Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmanirrohim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puji Syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senatiasa
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan awal praktikum Teknik Eksplorasi ini dengan baik dan
lancar. Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa adanya
keterbatasan dan kekurangan referensi. Oleh karena itu saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada Staff Assisten Laboratorium Eksplorasi UNISBA
yang telah memberikan bimbingan dan juga teman-teman dalam membantu saya
selama kegiatan praktikum sehingga saya bisa membuat laporan awal praktikum
Teknik Eksplorasi ini.
Laporan ini saya susun berdasarkan keadaan yang sebenarnya dan
dengan pengetahuan yang saya peroleh di Laboratorium Eksplorasi, sehingga
saya merasa masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya sebagai
penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran dari Pembaca dan Pembimbing
khususnya agar penyusunan laporan yang sama akan lebih baik di kemudian
hari.
Mudah-mudahan laporan akhir yang telah saya buat ini dapat bermanfaat
bagi yang membutuhkannya, semua pihak dan bagi sipenulis.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Bandung, 27 Februari 2020

Rizki Purnama
100.701.17.113

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...........................................................................2
1.2.1 Maksud....................................................................................2
1.2.2 Tujuan......................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................3
2.1 Jenis Endapan Bahan Galian............................................................3
2.2 Tipe Endapan Bahan Galian.............................................................5
2.3 Bentuk Endapan Bahan Galian.........................................................6
2.4 Alterasi..............................................................................................7
2.5 Parameter Deskripsi Batuan..............................................................7
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN.................................................................9
3.1 Tugas................................................................................................9
3.2 Pembahasan.....................................................................................9
BAB IV ANALISIS..............................................................................................13
BAB V KESIMPULAN........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ASISTENSI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan suatu daerah yang terdapat pada lingkaran api
pasifik (ring of fire), dimana sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi di bumi ini
sebesar 81% dari gempa bumi tersebut terjadi di sepanjang lingkaran api ini,
sehingga menyebabkan beberapa daerah yang terdapat pada lingkaran cincin
tersebut termasuk indonesia sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung
berapi. Dalam ilmu geologi, terjadinya gempa bumi pada suatu daerah akan
menyebabkan terbentuknya struktur-struktur geologi, dimana struktur ini akan
mempengaruhi terjadinya deformasi dan bentuk dari permukaan bumi, sehingga
nantinya akan mempengaruhi kondisi geologis suatu daerah.
Secara geologis indonesia merupakan suatu daerah yang terletak di
antara beberapa lempengan bumi dan beberapa dangkalan laut, sehingga hal
inilah yang menyebabkan kondisi geografis dan kondisi geologinya berbeda-
beda setiap daerahnya. Indonesia berada pada titik pertemuan tiga lempeng
litosfer, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik,
dimana ketiga lempeng ini sering mengalami gesekan sehingga membuat di
Indonesia banyak terdapat gunung api serta sering terjadi gempa bumi.
Indonesia juga terletak pada tiga daerah dangkalan, yaitu dangkalan sunda,
dangkalan sahul, dan daerah pertengahan Australia Asiatis, hal ini menyebabkan
wilayah timur Indonesia terdiri dari lautan yang dangkal dan daerah barat terdiri
dari lautan yang dalam sehingga dalam hal ini akan menyebabkan kondisi
endapan bahan galian di Indonesia juga memiliki keragaman.
Keragaman endapan bahan galian yang terdapat di Indonesia perlu
dilakukan pengkajian lagi agar dapat dimanfaatkan. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang jenis, tipe dan bentuk
endapan bahan galian sangat diperlukan, sehingga nantinya keragaman
endapan bahan galian tersebut dapat ditambang sesuai dengan kondisi dari
endapan bahan galian tersebut.

1
2

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum kali ini ialah untuk mengetahui secara
umum tipe, jenis dan bentuk endapan bahan galian baik yang terdapat di
Indonesia maupun di luar Indonesia.
1.2.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari praktikum kali ini, di antaranya ialah sebagai
berikut :
1. Mengetahui contoh lokasi dari sampel batuan yang telah dideskripsi.
2. Mengetahui karakteristik daerah pengendapan dari sampel batuan yang
telah dideskripsi.
3. Mengetahui rencana eksplorasi yang dilakukan dari sampel batuan yang
telah dideskripsi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Jenis Endapan Bahan Galian


Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, di mana pada Undang-undang ini lebih menitikberatkan
pada aspek teknis. Penggolongan jenis bahan galian diatur berdasarkan
kelompok usaha pertambangan yang tertera pada Undang-undang Nomor 4
Tahun 2009 pasal 34, di antaranya ialah sebagai berikut :
1. Pertambangan mineral
Adapun beberapa kelompok dari pertambangan mineral, yakni :
a. Mineral radioaktif, merupakan mineral yang memiliki ketidakstabilan
dalam ini atomnya sehingga mineral ini nantinya dapat menimbulkan
pancaran energi besar yang terdiri dari partikel alfa, beta, serta
gamma. Contoh mineral ini seperti uranium (U), radium (Ra), torium
(Th), dan lain sebagainya.

Sumber : Emanuel, Christian, 2012


Gambar 2.1
Mineral Radioaktif
b. Mineral logam, merupakan mineral yang pada proses penambangan
hingga pengolahannya hanya unsur logamnya saja yang diambil.
Dalam hal ini mineral logam yang dimaksud ialah yang diharapkan
bernilai ekonomi. Contoh mineral ini seperti emas (Au), perak (Ag),
tembaga (Cu), besi (Fe), dan lain sebagainya.

3
4

Sumber : Fadilah, Erwin, 2011


Gambar 2.2
Mineral Logam
c. Mineral non-logam, merupakan mineral yang tidak mengandung unsur
logam dan biasanya mineral ini sering disebut dengan mineral
industri. Mineral ini mudah dicari dan usahanya tidak membutuhkan
modal yang besar, teknologi yang susah, dan waktu eksplorasi yang
sebentar.

Sumber : Fadilah, Erwin, 2011


Gambar 2.3
Mineral Non-logam
2. Pertambangan batubara
Dalam hal ini bahan galiannya ialah batubara, di mana batubara ialah
suatu batuan sedimen yang terbentuk dari proses endapan bahan-bahan
organik seperti tumbuh-tumbuhan lalu endapan organik ini mengalami
proses pembatubaraan. Kandungan utama dari batubara ialah karbon.
Batubara biasanya juga sering disebut sebagai batuan sedimen yang
5

dibakar hal ini disebabkan karena bentuk dari batubara ini seperti
terbakar.

Sumber : Fadilah, Erwin, 2011


Gambar 2.4
Batubara

2.2 Tipe Endapan Bahan Galian


Adapun beberapa tipe endapan bahan galian berdasarkan genetiknya, di
antaranya ialah sebagai berikut :
1. Tipe magmatik, merupakan tipe endapan bahan galian yang terbentuk
bersamaan dengan pembentukan magma. Tipe magmatik ini biasanya
tersebar merata pada tubuh endapannya.
2. Tipe metasomatisme kontak, merupakan tipe endpan bahan galian yang
terbentuk karena adanya intrusi magma terhadap batuan sampingnya,
sehingga menyebabkan pembentukan mineral skarn dan piroksen yang
bentuk tubuhnya biasanya berlensa atau berkantong.
3. Tipe hidrotermal, merupakan tipe endapan bahan galian yang terbentuk
akibat adanya larutan hidrotermal yang masuk mengisi celah-celah yang
terdapat pada massa batuan.
4. Tipe lateritik, merupakan tipe endapan bahan galian yang terbentuk
akibat proses pelapukan yang terjadi ditempat batuan tersebut berada
(insitu).
5. Tipe alluvial, merupakan tipe endapan bahan galian yang terbentuk
karena adanya proses pelapukan dari batuan induk yang tertransportasi
6

secara jauh hingga ke laut dan memiliki bentuk endapan yang tidak
beraturan.
6. Tipe sedimenter, merupakan tipe endapan bahan galian yang terbentuk
karena proses-proses sedimentasi, seperti pelapukan, transportasi, dan
pengendapan dan tipe endapan ini memiliki bentuk perlapisan serta
menganut hukum superposisi.
7. Tipe metamorfik, merupakan tipe endapan bahan galian yang dipengaruhi
oleh suhu dan tekanan sehingga batuan nantinya mengalami perubahan.

