Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

GASTRITIS

Disusun Oleh

Romana Pebritia Nugraha

NIM: 432051440116017

Program Studi D3 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2019
A.Definisi

Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan


mukosa gaster Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa
lambung dan berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)

Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam
lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu
hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. (Sujono Hadi, 1999, hal :
492).

B.Etiology

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan lasifikasinya sebagai berikut

1.Gastritis Akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:

-Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan

obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.

-Minuman beralkohol

-Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci

-Infeksi virus oleh sitomegalovirus

-Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis

-Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.


-Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi mukosa
lambung

-2.Gastritis Kronik

Penyebab pastidari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting
yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi
(Wehbi, 2008)

3.Gastritis infeksi

Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi
peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.

-H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab utama
dari gastritis kronik (Anderson, 2007).

-Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)

-nfeksi virus (Wehbi, 2008).

4. Gastritis non infeksi

a)Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu


kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee, 2009).

b)Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum
terlalu banyak beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

C.Faktor Resiko

 Sering mengonsumsi makanan pedas atau yang kadar lemaknya tinggi seperti
gorengan
 Gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau kebanyakan minum minuman
beralkohol
 Kelebihan berat badan atau obesitas
 Sedang menjalani pengobatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, steroid, dan
pil KB

 Stres atau kelelahan


 Pola makan berantakan dan tidak teratur
 Sering mengonsumsi obat penghilang rasa sakit
 Penyakit lain yang disebabkan oleh infeksi: HIV/AIDS, penyakit Crohn, dan
penyakit infeksi bakteri lainnya
 Alergi makanan, khususnya bagi orang yang memiliki esophagitis
eosinophilic (EoE, gangguan pencernaan). Kondisi ini bisa menjadi pemicu
gastritis. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli alergi untuk
mendeteksi alergi makanan guna menghindari kondisi gastritis

D.Klasifikasi

Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (David Overdorf 2002)

1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat ,enyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua
garis besar yaitu :
1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari luar,
seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung) ).
2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis
kronik dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan
gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisinosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim.
Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobaxter pylori yang menimbulkan
ulkus pada dinding lambung.
E.Patofisiology
F.Tanda dan gejala
1.Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran
cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia

2.Gastritis
Kronik,
Kebanyakan klien
tidak mempunyai
keluhan, hanya
sebagian kecil
mengeluh nyeri
ulu hati
anorexia, nausea,
dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.
G.Diagnostik penunjang

1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat
terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.

5. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit


pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

6. Analisis Lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa
untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output)
tanpa perangsangan.

Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison


(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7.Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,


Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.

H.DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna.
 Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan 
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

I.Asuhan Keperawatan
N Diagnosa Intervensi Rasional
O
Gangguan perfusi a. Awasi tanda-tanda a. Memberikan informasi tentang
1 vital  
jaringan derajat perfusi jaringan dan
membantu menentukan
kebutuhan intervensi

b. Tinggikan kepala b. Meningkatkan ekspansi paru dan


tempat tidur sesuai
memaksimalkan oksigenisasi.
toleransi.

c. Awasi upaya
c. Dyspnoe, gemericik menunjukan
pernafasan; auskultasi
peningkatan kompensasi curah
bunyi nafas
jantung.

d. Selidiki keluhan nyeri


d. Iskhemia selulermempengaruhi
dada, palpitasi.
jaringan miokardial/potensial resiko
infark.

2 a. Kaji kemampuan
Intoleran aktivitas
a. Mempengaruhi pilihan intervensi
pasien untuk melakukan atau bantuan.
aktivitas, catat laporan
kelelahan dan kesulitan
melaksanakan aktivitas.

b. Menunjukan perubahan
b. Kaji
neurology karena defisiensi vitamin
kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya jalan, B12 mempengaruhi resiko cedera.

kelemahan otot.

c. Prioritaskan jadwal
askep untuk c. Mempertahankan tingkat energi
meningkatkan istirahat. dan meningkatkan regangan pada
system jantung dan pernafasan.
d. Berikan bantuan dalam
aktivitas/ambulasi bila d. Membantu bila perlu, harga diri
perlu. ditingkatkan pbila pasien melakukan
sesuatu sendiri.
e. Rencanakan kemajuan
aktivitas dengan pasien. e. Meningkatkan secara bertahap
tingkat aktivitas sampai normal.

3 Perubahan nutrisi kurang a. Observasi dan catat a. Mengawasi masukan kalori atau
dari kebutuhan. masukan makanan kualitas kekurangan konsumsi
pasien. makanan.

b. Berikan makanan
b. Makan sedikit dapat menurunkan
sedikit tapi sering atau
kelemahan dan meningkatkan
makan diantara waktu
pemasukan juga mencegah distensi
makan.
gaster.

c. Observasi dan catat c. Gejala gastrointestinal dapat


kejadian mual atau menunjukan efek anemia (hipoksia)
muntah dan gejala lain pada organ.
yang berhubungan.

d. Berikan obat sesuai d. Kebutuhan penggantian


indikasi, missal; vitamin
dan suplemen mineral tergantung pada tipe anemia.
(vitamin B12, asam folat,
asam askorbat).

E.Berikan diet halus,


rendah serat, E.Bila ada lesi oral, nyeri dapat
menghindari makanan membatasi tipe makanan yang
panas, pedas atau asam. dapat ditoleransi pasien.

4 Kurang Pengetahuan a. Berikan informasi a. Memberikan dasar pengetahuan


tentang anemia spesifik. sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat.

b. Jelaskan bahwa darah b. b. Ini sering merupakan


diambil untuk kekuatiran yang tidak diungkapkan
pemeriksaan yang dapat memperkuat ansietas
laboratorium tidak akan pasien
memperburuk anemia.
c. Tinjau perubahan diet
yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan diet c.Daging merah, hati, kuning telur,
khusus. sayuran berdaun hijau adalah
sumber besi. Sayuran hijau, hati dan
buah asam adalah sumber asam folat
d. Dorong untuk dan vitamin C.
menghentikan rokok.
d. Menurunkan ketersediaan

e. Diskusikan pentingnya oksigen dan menyebabkan


hanya minum obat yang vasokonstriksi.
diresepkan.
e. Kelebihan dosis obat besi dapat
menjadi toksik.

DAFTAR PUSTAKA

Agus P., & SriL., (2008). Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta : salemba Medika

Chandrasoma, &Parakrama. (2005). Ringkasan patologi Anatomi Edisi 2. Jakarta


:EGC

Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika.
Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta :
Gosyen Publising.

Anda mungkin juga menyukai