Anda di halaman 1dari 15

KONSEP KEGAWATDARURATAN SISTEM REPRODUKSI

PRE-EKLAMPSI DAN ECLAMPSIA

Disusun Oleh :
Kelompok 5 B
Dosy Tumangger (0320170)
Agustina Manik (032017070)
Fitri Silaban (0320170)
Mei Frans Hulu (0320170)
Besti Zega (0320170)

Dosen : Ibu Linadwati F. Tampubolon


Mata Kuliah :GADAR I

NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nyapenulis dapat menyelesaikan makalah
yangberjudul “Konsep Kegawatdaruratan Sistem reproduksi pre-eklampsi dan
eclampsia”. Dan juga kami berterima kasih pada ibu Linadwati F. Tampubolon
selaku dosen mata kuliah GADAR I.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai definisi pre-eklampsi dan eclampsia,
penyebab pre-eklampsi dan eclampsia, manifestasi klinik pre-eklampsi dan
eclampsia, penatalaksanaan pre-eklampsi dan eclampsia.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan-kekurangan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi parapembaca dan sekiranya


makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 24 Maret 2020


Penulis,

Kelompok 5 B
DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1......................................................................................................Latar
Belakang..................................................................................... 1
1.2......................................................................................................Tujuan
.....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pre-eklamsia
2.1.1 Definisi Pre-eklampsi ...................................................... 4
2.1.2 Etiologi Pre-eklampsi...................................................... 4
2.1.3 Manifestasi Klinik Pre-eklampsi.................................... 5
2.1.4 Penatalaksanaan pasien Pre-eklampsi........................... 6
2.2 Eclampsia
2.2.1 Definisi Eclampsia............................................................9
2.2.2 Etiologi Eclampsia............................................................9
2.2.3 Mnifestasi klinis Eclampsia.............................................11
2.2.4 Penatalaksanaan pasien eclampsia.................................11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.............................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke
5,meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua
kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu
kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan
kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang
terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan
atau persalinan nya.

Secara global, rasio kematian ibu pada tahun 2017 sebesar 210 kematian per
100.000 kelahiran atau sekitar 800 perempuan meninggal per hari karena
komplikasi kehamilan atau persalinan dan 99 % terjadi di Negara berkembang.
Penyebab kematian ibu akibat preeclampsia dan eklampsia di Indonesia masih
cukup tingi dibandingkan dengan di Asia Tenggara atau di dunia. Pre- eklampsia
merupakan gangguan dengan etiologi yang tidak diketahui secara khusus pada
perempuan hamil.

Bentuk sindrom ini ditandai oleh hipertensi, dan preoteinuria yang terjadi
setekah minggu ke – 20 kehamilan. Eklampsia adalah preeclampsia yang ditandai
dengan adanya kejang. Eklampsia yang tdak dikendalikan dengan baik akan dapat
mengakibatkan kecacatan menetap atau bahkan dapat menyebabkan kematian ibu
dan bayi. Kejadia pre- eklampsi dan eklampsia berkisar 5 – 10 % dari seluruh
kehamilan. Faktor resiko untuk terjadinya preeclampsia adalah usia ibu (kurang
dari 16 tahun atau lebih dari 45 tahun), primigravida, adanya hipertensi sebelum
kehamilan, kehamilan ganda, kehamilan mola, obesiras, rewayat preeclampsia
pada kehamilan sebelumnya. Di antara factor – factor yang ditemukan, sulit
ditemukan factor yang menjadi penyebab utama eklampsia dan pra eklampsia.

Penanda keparahan pre-eklampsia ditandai dengan tekanan darah 160/110


mmHg atau lebih, proteiunuria 2+, terjadinya kejang (eklampsia), gangguan
penglihatan, nyeri abdomen atas, terjadi trombositopenia, hemolisis, pertumbuhan
janin terhambat, edema paru, dan oliguria.Proteinuria dan hipertensi adalah
manifestasi klinis yang dominan pada pre-eklampsia karena ginjal menjadi target
penyakit pada beberapa organ seperti kegagalan ginjal, kerusakan pada organ hati,
dan terjadinya perdarahan intracranial.Sedangkan kejang pada pasien pre-
eklampsia meningkatkan angka kematian ibu dan kematian janin dikarenakan
terjadinya kolaps sirkulasi. Keterlibatan hepar pada pre-eklampsia-eklampsia
adalah hal yang serius dan disertai dengan keterlibatan organ lain terutama ginjal
dan otak, bersama dengan hemolisis dan trombositopenia. Keadaan ini yang
disebut sindrom hemolisis elevated liver enzymes low platelet(HELLP). Banyak
kasus kematian ibu dan besarnya peran pre eklampsia berat sebagai penyebab
kematian ibu

1.2 Tujuan Penulisan

1.1.1. Tujuan Umum


Mahasiswa/I mampu mengetahui dan menguasai konsep
kegawatdaruratan sistem reproduksi dengan pre-eklampsi dan eclampsia.
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiwa/I mampu mengetahui dan memahami definisi pre-eklampsi
dan eclampsia
b. Mahasiwa/I mampu mengetahui dan memahami penyebab pre-
eklampsi dan eclampsia
c. Mahasiwa/I mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinik pre-
eklampsi dan eclampsia
d. Mahasiwa/I mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan pre-
eklampsi dan eclampsia.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pre – Eklampsia


2.1.1 Definisi Pre-Eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan
usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan
meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk
2016). Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada
kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur
kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
(Nugroho, 2012).
Preeklampsia sejak dahulu didefinisikan sebagai trias yang terdiri
dari hipertensi, proteinuria, dan edema pada wanita hamil. Preeklampsia
biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, walaupun pada beberapa
kasus dapat bermanifestasi lebih awal (Heffner& Schust,2009). Preeklampsia
adalah sindrom yang terdiri dari tingginya tekanan darah, tingginya kadar
protein dalam urin (hemaproteuria), dan banyakanya cairan di dalam tubuh.

2.1.2 Etiologi Pre-Eklampsia


Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui
penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi
pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor
penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih
rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko
lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan,
keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti.
Menurut Angsar (2009) beberapa faktor risiko terjadinya
preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia,
riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun), riwayat
preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik. Beberapa
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain, gizi buruk,
kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor resiko terjadinya
preeklamsi, preeklamsi umumnya terjadi pada kehamilan di usia remaja, dan
kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah:
riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat
mengelami preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsi pada ibu atau
saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi,
riwayat kencing manis, kelainan ginjal lupus atau rematoid arthritis.

2.1.3 Manifestasi Klinis Pre-Eklampsia

Menurut Manuaba (2009) gejala klinis preeklamsi terdiri dari:

a. Gejala Ringan
Gejala ringan yaitu tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan
tekanan darah 30 mmHg untuk sistolok atau 15 mmHg untuk diastolic
dengan interval pengukuran selama 6 jam, terdapat pengeluaran protein
dalam urine 0,3 g/ liter atau kualitatif, edema (bengkak kaki, tangan, atau
lainnya) dan kenaikan serta berat badan lebih dari 1 kg/ minggu.
b. Gejala berat
Gejala berat meliputi tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih,
pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5g/ 24 jam, terjadi penurunan
produksi urine kurang dari 400cc/ 24 jam, terdapat edema paru dan
sianosis (kebiruan), sesak napas, terdapat gejala subjektif (sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri di daerah perut atas)
2.1.4 Penatalaksanaan Preeklampsia
a. Preeklampsia Ringan

Preeklampsia

-Usia kehamilan ≥ 37 mgg


-Usia ≥ 34 mgg dengan :
YA
-Persalinan atau ketuban pecah Lakukan
-Perburukan kondisi ibu dan janin Persalinan
-Pertumbuhan janin terhambat
-Didapatkan solusio plasenta

TIDAK

-Usia kehamilan ≥ 37 mgg


-Perawatan Poliklinis
-Evaluasi ibu 2 kali dalam seminggu
-Evaluasi kesejahteraan janin 2 kali
dalam seminggu

- Usia kehamilan ≥ 37 mgg


- Perburukan kondisi ibu dan janin
- Persalinan atau ketuban pecah
b. Preeklampsia Berat

Preeklampsia dengan gejala Berat


≥ 34 minggu
- MRS, Evaluasi gejala, DJJ, dan cek laboratorium
- Stabilisasi, pemberian MgSO4 profilaksis

< 34

Jika didapatkan:
Jika usia
1. Eklampsia
kehamilan ≥ 24 Terminasi
2. Edema paru
minggu, janin kehamilan
3. DIC
hidup : Berikan setelah
4. HT berat, tidak terkomtrol
YA pematangan paru stabilisasi
5. Gawat Janin
(dosis tidak harus
6. Sulosio Plasenta
selalu lengkap)
7. IUFD
tanpa menunda
8. Janin tidak variabel (tergantung
terminasi
kasus)
TIDAK

Jika didapatkan: Jika usia


kehamilan > 24
- Gejala Persisten ya minggu :
- Sindrom HELLP
Pematangan paru
- Pertumbuhan janin terhambat
(inj.
- Severe olygohydramnion
Dexamithason IM
- Reversed end diastolic flow
2x6 mg atau
- Gangguan Renal Berat
bermethason IM
TIDAK 1x 12 mg) 2 x 24

Perawatan Konservatif:

- Evaluasi di kamar bersalin selama 24


-Usia kehamilan ≥ 34
– 48 jam
minggu
- Rawat inap hingga terminasi
-KPP atau inpartu
- Stop MgSO4, profilaksis (1 x 24 jam)
-Perburukan maternal
- Pemeberian anti HT jika TD ≥ 160/110
- fetal
- Pematangan paru 2 x 24 jam
- Evaluasi maternal – fetal secara
berkala
2.2 Eklampsia
2.2.1 Definisi Eklampsia
Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-
tanda preeklampsia. Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang
terdiri dari hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan
proteinuriamasif yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Eklampsia dibagi menjadi tiga yaitu, eklampsia antepartum, eklampsia
intrapartum, dan eklampsia postpartum.
Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat
saat mendekati persalinan.(1). Sekitar 60-75% eklampsia dapat terjadi
sebelum persalinan, dansekitar 40-50% terjadi saat persalinan dan 48 jam
pertama setelah melahirkan. Ancaman kejang dapat tetap terjadi hingga 6
minggu pasca persalinan yang sering disebut dengan eclampsia late onset.
.
2.2.2 Etiologi Eklampsia

Etiologi eklampsia hingga saat ini masih belum diketahui. Adapun


factorrisiko terjadinya preeklampsia yang mendahului eklampsia adalah
primigravida, hiperplasentosis, seperti mola hidatidosa, kehamilan multiple,
diabetes mellitus, hydrops fetalis dan bayi besar, umur yang terlalu muda atau
terlalu tua untuk kehamilan ada riwayat dalam keluarga yang pernah
preeklamsia/eklamsia, ada penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah
ada sebelum kehamilan, dan obesitas.

Mekanisme terjadinya preeklampsia dan eklampsia masih belum


dimengerti, hal ini digambarkan sebagai “disease of theory”. Adapun
beberapa teori tentang patofisiologi eklampsia adalah sebagai berikut.

1. Inhibisi perkembangan uterovaskular


Terdapat banyak perubahan uterovaskular yang terjadi ketika
seorang wanita hamil. Dipercayai bahwa perubahan tersebut disebabkan
karena interaksi antara allograft fetus dan ibu sehingga terjadi perubahan
vaskular lokal dan sistemik. Pada pasien dengan eklampsia,
perkembangangan arteri uteroplasenta terhambat.
2. Hambatan regulasi aliran darah serebral

Dipercaya bahwa pada eclampsia terdapat aliran darah serebral


abnormal yang diakibatkan oleh hipertensi yang ekstrem. Regulasi perfusi
serebral dihambat, pembuluh darah mengalami dilatasi dengan
peningkatan permeabilitas, dan terjadilah edema serebral, sehingga terjadi
iskemia dan enselopati. Pada hipertensi yang ekstrem, vasokontriksi
kompensasi normal dapat terganggu. Beberapa temuan otopsi mendukung
model ini dan secara konsisten menunjukkan pembengkakan dan nekrosis
fibrinoid dinding pembuluh darah.

3. Disfungsi endotel
Faktor yang berhubungan dengan disfungsi endotel telah menunjukkan
meningkat pada sirkulasi sistemik wanita yang mengalami eklampsia.
Faktor tersebut meliputi:
a. Fibronektin Seluler
b. Faktor Von Willebrand
c. Molekul adhesi sel (seperti P-selectin, vascular endothelial adhesion
molecule-1 [VCAM-1]
d. Intercellular adhesion molecule-1 [ICAM-1])
e. Sitokin (seperti interleukin-6 [IL-6])
f. Tumor necrosis factor-α *TNF-α+
Selain itu, dipercaya bahwa faktor antiangiogenik, seperti protein
plasenta fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1) dan activin A, antagonis
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Peningkatan kadar
protein tersebut menyebabkan reduksi VEGF dan menginduksi
disfungsi endotel lokal dan sistemik. Kebocoran protein dari sirkulasi
dan edema generalisata merupakan sekuele disfungsi endotel dan
menjadi faktor penentu yang berhubungan dengan preeklampsia dan
eklampsia.
4. Stres oksidatif

Terdapat bukti yang mengindikasikan bahwa molekul leptin


meningkat pada sirkulasi wanita dengan eklampsia, menginduksi stres
oksidatif, faktor lain pada eklampsia, pada sel. Peningkatan leptin juga
menyebabkan agregasi trombosit, yang berkontribusi terhadap koagulasi
yang berhubungan dengan eklampsia. Stres oksidatif diketahui
menstimulasi produksi dan sekresi faktor antiangiogenik activin A dari sel
endotel dan plasenta.

2.3 Manifestasi Klinis

Eklampsia biasanya terjadi akibat edema otak yang luas. Peningkatan


tekanan darah yang mendadak dan tinggi menyebabkan kegagalan autoregulasi
aliran darah. Sebelum serangan kejang pada eklampsia biasanya didahului oleh
kumpulan gejala impending eklampsia yang dapat berupa: nyeri kepala, mata
kabur, mual, muntah, dan nyeri epigastrium.

Gambaran klinik penderita eklampsia biasanya lebih berat dan dapat


disertai berbagai komplikasi seperti koma, edema paru, gagal ginjal, solusio
plasenta, gangguan pertumbuhan janin, dan kematian janin.

2.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan preeklampsia lebih ditekankan pada pencegahan kejang


dan pengontrolan hipertensi. Pemberian anti kejang Magnesium sulfat
(MgSO4) merupakan pilihan pertama dalam tatalaksana preeklamsia berat,
pemberian jalur intravena dapat diberikan dengan loading dose 4 gram
diencerkan dalam 10 ml cairan aquades diberikan selama 15 hingga 20 menit
bolus lambat. Selanjutnya dapat memulai dosis rumatan MgSO4 6 gram dalam
500 mL cairan Ringer laktat dengan kecepatan dosis 1gram/jam atau sekitar 28
tetes makro permenit. Penatalaksanaan hipertensi dan pencegahan kejang dapat
menurunkan risiko komplikasi. Pemberian obat anti hipertensi yang
direkomendasikan ialah nifedipin sebanyak 10 mg diberikan setiap 20 menit
sampaitekanan darah turun mencapai 25% dari mean arterial pressure(MAP).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah sindrom yang terdiri dari tingginya tekanan darah,
tingginya kadar protein dalam urin (hemaproteuria), dan banyakanya cairan di
dalam tubuh.Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-
tanda preeklampsia.
Bentuk sindrom ini ditandai oleh hipertensi, dan preoteinuria yang terjadi
setekah minggu ke – 20 kehamilan. Eklampsia adalah preeclampsia yang ditandai
dengan adanya kejang. Eklampsia yang tdak dikendalikan dengan baik akan dapat
mengakibatkan kecacatan menetap atau bahkan dapat menyebabkan kematian ibu
dan bayi. Kejadia pre- eklampsi dan eklampsia berkisar 5 – 10 % dari seluruh
kehamilan. Faktor resiko untuk terjadinya preeclampsia adalah usia ibu (kurang
dari 16 tahun atau lebih dari 45 tahun), primigravida, adanya hipertensi sebelum
kehamilan, kehamilan ganda, kehamilan mola, obesiras, rewayat preeclampsia
pada kehamilan sebelumnya. Di antara factor – factor yang ditemukan, sulit
ditemukan factor yang menjadi penyebab utama eklampsia dan pra eklampsia.
Daftar Pustaka

Angga Alpiansyah, Rodiani. 2017. Wanita Usia 20 Tahun, Primigravida


Hamil 37 Minggu dengan Eklampsia Antepartum. J Medula Unila. Volume 7
Nomor |Januari 2017

Besral, 2015, Pre-eklampsia Berat dan kematian Ibu, vol, 10, Jurnal
Kesehatan Masyarakat nasional,

Fatmawati, lilis. 2017. Pengaruh Status Kesehatan Ibu Terhadap Derajat


Preeklampsia/Eklampsia Di Kabupaten Gresik. Jurnal Airlangga

Mohd Andalas, Andry Khairani Ramadana, dan Rudiyanto. 2017. Eklampsia


Postpartum: Sebuah Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 17
Nomor 1 April 2017

Nurul Islamy, Ade Yonata. 2019 .Tatalaksana Eklampsia dengan Gagal


Ginjal Akut. JK Unila Volume 3 Nomor 1 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai