Anda di halaman 1dari 10

AIRWAY AND BREATHING MANAGEMENT

Disusun untuk memenuhi tugas Tehnologi Kesehatan


Dosen Pengampu : Sukarno S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :

Rahma Widayanti

010118A112

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayamnan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan
selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena
sifat pelayanan gawat darurat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan untuk memperoleh
pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga
yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang
mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat
untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik actual atau potensial mengancam
kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak yang tidak diperkirakan tanpa atau disertai
kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktik keperawatan gawat
darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat.
Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan social klien baik actual
yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun risiko tinggi. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi asuhan keperawatan gawat darurat, yaitu : kondisi kegawatan sering sekali tidak
terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat,
keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara
profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan yang diberikan untuk semua
usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang dibrikan harus cepat dan
dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009).
Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar pada
kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus kompeten dalam melakukan
pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat
tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan
menentukan bentuk pertolongan yang akan diberikan kepada pasien. Semakin cepat pasien
ditemukan maka semakin cepat pula dapat dilakukan pengkajian awal sehingga pasien tersebut
dapat segera mendapat pertolongan dan terhindar dari lecacatan atau kematian.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu pengkajian primer
dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan melakukan
survey primer terlebih dahulu untuk mengidentifikasi masalah dan selanjutnya dilakukan survey
sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi, A (airway), B (breathing), C (circulation), D
(disability), E (exposure).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengam airway and breathing management?
2. Bagaimana cara melakukan penilaian jalan napas?
3. Bagaimana teknik pengelolaan jalan napas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan airway and breathing management
2. Untuk mengetahui cara melakukan penilaian jalan napas
3. Untuk menegetahui teknik pengelolaan jalan napas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi airway and breathing management


Airway management dan breathing management adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk membebaskan jalan napas yang mengalami obstruksi, baik total maupun parsial. Tindakan
ini dilakukan untuk menjamin kebutuhan oksigen dalam tubuh sehingga sel-sel tidak mengalami
kematian.
B. Penilaian jalan napas
Penilaian jalan napas dapat dilakukan dengan 3 cara, sebagai berikut
1. Look (lihat)
Lihat apakah terjadi obstruksi jalan napas atau tidak
a. Lihat apakah pasien mengalami kegelisahan, dan sensitive terhadap lingkungan atau tidak
(agitasi). Agitasi ini bisa disebabkan karena hipoksemia karena kekurangan aliran darah
b. Lihat terjadinya penurunan kesadaran pada pasien
c. Lihat pergerakan dada dan juga perut saat bernapas
d. Lihat terjadinya sianosis pada mukosa bibir dan juga kuku
2. Listen (dengar)
Dengarkan apakah terjadi obstruksi jalan napas atau tidak. Mendengarkan suara napas dengan
cara mendekatkan telinga ke bagian hidung dan juga lihat pada bagian dada. Ada beberapa
suara yang dapat didengarkan pada pasien, yaitu :
a. Suara napas normal
Pasien yang dapat bebrbicara dengan normal dan tanpa ada sumbatan dikatakan pasien
tersebut dapat bernapas normal dan tidak terjadi obstruksi jalan napas.
b. Suara napas tambahan
Suara napas tambahan ini ada 3 macam, yaitu :
1. Gurgling, suara napas tambahan ini dapat didengar ketika ada lender pada saluran
napas pasien
2. Snoring, suara napas tambahan ini terdengar seperti orang yang mengorok karena
pangkal lidah yang jatuh ke belakang menutupi sebgaian jalan napas
3. Crowing, suara napas tambahan ini terdengar seperti suara siulan karena epiglottis
yang menyempit akibat trauma inhalasi
c. Suara napas hilang
Suara napas pasien dapat hilang bahkan tidak bernapas karena terjadinya obstruksi total
yang mengakibatkan henti napas.
3. Feel (rasa)
Rasakan hembusan napas pasien pada saat ekspirasi, dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan pipi ke hidung pasien untuk merasakan udara yang keluar.
C. Pengelolaan jalan napas
Pengelolaan jalan napas disesuaikan berdasarkan obstruksi yang terjadi pada pasien. Jenis
obstruksi ada 2, yaitu obstruksi total dan juga obstruksi parsial.
1. Obstruksi total
Pasien bisa mnegalami obstrukssi total biasanya dikarenakan tersedak benda asaing. Pasien
yang mengalami obstruksi total akan mengalami tanda sebagai berikut :
a. Kesulitan bernapas
b. Batuk tidak bersuara
c. Sianosis
d. Tidak mampu untuk berbicara
e. Baiasanya pasien akan memegangi leher seperti orang tercekik

