Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian mood disorder


Nabila, baruna,jihan,japira kes: ayi
gangguan mood ini merupakan suatu gejala yang menyebabkan perubahan suasana perasaan
pada seseorang secara ekstreem dan membuat penderitanya terlarut dalam suasana
perasaannya dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga mengganggu kemampuan
mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal.

Gangguan mood mencakup berbagai gangguan emosi yang membuat seseorang tidak dapat
berfungsi mulai dari kesedihan pada depresi hingga euphoria yang tidak realistis dan
iritabilitas pada mania (Davison, Neale, & Kring, 2014).
2. Proses terjadinya mood disorder
sarmila,anjal,abizar,nenti, ajijah kes:fidya
Otak memiliki neurotransmitter yang berfungsi untuk menyalurkan senyawa
antar neuron-neuron di otak.
Ketika seseorang memiliki level neurotransmitter yang abnormal di otak, maka
dapat menghasilkan mood swing hingga mood disorders.
Kandungan serotonin pada neurotransmitter yang berkaitan dengan tidur,
mood, emosi dan stres menjadi tidak seimbang di mana dapat menyebabkan
depresi.

Sedangkan norepinephrine pada neurotransmitter yang berkaitan dengan


pembelajaran, memori dan aktivitas fisik yang tidak seimbang juga dapat
menyebabkan depresi.

Maka ketika serotonin, GABA, dopamin dan norepinephrine produksinya


terpengaruhi mood swing akan terjadi stres, cemas, takut bahkan stres yang
dapat muncul bergantian.

3. Macam-macam mood disorder (Depresi dan bipolar)


ayi,fidya,ajijah, jihan kes:abi
4. Masalah keperawatan yang timbul pada mood disorder
nenti,sarmila,nabila,japira kes:anjal
 resiko mencederai diri
5. Psikofarmaka dan terapi keperawatan pada klien dengan mood disorder
Ajijah,nabila,baruna,ayi,nenti kes:japira
REFERENSI : BUKU TEKS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA STIKES
MAJAPAHIT 2014
TERAPI PSIKOLOGIS GANGGUAN DEPRESI
1. Terapi Cognitive-Behavioral depresi
Terapis mencoba mempersuasi pasien depresi untuk mengubah pandangan tentang
dirinya sendiri dan peristiwa. Terapis juga meminta pasien untuk memperhatikan
pernyataan pribadinya dan
mengidentifikasi semua pola pikirnya yang menyebabkan depresi agar dapat
membuat asumsi yang lebih positif serta realistis. Dapat pula dikembangkan
metode Ellis’s rational emotive dan analisis Beck. Melalui metode tersebut,
pasien dapat diminta untuk melakukan hal positif ketika mengalami depresi
atau terapis memberikan aktivitas pada pasien yang berkaitan dengan
pengalaman akan kesuksesan dan membuat pasien berpikir positif mengenai
dirinya sendiri. Dengan demikian pendekatannya adalah melakukan perubahan
struktur kognitif dengan cara mempersuasi pasien memperoleh perbedaan
dalam berpikir. The NIMH Treatment of Depression Collaborative Research Program
National Institute of Mental Health (NIMH) melakukan penelitian mengenai terapi
kognitif Beck (CT) yang kemudian dibandingkan dengan terapi interpersonal (IPT)
dan farmakoterapi, yaitu penggunaan Tofranil (Elkin et al., 1985, dalam Davison,
Neale, & Kring, 2004). Pemilihan terapi berdasarkan pada fokus yang sama pada
penanganan depresi dan memiliki instruksi yang eksplisit dan terstandardisasi. Hasil
menunjukkan bahwa pasien
dengan IPT dan CT menyatakan kepuasannya karena melalui terapi tersebut mereka
dapat mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyadari sumber depresi yang dimilikinya dibandingkan dengan pasien dengan
farmakoterapi (Blatt, et al., 2000, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).
2. Social-skill Training,
difokuskan pada peningkatan interaksi sosial, karena salah satu karakteristik dari
depresi adalah kurangnya pengalaman yang
memuaskan dengan orang lain.
3. Behavioral Activation Therapy.
Fokusnya adalah keterlibatan pasien pada perilaku tertentu dan aktivitas-
aktivitas yang dapat memberikan penguatan yang positif dan akan membantu
untuk mengatasi depresi. Hal tersebut disebabkan secara umum, perilaku yang
terlihat dari pasien depresi adalah tidak adanya aktivitas, menarik diri dari berbagai
aktivitas atau tidak bersemangat untuk beraktivitas. Selain perubahan pada pola pikir
pasien, keterlibatan pasien dalam berbagai kegiatan positif juga menjadi hal yang
penting (Davison, Neale, & Kring, 2004).
TERAPI PSIKOLOGIS GANGGUAN BIPOLAR
Intervensi cognitive-behavioral dapat dilakukan dengan target pada pemikiran dan
perilaku interpersonal yang buruk pada saat mood mudah berpindah sehingga lebih
efektif. Selain itu, pemberian pengetahuan mengenai gangguan bipolar dan
treatment-nya juga dapat meningkatkan ketaatan penyembuhan dengan
menggunakan lithium, dimana membantu mengurangi mood yang mudah
berpindah dan membuat kehidupan pasien lebih stabil (Davison, Neale, & Kring,
2004).
Dapat pula dilakukan family focused treatment (FFT), yaitu pemberian
pengetahuan pada keluarga mengenai gangguan, meningkatkan komunikasi dalam
keluarga, dan melatih kemampuan untuk menyelesaikan masalah (Miklowitz, 2001;
Miklowitz & Goldstein, 1997,
dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Kombinasi antara terapi obat dan terapi ini
lebih efektif dibandingkan menggunakan terapi obat saja.

Terapi Obat-obat utama untuk depresi adalah


1. Tricyclics, seperti imipramine (Tofranil), dan amitriptyline (Elavil).
2. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine
(Prozac) dan sertraline (Zoloft).
3. Monoamine oxidase (MAO) inhibitors, seperti tranylcypromine (Parnate). Dari
ketiga jenis obat tersebut, MAO inhibitors memiliki efek samping yang paling
besar sehingga yang paling banyak digunakan adalah dua jenis obat yang lainnya.
Penggunaan obat antidepresan ini biasanya juga dikombinasikan dengan penggunaan
terapi lainnya. Obat antidepresan biasanya digunakan untuk depresi yang parah,
namun meskipun penggunaannya mengurangi episode depresi, secara umum
kekambuhan dapat muncul setelah penggunaan
obat dihentikan (Reimherr et al., 2001, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).

Terapi Obat untuk Gangguan Bipolar, Berkaitan dengan gangguan bipolar, terapi
menggunakan lithium karena dapat mengatasi episode mania dan depresi secara
efektif. Dilakukan dengan mengontrol dosis dari lithium carbonate, yang lebih efektif
digunakan pada gangguan bipolar dibandingkan unipolar. Lithium memberikan
pengaruhnya secara bertahap, biasanya terapi diawali dengan penggunaan lithium dan
antipsikotik seperti Hafdol untuk memberikan efek penenang dengan cepat. Pasien
harus melakukan tes darah secara teratur untuk memastikan tingkat penggunaan
lithium tidak terlalu tinggi sehingga menjadi racun bagi tubuh. Penggunan lithium
juga harus secara teratur karena kekambuhan gangguan masih dapat terjadi (Davison,
Neale, & Kring, 2004).
6. Asuhan keperawatan pada klien dengan mood disorder
jihan,anjal,abi,fidya,sarmila kes : baruna

Anda mungkin juga menyukai