Anda di halaman 1dari 3

Bukan Deal of The Century Yang Membingkai Senyum Palestina

Namun Tentara-tentara dengan Liwa dan Rayah Rasulullah

Aisyah Karim (Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Otoritas Palestina mengecam tim Israel dan Amerika Serikat (AS) yang mulai
menggambar peta aneksasi atau pencaplokan Tepi Barat. Menurutnya, hal itu
menunjukkan tekad dan kegigihan keduanya melakukan agresi terhadap hak-hak rakyat
Palestina.
"Ini (penggambaran peta aneksasi Tepi Barat) menunjukkan bahwa Pemerintah AS
meremehkan semua resolusi dan sikap internasional yang menolak 'Kesepakatan Abad
Ini'," kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan pada Minggu
(16/2/2020), dikutip laman Middle East Monitor. Kesepakatan Abad ini adalah rencana
perdamaian Timur Tengah yang disusun Presiden Donald Trump. Rencana itu telah dirilis
pada 28 Januari lalu (wartaekonomi.co.id 17/2/2020).

Trump mengatakan, usulan “Deal of Century” untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah.


Dalam pertemuannya dengan Netanyahu dan pemimpin oposisi Israel Benny Gantz. Trump
menggambarkan rencananya itu sebagai sesuatu yang ‘hebat’. Salah satu poin rancangan
dalam ‘Kesepakatan Abad Ini’ adalah membagi Yerusalem menjadi dua bagian. Yang
pertama Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sementara Yerusalem Timur sebagai ibu
kota Palestina. Ironisnya, wilayah yang diperuntukan Palestina adalah lahan ‘buangan’.
Dimana Judea dan Samaria, Tepi Barat serta lembah Yordania tetap diakui sebagai wilayah
Israel.

Untuk menunjukkan ketulusannya Trump menjanjikan satu juta lapangan pekerjaan baru
untuk Palestina selama 10 tahun kedepan disertai investasi sebesar USD 50 miliar yang
dapat meningkatkan PDB sebanyak tiga kali lipat. Dengan jumawa Trump menetapkan
waktu selama empat tahun bagi Palestina untuk menyetujui pengaturan keamanan dengan
Israel, menghentikan serangan Hamas, dan mendirikan lembaga pemerintahan untuk
Palestina dengan ibukotanya di Abu Dis, bagian dari Yerussalem Timur.

Abu Dis sendiri terletak satu mil disebelah timur Old City yang merupakan rumah bagi situs-
situs suci Yahudi, Kristen dan Muslim. Warga Palestina yang tinggal Abu Dis dan dipisahkan
oleh tembok keamanan Israel dan pos-pos pemeriksaan.

Pengkhianatan Negara-negara Arab

Mantan Asisten Menteri Luar Negeri Mesir Abdullah Ashaal menegaskan bahwa lingkungan
Arab sepenuhnya telah disiapkan untuk mengumumkan Kesepakatan Abad Ini tanpa ada
kontra apapun terhadap Israel dan Amerika Serikat, sebagaimana disebutkan Pusat Info
Palestina. Ashaal melihat bahwa unsur-unsur dari Kesepakatan Abad Ini telah diterapkan di
lapangan dengan diam-diam tanpa diumumkan. Ini merujuk pada pengakuan Amerika
bahwa Al-Quds atau Yerusalem adalah ibukota abadi penjajah Israel, pemindahan kedutaan
Washington ke sana, dan pengakuan terhadap kontrol Israel atas Golan.
Dia mengatakan, Amerika Serikat dan Israel mampu mempersiapkan kondisi lapangan untuk
mengumumkan dengan berani Kesepakatan Abad Ini, melalui beberapa hal. Yang pertama di
kancah Palestina, mereka berhasil memecah barisan Palestina dan mempertahankan rakyat
Palestina tetap tanpa memiliki sandaran baik pada Arab atau pada dunia Islam.

Adapun hal kedua adalah langkah-langkah Arab Saudi dan UEA terhadap negara penjajah
Israel. Dan hal yang ketiga adalah keputusan Liga Arab bahwa perlawanan adalah terorisme,
baik di Palestina atau Lebanon.
Dia menambahkan, “Petunjuk nyata dari Kesepakatan Abad Ini masih tidak jelas. Karena
belum muncul dari pihak resmi. Sebab pembicaraan hanya sebatas tentang adanya
penyelesaian antara Palestina dan Israel.”

Rakyat Palestina sedang mengalami serangan kuat, yang bertujuan mencabut mereka dari
tanahnya serta mengakhiri nama Palestina dan kawasan Arab secara keseluruhan.
Munculnya keberanian Donald Trump dan Benjamin Netanyahu dalam berbuat sewenang-
wenang di wilayah Palestina tidak lepas dari ‘dukungan’ terselubung sejumlah negara Arab
yang mayoritas adalah negara Islam.

Negara-negara Arab sejak awal tidak menunjukkan kemajuannya dalam menyikapi


penjajahan Palestina kecuali melalui kecaman-kecaman munafik para pemimpinnya. Mereka
tidak pernah mengambil sikap radikal untuk menghentikan penjajahan, malah mendukung
semua tindakan penjajah melalui pengkhianatan di balik layar.

Sikap Pemimpin Palestina

Perwakilan Hamas di Tulkarem, Fathi Al-Qarawi, menegaskan perlunya merespon seruan


nasional yang dilontarkan oleh Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyah, untuk melakukan
pertemuan nasional dengan segera guna menghadapi apa yang disebut Kesepakatan Abad
Ini. Menurutnya, ini adalah waktu yang tepat untuk mengumumkan inisiatif Haniyah dalam
konteks upaya untuk menyelesaikan yang tersisa dari persoalan Palestina di tengah sikap
diam dan persekongkolan Arab yang memprihatinkan, dan ketidakmampuan tingkat resmi
Palestina yang memalukan.

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, justru mengadakan pertemuan dengan mantan


Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert di New York. Keduanya berkomitmen untuk memulai
perundingan damai sejak berakhirnya masa jabatan Ehud berakhir satu dekade lalu.
Menolak rencana Trump, Abbas menyerukan dimulainya kembali dengan Olmert dan siap
melanjutkan negosiasi ini dibawah payung hukum internasional. Ia menginginkan Palestina
kembali kepada sebuah negara berdasarkan batas wilayah 1967 (tempo.co 12/2/2020).

Tentu saja sikap Abbas harus ditentang. Solusi dua negara yang digagas oleh Barat adalah
solusi yang bertentangan dengan syariat. Palestina bukan milik Abbas, yang layak ia
kongsikan dengan Israel karena ketidakberdayaannya. Palestina adalah tanah milik kaum
muslim. Seharusnya Abbas malu dengan ekspektasi yang dibangunnya. Misi mengembalikan
Palestina pada perjanjian wilayah 1967 adalah misi receh.
Khalifah Abdul Hamid menggigit gerahamnya kuat-kuat ketika mengetahui konspirasi Yahudi
atas tanah Palestina. ”Tanah itu bukan milikku, tetapi milik umatku. Aku tidak akan
melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu
adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka
telah menyiraminya dengan darah mereka. Karena itu, silahkan Yahudi menyimpan saja
harta mereka. Jika Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari maka mereka boleh
mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Namun, sementara aku masih hidup, aku
lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan
dipisahkan dari Khilafah Islamiyah”.

Ilmuwan Politik Emirat, Abdul Khaleq Abdullah menyatakan, “100 tahun yang lalu, Deklarasi
Balfour (dimana Inggris mengesahkan pendirian tanah air Yahudi di Timur Tengah)
memberikan 40% dari Palestina kepada Israel, dan kini deklarasi Trump menyerahkan sisa
Palestina kepada musuh.

Solusi dua negara adalah sikap khianat Abbas terhadap perjuangan Khalifah Umar ibnu Al-
Khattab. Pada 639 M beliau telah membebaskan tanah penuh berkah ini. Segenap kekuatan
iman, militer dan strategi perang untuk menghantarkan kemenangan gemilang telah
dikerahkan untuk melawan Romawi di perang Yarmuk. Inilah awal kemenangan Al-Quds,
setelah dikepung selama 6 bulan oleh Abu Ubaidah. Kunci Al-Quds diserahkan langsung oleh
pemimpin gereja Kristen Patriach Sophronius kepada Khalifah Umar dengan jaminan
perlindungan.

Salah satu isi klausul perjanjian antara Khalifah Umar dengan Uskup Sophronius adalah,
permintaan penduduk Yarussalem bahwa Yahudi tidak akan tinggal bersama mereka disana.
Karena penduduk Yerussalem sangat membenci Yahudi. Yahudi telah membunuh tawanan
Nasrani di wilayah Persia. Hingga ada riwayat yang menyebutkan, Umar menjamin tidak ada
Yahudi yang lewat dan bermalam di Yerussalem.

Maka, hentikanlah segala aktivitas memohon pertolongan dan berharap kepada siapapun.
Apalagi melakukan lobi-lobi dengan orang-orang kafir. Berharaplah kepada Allah dan Islam
saja. Berikan dukungan riil, dukungan militer bukan kecaman dan hujatan kosong. Palestina
telah luluh lantak dalam senyap diam kaum muslimin dunia. Mereka tidak pernah
menyerah, hanya Islam dengan institusi Khilafah Rasyidah yang akan mengeringkan air mata
mereka. Hanya tentara-tentara Khilafah yang memanggul rayah dan liwa Rasulullah yang
akan membingkai senyum di wajah mereka. Bukan forum-forum dan resolusi bathil menipu
semacam Deal of The Century atau Manama Conference serta lusinan resolusi ompong
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai