Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH : Manajemen Keselamatan Bawah Tanah

KELAS :B
DOSEN : Rully Nurhasan Ramadani, S.T., M.T.
TANGGAL : 24 Maret 2020
NPM : 10070117113
NAMA : Rizki Purnama
TTD :
JAWABAN
1. Peraturan-peraturan Manajemen k3
-Permen ESDM no 26 tahun 2018 ( pelaksanaan kaidah pertambangan
yang baik dan pengawasan pertambangan mineral dan batubara.
- Kepmen ESDM no 1827K/30/MEM/2018 (pedoman pelaksanaan kaidah
pertambangan yang baik)
-Keputusan Dirjen Mineral dan Batubara Nomor 185/30/DJB/2019
Dasar peraturan
- UU no.04 tahun 2009
- PP nomor 55 tahun 2010
- PP nomor 23 tahun 2010
- PERMEN nomo r11 tahun 2019
- PERMEN nomor 26 tahun 2018
- Kepmen ESDM nomor 1806 tahun 2018
- KEPMEN ESDM nomor 1827 tahun 2018
- KEPDIRJEN MINERBA no 308 tahun 2018
- KEPDIRJEN MINERBA no 185 tahun 2019
2. a. Kepmen ESDM no 1827K/30/MEM/2018 (pedoman pelaksanaan
kaidah pertambangan yang baik)
Dalam pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik dan benar
terdiri dari atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pertambangan, yang memperhatikan berbagai faktor, dimana
dalam peraturan ini terdapat penerapan SMKP MINERBA yang
terdiri dari beberapa elemen.
b. Permen ESDM no 26 tahun 2018 ( pelaksanaan kaidah
pertambangan yang baik dan pengawasan pertambangan mineral
dan batubara.)
Dalam peraturan menteri ESDM no 26 tahun 2018 menjelaskan
mengenai Kaidah pertambangan yang baik harus memperhatikan
dan mentaati peraturan serta SMKP meliputi kebijakan,
perencanaan, organisasi dan personel, implementasi,
pemantauan, dokumentasi, dan tinjauan manajemen, dijelaskan
juga bahwa IUP operasi produksi salah satunya harus
menerapakan SMKP paling sedikit 1 kali dalan 1 minggu
c. Keputusan Dirjen Mineral dan Batubara Nomor 185/30/DJB/2019
Keputusan Dirjen Mineral dan Batubara Nomor 185/30/DJB/2019
menjelaskan bagaimana petunjuk pelaksanaan, penilaian dan
pelaporan SMKP minerba, dalam melakukan semuanya diatur
sesuai dengan keputusan kepdirjen minerba nomor
185/30/DJB/2019. Setelah smkp di terapkan maka wajib
melakukan pelaporan dengan sesuai prosedur yang di terapkan.
3. Penerapan SMKP sesuai dengan peraruran yang telah ditetapkan terdiri
dari berbagai elemen diantaranya yaitu :
a. Kebijakan
Perusahaan menerapkan SMKP yang berlaku sesuai dengan Acuan dari
peraturan yang berlaku
b. Perencanaan
Perencanaan mengenai SMKP akan menentukan tentang penerapan
SMKP yang akan diterapakan di suatu perusahaan
c. Organisasi dan personel
Peran SMKP di pengaruhi oleh organisasi dan Personel
d. Implementasi
Perusaan harus mengimplementasikan mengenai Penerapan SMKP
e. Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
Dalam pelaksanaan SMKP dilakukan pemantauan dalam
pelaksanaannya, kemudian di evaluasi setelah itu ada tindakan lanjut
setelah dilakukan pelaporan.
f. Dokumentasi
g. Tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja.
Dilakukan peninjauan apakah sistem SMKP yang diterapkan sudah baik
atau belum, yang dapat meningkatka efisiensi kinerja.
4. Penyusunan dan pentatapan program keselamatann kerja didasarkan
kepada :
a. Peraturan perundangan yang berlaku
Perusahaan harus mengacu kepada perundangan-undangan yang
berlakuk
b. Persyaratan lainya yang terkait
Persyaratan lainya yang terkait meliputi peraturan pemerindah
daerah setempat
c. Kebijakan dari suatu perusahaan
Harus melporkan sesuai dengan peraturan yang diterpakan
perusahaannya masing-masing
d. Hasil manajemen Risiko
Tergantung kepada resiko yang ditanggung oleg perusahaan
e. Evaluasi kinerja program yang sebelumnya
Dilakukan evaluasi kerja
f. Hasil pemeriksaan kecelakaan dan kejadian yang berbahaya
g. Ketersediaan sumber daya
Pelaporan dilakukan sesuai dengan sumber daya meliputi
manusia alam dan peralatan yang digunakan.
5. Dalam SMKP terdapat 2 mekanisme pelaporan SMKP:
a. Pelaporan berkala terbagi menjadi 2, yaitu laporan bulanan yang
dilaporkan paling lambat 5 hari pada kalender setelah berakhirnya
tiap bulan dan juga laporan triwulan yang dilaporkan paling lambat
30 hari pada kalender setelah berakhirnya tiap triwulan.
b. Pelaporan khusus, pada pelaporan khusus ini terbagi menjadi 2
yaitu:
1) Dilaporkan pada saat setelah terjadinya awal kecelakaan,
awal kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja maupun sesaat setelah diketahui atau hasil diagnosis
dan pemeriksaan penyakit akibat kerja.