Sumber : Guntoro, Dono, 2018


Gambar 2.5
Tipe Endapan Bahan Galian

2.3 Bentuk Endapan Bahan Galian


Bentuk endapan bahan galian sangat beragam dan dipengaruhi oleh
kondisi geologi seta faktor-faktor yang mempengaruhi batuan tersebut. Secara
umum bentuk endapan bahan galian ialah sebagai berikut :
1. Bentuk isometrik, merupakan bentuk endapan bahan galian yang mana
bahan galian tersebut relatif memiliki ukuran panjang, lebar, tinggi yang
sama.
7

2. Bentuk berlapis, merupakan bentuk endapan bahan galian yang terdiri


lapisan-lapisan, di mana lapisan-lapisan tersebut merupakan batuan hasil
pelapukan dari batuan induk yang terlapukan dan tertransportasi serta
mengalami pengendapan secara terus-menerus.
3. Bentuk tabung, merupakan bentuk endapan bahan galian yang
menyerupai tabung-tabung, biasanya ukuran lebarnya lebih besar atau
kecil dari ukuran panjangnya.
2.4 Alterasi
Alterasi merupakan suatu kejadian dimana mineral yang terdapat pada
batuan mengalami perubahan dalam keadaan padat yang disebabkan karena
adanya suhu dan tekanan yang tinggi. Proses alterasi ini merupakan proses
sekunder, hal ini disebabkan karena pada proses ini batuan yang telah
mengalami proses primer dipengaruhi oleh suhu dan tekanan lagi, sehingga
proses perubahan yang dialami oleh mineral ini sekunder (dua kali). Contoh dari
mineral ini ialah actinolit, adularia, albite, biotite, clinopiroxene, diopside,
dolomite, epidote, garnet, dan lain sebagainya.

Sumber : Sutarto, 2004


Gambar 2.6
Proses Alterasi

2.5 Parameter Deskripsi Batuan


Batuan yang terdapat di dalam bumi ini dapat dideskripsikan berdasarkan
jenis batuannya, sehingga nantinya akan memudahkan untuk menjalani kegiatan
berikutnya. Adapun beberapa parameter deskripsi batuan, di antaranya ialah
sebagai berikut :
8

1. Warna batuan, merupakan warna yang terdapat pada batuan tersebut.


2. Tekstur batuan, merupakan salah satu parameter yang dibuat untuk
mengetahui keadaan tektur pada batuan seperti kasar, halus, dan lain
sebagainya.
3. Komposisi mineral, parameter ini dibuat untuk mengetahui mineral apa
saja yang terkandung dalam batuan tersebut, biasanya denga
mengetahui kompisisi mineral maka akan diketahui nama batuannya
tersebut.
4. Porositas, merupakan kemampuan suatu batuan untuk menyarangkan
air, biasanya batuan yang dapat menyarangkan air memiliki butir dan pori.
5. Permabilitas, merupakan kemampuan suatu batuan untuk meloloskan air,
biasanya batuan yang dapat meloloskan air memiliki butir dan pori.
6. Pemilahan, merupakan tingkat keseragaman butir yang terdapat pada
batuan sedimen.
7. Kontak, merupakan hubungan batuan dengan batuan lainnya dan
biasanya kontak terdapat pada batuan sedimen.
8. Kandungan fosil, merupakan suatu parameter yang dapat
mendeskripsikan berapa banyak fosil yang terkandung di dalam suatu
batuan.
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
Adapun beberapa tugas yang telah diberikan pada praktikum kali ini, di
antaranya ialah sebagai berikut :
1. Deskripsi 5 sampel batuan yang ada di Laboratorium Eksplorasi.
2. Dari 5 sampel tersebut, tentukan contoh lokasi dan karakteristik daerah
pengendapan serta rencana eksplorasi yang dilakukan.

3.2 Pembahasan
Adapun beberapa pembahasan dari tugas yang telah diberikan, di
antaranya ialah sebagai berikut :
1. Deskripsi 3 sampel batuan yang ada di Laboratorium Eksplorasi.
a. Batu LE/01
Tabel 3.1
Tabel Deskripsi Batuan LE/01
Kode LE/01
Warna Abu-abu
Komposisi Mineral Kalsit
Jenis Batuan Metamorf
Nama Batuan Marmer (Indikasi)
Proses Alteasi Tidak Teralterasi
Sebaran Mineral Merata
Kelompok Bahan Galian Batuan
Bentuk Tubuh/Endapan Perlapisan
Tipe Endapan Metamorfisme
Foto

Sumber : Data Hasil Praktikum Teknik Eksplorasi, 2019

9
10

b. Batu LE/02
Tabel 3.2
Tabel Deskripsi Batuan LE/02
Kode LE/02
Warna Grey
Komposisi Mineral Kuarsa
Jenis Batuan Sedimen
Nama Batuan Pasir Silika/Pasir Kuarsa (Indikasi)
Proses Alteasi Tidak Teralterasi
Sebaran Mineral Tidak Merata
Kelompok Bahan Galian Mineral
Bentuk Tubuh/Endapan Perlapisan
Tipe Endapan Alluvial
Foto

Sumber : Data Hasil Praktikum Teknik Eksplorasi, 2019

c. Batu LE/13
Tabel 3.3
Tabel Deskripsi Batuan LE/13
Kode LE/13
Warna Abu-abu
Kuarsa, Pirit, Hornblend, dan
Komposisi Mineral
Feldspar
Jenis Batuan Beku
Nama Batuan Batu Granit/Urat Kuarsa (Indikasi)
Proses Alteasi Teralterasi
Sebaran Mineral Merata
Kelompok Bahan Galian Mineral
Bentuk Tubuh/Endapan Vein
Tipe Endapan Hidrotermal
Foto

Sumber : Data Hasil Praktikum Teknik Eksplorasi, 2019


11

2. Dari 3 sampel tersebut, tentukan contoh lokasi dan karakteristik daerah


pengendapan serta rencana eksplorasi yang dilakukan.
a. Batu LE/01
i. Contoh lokasi
Batu marmer terdapat di Trenggelek, Jawa Timur dan daerah
Bayat, Jawa Tengah.
ii. Karakteristik daerah pengendapan
Batuan marmer merupakan jenis batuan hasil proses
metamorfisme dari batuan gamping, sehingga karakteristik daerah
pengendapannya sama dengan batu gamping, di mana batu
gamping kebanyakan terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada
perairan yang hangat. Lingkungan ini ideal, di mana organisme
mampu membentuk cangkang kaslium karbonat dan skeleton
sebagai sumber bahan pembentuk batu gamping.
iii. Rencana eksplorasi yang dilakukan
 Pemetaan geologi regional
 Pemetaan geologi detail (pengeboran)
 Pemetaan geokimia
b. Batu LE/02
i. Contoh lokasi
Pasir silika terdapat di beberapa daerah, yakni di Banda Aceh,
Bangka, Belitung, Bengkulu, dan Jambi.
ii. Karakteristik daerah pengendapan
Pasir kuarsa terbentuk dari pelapukan dari batu-batuan yang
hanyut lalu mengendap di daerah sekitar sungai, pantai, dan
danau. Biasanya pasir kuarsa akan berbentuk butiran yang lepas,
sehingga cara sampling-nya juga akan berbeda dari batuan-
batuan yang lainnya.
iii. Rencana eksplorasi yang dilakukan
 Pemetaan geologi regional
 Pemetaan geologi detail
 Parit uji
 Sumur uji
12

c. Batu LE/13
i. Contoh lokasi
Urat kuarsa keterdapatannya di Pongkor, Bogor, Jawa Barat.
ii. Karakteristik daerah pengendapan
Urat kuarsa terbentuk bersamaan dengan intrusi magma, di mana
magma yang mengandung dominan mineral kuarsa akan mengisi
rekahan-rekahan yang terdapat di dalam perut bumi. Biasanya
urat kuarsa akan terbentuk dengan mengisi rekahan-rekahan yang
ada pada batuan beku intrusif.
iii. Rencana eksplorasi yang dilakukan
 Pemetaan geofisika (geolistrik dan geomagnet)
 Pemboran inti
 Sumur uji
BAB IV
ANALISIS

Pada sampel LE/01 diketahui bahwa batuan ini merupakan batuan


marmer yang memiliki bentuk endapan yang berupa perlapisan dan merupakan
tipe endapan metamorfisme. Batuan ini mengalami proses metamorfisme dari
batuan sebelumnya (batu gamping) yang terkena intrusi dari magma, sehingga
bagian kontak antara batu gamping dengan intrusi magma akan menjadi zona
skarn, sedangkan bagian-bagian dari tubuh batugamping lainnya akan
mengalami perubahan menjadi batu marmer yang disebabkan pengaruh dari
suhu dan tekanan akibat intrusi magma. Rencana eksplorasi yang dilakukan
pada batu marmer ialah salah satunya pemetaan geologi detail (eksplorasi rinci)
dengan melakukan pengeboran searah dengan arah strike dan dip direction dari
lapisan batuan tersebut, sehingga nantinya ketika dilakukan pengeboran maka
semua titik bor akan menghasilkan data yang dapat dimanfaatkan untuk
selanjutnya. Selain itu rencana eksplorasi yang dilakukan bisa juga dengan
pemetaan geokimia, di mana pemetaan ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat
kimia dari batuan tersebut, hal ini dilakukan karena batu marmer merupakan hasil
ubahan dari batu gamping yang memiliki sifat-sifat kimia tertentu, sehingga ketika
pemetaan geokimia dilakukan akan didapatkan hasilnya.
Pada sampel LE/02 diketahui bahwa batuan ini merupakan pasir kuarsa
yang memiliki bentuk endapan yang berupa perlapisan dan merupakan tipe
endapan alluvial. Rencana eksplorasi yang dilakukan pada pasir kuarsa ini ialah
dengan membuat parit uji dan sumur uji, di mana dengan membuat parit uji maka
akan diketahui sebaran endapan secara horizontal atau lateral, sedangkan
dengan membuat sumur uji maka akan diketahui sebaran endapan secara
vertikal. Pembuatan sumur uji dan parit uji dilakukan karena sebaran pasir kuarsa
tidak akan tersebar jauh searah vertikal melainkan akan tersebar searah lateral
(horizontal).
Pada sampel LE/13 diketahui bahwa sampel ini merupakan urat kuasa
yang batuan sampingnya merupakan batu granit, di mana sampel ini memiliki
bentuk endapan yang berupa vein dan merupakan tipe endapan hidrothermal.

13
14

Rencana eksplorasi yang dilakukan pada endapan ini salah satunya ialah
dengan cara melakukan pengeboran searah dengan penyebaran vein tersebut,
sehingga nantinya ketika dilakukan pengeboran maka semua titik bor akan
menghasilkan data yang dapat dimanfaatkan untuk selanjutnya. Selain itu
rencana eksplorasi juga dapat dilakukan dengan sumur uji, hal ini dilakukan
karena vein biasanya relatif menyebar ke dekat permukaan, sehingga nantinya
dengan menggunakan sumur uji ini kemungkinan akan ditemukan vein tersebut.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan dari praktikum kali ini, di antaranya ialah


sebagai berikut :
1. Adapun contoh lokasi dari masing-masing sampel, yakni pada sampel
LE/01 di Trenggelek, Jawa Timur dan daerah Bayat, Jawa Tengah. Pada
sampel LE/02 di Banda Aceh, Bangka, Belitung, Bengkulu, dan Jambi.
Pada sampel LE/13 di Pongkor, Bogor, Jawa Barat.
2. Adapun karakteristik daerah endapan dari masing-masing sampel, yakni
pada sampel LE/01 biasanya di laut dangkal, tenang, dan perairan yang
hangat. Pada sampel LE/02 biasanya di sekitar sungai, pantai, dan
danau. Pada sampel LE/13 biasanya di dalam perut bumi.
3. Adapun rencana eksplorasi yang dilakukan dari masing-masing sampel,
yakni pada LE/01 ialah dengan melakukan pemetaan geologi regional,
pemetaan geologi detail (pengebroan), dan pemetaan geokimia. Pada
LE/02 ialah dengan melakukan pemetaan geologi regional, pemetaan
geologi detail, parit uji, dan sumur uji. Pada LE/13 ialah dengan
melakukan pemetaan geofisika (geolistrik dan geomagnet) untuk batuan
samping, serta pemboran inti dan sumur uji untuk urat kuarsa.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Abriandi, Muhammad, 2009, “Mineral-mineral Alterasi”,


freelander09.wordpress.com, diakses pada tanggal 19 februari
2019 pukul 12.00 WIB. (Referensi Internet)

2. Fadilah, Erwin, 2011, “Macam-macam Mineral”,


erwinfadilah.blogspot.com, diakses pada tanggal 19 februari 2019
pukul 12.20 WIB. (Referensi Internet)

3. Guntoro, Dono. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Teknik Pemercontoan.


Bandung : Universitas Islam Bandung.

4. Permana, Ifa, 2018, “Pengertian Mineral Logam”, scribd.com, diakses


pada tanggal 19 februari 2019 pukul 12.10 WIB. (Referensi
Internet)

5. Sudrajat, Nandang, 2011. “Penggolongan Bahan Galian Menurut UU


No. 4 Tahun 2009”, scribd.com, diakses pada tanggal 19 februari
2019 pukul 12.40 WIB. (Referensi Internet)

6. Sutarto, 2004. “Alterasi Mineral”, pillowlava.wordpress.com, diakses


pada tanggal 19 februari 2019 pukul 11.40 WIB. (Referensi
Internet)

7. Williamb, franz, 2010, “Mineral-mineral Radioaktif”, brainly.co.id,


diakses pada tanggal 19 februari 2019 pukul 12.15 WIB.
(Referensi Internet)
LAMPIRAN
ASISTENSI

Anda mungkin juga menyukai