Pada pasien dengan obstruksi total dapat dilakukan penganansebagai berikut :

a. Abdominal trust
Abdominal trust biasanya dilakukan pada orang dewasa, dengan posisi pasien berdiri atau
duduk dalam keadaan sadar. Cara melakukan abdominal trust yaitu
1. berdiri dibelakang pasien dengan kaki melebar
2. lingkarkan kedua lengan ke pinggang pasien dan posisikan pasien condong ke depan
3. kepalkan salah satu tangan di bagian atas pusar perut dan dibawah tulang dada pasien,
genggam erat kepalan dan pastikan jempol mengarah ke dalam kepalan
4. tekan perut pasien ke aeah dalam dank e atas menggunakan kekuatan yang cukup. Buat
gerakan seperti huruf “j” ke dalam kemudian ke atas. Lakukan dorongan perut lima kali
dengan cepat dan kuat. Ulangi dorongan hingga pasien batuk dan benda asing keluar.
b. Chest trust
Chest trust biasanya dilakukan pada anak-anak
c. Back blow
Back blow ini biasanya dilakukan pada pasien bayi. Cara untuk melakukan back blow
yaitu dengan melakukan 5 hentakan dada. Sebelumnya posisikan bayi terlentang dengan
kepala lebih rendah mengarah ke bawah dan tempatkan telapak tangan di punggung bayi.
Atau dengan cara meletakkan bayi di sandarkan ke pundak dan tepuk pelan pada
punggung bayi.
d. Heimlich maneuver
Heimlich maneuver biasanya dilakukan pada ibu hamil. Caranya hamper sama dengan
abdominal trust namun tangan penolong berada di bagian atas perut atau dibawah dada,
kemudian tekan.
2. Obstruksi parsial
obstruksi pasial ini ada 3 macam yaitu karena adanya lendir/cairan, lidah jatuh ke belakang,
dank arena terjadi penyempitan. Berikut penanganan yang dapat dilakukan :
a. Gurgling, suara yang terdengar karena adanya lendir/cairan pada jalan napas. Pada pasien
dengan gurgling dapat dilakukan tindakan sebagai berikut
1. Suction, tindakan penghisapan lendir/cairan pada jalan napas untuk mempertahankan
jalan napas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas.
2. Finger sweaping, tindakan dengan melakukan swab pada jalan napas menggunakan
jari
3. Log roll,
b. Snoring, suara yang muncul karena pangkal lidah yang jatuh kebelakang sehingga
menutup jalan napas. Pada pasien dengan snoring dapat dilakukan tindakan sebagai
berikut
1. Chin lift
2. Jaw trust, tindakan ini dilakukan jika tindakan chin lift tidak berhasil
3. Pemasangan OPA atau NPA, pemasangan dilakukan saat jaw trust tidak berhasil
namun pada pemasangn NPA tidak diperbolehkan pada pasien dengan fraktur basis
kranii
c. Crowing, suara yang terdengar karena terjadi penyempitan pada epiglotis. Pasien dengan
crowing dapat dilakukan tindakan berikut
1. Airway definitive
2. Intubasi trakea, tindakan memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea untuk
pembebasan jalan napas
3. Surgical cricothroidotomy
4. Needle cricothyroidotomy
5. Tracheostomy
D. Penilaian dan pemeriksaan breathing management
Penilaian dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
1. Look (lihat)
Lihat pada pergerakan dada pasien
2. Listen (dengar)
Dengarkan suara napas pasien
3. Feel (rasa)
Rasakan hembusan napas
Selain itu juga lakukan pemeriksaan fisik pada pasien yang meliputi,
1. Inspeksi
Yaitu pemeriksaan dengan cara melihat. Saat melakukan inspeks :
a. Llihat ritme dan juga irama pernapasan pasien
b. Lihat pengembangan pada dada pasien menegnai kesimetrisannya
c. Lihat apakah pasien mengalami dispnea atau sesak napas
2. Auskultasi
Yaitu pemeriksaan dengan cara mendengarkan. Dengarkan suara paru pasien, adakah suara
tambahan atau tidak
3. Perkusi
Yaitu pemeriksaan dengan cara mengetuk. Ketuk pada interkosta paru untuk mengetahui
adanya suara abnormal
4. Palpasi
Yaitu pemeriksaan dengan cara diraba atau ditekan. pada pemeriksaan paru dapat dilakukan
taktil fremitus.
E. Penatalaksanaan breathing management
1. Ventilasi
a. Mouth to mouth ventilation
Ventilasi yg dilakukan dari mulut ke mulut. Penolong memberikan bantuan ventilasi dari
mulutnya ke mulut pasien.
b. Mouth to mask ventilation
Ventilasi yang dilakukan melalui masker ke mulut. Penolong memberikan bantuan
ventilasi melalui masker yang ditiup ke mulut pasien
c. Bag valve mask
Pemberian bantuan ventilasi menggunakan alat bagging.
2. Oksigenasi
Bantuan oksigenasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, yaitu
a. Nasal kanul, diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen 96%-98% dengan konsentasi
oksigen 1-4 liter/menit
b. Face mask, diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen 91%-95% dengan konsentrasi
oksigen 5-8 liter/menit
c. Rebreathing mask, diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen 87%-90% dengan
konsentrasi oksigen 8-12 liter/menit
d. Non rebreathing mask, diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <80% dengan
konsentrasi oksigen 10-12 liter/menit
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Airway management dan breathing management adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
membebaskan jalan napas yang mengalami obstruksi, baik total maupun parsial. Tindakan ini dilakukan
untuk menjamin kebutuhan oksigen dalam tubuh sehingga sel-sel tidak mengalami kematian.

Penilain jalan napas dapat dilakukan dengan cara :

1. Look (lihat)
2. Listen (dengar)
3. Feel (rasa)

Obstruksi jalan napas ada 2 macam, yaitu total dan parsial :

1. Obstruksi total , biasanya disebabkan karena tersedak. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Abdominal trust.
b. Chest trust
c. Back blow
d. Heimlich maneuver
2. Obstruksi parsial, dapat dilakukan tindakan berikut :
a. Gurgling, dapat dilakukan suction, finger sweaping, log roll
b. Snoring, dapat dilakukan chin lift, jaw trust, pemasangan OPA atau
c. Crowing, dapat dilakukan Airway definitive, intubasi trakeal, surgical crithyroidotomy,
needle crithyroiditomy, tracheostomy

Ventilasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan

1. Mouth to mouth
2. Mouth to mask
3. Bag valve mask

Oksigenasi dapat dilakukan melalui 4 alat yaitu

1. Nasal kanul
2. Simple face mask
3. Rebreathing mask
4. Non rebreathing mask
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37536551/AIRWAY_and_BREATHING_MANAGEMENT

https://www.slideshare.net/andryrover/9-airway-breathing-manajemen

https://tirto.id/cara-pertolongan-pertama-untuk-mengatasi-bayi-anak-tersedak-epQm

https://www.safetysign.co.id/news/425/Pertolongan-Pertama-Tersedak-Choking-Kenali-Pendekatan-
Five-and-Five

Anda mungkin juga menyukai