2) Dilaporkan 14 hari kerja setelah Audit Eksternal SMPK
Minerba dinyatakan selesai.
6. Menurut KEPDIRJEN 185 KEJADIAN BERBAHAYA DAN KECELAKAAN
terdapat beberapa kriteria diantaranya yaitu :
a. Benar-benar terjadi, suatu hal yang tidak dapat diprediksi dan
tidak diinginkan.
b. kecelakaan yang berpotensi menghilangkan nyawa atau
menyebabkan kematian dan terhentinya kegiatan pertambangan
selama 24 jam.
c. Adanya kegagalan teknis dalam kegiatan pertambangan baik
karena faktor manusia ataupun faktor alam.
d. Kecelakaan terjadi disekitar wilayah pertambangan dan wilayah
proyek pertambangan.
7. Tahapan Penyelidikan kecelakaan atau kejadian berbahaya diantaranya
yaitu :
Penyelidikan mengenai kecelakaan kerja dan kejadian berbahaya harus
dilakukan sekurang-kurangnya 2 x 24 jam. Dalam penyelidikannya
terdapat beberapa tahapan diantaranya yaitu :
a. Dilakukan persiapan meliputi pengumpulan data, pengumpulan
tim, alat yang diperlukan, serata dokumen.
b. Dilakukan pelaksanaan Inpeksi terhadap lokasi meliputi kegiatan
wawancara, inpeksi alat, dan selanjutnya menarik analisis
penyebab atau sumber terjadinya kejadian berbahaya atau
kecelakaan
c. Kemudian setelah semua data diadapatkan dilakukan pembuatan
pelaporan setelah dilakukan investigasi
d. Dilakukan pemantauan atau koreksi yang dilakukan
e. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan penyelidikan dilakukan.
8. Tugas dan tanggung jawab KTT atau PTLmeliputi :
a. membuat peraturan internal perusahaan mengenai penerapan
kaidah teknik pertambangan yang baik;
b. mengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis;
c. mengesahkan PJO;
d. melakukan evaluasi kinerja PJO;
e. memastikan semua perusahaan jasa pertambangan yang
beroperasi di bawahnya memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
f. menerapkan standar sesuai dengan ketentuan
perundangundangan;
g. menyampaikan laporan kegiatan jasa pertambangan kepada KaIT
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
h. memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan;
i. melaksanakan manajemen risiko pada setiap proses bisnis dan
subproses kegiatan pertambangan;
j. menerapkan sistem manajemen keselamatan pertambangan dan
melakukan pengawasan penerapan sistem manajemen
keselamatan pertambangan yang dilaksanakan oleh perusahaan
jasa pertambangan yang bekerja di wilayah tanggung jawabnya;
k. melaporkan penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik
kepada KaIT, baik laporan berkala, akhir, dan/atau khusus sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan;
l. melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan secara berkala sesuai dengan bentuk yang ditetapkan;
m. melaporkan jumlah pengadaan, penggunaan, penyimpanan, dan
persediaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun secara
berkala setiap 6 (enam) bulan;
n. melaporkan adanya gejala yang berpotensi menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
o. menyampaikan laporan kasus lingkungan paling lambat 1 x 24
(satu kali dua puluh empat) jam setelah terjadinya kasus
lingkungan berikut upaya penanggulangannya;
p. menyampaikan pemberitahuan awal dan melaporkan kecelakaan,
kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan
penyakit akibat kerja;
q. menyampaikan laporan audit internal penerapan sistem
manajemen keselamatan pertambangan mineral dan batubara;
r. menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan pada tempat yang berpotensi
menimbulkan perusakan dan pencemaran lingkungan;
s. menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik;
t. melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan batubara; dan
u. KTT menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan teknis
pertambangan mineral dan batuba.
9. Permasalahan yang terjadi di Indonesia tehadap penerapan K3 Dan KO
dalam pertambangan dianataranya meliputi :
a. Salah satunya KTT atau PTL merupakan bukan orang yang
tertinggi dilapangan, Sehinggga tidak adanya kepemimpinan
dalam pekerjaan yang dilakukan.
b. KTT atau PTL merupakan karywan yang pekerjaannya tidak tepat
atau dikontrak, yang menyebabkan kebijakan dan perizinan tidak
sepenuhnya didapatkan.
c. RKAB tidak ditinjau langsung oleh pemegang izin yang
menyebabkan peningkatan pengelolaan aspek keselamatan
pertambangan.
d. Bekerja tidak sesuai dengan RKAB yang telah disetujui
e. Tidak adanya tenaga teknis yang berkompenten, sehingga
menyebabkan kesalahan dalam berbagai aspek seperti
pengukuran, maupun penerapan geoteknik.
f. Tidak mencerminkan realita dilapangan mengenai pelaksanaan
pengawasan oleh tenaga teknis.
10. Dalam penerapan kerja SMKP di area kerja yaitu melakukan prosedur
sesuai dengan peraturan yang berlaku, menghorti dan mentaati
kebijakan yang berlaku, mengetahui dan mencari tahu tentang penerapan
SMKP yang berlaku di perusaan, mengutamakan K3 operasi tambang, serta
memperhatikan faktor sekecil apapun yang harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan yang menyebabkan keadaan berbahaya maupun
kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai