Indonesia
1 Pengertian terminologi “sejahtera” pada Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring
www.kbbi.web.id terakhir diakses pada 19 Mei 2016.
Dengan melihat posisi Indonesia tersebut, bangsa Indonesia harus berusaha cukup serius
agar dapat mewujudkan misi bangsa yang berdaya saing. Salah satu tantangan besar yang akan
dihadapi adalah tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkelanjutan, dan
inklusif serta tetap memperhatikan kestabilan ekonomi. Guna memenuhi tingkat pertumbuhan
ekonomi dengan karakteristik dimaksud, diperlukan adanya optimalisasi seluruh potensi
ekonomi yang ada melalui pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.Salah satu tujuan
pelaksanaan pembangunan adalah terciptanya economic outcomes.Beberapa indikator untuk
mengukur capaian economic outcomes antara lain tingkat pertumbuhan Gross Domestic Product
(GDP), tingkat volatilitas pertumbuhan GDP, tingkat stabilitas keuangan, dan tingkat pemerataan
pendapatan.
Pada periode 2005 - 2014, GDP Indonesia tumbuh secara compounded sebesar 5,80%
yang menunjukkan peningkatan nilai barang dan jasa yang diproduksi serta memperlihatkan
peningkatan kesehatan perekonomian negara. Namun demikian, apabila diamati secara lebih
detail, pertumbuhan GDP setiap 2Insight Report The Global Competitiveness Report 2014-2015
Full Data Edition 4 tahunnya tercatat cukup fluktuatif dengan tren penurunan pada periode 2011-
2014 sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut:
Sementara itu, dari aspek pemerataan kesejahteraan yang ditunjukkan oleh Gini Ratio,
tercatat peningkatan Gini Ratio Indonesia pada periode 2009-2014, 4 dari sebesar 0,37 menjadi
0,41 yang mengindikasikan semakin timpangnya kesejahteraan serta belum meratanya distribusi
pendapatan. Selain tantangan tersebut, perwujudan bangsa yang berdaya saing juga menghadapi
permasalahan terbatasnya ketersediaan infrastrukturyang dapat mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi, lambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan yang seharusnya
menjadi sektor penggerak, kendala regulasi yang saling kontradiksi, terbatasnya penguasaan
teknologi, dan terbatasnya kemampuan untuk membiayai pembangunan.
Secara umum, proyek ini kurang diminati oleh sektor privat mengingat kompleksnya
permasalahan pembebasan lahan, ketidakpastian arus kas masa depan sebagai ekses
kemungkinan sedikitnya pengguna jalan tol, serta tarif layanan yang ditentukan oleh pemerintah.
Salah satu bukti kurang diminatinya proyek ini adalah bidding konsesi salah satu ruas JTTS
yakni ruas Medan-Binjai yang minim penawaran, bahkan setelah dilakukan 3 (tiga) kali proses
bidding. Berdasarkan data pada “Potensi Pertumbuhan Ekonomi Ditinjau dari Penyaluran Kredit
Perbankan kepada Sektor Prioritas Ekonomi Pemerintah” oleh Departemen Pengembangan
Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK; 2015.Dengan kondisi proyek yang tidak diminati
tersebut, maka pelaksanaan pembangunan JTTS memerlukan campur tangan Pemerintah yang
diwujudkan melalui beberapa hal yaitu: