Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES


MELLITUS (DM) DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM dr.
HARYOTO LUMAJANG

oleh:

Siti Amaliatul Khoiroh, S.Kep


NIM 192311101054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah yang
disusun oleh :

Nama : Siti Amaliatul Khoiroh, S.Kep


NIM : 192311101054

telah diperiksa dan disahkan pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, 2019

FAKULTAS KEPERAWATAN

Mengetahui,

Koordinator Program Studi


Pendidikan Profesi Ners PJMK

Ns. Erti Ikhtiarini D. S. Kep., M. Ns. Jon Hafan S., M. Kep., Sp.
Kep., Sp. Kep. J Kep. MB

NIP. 19811028 200604 2 002 NIP. 1984 0102 201504 1 002

Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns. Wantiyah, M. Kep.


NIP. 19810712 200604 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Siti Amaliatul Khoiroh, S. Kep

NIM : 192311101054

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES


MELLITUS (DM) DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM dr.
HARYOTO LUMAJANG

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, … ….. 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

…………………….………. Ns. Margi Astutik, S.Kep


NIP. 197803202006042027
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Review Anatomi Fisiologi Pankreas


Pankreas merupakan suatu organ retroperitoneal berupa kelenjar dengan
panjang sekitar 15-20 cm pada manusia. Berat pankreas sekitar 75-100 g pada
dewasa, dan 80-90% terdiri dari jaringan asinar eksokrin. Pankreas terbentang dari
atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua
saluran ke duodenum terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian kecil
kaudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis. Strukturnya lunak dan
berlobulus (Williams, 2013)
Pankreas dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian eksokrin dan bagian endokrin.
Komponen eksokrin membentuk sebagian besar pankreas dan terdiri dari asini
serosa dan sel zimogenik yang tersusun rapat dan membentuk banyak lobulus
kecil. Komponen endokrin pankreas tersebar di seluruh organ berupa pulau sel
endokrin yang disebut insula pancreatica (pulau Langerhans). Sel-sel pulau
Langerhans terdiri dari empat macam (Eroschenko, 2008) yaitu sel alfa sebagai
penghasil hormon glukagon yang berfungsi meningkatkan kadar glukosa darah
dengan mempercepat perubahan glikogen, asam amino, dan asam lemak di
hepatosit menjadi glukosa; Sel beta sebagai penghasil hormon insulin yang
berfungsi menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan transpor
membran glukosa ke dalam hepatosit, otot, dan sel adiposa; Sel Delta yang
mensekresikan hormon somatostatin untuk menurunkan dan menghambat
aktivitas sekretorik sel alfa dan sel beta melalui pengaruh lokal di dalam insula
pancreatica; dan Sel F Mensekresi polipeptida pankreas yang menghambat
pembentukan enzim pankreas dan sekresi alkali.
Menurut Natan, T., 2018, dua hormon penting yang dihasilkan oleh pankreas
adalah sebagai berikut:
a. Insulin, yaitu protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan
oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam
amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah
glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
b. Glukagon, merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa
dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat
molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

B. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan penyakit sistematik, kronis dan multifaktoral
yang ditandai dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Kurangnya sekresi
insulin atau ada insulin yang cukup namun tidak efektif merupakan salah satu
gejala yang ditimbulkan. Terdapat penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan
insulin oleh pankreas. Kondisi tersebut mengarah pada hiperglikemia yang
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik
dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Hiperglikemia
jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis
(penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan
dengan suatu peningkatan kejadian penyakit makrovaskular, termasuk infark
miokard, stroke, dan penyakit vascular perifer. Penyakit dapat dikatakan kronis
jika durasi mengalami penyakit selama ≥ 3 bulan (Herdman dan Kamitsuru,
2015). DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya (PERKENI, 2015).
Menurut WHO (2018) Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh kekurangan produksi insulin yang didapat dalam produksi insulin
oleh pankreas, atau ketidakefektifan insulin yang dihasilkan. Kekurangan tersebut
menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dapat merusak
sistem dalam tubuh, khususnya pembuluh darah dan saraf.
C. Epidemiologi
Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang menderita
diabetes mellitus di seluruh dunia, dan jumlah ini diperkirakan dapat menjadi dua
kali lipat pada tahun 2025. Sebagian besar kenaikan ini akan terjadi di negara-
negara berkembang dan disebabkan oleh pertumbuhan populasi, penuaan, diet
tidak sehat, obesitas dan gaya hidup yang kurang baik. Sementara pada tahun
2025, kebanyakan penderita diabetes di negara maju berusia 65 tahun atau lebih,
di negara-negara berkembang kebanyakan berada di kelompok usia 45-64 tahun
dan dipengaruhi pada usia produktif mereka (WHO, 2018). Sedangkan
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta
pada tahun 2035 (IDF, 2013).

D. Etiologi
Resistensi insulin pada pasien DM disebabkan oleh beberapa faktor menurut
Riyadi dan Sukarmin (2008) antara lain:
a. Kelainan genetic
Penyakit DM dapat diturunkan dari riwayat keluarga yang mengalami DM.
Individu yang mempunyai penyakit DM akan menginformasikan DNA
pada gen selanjutnya berhubungan dengan penurunan fungsi insulin.
b. Usia
Secara umum fisiologis individu setelah usia 40 akan mengalami
penurunan secara drastis. Hal ini dapat menyebabkan turunnya fungsi
endokrin pankreas dalam pembentukan insulin.
c. Gaya hidup/stress
Kondisi stres kronis membuat individu cenderung untuk mengkonsumsi
makanan cepat saji yang kaya lemak, gula dan bahan pengawet. Makanan
tersebut akan berefek pada kerja pankreas. Pankreas juga akan terganggu
ketika kebutuhan sumber energi dan kerja metabolisme menjadi meningkat
akibat stres. Tingginya beban menyebabkan pankreas mudah rusak
sehingga insulin mengalami penurunan.
d. Pola makan yang salah
Kondisi kelebihan berat badan atau kekurangan gizi keduanya dapat
meningkatkan resiko terkena DM. Tidak teraturnya pola makan juga
berperan pada dampak ketidakefektifan kerja dari pankreas.
e. Obesitas
Kondisi obesitas menyebabkan sel-sel beta pankreas menjadi hipertrofi
yang nantinya berefek pada produksi insulin yaitu menjadi menurun.
Peningkatan beban metabolisme glukosa pada obesitas inilah yang
menyebabkan terjadinya hipertofi pankreas.
f. Infeksi
Virus atau bakteri yang masuk ke pankreas akan menyebabkan terjadinya
kerusakan sel-sel di dalam pankreas yang nantinya akan berdampak pada
penurunan fungsi pancreas.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ulkus pada DM:
a. Neuropati diabetik
Adalah suatu kelainan syaraf pada penderita DM akibat tingginya kadar gula
dalam darah. Akibatnya penderita DM kehilangan keampuan untuk merasaan
nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami luka pada kaki tidak
akan terasa.
b. Angiopati diabetik
Adalah penyempitan pada pembuluh darah dan mudah terjadi penyumbatan,
apabila pada kaki mengalami penyumbatan maka akan menimbukan gangren
atau merah kehitaman pada kaki dan biasanya berbau. Angiopati
menyababkan asupan oksigen dan nutrisi terhambat, sehingga apabila
terdapat luka di kaki maka akan sulit untuk sembuh.
c. Trauma
Pasien DM kehilangan kemampuan dalam merasakan nyeri, sehingga apabila
terjadi luka pada kaki akibat benturan, tekanan atau gesekan, maka penderita
tidak akan dapat merasakan sakit.
d. Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi pada ulkus diabetik, hal ini dapat terjadi akibat
kadar gula dalam darah tinggi, maka akan menjadi tempat yang baik untuk
berkembangnya bakteri.

E. Klasifikasi
DM dibagi menjadi beberapa klasifikasi menurut American Diabetes
Association (2014) klasifikasi DM dibagi menjadi 4 antara lain:
1. DM Tipe 1
DM tipe 1 disebabkan autoimun sehingga sistem pertahanan tubuh
menyerang sel β penghasil insulin di pankreas. Pada DM tipe 1
pengeluaran insulin hanya sedikit atau sama sekali tidak ada ditentukan
level protein c-peptida dengan jumlah sedikit atau sama sekali tidak ada.
Ketoasidosis merupakan tanda gejala utama pada DM tipe 1.
2. DM Tipe 2
DM tipe 2 menyebabkan tubuh mengalami penurunan untuk menghasilkan
insulin dan menghambat hati memproduksi glukosa yang disebabkan
adanya hipersulinemia tetapi insulin tidak bisa menyalurkan glukosa
masuk ke jaringan disebabkan adanya resisten insulin. Dimana resisten
insulin menyebabkan defisiensi relatif insulin yang akan menyebabkan
kurangnya sekresi insulin pada glukosa dengan bahan sekresi insulin
lainnya sehingga sel β pankreas terjadi desensitisasi 15 pada glukosa.
Resisten insulin akan secara perlahan menyebabkan sensitivitas reseptor
glukosa berkurang. Komplikasi merupakan diagnosis yang sering pada
DM tipe 2.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe lain disebabkan adanya kerusakan sel β, kerusakan kerja insulin,
infeksi virus, penyakit sistem kekebalan tubuh, penyakit eksokrin dan
endrokrin dan gangguan genetik.
4. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes yang terjadi karena intoleransi glukosa dan diketahui pada
kehamilan di minggu ke 2 dan ke 3 selain itu diabetes ini terjadi pada masa
kehamilan. Pada DM gestasional mempunyai resiko lebih tinggi
menyandang DM tetap dalam kurun waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
dan DM tipe ini berhubungan dengan adanya peningkatan komplikasi
perinatal.

F. Patofisiologi
Diabetes melitus mempunyai ciri yaitu ketidaksensitifan insulin karena
resisten insulin, penurunan produksi insulin, yang akhirnya terjadi kegagalan pada
sel β pankreas. Hal ini mengakibatkan penurunan pengangkutan glukosa ke hati
dan sel lemak. Menurunnya kemampuan sel β dalam mensekresikan insulin akan
menyebabkan gangguan sekresi insulin (Price & Wilson, 2005). Sel β pankreas
akan meningkatkan jumlah sekresi insulin melalui peningkatan aktivitas inkretin.
Ini merupakan strategi untuk menangani sekresi insulin dan untuk mencegah
glukosa terbentuk di dalam darah (Smeltzer & Bare, 2008). Jaringan amiloid
terjadi saat adanya penambahan sekresi insulin diikuti dengan sekresi amylin dari
sel β yang menumpuk. Sel β akan terdesak jika peningkatan sekresi insulin
berlangsung lama dan jumlah sel β di pulau langerhans akan mengalami
penurunan 50-60% pada jumlah normal. Penambahan aktivitas inkretin akan
menyebabkan penumpukan amiloid sehingga berpengaruh langsung
meningkatkan poliferasi sel β, menambah sekresi insulin serta berkurangnya
apoptosis sel β (Defronzo, 2008 dalam Suyono, 2009). DM tipe 2 terjadi apabila
sel β tidak seimbang antara penambahan kebutuhan insulin dengan penambahan
kadar glukosa (Smelzer & Bare, 2008).
G. Clinical Pathway Diabetes Melitus

Faktor genetik Imunologi Usia diatas 30 tahun Obesitas

Antigen HLA (DR3/ DR4) Infeksi virus Toleransi insulin Peningkatan pemasukan karbohidrat

Merusak sistem imun


Gangguan fungsi limfosit
Insulin tidak adekuat

Kerusakan sel beta Penurunan jumlah insulin


Ketidakefektifan
Glukosa tidak dapat dihantar ke sel perfusi jaringan
perifer
Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa
Hiperglikemia Iskemik jaringan
darah

Angiopati diabetik Aliran darah


Ginjal tak mampu memfiltrasi glukosa Intake glukosa sel Viskositas darah meningkat melambat
berkurang
Makro angiopati Mikro angiopati
Glukosuria
Peningkatan pemecahan
protein dan lemak Terganggunya aliran
Diuretik osmotik Pembuluh darah tersumbat Retinopatid
darah ke kaki iabetik
Polifagi
Poliuri dan Polidipisi Penurunan asupan O2 Iskemik Polineuropati Nyeri Kronis
Ketidakseimbangan nutrisi dan nutrisi
Dehidrasi kurang dari kebutuhan tubuh
Luka sulit sembuh
Deficit volume cairan
Hambatan Mobilitas
Fisik
Kerusakan integritas kulit Grade 0-1
Gangren Ulkus
Grade 2-5
Kerusakan integritas jaringan

Harga diri rendah


H. Manifestasi klinis
Menurut Global Diabetes Community (2018), Gejala yang sering terjadi pada
Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih
banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

I. Pemeriksaan penunjang
Identifikasi pasien DM atau pra DM memungkinkan dilakukan intervensi
sebelumnya dengan potensi pengurangan tingkat komplikasi lebih lanjut. Sekitar
25% pasien dengan DM tipe 2 sudah memiliki komplikasi mikrovaskuler pada
saat didiagnosis dan menderita penyakit DM lebih dari 5 tahun. Menurut
PERKENI (2015) DM dapat terdiagnosis dengan kriteria antara lain:
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Pada keadaan puasa yaitu
keadaan tubuh tidak mendapatkan asupan minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik
d. Pemeriksaan HbA1c untuk memantau glukosa darah dan memonitor efek
diet, olahraga, terapi yang diberikan, serta untuk melihat sebera baik
tentang pengobatannya. Nilainya adalah ≥ 6,5% dengan metode yang
terstandar oleh National Glycohaemoglobin Standardization Program
(NGSP).

J. Penatalaksanaan
Menurut PERKENI (2015) penatalaksanaan pada DM antara lain:
Terapi Non Farmakologi
a. Edukasi
Edukasi merupakan upaya pencegahan dengan tujuan untuk promosi hidup
sehat dan bagian pengelolaan DM secara holistik. Materi yang diberikan
yaitu materi pembelajaran untuk pemula dan materi tingkat lanjutan.
Materi pembelajaran untuk pemula yaitu proses penyakit DM, tanda
gejala, pengontrolan penyakit, intervensi dan latihan jasmani sedangkan
materi lanjutkan meliputi mencegah penyulit akut DM, penatalaksanaan,
dan rencana untuk kegiatan khusus.
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
TNM yaitu hal yang penting dari penatalaksanaan secara menyeluruh.
Salah satu kunci keberhasilan yaitu pendampingan oleh anggota tim
kesehatan. Pengaturan makan pada penyandang DM yaitu makan
seimbang sesuai kalori dan zat gizi setiap orang. Hal yang harus
diperhatikan pada pengaturan makan yaitu jadwal, jenis dan jumlah kalori
terutama untuk pasien yang mengkonsumsi obat untuk meningkatkan
sekresi insulin atau terapi insulin.
c. Jasmani
Kegiatan latihan fisik dapat dikerjakan dengan rutin sebanyak 3-5 kali
seminggu selama 30-45 menit, total 150 menit seminggu. Kegiatan
jasmani ini bisa menurunkan berat badan sekaligus perbaikan sensitivitas
insulin sehingga glukosa darah dapat terkendali.
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dibagi menjadi dua yaitu obat dalam bentuk oral dan
suntik.
a. Obat Antihiperglikemia
Oral Obat antihiperglikemi terdiri dari lima jenis menurut cara kerjanya
yaitu pemacu sekresi insulin, peningkatan sensitivitas terhadap insulin,
penghambat absorpsi glukosa pada sistem pencernaan, penghambat DPP-
IV (dipeptidy peptidase-IV), penghambat SGLT-2 (sodium glucose
cotransporter 2).
b. Obat Antihiperglikemia
Suntik Insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dan agonis GLP-1.
1) Insulin
Menurut jenis dan lamanya kerja insulin dibedakan lima golongan yaitu
insulin kerja cepat (rapid-acting insulin), insulin kerja pendek (short-
acting insulin), insulin kerja menengah (intermediateacting insulin),
insulin kerja panjang (long-actin insulin) dan insulin kerja ultra panjang
(ultra longacting insulin).
2) Agonis GLP-1
Agonis GLP-1 bekerja di sel β sehingga dapat meningkatkan pelepasan
insulin, mempunyai dampak penurunan pada berat badan,
penghambatan pelepasan glucagon, dan menghambat keinginan untuk
makan.
3) Terapi Kombinasi Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral baik
dipisah maupun di kombinasi dengan menggunakan obat dan kerja yang
berbeda.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas : Nama, usia (DM Tipe 1 Usia> 30 tahun, DM tipe 2 usia >30
tahun, cenderung meningkat pada usia >65 tahun). Kelompok etnik di
Amerika Serikat golongan hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis kelamin, status, agama,
alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan (orang
dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola
makan yang salah, cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung gula dan lemak yang berlebihan). Penyakit ini biasanya
banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang
sedikit.
b. Keluhan Utama: Pasien diabetes melitus datang ke rumah sakit dengan
keluhan utama yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang datang ke
rumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia,
lemas, dan berat badan turun.
c. Riwayat kesehatan sekarang: Pengkajian pada RPS berupa proses
terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya DM serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu: Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit–
penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan
yang biasa digunakan oleh pasien.
e. Riwayat kesehatan keluarga: Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena
diabetes mellitus, hal ini berhubungan dengan proses genetic dimana orang
tua dengan diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit
tersebut kepada anaknya.
f. Riwayat psikososial: Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher: Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen: Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus
dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan: Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler: Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis
pada makrovaskuler.
f. Sistem gastrointestinal: Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary: Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas
atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal: Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i. Sistem neurologis: Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pengkajian Pola Gordon
1. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4. Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang
ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga
pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah: Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl,
gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine: Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan
merah bata (++++).
c. Kultur pus: Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemis
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangren grade 2-5
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangren grade 1-2
4. Nyeri kronik berhubungan dengan polineuropati
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan polifagi
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik jaringan
7. Defisien Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
8. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas:
gangren
9. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangren
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien NIC: Manajemen Hiperglikemi (2120)
Ketidakstabilan dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Monitor kadar glukosa darah sesuai
kadar glukosa darah Kadar glukosa darah (2300) indikasi
berhubungan dengan Skor yang ingin 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi:
Skor
hiperglikemia dicapai poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
No Indikator
(00179) letargi, malaise, pandangan kabur, atau
Awal 1 2 3 4 5
sakit kepala
230001 Glukosa darah √ 3. Monitor ketonurin, sesuai indikasi
4. Monitor AGD, elektrolit dan kadar
230002 Hemoglobin √ betahidroksibutirat sesuai yang tersedia
glikosiliat 5. Monitor nadi dan tekana darah ortostatik
230003 Fruktosamin √ sesuai indikasi
6. Berikan insulin sesuai resep
230004 Urin glukosa √ 7. Dorong asupan cairan oral
8. Monitor status cairan
230005 Urin keton √ 9. Monitor akses IV sesuai kebutuhan
10. Monitor cairan IV sesuai kebutuhan
Keterangan: 11. Beikan kalium sesuai resep
1. Deviasi berat dari kisaran normal 12. Konsultasikan dengan dokter tanda gejala
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal hiperglikemia yang menetap atau
3. Deviasi sedang dari kisaran normal memburuk
4. Deviasi ringan sedang dari kisaran normal 13. Bantu ambulasi jika terdapat hipotensi
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal orthostastik
14. Lakukan kebersihan mulut jika diperlukan
Keparahan hiperglikemia (2111) 15. Identifikasi kemungkinan penyebab
Skor yang ingin hiperglikemi
Skor
dicapai 16. Antisipasi situasi dimana akan ada
No Indikator
Awal 1 2 3 4 5 kebutuhan peningkatan insulin
17. Batasi aktivitas kadar glukosa dari lebih
211101 Peningkatan urine 3 √
dari 250 mg/dl
output
18. Intruksikan pasien dan keluarga mengenai
211105 Kelelahan 3 √ pencegahan, pengenalan tanda-tanda
hiperglikemi dan manajemen hiperglikemi
211106 Sakit kepala 3 √ 19. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa
darah
211107 Pandangan kabur 3 √ 20. Bantu pasien dalam menginteperasikan
kadar glukosa darah
211108 Kehilangan BB yang 3 √ 21. Review riwayat kadar glukosa darah
tidak bisa dijelaskan pasien dan atau keluarga
211109 Kehilangan n 3 √ 22. Instruksikan pada pasien dan keluarga
fsu makan mengenai manajemen diabetes selama
211110 Mual 3 √ periode sakit, termasuk penggunaan
insulin dan/atau obat oral, monitor asupan
211114 Gangguan elektrolit 3 √ cairan, penggantian karbohidrat dan kapan
mencari bantuan petugas kesehatan, sesuai
211115 Gangguan konsentrasi 3 √ kebutuhan.
23. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan
211116 Perubahan status 3 √
regimen latihan
mental
24. Tes kadar glukosa darah anggota keluarga.
211117 Peningkatan glukosa 3 √
darah
211118 Peningkatan A1c 3 √
(glycated hemoglobin)
Keterangan:
1 =Keluhan Berat
2 =Keluhan cukup berat
3 =Keluhan sedang
4 =Keluhan ringan
5 =Tidak ada keluhan
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien NIC: Pengecekan Kulit (3590)
jaringan dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait
berhubungan dengan dengan adanya kemerahan, kehangatan
gangren grade 2-5 Integritas Jaringan: Kulit dan membran mukosa (1101) ekstrim, edema, atau drainase.
(00044) Tujuan 2. Amati warna, kehangatan, bengkak,
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi
110101 Suhu Kulit 3 √ pada ekstremitas
3. Periksa kondisi luka operasi dengan
110108 Tekstur 3 √ tepat
Pertumbuhan 4. Gunakan alat pengkajian untuk
110112 3 √ mengindentifikasi pasien yang berisiko
rambut pada kulit
110113 Integritas kulit 2 √ mengalami kerusakan integritas kulit
Pigmentasi (misalnya, skala braden)
110105 3 √ 5. Monitor warna dan suhu kulit
abnormal
110115 Lesi pada kulit 2 √ 6. Monitor kulit dan selaput lendir
110119 Pengelupasan kulit √ terhadap area perubahan warna, memar,
110120 Penebalan kulit 3 √ dan pecah
110121 Eritem 2 √ 7. Monitor kulit untuk adanya ruam dan
110123 Nekrosis 2 √ lecet
110124 Pengerasan Kulit 3 √ 8. Monitor kulit untuk adanya kekeringan
yang berlebihan dan kelembapan
Keterangan:
9. Monitor infeksi terutama di daerah
1. =Keluhan Berat
edema
2. =Keluhan cukup berat
10. Dokumentasikan perubahan membran
3. =Keluhan sedang
mukosa
4. =Keluhan ringan
11. Gunakan langkah-langkah untuk
5. =Tidak ada keluhan
mencegah kerusakan lebih lanjut
(Misal, melapisi kasur, menjadwalkan
Keparahan Infeksi (0703)
reposisi)
Tujuan
No. Indikator Awal 12. Ajarkan keluarga/pemberi asuhan
1 2 3 4 5
mengenai kerusakan kulit dengan tepat.
070301 Kemerahan 3 √
NIC: Perawatan Luka (3660)
070307 Demam 3 √ 1. Monitor karakteristik luka termasuk
070333 Nyeri 3 √ drainase, warna, ukuran, dan bau.
Peningkatan 2. Ukur luas luka yang sesuai
070326 jumlah s 2 √ 3. Bersihkan dengan normal saline atau
l darah putih pembersih yang tidak beracun dengan
Keterangan: tepat.
4. berikan perawatan insisi pada luka yang
1. Deviasi berat dari kisaran normal diperlukan
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal 5. Berikan perawatan ulkus pada kulit yang
3. Deviasi sedang dari kisaran normal diperlukan,
4. Deviasi ringan sedang dari kisaran normal 6. Olehkan salep yang sesuai dengan jenis
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
luka
7. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis
luka
8. Perhatikan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka yang tepat
9. Ganti balutan sesuai dengan jumlah
eksudat dan drainase
10. bandingkan dan catat setuipa perubahan
luka
11. Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
dengan tepat
12. Dorong cairan yang sesuai
13. rujuk pada ahli diet yang tepat
14. Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk
mengenali tanda dan gejala infeksi
15. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan
tampilan
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien NIC: Perawatan Luka (3660)
kulit berhubungan dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Monitor karakteristik luka termasuk
dengan gangren drainase, warna, ukuran, dan bau.
grade 1-2 Integritas Jaringan: Kulit dan membran mukosa (1101) 2. Ukur luas luka yang sesuai
Tujuan 3. Bersihkan dengan normal saline atau
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 pembersih yang tidak beracun dengan
110101 Suhu Kulit 3 √ tepat.
110108 Tekstur 3 √ 4. berikan perawatan insisi pada luka yang
Pertumbuhan diperlukan
110112 3 √ 5. Berikan perawatan ulkus pada kulit yang
rambut pada kulit
110113 Integritas kulit 2 √ diperlukan,
Pigmentasi 6. Olehkan salep yang sesuai dengan jenis
110105 3 √ luka
abnormal
110115 Lesi pada kulit 2 √ 7. Berikan balutan yang sesuai dengan
110119 Pengelupasan kulit √ jenis luka
110120 Penebalan kulit 3 √ 8. Perhatikan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka yang tepat
110121 Eritem 2 √
9. Ganti balutan sesuai dengan jumlah
110123 Nekrosis 2 √
110124 Pengerasan Kulit 3 √ eksudat dan drainase
Keterangan: 10. bandingkan dan catat setuipa perubahan
1. =Keluhan Berat luka
2. =Keluhan cukup berat 11. Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
3. =Keluhan sedang dengan tepat
4. =Keluhan ringan 12. Dorong cairan yang sesuai
5. =Tidak ada keluhan 13. rujuk pada ahli diet yang tepat
14. Anjurkan pada pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan gejala infeksi
15. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan
tampilan
4. Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien Pain management (1400)
berhubungan dengan dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi,
polineuropati karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
(00133) Pain control (1605) dan faktor presipitasi)
Tujuan 2. Beri penjelasan mengenai penyebab nyeri
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 3. Observasi reaksi nonverbal dari
Mengenali Kapan ketidaknyamanan
160502 3 √ 4. Segera immobilisasi daerah fraktur
nyeri terjadi
Menggambarkan 5. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang
160501 3 √ terkena
faktor penyebab
Melaporkan 6. Ajarkan pasien tentang alternative lain
perubahan untuk mengatasi dan mengurangi rasa
terhadap gejala nyeri
160513 3 √ 7. Ajarkan teknik manajemen stress
nyeri pada
profesional misalnya relaksasi nafas dalam
kesehatan 8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Melaporkan nyeri dalam pemberian obat analgeik sesuai
160511 3 √ indikasi
yang terkontrol
Menggunakan
160505 analgesic yang 2 √
direkomendasikan
Keterangan:
1= Tidak pernah menunjukkan
2= Jarang menunjukkan
3= Kadang-kadang menunjukkan
4= Sering menunjukkan
5= Secara konsisten menunjukkan
5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien Terapi nutrisi (1120)
nutrisi: kurang dari dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Lengkapi pengkajian nutrisi sesuai
kebutuhan tubuh kebutuhan
behubungan dengan Status nutrisi : Asupan Makanan dan Cairan (1009) 2. Monitor asupan makanan harian
polifagi (00002) Skor yang ingin 3. Motivasi Pasien untuk mengkonsumsi
Skor makanan dan minuman yang bernutrisi,
No Indikator dicapai
Awal 1 2 3 4 5 tinggi protein, kalori dan mudah
Asupan makanan 2 √ dikonsumsi serta sesuai kebutuhan
4. Ciptakan lingkungan yang bersih,
100801 secara oral berventilasi, santai dan bebas dari bau
menyengat
Asupan cairan 3 √
100803 secara oral Monitor nutrisi (1160)
Asupan cairan 3 √ 1. Timbang berat badan pasien
100804 intravena 2. Identifikasi penurunan berat badan
terakhir
Keterangan: 3. Tentukan pola makan
1: Tidak Adekuat 4. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain
2: Sedikit Adekuat untuk mengembangkan rencana
3: Cukup Adekuat keperawatan
4: Sebagian Besar Adekuat
5: Sepenuhnya Adekuat
6. Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien NIC: Manejemen sensasi perifer (2660)
Ketidakefektifan dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1 Monitor adanya daerah tertentu yang
perfusi jaringan hanya peka terhadap
perifer behubungan Perfusi jaringan: perifer (0407) panas/dingin/tajam/tumpul
dengan diabetes Skor yang ingin 2 Monitor tanda-tanda vital
Skor
mellitus: iskemik No Indikator dicapai 3 Monitor adanya paretese
jaringan (00228) Awal 1 2 3 4 5 4 lnstruksikan keluarga untuk
Pengisian kapiler jari 3 √ mengobservasi kulit jika ada isi atau
040715 laserasi
5 Gunakan sarung tangan untuk proteksi
Tekanan darah sistolik 3 √ 6 Monitor adanya penekanan dari gelang,
040727 alat-alat medis, sepatu dan baju
7 Kolaborasi pemberian analgetik
Tekanan darah 3 √ 8 Monitor adanya tromboplebitis dan
040728 diastolik tromboemboli pada vena
Edema perifer 3 √ 9 Diskusikan menganai penyebab
040712 perubahan sensasi

Kram otot 3 √
040745

Keterangan
1:deviasi berat dari kisaran normal
2: deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3: deviasi sedang dari kisaran normal
4: deviasi ringan dari kisaran normal
5: tidak ada deviasi dari kisaran normal
7. Defisien Volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam Pasien Manajemen elektrolit/cairan (2080)
cairan berhubungan dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Jaga pencatatan intake/asupan dan output
dengan kehilangan yang akurat
cairan aktif (00026) Keseimbangan cairan (0601) 2. pantau adanya tanda dan gejala retensi
Skor yang ingin cairan
Skor
dicapai 3. batasi cairan yang sesuai
No Indikator
4. siapkan pasien untuk dialisis
Awal 1 2 3 4 5
Monitor cairan ( 4130)
060101 Tekanan darah 3 √ 1. Tentukan jumlah clan jenis intake/
asupan cairan serta kebiasaan
060107 Keseimbangan input 3 √ 2. eliminasi
outpur dalam 24 jam 3. Tentukan faktor-faktor risiko yang
060109 Berat badan stabil 3 √ mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan (misalnya,
060116 Turgor kulit 3 √ kehilangan albumin, Iuka bakar,
malnutrisi, sepsis, sindrom nefrotik,
060117 Kelembapan membran 3 √ hipertermia, terapi diuretik, patologi
mukosa ginjal, gaga! jantung, diaforesis,
060118 Serum elektrolit 3 √ disfungsi
4. hati, olahraga berat, paparan panas,
060119 Hematokrit 3 √ infeksi, paska operasi,
5. poliuria, muntah, clan diare)
060113 Bola mata cekung dan 3 √ 6. Tentukan apakah pasien mengalami
lembek kehausan atau gejala perubahan cairan
060115 Kehausan 3 √ (misalnya, pusing, sering berubah
Keterangan pikiran,
1: sangat terganggu 7. melamun, ketakutan, mudah
2: banyak terganggu tersinggung, mual, berkedut)
3: cukup terganggu 8. Periksa isi ulang kapiler dengan
4: sedikit terganggu memegang tangan pasien pada tinggi
5: tidak terganggu yang sama seperti jantung clan menekan
jari tengah selama lima detik, lalu
lepaskan tekanan clan hitung waktu
sampai jarinya kembali merah (yaitu,
hams kurang dari 2 detik)
8. Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien Exercise therapy (0221)
fisik berhubungan dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
dengan kerusakan 2. Ajarkan bagaimana latihan yang
integritas: gangren Pergerakan (0208) diperlukan
(00085) Tujuan 3. Anjurkan pasien untuk rutin latihan
No. Indikator Awal 4. Monitor perkembangan kemampuan
1 2 3 4 5
aktivitas pasien
020801 Keseimbangan 1 √ 5. Anjurkan keluarga juga berpartisipassi
020809 Koordinasi 1 √ dalam program latihan pasien
020803 Gerakan otot 1 √
020804 Gerakan sendi 1 √ Terapi latihan : kontrol otot (0226)
Bergerak dengan 1. Tentukan kesiapan pasien untuk terlibat
020814 1 √ dalam aktivitas atau latihan
mudah
2. Evaluasi fungsi sensori (penglihatan,
Keterangan:
pendengaran , dan perabaan)
1= sangat terganggu
3. Bantu menjaga stabilitas sendi tubuh dan
2= banyak terganggu
atau proksimal selama latihan
3= cukup terganggu
4. Bantu pasien untuk dalam berada pada
4= sedikit terganggu
5= tidak terganggu posisi duduk/berdiri untuk melakukan
protokol latihan
5. Berikan petunjuk langkah demi langkah
untuk setiap aktivitas motorik selama
latihan
6. Sediakan lingkungan yang baik
9. Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien Peningkatan harga diri (5400)
situasional dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Monitor pernyataan pasien tentang harga
berhubungan dengan diri
penyakit fisik: Harga Diri (1205) 2. Bantu pasien untuk menemukan
gangren (00120) Tujuan penerimaan diri
No. Indikator Awal 3. kuatkan kekuatan pribadi yang
1 2 3 4 5
diindentifikasi pasien
Verbalisasi
120501 3 √ 4. jangan mengkritisi secara negaif
penerimaan diri
5. Dukung pasien untuk terlibat dalam
Penerimaan
memberikan afirmasi positif mengenai
120502 terhadap 3 √
pembicaraan pada diri sendiri dan secara
keterbatasan diri
verbal terhadap diri setiap hari.
120505 Gambaran diri 3 √ 6. Berikan afirmasi posotif dan pujian
120507 Komunikasi terbuka 3 √ terkait kemampuan pasien
Perasaan tentang
120519 3 √
nilai diri
Keterangan:
1. Tidak pernah positif
2. jarang psitif
3. kadang-kadang positif
4. sering positif
5. konsisten positif
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik
setelah pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pada berdasarkan
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan
implementasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format
SOAP, yaitu:
1. S (subjektif) yaitu respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. O (objektif) yaitu data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
3. A (analisis) yaitu masalah keperawatan pada pasien apakah sudah teratasi,
teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru
4. P (planning) yaitu rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan, ditambah, atau
dimodifikasi
E. Dischrage Planning
Menurut Dongoes, et al (2010), pasien diabetes melitus memerlukan
bantuan regimen diet, monitoring glukosa, pemberian obat dan perawatan
diri. Selain itu adapun discharge planning pada pasien DM yakni:
1. Kaji kemampuan pasien untuk meninggalkan RS
2. Kolaborasikan dengan terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain
tentang kebelanjutan perawatan pasien di rumah
3. Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau
petugas kesehatan di rumah pasien) mengetahui keadaan pasien
4. Identifikasi pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh pasien meliputi:
cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai penyuntikan
dan lokasi; memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam
urine; perencanaan diet, buat jadwal; perencanaan latihan, jelaskan dampak
latihan dengan diabetik; cara untuk mencegah hiperglikemi dan hipoglikemi
dan infomasikan gejala gejala yang muncul dari keduanya; cara mencegah
infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan, gunakan sikat gigi yang halus.
5. Komunikasikan dengan pasien tentang perencanaan pulang
6. Dokumentasikan perencanaan pulang
7. Anjurkan pasien untuk melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin
DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, Nasha. 2012. Apa Sih Penyakit Diabetes Melitus Itu. Diakses dari
https://diabetics1.com/2012/03/apa-sih-penyakit-diabetes-melitus-itu.html
pada tanggal 19 Oktober pukul 22.10 WIB.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J. M., & Wagner, C.M. 2013.
Nursing Intervention Classification (NIC). Indonesia: Elsevier.
Hadi, Abdul. 2015. Pengertian, Fungsi, dan Struktur Pankreas. Diakses dari
http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-Struktur-Bagian-Bagian-
fungsi-Pankreas-adalah.html pada tanggal 19 Oktober pukul 22.10 WIB.
Heater, Herdman. 2014. Nursing Diagnoses 2015-17;definition and Clasification
(Nanda International). Philladelphia: Wiley Blackwell.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
International Diabetes Federation (IDF). 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition,
International Diabetes Federation (IDF).
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Indonesia: Elsevier.
Natan, Tebai. 2018. Laporan_Pendahuluan_Diabetes_Melitus. Diakses dari
https://www.academia.edu/8201048/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIA
BETES_MELITUS pada tanggal 19 Oktober pukul 22.30 WIB.
PERKENI. 2015. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Tipe 2 di
Indonesia. PB Perkeni
The Global Diabetes Community. 2018. Diabetes Symptomps. Diakses dari
https://www.diabetes.co.uk/diabetes-symptoms.html pada tanggal 19
Oktober pukul 22.00 WIB.
WHO. 2018. Diabetes Mellitus. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/ pada tanggal 19
Oktober pukul 22.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai