Disusun Oleh:
Widyawati
010118A149
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
20
BAB I
PENDAHULUIAN
BAB II
AIRWAY BREATHING MANAGEMENT
b. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang
menyumbat jalan nafas, ditandai dengan:
1) Terdengar adanya suara pada jalan nafas.
2) Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi.
3) Kelelahan.
4) Nadi dan laju pernafasan meningkat.
5) Ditemukannya mukus pada alat bantu nafas.
6) Permintaan dari klien sendiri untuk disuction.
7) Meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator
c. Prosedur
Hudak (1997) menyatakan persiapan alat scara umum untuk tindakan penghisapan
adalah sebagai berikut:
1) Kateter suction steril yang atraumatik
2) Sarung tangan
3) Tempat steril untuk irigasi
4) Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
(Ignativicius, 1999) menuliskan langkah-langkah dalam melakukan tindakan
penghisapan adalah sebagai berikut:
1) Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan. (usahakan tidak rutin
melakukan penghisapan karena menyebabkankerusakan mukosa, perdarahan, dan
bronkospasme)
2) Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan terjadinya penularan
penyakit melalui secret
3) Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama penghisapan seperti
nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman
4) Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80-120 mmHg untuk
menghindari hipoksia dan trauma mukosa
5) Siapkan tempat yang steril
6) Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit untuk mencegah
terjadinya hipoksemia
7) Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat kateter sedang
dimasukkan
8) Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara intermitten, tarik
kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan pernah melakukan suction lebih dari
10=15 “
9) Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal
10) Ulangi prosedur bila diperlukan (maksimal 3 x suction dalam 1 waktu)
11) Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan juga mouth care
setelah tindakan suction pada mulut
12) Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik Sputum (jumlah,
warna, konsistensi, bau, adanya darah) dan respon pasien.
Gambar Suction
Tahapan Prosedur Abdominal Thrust
Jika pasien dalam keadaan berdiri/duduk:
1) Anda berdiri di belakang klien.
2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang lengan
kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lengan anda pada abdomen klien yakni dibawah
prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas.
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan
napas.
5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika pasien dlm keadaan supine/unconcious:
1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di abdomen tepatnya di
bawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas.
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi
jalan napas.
5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan
jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil
forcep.
Tahapan Prosedur Chest Thrust
Jika posisi klien duduk/ berdiri:
1) Anda berdiri di belakang klien.
2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di atas
prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust
beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika posisi klien supine:
1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan posisikan bagian bawah lengan
kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi
saat kompresi jantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust
beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan
jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil
forcep.
Tahapan Prosedur Back Blow
Untuk Bayi:
1) Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana kepala bayi lebih rendah dari
pada badannya.
2) Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi.
3) Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat menggunakan tumit tangan
anda.
4) Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas paha.
5) Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda pada
sternum dampingi dengan jari manis.
6) Lakukan chest thrust dengan cepat.
7) Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran.
8) Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika ia terlihat.
Hindari melakukan usapan jari secara “membuta” pada bayi dan anak, karena benda asing
dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas.
Untuk Anak 1-8th:
Untuk klien yang berdiri/duduk:
1) Posisi anda dibelakang klien.
2) Tempatkan lengan anda dibawah aksila, melingkari tubuh korban.
3) Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di atas pusar dan dibawah
prosesus xipoideus.
4) Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) sampai benda asing keluar atau pasien
kehilangan kesadaran.
Untuk klien pada posisi supine:
1) Posisi anda berlutut disamping klien atau mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus xipoideus.
3) Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju tengah-tengah dan tidak
diarahkan ke sisi abdomen.
4) Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan sapuan jari tangan.
PERHATIAN:
1) Back blow tidak direkomendasikan pada pasien diatas usia bayi..
2) Sapuan jari “membuta” harus dihindari pada bayi dan anak, sebab kemungkinan dapat
mendorong benda asing lebih kebelakang ke dalam jalan napas.
Komplikasi:
1) Nyeri abdomen, ekimosis
2) Mual, muntah
3) Fraktur iga
4) Cedera/trauma pada organ-organ dibawah abdomen/dada
Pernapasan dikatakan tidak baik atau tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:
1. Ada tanda-tanda sesak napas: peningkatan frekuensi napas dalam satu menit
2. Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas)
3. Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)
4. Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan
5. Tidak ada gerakan dada
6. Tidak ada suara napas
7. Tidak dirasakan hembusan napas
8. Pasien tidak sadar dan tidak bernapas
Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernapasan seseorang terganggu:
1. Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke hidung
dan mulut korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10 detik)
2. Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi mantap
(posisikan tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap terbuka; segera
minta bantuan dan pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek pernapasannya apakah korban
masih bernapas atau tidak.
Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak
bernapas):
1. Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari atau
menghubungi gawat darurat)
2. Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban (head
tilt dan chin lift)
3. Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan
dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam
dan ke arah luar
4. Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir
korban dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan
perlahan >1 detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat ke
arah dada korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak
(dengan naiknya dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)
5. Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di
pinggir jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka masuk
ke langkah CPR
6. Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5 detik
sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu periksa
denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit.
3. Pengelolaan
Penilaian patensi jalan nafas serta cukupnya ventilasi harus dilakukan dengan cepat
dan tepat. Bila ditemukan atau dicurigai gangguan jalan nafas atau ventilasi harus segera
diambil tindakkan untuk memperbaiki oksigenasi dan mengurangi resiko penurunan keadaan.
Tindakan ini meliputi tekhnik menjaga jalan nafas, termasuk jalan nafas definitive ataupun
surgical airway dan cara untuk membantu ventilasi. Karena semua tindakan diatas akan
menyebabkan gerakan pada leher, harus diberikan proteksi servikal, terutama bila dicurigai
atau diketahui adanya fraktur servikal.
Pemberian oksigen harus diberikan sebelum dan setelah tindakan mengatasi masalah
airway. Suction harus selalu tersedia, dan sebaiknya dengan ujung penghisap yang kaku.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan
mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing (Bernapas) adalah usaha
seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan
salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan
cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila
terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih
dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada
penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah
disusun meskipun kami menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu kami
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membantu
menyempurnakan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001. Chapters 4 (Basic life
support); 5 (Advanced support of the airway and ventilation); 22 (Practical procedures:
airway and breathing).
Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 173-7.
Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC: Jakarta
Fleisher G, Ludwig S (eds): Textbook of Pediatric Emergency Medicine (4th ed). Philadelphia:
Lippincott 2000. Chapters 1 (Resuscitation: pediatric basic and advanced life support); 5
(Emergency airway management: rapid sequence induction).
John, A, Boswick, 1997. Perawatan Gawat Darurat. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Purwadianto, Agus, dkk, 2000. Kegawatdaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara
Taussig L, Landau L, Le Souëf P; Martinez F; Morgan W; Sly P (eds) Pediatric Respiratory
Medicine. St Louis: Mosby 1999. Chapters 21 (Assisted ventilatory support and oxygen
treatment) and 25 (Lung trauma: toxin inhalation and ARDS).