NIM : 17111101006 Kelas : AKK-06 - Bagaimana peran manajemen risiko organisasi pelayanan kesehatan sekarang ini dalam menghadapi isu Covid-19 terkait pencegahan dan penanganannya. Dalam menghadapi isu Covid-19 ini ternyata virus ini dutularkan melalui kontak dekat atau kontak langsung, bukan melalui udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi virus ini adalah mereka yang berhubungan dekat dengan orang yang terinfeksi atau pasien covid-19. Dengan hal ini manajemen risiko organisasi pelayanan kesehatan harus berperan dalam mengambil tindakan pencegahan dan penanganan, karena ini merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Seperti yang kita ketahui langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat yaitu menerapkan PHBS yang baik dan benar, mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan handsanitizer, tidak boleh menyentuh mata, hidung dan mulut, terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan tisu, menggunakan masker jika memiliki gejala pernapasan, menjaga jarak minimal 1 meter dari orang yang mengalami gejala pernapasan tersebut. Mengenai covid-19 ini peran penggunaan APD juga sangat penting karena dengan menggunakan APD akan membantu mengurangi penyebaran virus infeksi ini. Misalnya digunakan dalam perawatan rutin pasien terinfeksi, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian risiko atau antisipasi kontak langsung/darah, cairan tubuh dsb. Mengenai lingkungan sekitar juga berperan penting dalam penanganan covid-19, misalnya lingkungan kebijakan juga harus diberdayakan bersama-sama untuk mengatasi masalah kesehatan, hal ini harus dijalankan secara komprehensif, tidak bisa satu per satuuntuk mengatasi covid-19 ini dan harus diberdayakan secara optimal untuk mangatasi kasus sekarang ini. Tapi, hal ini agak rumit karena semua komponen harus terlibat, membutuhkan banyak sumberdaya, dan jika salah dalam lidership dalam membangun ritme terhadap lingkungan maka akan kesulitan mengatasi setiap persoalan kesehatan termasuk covid-19. Perkumpulan masyarakat merupakan tradisi budaya dari orang Indonesia yang suka dalam berkumpul, karena ini bagian dari etika dan nilai budaya timur, tapi dalam situasi sekarang hal ini menjadi konteks yang negative karena penyebaran virus ini melalui lingkungan atau tempat banyak orang berkumpul, ini menjadi persoalan dlam menghadapi kasus corona karena proses pengambilan kebijakan akan menjadi lebih sulit bagi orang Indonesia yang kurang berkenan dengan dijauhkan dari kermaian, untuk itu kita semua di himbau untuk tetap berada di rumah selama pandemi virus corona, bukan tentang memutuskan kontak dengan keluarga, teman, kerabat dll, melainkan menjaga jarak fisik untuk memutuskan rantai penyebaran covid-19 dan mengisolasikan diri dengan tetap dirumah, mengonsumsi makanan yang bergizi dan berolaraga, hal tersebut bisa di terapkan masyarakat sebagai contoh penanggulanan covid-19 dan bisa juga disebut sebagai physical distancing. Seperti dalam UU no.6/2018 Bab VII dijelaskan tentang penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah, ada beberapa jenis karantina dalam situasi darurat nasional, diantaranya adalah karantina rumah, karantina rumah sakit, atau pembatasan sosial berskala besar. Dalam pemerintahan juga berperan penting dalam penanggulangan covid-19 karena penanggulangan pemerintah dan para legislative perlu untuk melibatkan tokoh-tokoh masyarakat seperti yang dari pusat, kepala suku, kepala desa dan sebagainya, serta tokoh- tokoh agama seperti Imam atau Pendeta dan pimpinan jemaat untuk melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat dalam mendukung program atau kebijakan kesehatan dari pemerintah tentang penanggulangan covid-19 ini. Stay safe, stay health, stay at home.