksi. Dalam setengah reaksi reduksi, bilangan
oksidasi dari atom-atom tertentu menurun, dan elektron pada sebelah kiri dari
persamaan reaksi. Dalam suatu persamaan oksidasi reduksi keselurahan,
jumlah elektron yang sama harus tampak dalam masing-masing persamaan
setengah reaksi. Ketentuan ini merupakan dasar dari persamaan keseimbangan
oksidasi-reduksi (Petrucci, 1985).
Contoh reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi antara larutan Kalium Iodida
(KI) dengan larutan Hidrogen Peroksida (H2O2). Persamaan reaksi antara H2O2
+ KI dengan indikator larutan kanji dapat dituliskan sebagai berikut ini :
H2O2(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq) → I2(aq) + 2H2O(l)
katalis asam
-1 reduksi -2

-1 oksidasi 0

Reaksi diatas termasuk reaksi redoks, dimana terjadi reaksi reduksi dan
oksidasi, yang berkaitan dengan perubahan biloks. H2O2 berfungsi sebagai
oksidator (mengalami reduksi) sedangkan KI sebagai reduktor (mengalami
oksidasi). Dapat diketahui pula katalis asam (H2SO4 encer) hanya sebagai zat
penghidrasi namun tidak ikut bereaksi dalam reaksi redoks tersebut (Shevla,
1979).
Pada reaksi tersebut ditambahkan indikator amilum berfungsi untuk
mengetahui telah terbentuknya I2 dengan indikasi perubahan warna pada
larutan. Amilum yang merupakan karbohidrat bereaksi dengan I2 akan
menghasilkan uji positif yaitu dengan membentuk sebuah senyawa kompleks
I2-amilum yang memiliki warna biru keunguan (Fessenden & Fessenden,
1986).

2. Hukum Laju Reaksi pada Reaksi Redoks


Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukkan perubahan konsentrasi zat
yang terlibat dalam reaksi setiap satu satuan waktu. Seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan semakin sedikit,
sedangkan produk semakin banyak. Oleh karena itu, laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk
(Dogra, 1998).
Laju reaksi pada reaksi redoks yang mana antara KI dan H2O2 yang
membentuk produk H2O dan I2 dapat diprediksi dengan hitungan matematis
hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Ketika hidrogen peroksida
ditambahkan ke larutan kalium iodida, ion-ion iodida perlahan teroksidasi.
Sesuai dengan persamaan laju :
H2O2(aq) + 2I-(aq) + 2H+  2H2O(aq) + I2(aq)
Hukum laju reaksi ini harus mencakup konsentrasi iodida, ion hidrogen,
dan hidrogen peroksida. Namun, jika konsentrasi H+ dipertahankan konstan
selama percobaan maka efeknya tidak akan muncul dalam hukum laju. Ini
menghasilkan hukum laju yang relatif sederhana:
r = k [I-]m [H2O2]n[H+]p
r = k’ [I-]m [H2O2]n dimana k’= k[H+]p
m dan n adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat
ditentukan melalui eksperimen. Nilai m maupun n tidak sama dengan
koefisien reaksi a dan b. Bilangan perpangkatan m dan n memperlihatkan
pengaruh konsentrasi reaktan A dan B terhadap laju reaksi. Orde total (orde
keseluruhan) atau tingkat reaksi adalah jumlah orde reaksi reaktan secara
keseluruhan. Semakin besar harga ‘k’ reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Kenaikan suhu dan penggunaan katalis umumnya memperbesar harga k.
hukum laju reaksi pada reaksi redoks dimana laju pengurangan reaktan atau
laju pembentukan produk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain antara
lain luas permukaan, suhu, katalis dan konsentrasi pereaksi.

3. Faktor-faktor Pengaruh Laju Reaksi


Menurut Atkins (1996) Besar kecilnya nilai dari laju dari suatu reaksi
kimia dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain luas permukaan, suhu,
katalis dan konsentrasi pereaksi.
1. Konsentrasi
Dalam suatu reaksi semakin besar konsentrasi zat reaktan, akan semakin
mempercepat laju reaksinya. Dengan bertambahnya konsentrasi zat reaktan
jumlah  partikel-partikel reaktan semakin banyak sehingga peluang untuk
bertumbukkan semakin besar.
2. Suhu
Laju reaksi akan semakin meningkat dengan meningkatnya suhu reaksi.
Kenaikkan suhu akan menambah energi kinetik molekul – molekul , akibatnya
molekul - molekul yang bereaksi menjadi lebih aktif untuk bertabrakan. Hal
ini terjadi karena gerakan - gerakan molekul semakin cepat pada temperatur
yang lebih tinggi.
3. Luas permukaan
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan yang efektif antar partikel. Terjadi
tumbukkan berarti adanya bidang yang  bersentuhan (bidang sentuh). Jika
permukaan bidang sentuh semakin luas, maka akan sering terjadi tumbukkan
dan menghasilkan zat produk yang semakin banyak, sehingga laju reaksi
semakin besar.
4. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi tetapi tidak mengalami
perubahan kimia yang permanen. Katalis bekerja dengan cara menempuh
jalan lain yang memiliki energy aktivasi terendah sehingga reaksi dapat
mudah dan cepat berjalan. Dalam skala industri kimia, katalis akan
mempercepat laju reaksi tanpa menimbulkan produk yang tidak diinginkan.

4. Katalis Ammonium Molibdat


Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan campuran reaksi untuk
menghasilkan produk. Katalis mempercepat laju reaksi dengan cara memilih
tahap reaksi yang memiliki energi aktivasi yang lebih rendah, sehingga
kompleks teraktivasi lenbih mudah terbentuk dan reaksi menjadi lebih cepat.
Dengan kata lain penambahan katalis memberikan jalan baru bagi reaksi yang
memiliki energi aktivasi yang lebih rendah, sehingga lebih banyak molekul
yang bertumbukan pada suhu normal dan laju reaksi semakin cepat (Dogra,
1998).
Berikut ini adalah grafik energi aktivasi suatu reaksi dengan penambahan
katalis dan tanpa penambahan katalis :

Berdasarkan grafik tersebut dapat terlihat bahwa penggunaan katalis dapat


memberikan alternative mekanisme lain yang energy aktivasinya lebih rendah,
sehingga reaksi dapat berjalan dengan lebih cepat. Pembentukan kompleks
teraktivasi akan lebih cepat tercapai dengan penambahan katalis yang
menyebabkan reaksi dapat lebih cepat berjalan.
Katalis juga dapat berfungsi sebagai zat perantara bagi zat-zat pereaksi dan
sebagai zat pengikat. Dimana katalis sebagai zat perantara yang pada hasil
akhir reaksi diperoleh kembali. Contoh :
Reaksi tanpa katalis : A + B  AB (reaksi berjalan lambat)
Reaksi dengan katalis : A + B  AB (reaksi berjalan cepat)
Katalis ammonium molibdat merupakan jenis katalis homogen yang
mana material katalisnya terdiri dari satu komponen katalis system
logam/pengemban dimana pada saat proses katalisasi material katalis dan
umpan (reaktan) memiliki fase yang sama berupa gas-gas atau cair-cair
(Trisunaryanti, 2018).
Berikut merupakan persamaan reaksi redoks antara KI dan H2O2 dengan
adanya katalis ammonium molibdat.

H2O2(aq) + 2KI(aq)

( NH4 )2 MoO 4 , H+
2KOH(aq) + I2(aq)
Daftar Pustaka
Atkins, P.W,. 1996. Physical Chemistry Jilid 2, Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
Dogra. 1998. Kimia Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia.
Fessenden, R.J., & Fessenden, J.S,. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga, Jilid Satu.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry 2th. Jakarta : Erlangga.
Svehla, G., 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pustaka.
Trisunaryanti, Wega. 2018. Material Katalis dan Karakternya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai