Anda di halaman 1dari 17

BLOK 14.

KEPERAWATAN JIWA

Substance Related Disorder

Skenario :

Seorang B berusia 17 tahun dirawat di rumah sakit dalam keadaan psikotik akut setelah baru-baru ini
menggunakan PCP. Perawat ruang gawat darurat mengamati bekas luka vena di lengan seorang B dan
menilai bahwa dia mungkin menggunakan heroin. Tes darah dan urin mengkonfirmasi kecurigaannya.
Seorang B pulih dari keadaan psikotiknya dalam waktu 24 jam tetapi sangat tidak nyaman karena
penarikan dari opiat. Keputusan tersebut dibuat untuk mentitrasi dosis metadon untuk membantu
penarikan tersebut.

Seorang perawat muda menjalin hubungan dekat dengan B selama waktu ini. Seorang B meminta
perawat membantu dalam merencanakan masa depannya tetapi ragu bahwa ia memiliki kekuatan untuk
menjauh dari narkoba. Dia disarankan untuk mengambil waktu selama 1 hari. Kemudian perawat
membawa pasien tersebut untuk melakukan program pengobatan dan dia setuju untuk mencoba
menjadi anggota dari program tersebut.

Seorang B tersebut melakukan hal tersebut dengan baik dan berhasil membantu anggota yang baru,
mendeskripsikan tentang pengalamannya, dan mendorong yang lainnya untuk mengambil waktu selama
1 hari. Seorang B menyatakan minatnya untuk menyelesaikan sekolah dan mengatakan dia ingin
menjadi konselor narkoba. Staf program perawatan narkoba setuju bahwa B tampaknya memiliki bakat
untuk peran itu dan mendorongnya untuk mencapai tujuannya.

Pertanyaan

1. Apakah orang yang terdiagnosa psikotik akut bisa disembuhkan? Jika bisa bagaimana metode
pengobatannya?
2. Kenapa akhirnya membuat keputusan untuk menitrasi dosis metadon dan apa korelasinya dengan
penarikan opiat?
3. Apa bekas luka vena selalu dikatakan bahwa pasien bisa dinyatakan (+) menggunakan heroin?
4. Apa saja gejala psikotik akut?
5. Pengobatan apa yang dilakukan sehingga seorang B bisa memiliki masa depannya kembali?
6. Bagaimana awal proses terjadinya psikotik akut?
Psikotik akut :

Gangguan psikotik akut merupakan penyakit psikiatri yang ditandai dengan onset tiba-tiba dari 1 atau
lebih gejala berikut ini: delusi, halusinasi, postur dan perilaku yang bizarre, serta bicara yang kacau.
Gangguan psikotik akut dapat menjadi gejala awal dari penyakit psikotik lainnya, seperti schizophrenia.
Perbedaan antara penyakit ini dengan gangguan psikotik lainnya adalah dalam hal jenis dan intensitas
gejala, durasi waktu, serta perjalanan gangguan psikotik yang dapat kembali penuh pada fungsi
premorbid.

Penyakit kelainan jiwa psikotik banyak ditemukan dalam masyarakat dengan tidak memandang jenis
kelamin dan usia penderita. Kasus psikotik ini sangat individual, sehingga diperlukan penganan yang
sangat spesifik pula. Dari segi jumlah penderita, kaum laki-laki lebih rentan  menderita psikotik
ketimbang wanita.

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau dan aneh. Psikotik yang dibahas di sini
adalah psikotik akut dan kronik. Hampir sama dengan psikopat.

Secara umum, penderita psikotik dipicu oleh ketidakmampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah
yang diterima oleh seorang manusia. Cara mengendalikan, memperlakukan dan merespons  masalah
yang dihadapi sangat berbeda antara satu orang dengan orang lain, sehingga tingkatan keparahan
psikotik yang diderita sangat beragam meskipun sama-sama ditimpa oleh masalah yang sama.

Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya halusinasi, waham, perilaku
kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau yang pada umumnya disertai tilikan yang buruk. Waham
atau delusi adalah kepercayaan yang salah, berdasarkan simpulan yang salah tentang kenyataan
eksternal, yang dipegang teguh meskipun apa yang diyakini semua orang merupakan bukti-bukti yang
jelas dan tak terbantahkan.

Psikosis atau gangguan psikotik adalah suatu kondisi mental, yang membuat penderitanya sulit
mempersepsikan realita. Gangguan ini menyebabkan penderitanya sukar membedakan realitas, dan hal
yang tidak nyata. Kondisi psikosis lebih merujuk pada suatu gejala penyakit lain.

Orang yang mengalami kondisi psikosis dapat melihat atau mendengar sesuatu, yang sebenarnya tidak
ada, atau disebut dengan gejala halusinasi. Selain halusinasi, penderita psikosis juga kerap meyakini
suatu hal, yang sebenarnya tidak benar, atau delusi. Jadi, delusi tidak sama dengan halusinasi. 
 Untuk orang dengan gejala psikotik didapatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas pada
bilateral dorsolateral prefrontal cortex, left amygdala, left middle frontal gyrus, bilateral frontal
gyri, left precuneus, dan right pallidum.
 Juga terjadi penurunan aktivasi dari amygdala dan left precuneus, penurunan hubungan antara
bilateral Heschl’s gyrus seeds dengan dorsal anterior cingulate cortex dan antara hypothalamic
dengan subgenual cortex.
 Selanjutnya didapatkan bahwa terjadi abnormalitas pada fungsi precuneus, aktivasi abnormal
dari amygdala, midbrain, dan ventral striatum, juga terjadi abnormalitas dari white matter di
right superior frontal gyrus, left middle frontal gyrus, bilateral parahippocampal gyrus, adjacent
to the right caudate head, right thalamus, left insula, left lentiform nucleus, left fusiform gyrus,
bilateral posterior cingulate, left anterior cingulate, right cingulate gyrus, left lingual gyrus, dan
bilateral claustrum.
 Selanjutnya juga di dapatkan bahwa terjadi penurunan volume grey matter di right superior
temporal gyrus, penurunan aktivasi di executive control circuitry yang berhubungan dengan
defisit kognitif, terjadi penurunan volume seluruh brain gray matter dan perluasan dari volume
white matter.
 Didapatkan juga bahwa terjadi penurunan volum yang nyata dari gray matter di lobus temporal
medial serta korteks frontal, temporal, dan parietal.
 Didapatkan juga bahwa efisiensi nodal dari amigdala, hippocampus, dan area otak
frontotemporal-parietal memengaruhi gejala kegembiraan, kognitif, positif, dan negatif.
 Selanjutnya didapatkan juga bahwa terjadi disregulasi sistem kortikostriatal yang meluas
ditandai paling menonjol oleh gradien dorsal ke ventral hipokonektivitas ke hiperkonektivitas
antara daerah striatal dan prefrontal.
 Didapatkan juga bahwa girus cingulatus (sebagai bagian dari sistem kortikal garis tengah)
bersama dengan daerah hemisfer kanan mungkin terlibat dalam gejala selfappraisal pada
psikosis onset awal.

Gambaran Utama Perilaku

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

 Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya


 Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
 Kebingungan atau disorientasi
 Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan,
mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alasa2. Pedoman diagnostic
 Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
 Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang
tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)
 Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok
sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan
dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)
 Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
 Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
 Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

Kondisi mental yang berkaitan dengan psikosis atau gangguan psikotik :

Psikosis dan gangguan psikotik dapat menjadi gejala dari kondisi mental lainnya. Beberapa gangguan
mental tersebut mungkin sudah familiar bagi Anda. Sebut saja gangguan bipolar, skizofrenia, hingga
depresi pada tahap yang parah.

Berikut ini beberapa kondisi mental, yang berhubungan dengan psikosis atau gangguan psikotik

Skizofrenia

Gangguan skizofrenia adalah gangguan mental, yang mengakibatkan penderitanya menafsirkan realitas


secara tidak normal. Skizofrenia dapat menyebabkan kombinasi gejala psikosis, halusinasi dan delusi
yang mengganggu fungsi sehari-hari. Penderitanya juga menunjukkan ketidakteraturan dalam berbicara
serta berperilaku, dan menunjukkan gejala negatif (seperti menarik diri dari kehidupan sosial, atau tidak
memiliki ketertarikan untuk melakukan hal yang menyenangkan).

Ada beberapa jenis skizofrenia. Beberapa di antaranya, yakni skizofrenia paranoid dan
skizoafektif. Penderita skizofrenia paranoid memiiliki keyakinan bahwa orang-orang akan menyakiti
dirinya. Sementara itu, penderita skizoafektif dapat menderita gejala yang merupakan kombinasi antara
skizofrenia dengan gangguan mood, seperti mania dan depresi.

Gangguan skizofreniform
Gangguan skizofreniform adalah jenis skizofrenia jangka pendek. Biasanya, orang yang mengalami
skizofreniform hanya menunjukkan gejala kondisi ini dalam rentang waktu satu hingga enam bulan. Lain
halnya dengan skizofrenia, yang membutuhkan penanganan jangka panjang.

Orang yang menderita skizofreniform juga menunjukkan ciri-ciri skizofrenia, termasuk mengalami gejala
psikosis berupa delusi dan halusinasi. Selain itu, penderita kondisi ini juga memperlihatkan
ketidakteraturan berbicara dan berperilaku, serta gejala negatif.

Walau bersifat sementara, orang dengan gangguan skizofreniform tetap dapat mengalami komplikasi
berupa skizofrenia.

Gangguan delusi

Gangguan delusi, sesuai namanya, merupakan gangguan psikotik yang membuat penderitanya tidak
dapat membedakan khayalan dari realitas. Delusi yang berisiko dirasakan penderitanya antara lain
merasa diikuti, diracuni, ditipu, atau dicintai seseorang. Namun, hal tersebut tidak benar pada
kenyataannya.

Selain itu, jenis delusi yang dialami juga dapat berupa keyakinan yang takkan mungkin terjadi. Misalnya,
penderita merasa bahwa ia telah dikuasai oleh alien.

Selain delusi, penderita gangguan delusi juga dapat merasakan halusinasi, kemarahan, dan
memiliki mood yang buruk.

Psikosis pospartum

Psikosis postpartum adalah gangguan mental yang terjadi setelah persalinan. Penderitanya memiliki
kesulitan untuk menerima bayi yang baru ia lahirkan, bahkan dapat memiliki pikiran untuk melukai anak.
Psikosis postpartum berbeda dari depresi pascapersalinan, meskipun kedua kondisi tersebut dapat
terjadi bersamaan.

Kondisi psikosis pospartum memiliki gejala psikotik pada umumnya, seperti halusinasi dan delusi. Selain
itu, penderita kondisi ini juga menunjukkan perilaku yang tidak biasa, perubahan mood yang cepat, dan
pikiran bunuh diri.

Faktor risiko psikosis postpartum dapat meningkat, jika penderita memiliki riwayat penyakit mental lain.
Penyakit mental tersebut termasuk depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan skizofrenia.

Gangguan bipolar
Anda mungkin sudah kerap mendengar gangguan ini. Gangguan bipolar adalah suatu gangguan mental,
yang menyebabkan penderitanya mengalami perubahan mood dalam sekejap. Mood tersebut dapat
berupa sangat gembira atau mania, hingga merasa sangat sedih atau depresi.

Diperkirakan, dua pertiga penderita bipolar mengalami gejala psikotik. Psikosis lebih sering dialami
penderita bipolar tipe 1, yaitu pada episode mania, walau juga ditemukan pada kasus bipolar tipe 2.

Psikosis terinduksi zat

Sesuai namanya, psikosis terinduksi zat atau obat adalah nama diagnostik, atau psikosis yang disebabkan
oleh suatu zat. Seperti gangguan psikotik lainnya, penderita psikosis terinduksi zat juga bisa mengalami
delusi maupun halusinasi.

Ada banyak jenis zat yang membuat seseorang mengalami psikosis. Misalnya alkohol, obat sedatif,
amfetamin, kokain, hingga ganja. Jenis obat-obatan juga membuat gangguan psikotik, seperti anestetik,
analgesik, obat penyakit jantung, hingga obat antidepresan.

Depresi psikosis

Sesuai namanya, kondisi ini merupakan kombinasi antara gejala psikotik (psikosis) dengan kondisi
depresi. Psikosis dapat menyerang 20% orang yang menderita depresi, yang tentunya berbahaya, karena
juga dapat menimbulkan pikiran untuk bunuh diri.

Layaknya kondisi gangguan psikotik, penderita psikosis depresif juga akan mengalami halusinasi, delusi,
dan paranoid yang diiringi dengan gejala depresi, seperti kesedihan yang mendalam. Bentuk delusi pada
penderita psikosis depresif adalah kecenderungan menyalahkan diri sendiri, dan meyakini sesuatu yang
berkaitan dengan tubuhnya.

Pengobatan psikosis atau gangguan psikotik

Pengobatan untuk psikosis atau gangguan psikotik diberikan berdasarkan penyebabnya. Penderitanya
mungkin juga akan dirawat oleh dokter. Selain itu, ada jenis obat yang khusus untuk menangani psikosis
atau gangguan psikotik. Obat ini lah yang disebut dengan antipsikotik.

Obat antipsikotik terbagi atas dua jenis, yakni antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Antipsikotik
tipikal cenderung menimbulkan efek samping yang lebih tidak mengenakkan, dibandingkan antipsikotik
atipikal.
Apabila Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala psikosis, terlebih diiringi dengan gejala gangguan
mental tertentu, segera cari pertolongan medis. Gejala gangguan psikotik, seperti delusi dan halusinasi,
dapat menimbulkan dampak yang menganggu hidup Anda, sehingga harus ditangani oleh tenaga
profesional.

Penyembuhan Psikotik

Upaya penyembuhan psikotik dapat ditempuh dengan dua cara, yakni dengan obat-obatan
(farmakologi) dan psikoterapi (terapi kejiwaan). Biasanya proses penyembuhan dipadu antara
keduanya. Dan yang paling menentukan, keluarga pasien harus memahami kalau kelainan jiwa psikotik
memerlukan waktu penyembuhan yang lama. Di samping itu, kata Malawaty, stigma masyarakat
terhadap penderita psikotik  sebagai orang gila dan mengucilkannya menyebabkan proses
penyembuhan psikotik butuh waktu lama.  

Penyebab utama psikotik, kata Malawaty, selain faktor-faktor genetik (keturunan), faktor kamampuan
pribadi mempertahankan terhadap gangguan stres dan latar belakang keluarga, pengaruh lingkungan
yang  juga menjadi pemicu timbulnya psikotik. Bila seseorang dengan riwayat keluarga yang menderita
psikotik, katanya, kemungkinan menderita psikotik lebih besar apa bila disertai dengan faktor-faktor
pemicu yang konflit. 

Ciri-ciri gangguan psikotik akut :

1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya


2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi

Prognosis :

Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian
di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah
psikiatrik berat lebih lanjut.

PCP (Phencyclidine) :

PCP merupakan senyawa halusinasi yang bersifat dissociative bahkan bisa menyebabkan delirium (tidak
bisa membedakan sama sekali antara mana yang tidak nyata dengan mana yg nyata) jika dikonsumsi
dalam dosis tinggi. Dahulu sebelum ditemukannya ketamine di tahun 1962, PCP-lah yang digunakan oleh
para dokter sebagai obat peredam rasa sakit (anesthetic). Akan tetapi oleh karena efeknya sampingnya
yang begitu mengganggu si pasien dan juga efek anestheticnya yang bisa mencapai kurang lebih 5 jam
serta efek psikologisnya yang bisa mencapai 24 jam maka dari itu ketamine lebih difavoritkan untuk
menggantikan PCP dalam dunia kedokteran.

Efek-efek lain PCP selain dari anesthetic meliputi :


1. halusinasi dan dissociative (sukar membedakan mana yg nyata dan mana yg tidak)
2. tenaga yg bertambah dan hilangnya rasa kantuk
3. rasa senang (euphoria) dan damai
4. amnesia
5. pikiran yg berpindah2 secara tidak beraturan dengan perasaan antara mimpi dan sadar
6. perubahan persepsi tentang waktu
7. detak jantung dan nafas yg menjadi cepat serta temperatur tubuh yg naik sehingga menjadi banyak
berkeringat
Jika dipakai dalam dosis yang lebih tinggi menyebabkan :
1. delirium (sama sekali tidak bisa membedakan mana yg nyata dan mana yg tidak)
2. perubahan mental secara drastis seperti serangan panic dan paranoid
3. mengigau dengan kata2 yg tidak beraturan
4. kehilangan total kendali saraf motorik/seluruh gerakan otot tubuh
5. detak jantung dan nafas yg malah terbalik menjadi lambat
6. serangan epilepsi/ayan
7. koma bahkan kematian

Dalam jangka panjang PCP menyebabkan kerusakan pada jaringan otak (olney lession) dan penyakit
mental yg menyerupai schizophrenia.

Dampak Penyalahgunaan Narkoba PCP

Phencyclidine (phenylcyclohexylpiperidine) biasanya diinisialisasi sebagai PCP adalah obat disseminative,


yang berarti bahwa dengan mengkonsumsi obat ini pikiran terasa lepas dari tubuh. PCP secara ilegal
diproduksi di laboratorium dan dijual dalam bentuk tablet dari tahun 1950-an. Menurut survei yang
dilakukan oleh Pengawasan Obat Nasional, lebih dari 187 juta anak usia 12 dan lebih tua telah
menyalahgunakan PCP setidaknya sekali dalam kehidupan masa lalu mereka.
PCP Penyalahgunaan banyak menyebabkan efek psikologis negatif dan karena efek ini, tidak pernah
disetujui untuk digunakan manusia. Dampak penyalahgunaan narkoba PCP Karena overdosis PCP,
obat pelaku s memiliki efek psikologis yang tidak menyenangkan. Perilaku mereka akan tak terduga dan
sering dikaitkan perilaku kekerasan. Kadang-kadang pelaku bahkan bisa bunuh diri.

Di bawah pengaruh PCP, berikut ini adalah efek pada Kesehatan pengguna obat terlarang :

Efek pada otak :

Penyalahgunaan PCP mendistorsi persepsi penglihatan, suara dan menghasilkan perasaan lepas dari
lingkungan dan dari mereka-diri juga. Efek ini disebabkan oleh terganggunya interaksi antara sel-sel
saraf dan neurotransmitter serotonin. Ini didistribusikan di seluruh sistem perseptual dan peraturan,
menghasilkan perubahan dalam suasana hati, meningkatkan kelaparan dan suhu tubuh dll

Efek pada pelaku :

Kebanyakan jika sekali menyalahgunakan obat menjadi kebiasaan mungkin menjadi sangat sulit bagi
pelaku untuk meninggalkannya. Penyalahgunaan ini juga dapat menyebabkan Kecanduan dan PCP
kompulsif mencari perilaku, meskipun konsekuensi yang merugikan parah. Selama proses ini, ada
banyak efek baik efek jangka panjang dan jangka pendek tergantung pada kuantitas dan penggunaan
obat.

Efek jangka panjang :

Banyak efek jangka panjang yang ditemukan karena penyalahgunaan biasa dari PCP untuk waktu yang
lama. Ini termasuk efek negatif pada sistem pernapasan dan berhenti respirasi dalam beberapa menit,
yang mengakibatkan kematian mendadak orang. Muntah, penglihatan kabur, menjentikkan atas dan
bawah mata dll sedikit efek-efek yang disebabkan oleh menyalahgunakan. Sekitar 90% dari
penyalahguna narkoba PCP dibawa ke ruang gawat darurat dengan efek psikologis yang parah. Dengan
dosis tinggi penyalahgunaan obat sistem saraf pusat terkena dan pelaku bahkan dapat pergi ke negara
koma.

Efek jangka pendek :

Efek yang paling santai adalah suasana hati selama 48 jam gangguan dari penggunaan obat dengan lift
yang signifikan seperti gejala kecemasan. Tingkat pernapasan akan sedikit meningkat dan mengucapkan
ke peningkatan tekanan darah bersama dengan kenaikan denyut nadi. Pernafasan menjadi dangkal,
tersipu bersama dengan berkeringat berlebihan dan ekstremitas lainnya yang umum dengan
penyalahgunaan obat teratur PCP dan kehilangan koordinasi otot juga dapat terjadi. Obat ini dapat
mengganggu kemampuan berpikir dan berkomunikasi karena penyalahgunaan.

Heroin :

Senyawa narkotika yang sangat keras dengan sifat adiktif yang tinggi, berbentuk butiran, tepung atau
cairan. Jenis heroin yang populer saat ini adalah “putauw”. Heroin diperoleh dari morfin melalui suatu
proses kimiawi yang dikenal dengan istilah “acetylion” (karena menggunakan acetic anhidrida dan acetyl
chlorida).

Orang yang menggunakan heroin akan merasakan euphoria tau yang lebih dikenal dengan perasaan
yang sangat luar biasa senangnya. Namun sayang rasa yang ditimbulkan saat memakai tidak sepadan
dengan efek yang dihasilkan setelah memakai heroin ,efeknya sangat akan berdampak buruk dan
berkepanjangan bagi kehidupan pemakai heroin tersebut tersebut .

Heroin (diacetylmorphine) adalah obat ilegal yang sangat adiktif dan penggunaannya merupakan
masalah serius di Amerika. Heroin adalah golongan opiat yang paling banyak disalahgunakan dan paling
adiktif. Heroin diproses dari morfin, suatu zat alami yang diekstrak dari biji varietas tanaman poppy
tertentu.

Heroin murni adalah bubuk putih dengan rasa pahit. Kebanyakan heroin dijual sebagai bubuk putih atau
kecoklatan dan biasanya “dicampur” dengan obat lain atau dengan zat seperti gula, tepung, susu bubuk,
atau kina. Heroin juga dapat dicampur dengan strychnine atau racun lainnya. Karena pelaku
penyalahguna heroin tidak tahu kekuatan sebenarnya dari obat tersebut atau komposisi yang
sebenarnya, mereka beresiko mengalami  overdosis atau kematian. Bentuk lain dari heroin yang dikenal
sebagai “tar hitam” mungkin lengket seperti tar batubara seperti  atap atau keras, dan warnanya dapat
bervariasi dari coklat tua sampai hitam.

Nama umum untuk heroin yaitu Smack, H, Skag, Junk, Brown gula, Kuda, Lumpur  dan  tar Black.

Sebenarnya penggunaan heroin dapat juga bermanfaat asalkan tidak disalah gunakan. Heroin biasanya
digunakan dalam dunia kedokteran sebagai obat bius. Heroin jika dikonsumsi yang sangat mudah
membuat seseorang kecanduan karena efeknya sangat kuat.

Opiat :
Opiat adalah kelompok zat psikoaktif yang diturunkan dari tumbuhan poppy, dimana termasuk pula di
dalamnya opium, morfin, codein dan lainnya. Istilah opioid merujuk pada opiat dan senyawa
semisintetis dan sintetis lainnya yang memiliki kemiripan sifat. (WHO, 2004).

Metadon :

Metadon adalah opiat (bahan yang terkandung dalam opium) sintetis (buatan) yang termasuk Golongan
II narkotika menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika ”yang berkhasiat
pengobatan” dan ”digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi paliatif, serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.” Metadon diproduksi dalam bentuk cairan,
tablet, dan bubuk. Yang digunakan untuk pengobatan adalah yang berbentuk cairan yang diminum,
dan karenanya lebih aman daripada penggunaan heroin yang disuntikkan.

Bagaimana metadon digunakan dalam berbagai pengobatan?

Di banyak negara metadon digunakan sebagai penghilang rasa sakit pasca operasi atau pasca
kemoterapi. Di Indonesia sendiri petidin dan morfin, keduanya Golongan II narkotika, lebih banyak
digunakan untuk keperluan ini. Dalam pengobatan ketergantungan heroin, metadon pertama kali
diresepkan pada tahun 1962 di Amerika. Sifatnya yang lebih stabil dari heroin membantu pasien untuk
bertahan lebih lama dengan sensasi penurunan kesadaran (mabuk) yang minim sehingga
memungkinkan pasien untuk mengonsumsi sekali sehari tanpa mengganggu aktivitas rutinnya.

Mengapa harus metadon? Bukankah bersih dari narkoba yang seharusnya dicapai?

Seperti disinggung sebelumnya, metadon merupakan pilihan terakhir karena potensi ketergantungannya
yang tinggi. Kecanduan heroin merupakan perilaku kompleks di mana seseorang terpaksa mengonsumsi
heroin walaupun bertentangan dengan keinginannya sendiri. Dokter Vincent Dole, perintis terapi
rumatan metadon di Amerika, menggolongkan kecanduan sebagai ”penyakit metabolisme” seperti
halnya obesitas. Pada obesitas tubuh tidak memproduksi cukup hormon insulin untuk memproses
asupan makanan menjadi energi, sedangkan pada kasus kecanduan heroin yang terjadi sebaliknya:
reseptor otak semakin toleran terhadap heroin seiring dengan pemakaian. Akibatnya, produksi morfin
alami (endorfin) berkurang drastis dan tergantikan oleh heroin yang semakin besar kebutuhannya.

Hal ini menjelaskan mengapa seseorang yang telah bebas narkoba memiliki kemungkinan 80-90 persen
menggunakan kembali pada tahun pertama setelah berhenti. Bila dikaitkan dengan HIV/AIDS yang
menjangkiti 50-70 persen pengguna napza suntik di Indonesia (untuk Jawa Barat mencapai 81 persen),
perilaku penyalahgunaan narkoba membutuhkan beragam penanganan, termasuk dengan obat seperti
metadon.

Apa yang dimaksud dengan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)?

Adalah pemberian obat metadon harian kepada pasien ketergantungan heroin di institusi kesehatan
seperti Puskesmas atau Rumah Sakit dengan pengawasan langsung oleh petugas kesehatan. Sifatnya
rumatan atau mempertahankan pasien selama mungkin menjalani terapi tersebut sampai akhirnya dosis
dapat diturunkan bertahap dan, bila memungkinkan, berhenti. Dosis awal diberikan pada kisaran 15-30
mg/hari dan dinaikkan bertahap sampai mencapai kisaran 60-120 mg/hari pada tahun pertama terapi.

Kenaikan dosis dimaksudkan untuk mencapai dosis ”nyaman” di mana pasien tidak merasakan sama
sekali gejala sakaw dan dapat beraktivitas. Dosis stabil ini yang kemudian dipertahankan seterusnya.
Dalam beberapa kasus di Jakarta pasien akhirnya dapat mencapai kembali dosis rendah 5 – 15 mg/hari
pada tahun ke-3 namun terus dipertahankan sampai tahun ke-4 karena pertimbangan pasien sendiri
mengenai kesiapan psikis yang belum cukup dalam menghadapi suges (keinginan yang kuat untuk
menggunakan narkoba).

Hal apa saja yang patut dipertimbangkan sebelum memutuskan menjalani terapi rumatan metadon?

Selain kriteria tertentu yang harus dipenuhi, yang terpenting adalah kesiapan si calon pasien untuk
mengikuti program terapi yang bersifat jangka panjang ini. Jangka terapi tidak bisa ditentukan di muka
mengingat selama perjalanan terapi seorang pasien dapat saja kambuh menggunakan heroin kembali
sehingga membutuhkan perencanaan dosis ulang, atau seorang pasien bisa saja menjalani pengobatan
antiretroviral untuk HIV/AIDS yang membutuhkan peningkatan dosis metadon. Penelitian oleh peneliti
dari Amerika, Ball & Ross (1991) menunjukkan bahwa tingkat penggunaan heroin menurun drastis di
tahun ke-4 terapi, yaitu sebesar 70 persen dari 388 pasien metadon yang ditelitinya.

Manfaat apa yang didapat dengan terapi rumatan metadon?

Dalam risetnya di Amerika, Metzger, dkk (1993) mengemukakan bahwa dalam kurun 18 bulan
pecandu heroin hampir 3 kali lebih berisiko terinfeksi HIV dibandingkan mereka yang menjalani
rumatan metadon dalam waktu yang sama. Pengamatan RS Fatmawati Jakarta (2007) yang dimulai
pada April 2003 juga menunjukkan penurunan penggunaan heroin. Sehingga pada Januari 2007 hanya
9.7 persen dari total 246 pasien metadon aktif yang menggunakan heroin. Dari keseluruhan pasien 49
persen memiliki pekerjaan dan 11 persen dapat kembali bersekolah atau kuliah.
Selain terhindar dari penularan HIV, penyalahgunaan narkoba dan menjalani kehidupan normal kembali,
pasien metadon selalu berhubungan dengan petugas medis setiap harinya, sehingga keluhan fisik atau
penyakit lain yang dideritanya dapat ditangani segera. Klinik rumatan metadon RSKO, RS Hasan Sadikin,
dan lainnya menyediakan juga pengobatan HIV dan penanganan psikiatri. Riset Grondblab dkk (1990)
membuktikan efektifitas layanan metadon dalam menurunkan angka kematian terkait komplikasi
penggunaan heroin sampai dengan 80 persen.

Bagaimana seseorang dapat mengikuti layanan terapi rumatan metadon?

Dia harus memenuhi beberapa kriteria tertentu. Pertama, berusia minimal 18 tahun dan tidak
menderita sakit berat. Kedua, dia mengalami ketergantungan heroin dalam jangka 12 bulan terakhir
disertai gejala kecanduan seperti peningkatan dosis heroin dan putus zat (sakaw) bila tidak memakai.
Ketiga, dia sudah pernah mencoba berhenti menggunakan heroin dengan cara rehabilitasi atau
detoksifikasi namun gagal dan memakai kembali.

Terakhir, harus diketahui oleh pihak keluarga yang berperan sebagai pendamping atau pada situasi
yang tidak memungkinkan, dapat diwalikan oleh pihak lain seperti pendamping LSM. Setelah
persyaratan tersebut dipenuhi, pasien dikenakan tarif layanan yang bervariasi di tiap daerah setiap kali
mengakses layanan metadon. Misalnya, untuk layanan metadon di Puskesmas wilayah DKI Jakarta tarif
yang dikenakan adalah Rp 5.000. Sedangkan klinik Metadon RS Hasan Sadikin Bandung menetapkan tarif
Rp 15.000 dan di RS Sanglah Denpasar sebesar Rp 8.000.

Apakah metadon aman digunakan?

Iya, metadon aman untuk digunakan oleh mereka yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah disebutkan
di atas. Karena metadon diperoleh dan dikonsumsi hanya di Puskesmas atau Rumah Sakit, maka risiko
penyalahgunaan dapat diminimalisir. Sediaan metadon yang cair dan diminum memudahkan
pengawasan petugas kesehatan dibandingkan bahan serupa dalam bentuk tablet yang dapat
menyisakan serpihan tablet di mulut dan disalahgunakan dengan cara suntik.

Efek samping terkait metadon yang biasa timbul ialah sembelit, keringat berlebihan, rasa kantuk atau
penurunan kesadaran yang biasanya hilang seiring dengan penyesuaiani tubuh terhadap dosis metadon
yang diberikan. Sejumlah orang mengalami reaksi alergi yang luar biasa dan membutuhkan pengobatan
lain selain metadon.
Pusat Statistik Kesehatan Nasional Amerika (2006) menyebutkan jumlah kematian terkait metadon yang
meningkat menjadi 2.992 kasus pada 2003. Namun 82 persen dari kasus tersebut bersifat aksidental
yang sebagian besarnya melibatkan penggunaan narkoba lain yang dikombinasikan metadon.

Obat Daftar G seperti Alprazolam (Xanax®, Calmlet®) dan Bromazepam (Lexotan®) yang dapat diperoleh


dengan mudah di Indonesia meningkatkan risiko overdosis metadon secara signifikan.
Mengkombinasikan metadon dengan narkoba lain untuk mencapai tingkat “high” akan mengakibatkan
overdosis.

Apa yang harus diperhatikan bagi seseorang yang menjalani terapi rumatan metadon?

Yang harus diingat metadon bukanlah solusi utama dari kecanduan. Metadon hanyalah obat yang
bertujuan menghindarkan pasien dari pemakaian heroin. Motivasi diri pasien amat berperan selama
masa terapi, terutama sebelum dosis stabil dicapai yang rentan sekali untuk memakai kembali heroin.
Bila kepatuhan terapi terjaga, pasien dapat terhindar dari infeksi HIV dari penggunaan heroin suntik dan
dapat mengendalikan hidupnya ke arah yang lebih produktif.

Untuk mencapai ini dukungan orang terdekat seperti keluarga sangat diutamakan. Penelitian RS Sutomo
Surabaya menunjukkan pentingnya peran keluarga dalam mendukung keberhasilan terapi yang
ditunjukkan dengan perubahan perilaku dan psikis pasien setelah 3 bulan mengikuti terapi rumatan
metadon.

Definisi Substance Abuse Disorder :

Substance abuse disorder atau penyalahgunaan zat adalah keadaan ketika seseorang menggunakan
obat maupun zat yang tidak legal, obat yang diresepkan atau bahkan obat yang dapat dibeli sendiri di
apotek dengan dosis yang tidak sesuai. 

Substance abuse disorder dapat juga disebut sebagai keadaan ketika seseorang mengonsumsi alkohol,
obat yang diresepkan, dan atau obat legal lain terlalu banyak daripada dosis yang dianjurkan. 

Orang dengan substance abuse disorder dapat berhenti atau mengubah kebiasaannya. Lain halnya
dengan adiksi atau ketergantungan zat. Adiksi adalah suatu penyakit yang membuat seseorang sangat
sulit lepas dari ketergantungannya. 

Zat yang sering disalahgunakan oleh orang dengan substance abuse disorder antara lain: rokok dan
produk mengandung tembakau lainnya, mariyuana, kokain, dan alkohol.
Selain zat di atas, orang juga dapat menyalahgunakan obat yang diresepkan seperti obat penghilang
nyeri golongan opioid, obat untuk Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD), dan obat untuk
gangguan cemas. 

Obat dijual bebas yang paling sering disalahgunakan adalah obat batuk pilek yang mengandung
Dextrometorfan, yang jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan. 

Seseorang dapat disebut menyalahgunakan obat yang diresepkan atau obat yang dijual bebas bila :

1. Mengonsumsi obat yang diresepkan untuk orang lain


2. Mengonsumsi obat melebihi dosis obat yang dianjurkan
3. Mengonsumsi obat untuk alasan non-medis

Tanda dan gejala substance abuse disorder :

Ketika Anda pertama kali menggunakan obat tertentu, Anda mungkin mengira dapat mengontrol
seberapa banyak obat yang Anda pakai. 

Namun semakin sering mengonsumsi obat, Anda akan semakin membutuhkan dosis yang lebih besar
untuk mendapatkan efek yang sama. Untuk orang tertentu, hal ini dapat berlanjut menjadi adiksi. 

Tanda seseorang mungkin mengalami substance abuse disorder adalah gejala-gejala psikis seperti :

1. Hilangnya minat pada hal yang dahulu disukai


2. Masalah dalam interaksi sosial atau pertemanan
3. Berhenti menjaga atau memelihara diri sendiri
4. Lebih sering menghabiskan waktu seorang diri 
5. Makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya 
6. Siklus tidur berantakan
7. Mengalami masalah dalam pekerjaan atau keluarga
8. Sering mengalami perubahan emosi secara cepat
9. Sering merasa kebingungan
10. Sering melakukan kekerasan
11. Sangat marah bila dikonfrontasi tentang penyalahgunaan obat
12. Sering beralasan atau berbohong demi menggunakan obat

Penyebab substance abuse disorder


Penyebab pasti substance abuse disorder tidak diketahui pasti namun diperkirakan faktor-faktor berikut
turut andil menyebabkan penyalahgunaan zat : 

1. Faktor keturunan atau genetik


2. Mekanisme kerja obat
3. Faktor psikis seperti tekanan dari orang-orang sekitar, stres emosional, kecemasan, depresi, dan
stress lingkungan 

Selain itu substance abuse disorder juga sering ditemukan bersamaan dengan gangguan kejiwaan
tertentu seperti depresi, gangguan hiperaktif dan pemusatan perhatian (ADHD), stres pascatrauma,
dan gangguan kejiwaan lainnya.  

Pola hidup yang berantakan dan kurangnya percaya diri juga dapat menyebabkan substance abuse
disorder. 

Anak-anak yang tumbuh melihat orangtuanya menyalahgunakan zat juga berisiko lebih tinggi
mengalami substance abuse disorder di kemudian hari.

Diagnosis substance abuse disorder :

Ketika Anda berkonsultasi ke dokter dengan gejala seperti di atas, maka dokter terlebih dahulu akan
menanyakan secara rinci apa saja keluhan dan riwayat penyakit Anda selama ini. 

Bila dokter mencurigai substance abuse disorder, dokter akan menganjurkan pemeriksaan kadar obat
dalam darah dan urine.

Cara mengobati substance abuse disorder :

Substance abuse disorder adalah hal yang serius dan tidak gampang diobati. Tatalaksana diawali dengan
mengenali masalahnya. 

Zat yang disalahgunakan dianjurkan dihentikan secara perlahan atau dapat dihentikan langsung.

Dalam proses lepas dari obat yang selama ini disalahgunakan, penderita substance abuse
disorder sangat membutuhkan dukungan secara fisik dan emosional  

Pilihan pengobatan untuk substance abuse disorder antara lain :

1. Bila mengalami overdosis obat, segera ke unit emergensi rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan.
2. Detoksifikasi dapat dilakukan pada orang dengan substance abuse disorder yang stabil.
Detoksifikasi dapat dilakukan di lingkungan khusus seperti pusat rehab yang mengharuskan
penderitanya menetap dalam suatu waktu atau juga bisa dilakukan di rumah.
3. Pada kasus tertentu, penderita substance abuse disorder diberikan obat yang mekanisme
kerjanya sama dengan obat yang selama ini disalahgunakan untuk menghindari efek lepas obat. 

Selain langkah seperti di atas, dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting bagi
penderita substance abuse disorder agar tidak kembali menyalahgunakan obat lain. 

Dianjurkan bagi orang dengan substance abuse disorder untuk bergabung dalam komunitas sosial.
Keberhasilan lepas dari penyalahgunaan zat meningkat bila bergabung dalam kelompok dukungan
sosial. 

Dukungan sosial ini akan membantu orang yang mengalami substance abuse disorder merasa tidak
sendirian dan membantu mengurangi rasa malu dan intimidasi yang dapat membuat mereka
menyalahgunakan zat lagi.

Cara mencegah substance abuse disorder :

Edukasi tentang penyalahgunaan obat sangat berguna untuk anak-anak. Orangtua dapat memberikan
edukasi kepada anak-anak mereka tentang penyalahgunaan zat sedari dini untuk mencegah substance
abuse disorder di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai