Konstruksi”
(di Indonesia pada umumnya dan Sumatra Utara pada khususnya)
DOSEN PENGAMPU :
Dr.ERNESTO MARINGAN SILITONGA, S.T., DEA
Ditulis oleh:
Ronal Stepan Harianja (5193550027)
Reguler C- S1 Teknik Sipil
Asal Institusi:
PRODI S1 TEKNIK SIPIL
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN
2019
“Pengaruh Pembatasan Sosisal Berskala Besar (PSBB) pada Kegiatan
Konstruksi”
(di Indonesia pada umumnya dan Sumatra Utara pada khususnya)
Kalangan masyarakat juga mengalami dampak dari perubahan tersebut dimana Covid-
19 membutuhkan keahlian dalam teknologi yang canggih untuk mendeteksinya sedangkan
mereka dari sebagian masyarakat merasa jika Covid-19 seolah-olah tidak berbahaya, untuk itu
diperlukan pengenalan bagi masyarakat tersebut akan bahayanya Covid-19 . Sudah berkali-kali
cara dilakukan hingga saat ini dan di Indonesia cara tersebut tentunya menimbulkan suatu
dampak yang cukup besar dari waktu ke waktu.
Dapat di ibaratkan setir kendali kegiatan dalam beraktifitas adalah Covid-19. Dampak
perubahan tersebut sangat erat terhadap performa beraktifitas. Namun, dibalik kalangan
masyarakat yang merasa gelisah dengan adanya wabah Covid-19 tersebut, ada pula kalangan
masyarakat yang merasa senang dengan adanya aturan pemerintah yang mengharuskan
masyarakat tetap dirumah.
PSBB ini merupakan bagian dari kegiatan kekarantinaan yang dilakukan selain
karantina rumah, karantina kesehatan, dan karantina wilayah. Adapun tujuan dari
dilaksanakannya kegiatan PSBB ini adalah untuk mencegah meluasnya wabah penyakit dan
juga memutus rantai penyakit pada suatu wilayah yang mengalami wabah. Rangkaian kegiatan
PSBB yang dilakukan antara lain adalah peliburan kegiatan sekolah, kegiatan kerja, dan
pembatasan kegiatan keagamaan, kegiatan kebudayaan dan juga kegiatankegiatan yang terjadi
ditempat keramaian maupun fasilitas umum. Adapun status bahwa suatu wilayah akan
dilaksanakan PSBB ditetapkan berdasarkan kementerian kesehatan.
Dasar hukum pengaturan PSBB yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai kriteria dan pelaksanaan PSBB diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) sebagai
2
peraturan turunan UU. Untuk menangani penyakit Koronavirus 2019 yang telah menjadi
pandemi, termasuk di Indonesia, pemerintah menerbitkan PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Selain itu, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020 sebagai pedoman untuk menjalankan PSBB.
PSBB tidak sama dengan karantina. Namun PSBB masih menjadi bagian dari
kekarantinaan. Melihat dari definisinya, PSBB berfokus pada pembatasan kegiatan-kegiatan
tertentu yang melibatkan orang banyak dan juga tempat fasilitas umum. Sementara karantina
sendiri berfokus pada wilayah yang ditetapkan, membatasi pergerakan antara orang yang
keluar dan masuk dalam suatu wilayah tersebut sehingga kontak antara orang yang berada
dalam lingkup wilayah karantina dan wilayah diluar karantina tidak terjadi atau pun
diminimalisir.
Dalam melaksanakan PSBB, dilakukan masa inkubasi paling lama yaitu 14 hari.
Apabila pada daerah yang ditetapkan status PSBB tersebut masih mengindikasikan adanya
wabah sampai hari terakhir masa inkubasi (hari ke 14), maka masa inkubasi akan diperpanjang
berdasarkan pedoman Permenkes yang telah disebutkan diatas.
(i) Peliburan sekolah dan tempat kerja. Peliburan sekolah yang dimaksud adalah penghentian
proses belajar mengajar di sekolah dan menggantinya dengan proses belajar mengajar di rumah
dengan media yang paling efektif. Pengecualian peliburan sekolah berlaku bagi lembaga
pendidikan, pelatihan, penelitian yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Sementara, yang
dimaksud dengan peliburan tempat kerja adalah pembatasan proses bekerja di tempat kerja dan
menggantinya dengan proses bekerja di rumah/tempat tinggal, untuk menjaga
produktivitas/kinerja pekerja. Pengecualian peliburan tempat kerja yaitu bagi kantor atau
instansi tertentu: - Kantor atau institusi yang memberikan pelayanan terkait pertahanan dan
keamanan. - Kantor atau instansi terkait dengan ketertiban umum - Terkait kebutuhan pangan,
bahan bakar minyak dan gas, pelayanan kesehatan, perekonomian, keuangan, komunikasi,
industri, ekspor dan impor, distribusi, logistik, dan kebutuhan dasar lainnya.
(ii) Pembatasan kegiatan keagamaan Pembatasan dilakukan dalam bentuk kegiatan keagamaan
yang dilakukan di rumah dan dihadiri keluarga terbatas, dengan menjaga jarak setiap orang.
Semua tempat ibadah harus ditutup untuk umum. Pengecualian dilakukan dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan dan fatwa ataupandangan lembaga keagamaan resmi yang
diakui pemerintah. Pemakaman orang yang meninggal bukan karena Covid-19 dengan jumlah
yang hadir tidak lebih dari 20 orang dapat diizinkan dengan mengutamakan upaya pencegahan
penyebaran penyakit.
3
(iii)Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum Pembatasan dilakukan dalam bentuk
pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak orang. Namun, pembatasan ini dikecualikan
untuk supermarket, minimarket, pasar, toko, tempat penjualan obatobatan dan peralatan medis,
serta kebutuhan pokok. Pembatasan juga tidak berlaku untuk fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas umum untuk kebutuhan dasar lainnya seperti olahraga. Pengecualian ini juga
dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol dan pedoman yang berlaku.
(iv) Pembatasan kegiatan sosial dan budaya Pembatasan dilakukan dalam bentuk pelarangan
kerumunan orang dalam kegiatan sosial dan budaya serta berpedoman pada pandangan
lembaga adat resmi yang diakui pemerintah dan peraturan perundangundangan. Hal ini juga
termasuk semua perkumpulan atau pertemuan politik, olahraga, hiburan, akademik, dan
budaya.
(v) Pembatasan moda transportasi Pembatasan ini dikecualikan untuk moda transportasi
penumpang baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah penumpang dan menjaga
jarak antar penumpang. Pembatasan juga dikecualikan untuk moda transportasi barang dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk.
(vi) Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan Pembatasan
ini dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam rangka menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi bangsa dari ancaman
gangguan, serta mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta berpedoman pada
protokol dan peraturan perundang-undangan.
Melihat pelaksanaan yang diterapkan dalam PSBB, maka secara langsung hal ini
memengaruhi pada pekerjaan sektor konstruksi di Indonesia. Pemerintah tetap melanjutkan
pembangunan infrastruktur di masa PSBB ini. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pun telah
mengeluarkan Instruksi Menteri (Inmen) No 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
yang ditandatangani pada 27 Maret 2020.
4
Pelaksanaan pemberhentian pekerjaan sementara tersebut harus mengacu pada
Mekanisme Penghentian Pekerjaan Sementara yang terdapat pada Lampiran Tindak Lanjut
terhadap Kontrak Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada Inmen PUPR. Penghentian sementara
tidak melepaskan hak dan kewajiban Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa terhadap kompensasi
biaya upah tenaga kerja konstruksi, subkontraktor, produsen dan pemasok yang terlibat.
Artinya, upah tenaga kerja konstruksi tetap dibayarkan. Hal ini dimaksudkan untuk
tetap melindungi hak-hak dan kewajiban para pihak dengan tetap memperhatikan upaya
pencegahan dan penanganan Covid-19 dalam masa PSBB. Perlu adanya percepatan penyiapan
dan pembangunan infrastruktur dalam rangka penanganan Covid-19, sebagaimana tercantum
dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 04/2020 tentang Refocussing Kegiatan,
Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
1. membentuk satuan tugas (satgas) pencegahan Covid-19 yang dilakukan oleh pengguna jasa
dan penyedia jasa;
2. menyediakan fasilitas pencegahan Covid-19 yang dilakukan oleh penyedia jasa pekerjaan
konstruksi;
3. mengedukasi semua orang untuk menjaga diri dari Covid-19 oleh satuan tugas;
4. mengukur suhu semua orang pada setiap pagi, siang, dan sore yang dilakukan oleh penyedia
jasa konstruksi;
5. membuat kerja sama penanganan suspect Covid-19 dengan Rumah Sakit dan Puskesmas
setempat yang dilakukan penyedia jasa pekerjaan konstruksi;
6. menghentikan sementara pekerjaan jika terindikasi ada tenaga kerja yang terpapar Covid-19
yang dilakukan oleh pengguna dan atau penyedia jasa pekerjaan;
5
7. melakukan tindakan isolasi dan penyemprotan disinfektan sarana dan prasarana kantor dan
lapangan yang dilakukan penyedia jasa.
Menilai protokol yang telah dikeluarkan oleh kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, sejauh ini adalah tindakan yang menurut saya tindakan yang tepat dan juga
terarah. Protokol tersebut dibuat tanpa harus mengurangi efisiensi penyelenggaraan kegiatan
konstruksi di Indonesia namun masih memperhatikan keselamatan kesehatan para pekerja
konstruksi dalam masa PSBB akibat korona ini. Sehingga dalam masa yang sulit ini,
pembangunan infrastruktur Indonesia masih tetap berjalan meskipun dalam keadaan darurat.
Pembangunan infrastruktur memang tetap harus berjalan. Yang nanti infrastruktur ini tentunya
akan membantu percepatan penanganan wabah Covid 19 ini. Karena masih dibutuhkan
fasilitas-fasilitas pendukung seperti rumah sakit, instansi kesehatan, atau pun jalan agar logistik
dapat disalurkan dengan cepat bagi penerima bantuan dampak Covid 19 ini.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pengaruh PSBB terhadap kegiatan konstruksi
di Indonesia tidak terlalu signifikan, hanya memengaruhi bagian teknis dalam pelaksanaan
proyek pekerjaan konstruksi ataupun yang cukup besar adanya pemberhentian sementara, itu
pun pemberhentian sementara apabila daerah tersebut sudah mengalami kahar. Lantas,
bagaimana dampak PSBB dengan konstruksi yang berada di daerah Sumatera Utara?
Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang sudah saya simpulkan diatas. Melihat
memang daerah Sumatera Utara merupakan daerah yang masih mengalami wabah Covid 19
tingkat sedang, sehingga potensi untuk diberhentikannya suatu proyek masih kecil. Ya,
tentunya PSBB tidak terlalu berpengaruh terhadap konstruksi yang ada di daerah Sumatera
Utara. Terlebih lagi, Sumatera Utara memiliki kota Medan sebagai kota utama yang merupakan
pusat pertumbuhan (wilayah Pembangunan ) yang mengepalai wilayah pembangunan 1 ( aceh
dan Sumatera Utara ) dan wilayah pembangunan ll ( Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau
yang berpusat di Pekanbaru ). Hal ini juga menjadi faktor penguat agar Sumatera Utara terus
melaksanakan kegiatan konstruksi demi pemerataan kesejahteraan di Indonesia. Namun
demikian, kegiatan konstruksi yang masih diperbolehkan berjalan tetap harus mematuhi
prosedur protokol yang telah dibuat. Agar nantinya tidak diberikan sanksi karena tindakan yang
dianggap melanggar protokol.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kontan.co.id/news/mengenal-pembatasan-sosial-berskala-besar-dan-efeknya-
ke-masyarakat?page=all
https://economy.okezone.com/amp/2020/03/31/470/2191849/begini-protokolpencegahan-
covid-19-dalam-proyek-konstruksi?page=2.
https://nasional.kontan.co.id/news/mengenal-pembatasan-sosial-berskala-besar-dan-efeknya-
ke-masyarakat?page=all
https://investor.id/investory/memahami-tentang-pembatasan-sosial-berskalabesar-psbb.