Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

P DENGAN
POST SC P1A0 DISETAI PEB (PREEKLAMSIA BERAT)
DIRUANGRAWAT INAP KEBIDANANRUMAH
SAKIT BETHA MEDIKA SUKABUMI

Di Susun Oleh :

Ihsan Maretahendara
1217152

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.P Dengan Post SC
P1A0 Disetai PEB (Preeklamsia Berat) Diruang Rawat Inap
Kebidananrumah Sakit Betha Medika Sukabumi”
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
keperawatan maternitas terintegrasi manajemen keperawatan pada program
profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung. Kegiatan praktik
dan penyusunan laporan asuhan keperawatan maternitas ini dapat diselesaikan
pula atas bantuan, bimbingan dan kerjasama berbagai pihak.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, hal itu
karena keterbatasan saya sebagai mahasiswa yang dalam hakikatnya sebagai
manusia. Oleh karena itu permohonan saya haturkan sebelumnya serta segala
kritik dan saran sangat saya harapkan adanya.
Harapan saya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan di dalamnya.

Sukabumi, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan penelitian............................................................................... 3
C. Manfaat penelitian............................................................................. 4
D. Sistematika penulisan......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................ 6


A. Konsep PEB....................................................................................... 6
B. Konsep SC.......................................................................................... 16
C. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................... 20

BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................... 30


3.1. Pengumpulan Data ................................................................................. 30
3.2. Analisa Data ........................................................................................... 36
3.3 Prioritas Masalah.................................................................................... 37
3.4. Intervensi ................................................................................................ 38
3.5. Implementasi........................................................................................... 40
3.6. Evaluasi .................................................................................................. 45
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 45
4.1 pembahasan ............................................................................................. 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 46


A. Simpulan............................................................................................ 46
B. Saran.................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 47

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia Pre-eklampsia berat (PEB) merupakan salah satu


penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB
diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena
kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan
proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti,
namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah dengan adanya
iskemia uteroplacentol.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah
perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan
anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan
fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi
definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda
preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat,
disamping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain.
Pre-eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara
langsungdisebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai
proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila
terjadi. Pre-eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanitayang berumur lebih dari 35
tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan
berikut:

1
A) Kehamilan multifelal dan hidrops fetalis.
B) Penyakit vaskuler termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes
miletus.
C) Penyakit ginjal
Pre-eklamspia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias:
hipertensi, proteinuria dan oedema, yang kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998).
Tingginya kejadian pre-eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling
terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan
pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik
pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka
kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-
eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian
ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang
masih tinggi (Amelda, 2009).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri)
yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Machmudah, 2010).
Sectio caesarea adalah melahirkan bayi melalui insisi (membuat
sayatan) didepan uterus. Ada dua macam sectio caesarea yang dilakukan, bisa
berencana dan bisa dalam keadaan darurat. Sectio caesarea yang berencana
yaitu Chepalo pelvic disporprotion (CPD), Plasenta previa, Ruptur uteri
membakar, kelainan letak, gawat janin, prolapsus bayi yang terhambat, dan

2
kegagalan melahirkan normal karena kurang adekuatnya stimulasi. Sectio
caesarea dalam keadaan darurat yaitu presentasi bokong, ibu dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif, gemeli, Distosia, preekslamsi berat,
dan riwayat sectio caesarea sebelumnya (Wahyudi, 2010 ).
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata sectio
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia.
Rumah Sakit pemerintah kira-kira 11% sementara Rumah Sakit swasta biasa lebih
dari 30% (Gibbson L. Et all, 2010). Di Indonesia menurut data nasional angka
kejadian sectio caesarea pada tahun 2009 adalah 921.000 dari 4039.000 persalinan
atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan (Rasjidi 2009). Berdasarkan data dinas
kesehatan jumlah tindakan sectio caesarea pada tahun 2012 adalah 113.796
(Menkes RI, 2012).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas
hal ini, serta sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas “Asuhan
Keperawatan pada Ny.P dengan Post SC P1A0 disetai PEB (Preeklamsia
Berat) di Rumah Sakit Betha Medika “.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus Ny.P dengan Post SC P1A0 disetai PEB
(Preeklamsia Berat) di Rumah Sakit Betha Medika.

2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.P dengan Post SC
P1A0 disetai PEB (Preeklamsia Berat) di Rumah Sakit Betha
Medika.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.P
dengan Post SC P1A0 disetai PEB (Preeklamsia Berat) di Rumah
Sakit Betha Medika.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.P
dengan Post SC P1A0 disetai PEB (Preeklamsia Berat) di Rumah

3
Sakit Betha Medika.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi dibidang keperawatan maternitas tentang
asuhan keperawatan dengan post SC disertai Pre-eklampsia berat (PEB)

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada klien
dengan post SC disertai Pre-eklampsia berat (PEB).
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang asuhan keperawatan dengan Post SC disertai Pre-
eklampsia berat (PEB) dapat digunakan acuan bagi praktik
mahasiswa keperawatan
c. Bagi penulis
Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan
pengalaman khususnya di bidang keperawatan maternitas pada
pasien dengan post SC disertai Pre-eklampsia berat (PEB).

D. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai makalah ini,
penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari empat bab,
yaitu :
BAB I : berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : berisi tentang tinjauan teori yang meliputi, pengertian, etiologi,
patofisiologi, asuhan keperawatan

4
BAB III : berisi tentang tinjauan kasus yang meliputi, pengkajian, analisa
data, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan
BAB IV : berisi tentang pembahasan tentang kasus yang dibahas
BAB V : berisi tentang kesimpulan dan saran tentang kasus yang dibahas.

BAB II

TINJAUAN TEORI

5
A. Konsep Dasar PEB

1. Pengertian

Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada

kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema, dan

proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau

hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah

kehamilan 20 minggu (Nurarif Amin Huda, 2015).

Sedangkan menurut pendapat Fadlun dan Feryanto (2014)

mengatakan bahwa, pre-eklampsia yaitu suatu peningkatan tekanan

darah yang baru muncul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu,

disertai dengan peningkatan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh

membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan protein

dalam urine yang disebut dengan proteinuria.

Pendapat lainnya menurut Mansjoer, dkk (2008) mengatakan

bahwa pre-eklampsia merupakan gangguan sistemik yang berkaitan

dengan kehamilan, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria pada

usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Pre-eklampsia merupakan

penyebab utama kesakitan dan kematian ibu, menambah masalah

perinatal karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan

kelahiran prematur.

2. Etiologi

6
Penyebab terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia sampai

sekarang belum diketahui. Tetapi pre-eklampsia dan eklampsia hampir

secara ekslusif dialami pada wanita dengan masa subur yang ekstrim,

yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih

dari 35 tahun. (Nurarif Amin Huda, 2015). Sedangkan menurut Fadlun

dan Feryanto (2014), mengatakan bahwa semua teori yang

menjelaskan tentang pre-eklampsia harus dapat menjelaskan

observasinya bahwa hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar

kemungkinannya timbul pada wanita dengan keadaan sebagai berikut:

a. Terpajan ke villus korion petama kali


b. Terpajan ke villus korion dalam jumlah yang sangat besar.
c. Telah menderita penyakit vaskuler
d. Secara genetik rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil
Menurut Bobak (2005) Preeklamsia umumnya terjadi pada
kehamilan pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita
diatas 40 tahun namun ada beberapa faktor resiko yang
dapatmenyebabkan terjadinya preeklamsia, faktor tersebut adalah :
a. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid
arthritis
b. Riwayat Tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
c. Kegemukan
d. Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
e. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
f. Gizi Buruk
g. Gangguan aliran darah ke Rahim
h. Kehamilan Kembar.

3. Klasifikasi

7
A) Pre-eklampsia ringan
1) Tekanan darah 140/90 mmHg/ lebih
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka/ kenaikan berat
badan 1 kg/lebih perminggu

3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter: kwantitatif


1+ / 2+ pada urine kateter atau midstream.

B) Pre-eklampsia berat
1) Tekanan darah 160/110mmHg/ lebih
2) Proteinuria >3g/liter
3) Oliguria jumlah urine <400cc/24 jam
4) Adanya gangguan penglihatan, serebral, nyeri kepala dan rasa
nyeri pada epigastrium
5) Terdapat edema paru dan sianosis
6) Enzim hati meningkat dan disertai ikterus
7) Perdarahan pada retinaTrombosit <100.000/mm.
( Nurarif Amin Huda, 2015)

4. Faktor Resiko
Menurut Mansjoer, dkk (2008) mengatakan bahwa faktor resiko
terkait dengan partner (nullipara, primigravida, kehamilan remja,
inseminasi donor, orang tua hasil kehamilan dengan pre-eklampsia),
ada beberapa faktor resiko diantaranya:

a. Faktor Resiko Ibu


Ibu dengan riwayat pre-eklampsia sebelumnya, usia ibu tua, jarak
kehamilan yang pendek, riwayat keluarga, ras kulit hitam, pasien
membutuhkan donor oosit, inaktifitas fisik, riwayat hipertensi sejak
> 4 tahun yang lalu, hipertensi pada kehamilan sebelumnya.
b. Adanya penyakit penyerta lain

8
Seperti hipertensi kronik dan penyakit ginjal, obesitas resistensi
insulin, berat badan ibu rendah, tubuh yang pendek (short stature),
migrain, diabetes gestasional, DM tipe 1, penyakit Raynaud,
resistensi protein C aktif, defisiensi protein aktif S, antibodi
antifosfolipid, SLE, hiperhomosisteinemia, talasemia dan
inkompatibilitas rhesus.
c. Faktor eksogen
Seperti, merokok, stres, ketegangan psikis terkait kehamilan
(kehamilan kembar, infeksi saluran kemih, anomali struktural
kongenital, hidrops fetalis, kelainan kromosom dan
molahidatidosa.

5. Patofisiologi
Menurut Mochtar (2011) pada preeklamsia terdapat penurunan
plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokri, dimana
perubahan pokok pada preeklamsia yaitu mengalami spasme
pembuluh darah, perlu adanya kompensasi hipertensi yaitu suatu
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan tercukupi.

6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kepala hebat dibagian depan atau belakang kepala yang
diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal.
b. Gangguan penglihatan pasien menurun, pasien akan melihat
kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan kadang bisa terjadi
kebutaan sementara.
c. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bertoleransi dengan suara
berisik/ gangguan lainnya.
d. Nyeri perut pada bagian ulu hati (epigastrium) yang kadang
disertai dengan mual dan muntah.
e. Gangguan pernafasan sampai sianosis.

9
f. Terjadi gangguan kesadaran.
g. Gangguan fungsi ginjal.
(Nurarif Amin Huda, 2015)

7. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha
utama ialahmelahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada pre-
eklampsiaberat dan eklampsia:
a. Solutio Placenta, Biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.

b. Hipofibrinogemia, Kadar fibrin dalam darah yang menurun.


c. Hemolisis, Penghancuran dinding sel darah merah sehingga
menyebabkanplasma darah yang tidak berwarna menjadi merah.
d. Perdarahan Otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama
kematianmaternal penderita eklampsia.
e. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung selama seminggu.
f. Edema paru, pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena
penyakit jantung.
g. Nekrosis hati, nekrosis periportan pada preeklampsia, eklamsi
merupakan akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga
khas untuk eklampsia.
h. Sindrome Hellp, Hemolysis, elevated liver enymes dan low
platelete.
i. Kelainan ginjal, kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu
pembengkakkan sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa
kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.

10
j. Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh
akibat kejang-kejang preumania aspirasi, dan DIC (Disseminated
Intravascular Coogulation).
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uteri.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan gapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai normal 12-14gr%)

b. Urinalisis

1) Ditemukan protein dalam urine

c. Pemeriksaan Fungsi Hati


1) Bilirubin meningkat
2) LDH (Laktat Dehidrogenase)meningkat

d. Tes kimia darah


1) Asam urat meningkat (normal N=2,4-2,7 mg/dl

e. Radiologi
1) Utrasonografi : ditemukan retardasi perumbuhan janin intra
uterus, pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin menjadi
lambat, volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi : Diketahui detak jantung janin lemah.
(Nurarif Amin Huda, 2015)

9. Penatalaksanaan
a. Pre-eklampsia
Fadlun dan Feryanto (2014) mengatakan bahwa tujuan dasar
penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan pre-eklampsia,
diantaranya:

11
1) Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu
dan bayinya.
2) Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang.

3) Pemulihan sempurna kesehatan ibu.

Deteksi prenatal dini


Secara tradisional waktu pemeriksaan perinatal dijadwalkan
setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian
setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu.
Peningkatan kunjugan prenatal selama trimester terakhir
memungkinkan untuk mendeteksi dini pre-eklampsia.

b. Pre-eklamspia Ringan (POGI, 2005 dalam Sanc, 2010)


Ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan dapat dilakukan
rawat inap maupun rawat jalan. Pada rawat jalan ibu hamil
dianjurkan banyak istirahat (tidur miring ke kiri). Pada umur
kehamilan diatas 20 minggu tidur dengan posisi miring dapat
menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior yang
mengalirkan darah dari ibu ke janin, sehingga meningkatkan aliran
darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan
aliran darah ke ginjal akan meningkatkan laju filtrasi glomerolus
dan meningkatkan diuresis sehingga akan meningkatkan ekskresi
natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga
mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan
meningkatkan pula aliran darah ke rahim, menambah oksigenasi
plasenta dan memperbaiki kondisi janin dan rahim. Pada pre-
eklampsia tidak perlu dilakukan retriksi garam jika fungsi ginjal
masih normal. Diet yang mengandung 2 g natrium atau 4-6 g NaCl
(garam dapur) adalah cukup. Diet diberikan cukup protein, rendah

12
karbohidrat, lemak dan garam secukupnya. Tidak diberikan obat-
obatan diuretik, antihipertensi dan sedatif (Prawirohardjo, 2008).
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan pre-eklampsia
ringan perlu dirawat di rumah sakit yaitu dengan kriteria bila tidak
ada perbaikan yaitu tekanan darah, kadar proteinuria selama lebih
dari 2 minggu dan adanya satu atau lebih gejala dan tanda
preeklampsia berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan
janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk
evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion
(Prawirohardjo, 2008).
Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilan.
Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22
sampai ≤37 minggu. Pada umur kehamilan <37 minggu bila tanda
dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai
aterm tapi jika umur kehamilan >37 minggu persalinan ditunggu
sampai timbul onset persalinan atau dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan dan
tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan persalinan secara
spontan (Prawirohardjo, 2008).
c. Pre-eklampsia Berat
Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsia sama,
kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia.
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang,
memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan melahirkan bayi
dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.
1) Rawat RS
2) Berikan MgSO4 dalm infuse dextrose 5% dengan kecepatan
15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 IV dalam 10 menit
selanjutnya 2G/jam dalm drip infuse sampai tekanan darah

13
stabil (140-150/90-100mmHg). Ini diberikan sampai 24 jam
pasca persalinan atau hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada
perbaikan nyata ataupun ada tampak tanda-tanda intoksikasi.
Syarat pemeberian MgSO4 adalah reflex patella kuat, frekuensi
pernapasan >16 kali, dan dieresis >100 cc dalm 4 jam
sebelumnya (0,5 ml/kg BB/jam). Harus tersedia antidote
MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% yang dapat segera
diberikan secara Iv selama 3 menit. Selama pemberian MgSO4
perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah
merah.
3) Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan
diastolic belum turun sampai 20%, berikan tambahan 10 mg
oral (dosis maksimum 80mg/hari). Bila tekanan diastolic
meningkat ≥110 mmHg, berikan tambahan sublingual.
Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam,
kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100mmHg).
Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasikan dengan pindolol.
4) Periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap jam. Pasang
kateter dan kantong urin. Ukur urin setiap 6 jam. Bila < 100
ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 gram/jam.
5) Dilakukan USG dan karidotografi (KTG). Pemeriksaan KTG
diulangi sekurang-kurangnya 2 kali/24 jam.
6) Penaganan aktif bila kehamilan ≥35 minggu, ada tanda-tanda
impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif, ada tanda
gawat janin atau pertumbuhan janin terhambat, dan sindrom
HELLP.
7) Berikan diuretic bila ada edema paru, payah jantung kongestif
atau edema anasarka, berupa furosemid 40 mg. oksigenasi 4-6
L/menit. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi
asidosis.

14
8) Berikan antipiretik bila suhu rectal diatas 38,5°C dan dibantu
kompres dingin. Antibiotic diberikan atas indikasi
9) Lakukan treminasi kehamilan secara seksio memakai anastesi
umum N2O mengingat keuntungan relaksasi sedasi pada ibu
dan dampaknya relative kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan
lab tidak ada tanda KID, dapat dilakukan anastesi epidural atau
spinal.anastesi lokal diperlukan pada indikasi treminasi segera
dengan keadaan ibu kurang baik.

d. Eklampsia
1) Pada eklampsia intervensi yang diberikan, yaitu:
a) Berikan O24-6 L/menit
b) Pasang infuse dextrose 5% 500 ml/6 jam dengan kecepatan
20 tetes per menit
c) Pasang kateter urin
d) Pasang goedel atau spatel
e) Bahu diganjal kain setebal 5cm agar leher defleksi sedikit.
f) Posisi tempat tidur dobuat fowler agar kepala tetap tinggi
g) Fiksasi pasien dengan baik agar tidak jatuh
h) Berikan MgSO4 IV kemudian 2 G/jam dalam drip infuse
desktrose 5% untuk pemeliharaan sampai kondisi atau
tekanan darah stabil (140-150 mmHg). Bila kondisi belum
stabil obat tetap diberikan. Alternative lain antikonvulsan
adalah amobarbital, atau fenobarbitak atau diazepam.
i) Pada pasien koma, monitor kesadaran dengan skala GCS
j) Berikan asupan kalori sebesar 1500 kal IV atau dengan
selang nasogastrik dalam 24 jam perawatan selama pasien
belum dapat makan akibat kesadaran menurun
2) Penanganan kejang, yaitu: Berikan obat antikonvulsan
a) Perlengkapan untuk menangani kejang (jalan naps, sedotan,
masker oksigen, oksigen)

15
b) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
c) Asprasi mulut dan tenggorokan
d) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk
mengurangi aspirasi
e) Beri O2 4-6 L/menit
3) Antihipertensi
a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg IV
pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun
b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam,
atau 12,5 mg IM setiap 2 jam.
c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
(1) Nifedipine 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik
setelah 10 menit, beri tambahan 5mg sublingual
(2) Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah
10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg IV.

B. KONSEP SECTIO
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding depan perut (Amru sofian,2012).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
dibuka dinding perut dan dinding rahim atau vagina atau suatu histeretomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito L, 2001).
Cephalo pelvic disproportion yaitu ketidakseimbangan antara
ukuran kepala janin dan panggul. Cephalo pelvic disproportion adalah
ketidakseimbangan antara besarnya kepala janin dalam perbandingan
dengan luasnya ukuran panggul ibu.
Menurut Verney, (2009) Disproporsi sevalopelvik (Chepalopelvic
Disproportion, CPD), atau disproporsi fetopelvik adalah antara ukuran
janin dan ukuran pelvis yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar
untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai

16
terjadi kelahiran per vagina. Pelvis yang adekuat untuk jalan lahir bayi
2,27 kg mungkin cukup besar untuk bayi 3,2 kg mungkin tidak cukup
besar dengan bayi 3,6 kg.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post section
caesaria indikasi cephalo pelvik disproportion adalah suatu cara untuk
melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut atau vagina dimana janin tidak dapat dilahirkan secara
manual pervaginam karena ketidak seimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.

2. Jenis-jenis sectio caesarea


a. Sectio caesarea klasik atau korporal, insisi memanjang pada
segmen atas rahim
b. Sectio caesarea transperineal profunda, insisi pada bawah rahim,
bisa dengan teknik melintang atau memanjang
c. Sectio caesarea tambahan peritonilis, rongga peritoneum tidak
dunuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat
d. Sectio caesarea hysterectomi , setelah bagian caesarea dilakukan
histerektomi dengan indikasi atonia uteri, mioma uteri, infeksi intra
uterin berat.

3. Manifestsasi klinik
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis
b. Panggul sempit
c. Disporsi cepalopelvic
d. Rupture uteri mengancam
e. Partus lama

4. Patofisiologi

17
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
sayatan pada dinding rahim yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi rahim, distorsia
jaringan lembut , plasenta previa, dll. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan sc ibu akan meningkat adaptasi post partum baik dari
aspek kognitif terdiri dari kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oksitosin yang tidak
adequat akan terus mengeluarkan asi yang sedikit. Luka dari insisi
akan menjadi pintu masuknya bagi kuman. Oleh karena itu, prlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah satu utama karena insisi.
Sebelum dilakukan operasi, pasien perlu dilakukan anestesi yang
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu. Anestesi janin kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak bisa diatasi dengan
mudah. Persiapan janin bisa mati sedangkan pengaruh obat biusnya
bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri terdiri dari atonia uteri
sehingga darah banyak keluar. Untuk pengaruh terhadap jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas
silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

18
Setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran
dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di
lambung akan menumpuk dan karena reflek batuk juga menurun, maka
pasien sangat beresiko terhadap aspirasi, selain itu motilitas yang
menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu

konstipasi.

19
5. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
b. Urinalisis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan
dan presentasi janin

6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan operasi sectio caesarea
adalah sebagai berikut :
a. Infeksi nifas
1) Ringan dengan naik suhu beberapa hari saja
2) Sedang dengan naik suhu yang lebih tinggi istirahat dehidrasi
dan perut sedikit kembung
3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paraliyik
b. Perdarahan
1) Banyak kapal darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri

20
3) Perdarahan pada plasenta tempat tifdur
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitoneal terlalu tinggi
e. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Alasan dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas, kaji keberadaan
sakit perut, perdarahan
c. Riwayat masuk rumah sakit
Kaji kesehatan ibu dan keluarga juga keadaan bayi saat ini
d. Riwayat obstetri dan ginekologi
Kaji menstruasi yang mencakup menarche, siklus, banyak, lama,
keluhan dan HPHT. Kaji pernikahan, riwayat persalinan, nifas yang
lalu dan rencana keluarga berencana

2. Pola kebutuhan sehari-hari


1) Nutrisi
Pada pasien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
2) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis setelah melahirkan, apakah perlu bantuan saat
BAK, ataupun BAB. Pada pasien post partum sering terjadi adanya
perasaan sering/susah BAK selama nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya edema yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi
3) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi setelah melahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui

21
4) Istirahat dan tidur
Pada pasien nifas terjadi perubahan pola istirahat tidur karena adanya
kehadiran sang bayi
5) Pola hubungan dan peran
Pasien dan keluarga meliputi hubungan pasien dan keluarga dengan
orang lain
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilannya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis pasien terjadi
perubahan konsep diri antara lain body image dan ideal diri
7) Pola sensori dan kognitif
Pasien merasakan nyeri pada luka jahitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri

3. Pemeriksaan fisik
1) Kaji kesadaran, ttv , apabila terjadi perdarahan pada post partum
tekanan darah turun , nadi cepat, pernafasan meningkat dan suhu tubuh
turun.
2) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidaknya edema, kadang terdapat cloasma gravidarum
dan apakah ada benjolan.
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang selaput mata pucat karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
4) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya,
adakah cairan yang keluar dari telinga
5) Hidung

22
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernafasan cuping hidung
6) Leher
Adanya abstensi vena jugularis
7) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, bunyi jantung apakah ada suara tambahan atau
tidak, terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae
8) Abdomen
Pada pasien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jbp
9) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, pengeluaran
mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
10) Anus
Kadang-kadang pada pasien nifas ada luka pada anus karena ruptur /
hemoroid
11) Ekstremitas
Pemeriksaan edema untuk melihat kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsi atau karena penyakit jantung

4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan agen injury fisik (pembedahan, trauma jalan
lahir, episiotomi)
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan faktor resiko : episiotomi,
laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan
c. Defisit perawatan diri mandi / kebersihan diri, makan, toileting
berhubungan dengan kelelahan postpartum
d. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui

23
e. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas (mukus dalam jumlah berlebihan), jalan nafas alergik
(respon obat anestesi)
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi postpartum
g. Resiko perdarahan
h. Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penanganan postpartum

5. Rencana asuhan keperawatan

N Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o
1 Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan  Lakukan pengkajian nyeri
injury fisik perawatan selama 3x24 secara komprehensif
(pembedahan, trauma jam, diharapkan nyeri termasuk lokasi,
jalan lahir, berkurang dengan kriteris : karakteristik, durasi,
episiotomi)  Mampu mengontrol frekuensi, kualitas, dan
nyeri (tahu faktor presipitasi
penyebab nyeri,  Observasi ttv
mampu  Kurangi faktor presipitasi
menggunakan nyeri
teknik  Pilih dan lakukan
nonfarmakologi) penanganan nyeri
 Melaporkan bahwa (farmakologi dan non
diharapkan nyeri farmakologi)
berkurang dengan  Ajarkan teknik non
indikator nyeri farmakologi
berkurang dengan  Berikan analgetik untuk
menggunakan mengurangi nyeri
managemen nyeri  Tingkatkan istirahat
 Mampu mengenali

24
nyeri (skala,  Kolaborasi dengan dokter
intensitas, frekuensi jika ada keluhan nyeri dan
dan tanda nyeri) tindakan nyeri tidak
 Mengatakan rasa berhasil .
nyaman setelah
nyeri berkurang
 Tanda vital dalam
rentang normal
2 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan asuhan Infection control
bd faktor resiko : kepperawatan selama 3x24  Bersihkan lingkungan
episiotomi, laserasi jam diharapkan resiko setelah dipakai pasien lain
jalan lahir, bantuan tinggi infeksi terkontrol  Pertahankan teknik isolasi
pertolongan dengan kriteris :  Batasi pengunjung bila
persalinan  Imune status perlu
 Knowledge :  Instruksikan pengunjung
infection control untuk mencuci tangan saat
 Risk kontrol berkunjung dan setelah
 Pasien bebas dari berkunjung meninggalkan
tanda dan gejala pasien
infeksi  Gunakan sabun
 Mendeskripsikan antimikroba untuk
proses penularan mencuci tangan
penyakit, faktor  Cuci tangan setiap
yang sebelum dan sesudah
mempengaruhi tindakan keperawatan
penularan serta  Gunakan baju, sarung
penatalaksanaan tangan sebagai alat
nya pelindung
 Menunjukan  Pertahankan lingkungan
kemampuan untuk aseptik selama
mencegah pemasangan alat

25
timbulnya infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
 Jumlah leukosit  Monitor tanda dan gejala
dalam batas normal infeksi
Menunjukan perilaku hidup  Berikan antibiotik bila
sehat perlu
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan  Monitor kemampuan
diri : mandi / perawatan selama 3x24 jam pasien untuk perawatan
kebersihan diri, ADL pasien meningkat diri yang mandiri
makan, toileting bd dengan kriteria :  Monitor kebutuhan pasien
kelelahan postpartum  Self care ADL untuk alat-alat bantu
 Pasien terbebas dari untuk kebersihan diri,
bau badan berpakaian, berhias,
 Menyatakan toileting dan makan
kenyamanan  Sediakan bantuan sampai
terhadap pasien mampu secara utuh
kemampuan untuk untuk melakukan
melakukan ADL  Dorong pasien untuk
 Dapat melakukan melakukan aktivitas
ADL dengan sehari-hari yang normal
bantuan sesuai kemampuan yang
dimiliki
 Ajarkan pasien / keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukan
nya

4 Ketidakefektivan Setelah diberikan tindakan  Evaluasi pola menghisap /
pemberian asi bd keperawatan selama 3x24 menelan bayi

26
kurang pengetahuan jam pasien menunjukan  Evaluasi pemahaman ibu
ibu, terhentinya respon breastfeeding tentang isyarat menyusui
proses menyusui adequat dengan kriteria : dari bayi
 Kemampuan  Pantau kemampuan bayi
pemnerian asi untuk latch on dan
 Kemantapan menghisap
pemberian asi  Pantau keterampilan ibu
 Pemeliharaan dalam menempatkan bayi
pemberian ASI ke puting
 Penyapihan  Pantau integritas kulit
pemberian asi puting ibu
 Evaluasi pemahaman
tentang sumbatan kelenjar
susu dan mastitis
 Sediakan informasi
tentang laktasi dan teknik
memompa ASI, cara
mengumpulkan dan
menyimpan ASI
5 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Buka jalan napas,
bersihan jalan nafas keperawatan selama 3x24 gunakan teknik chin lift
bd obstruksi jalan jam bersihan jalan napas atau jawtrust bila perlu
nafas (mukus dalam efektif dengan kriteria :  Posisikan pasien untuk
jumlah berlebihan),  Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
jalan nafas alergik batuk efektif dan  Identifikasi pasien
(respon obat suara napas yang perlunya pemasangan alat
anestesi) bersih, tidak ada jalan napas buatan
sianosis dan  Pasang mayo bila perlu
dyspneu  Lakukan fisioterapi dada
 Menunjukan jalan bila perlu
napas yang paten  Keluarkan sekret dengan

27
 Mampu batuk atau suction
mengidentifikasika  Auskultasi suara napas,
n dan mencegah catat adanya suara
faktor yang dapat tambahan
menghambat jalan  Atur intake untuk cairan
napas mengoptimalkan
keseimbangan
 Berikan bronkodilator bila
perlu
6 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan  Anjurkan pasien untuk
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 meningkatkan asupan fe
kebutuhan bd jam kebutuhan nutrisi  Anjurkan pasien untuk
kurangnya terpenuhi dengan kriteria : meningkatkan protein dan
pengetahuan tentang  Adanya vitamin c
kebutuhan nutrisi peningkatan berat  Berikan makan yang
postpartum badan sesuai terpilih (sudah
dengan tujuan dikonsultasikan dengan
 Berat badan ideal ahli gizi)
sesuai tinggi badan  Ajarkan pasien bagaimana
 Mampu membuat catatan makanan
mengidentifikasi harian
kebutuhan nutrisi  Berikan informasi tentang
 Tidak ada tanda- kebutuhan nutrisi
tanda malnutrisi  Kaji kemampuan pasien
 Tidak terjadi untuk mendapatkan nutrisi
penurunan berat yang dibutuhkan
badan yang berarti
7 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan  Monitoring ketat tanda-
keperawatan selama 3x24 tanda perdarahan
jam resiko perdarahan tidak  Catat nilai hb dan ht
terjadi dengan kriteria : sebelum dan sesudah

28
 Tekanan darah terjadinya perdarahan
dalam batas normal  Monitot tanda-tanda vital
 Tidak ada  Pertahankan bedrest
perdarahan selama perdarahan aktif
pervagina  Anjurkan pasien untuk
 Tidak ada distensi meningkatkan asupan
abdominal makanan yang banyak
 Hemoglobin dan mengandung vitamin k
hematokrit dalam  Lindungi pasien dari
batas normal trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan
 Kolaborasi dalam
pemberian produk darah
8 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan  Berikan penilaian tentang
pengetahuan : keperawatan selama 3x24 tingkat pengetahuan
perawatan post jam defisiensi pengetahuan pasien tentang proses
partum bd kurangnya teratasi dengan kriteria : penyakit yang spesifik
informasi tentang  Pasien dan keluarga  Gambarkan proses
penanganan menyatakan penyakit dengan cara yang
postpartum pemahaman tentang tepat
penyakit, kondisi,  Identifikasi penyebab
prognosis dan dengan cara yang tepat
program  Gambarkan tanda dan
pengobatan gejala yang biasa muncul
 Pasien dan keluarga pada penyakit dengan cara
mampu yang tepat
melaksanakan  Sediakan informasi pada
prosedur yang pasien tentang kondisi
dijelaskan secara dengan cara yang tepat
benar  Sediakan bagi keluarga
 Pasien dan keluarga informasi tentang

29
mampu kemajuan pasien dengan
menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang
dijelaskan perawat /
tim kesehatan lain
nya

BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Ihsan Maretahendara


NPM : 1217152

I. PENGUMPULAN DATA

A. Identitas Klien

1. Nama : Ny. P

2. Umur : 17 tahun

3. Pendidikan : SMP

4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

5. Agama : Islam

6. Suku bangsa : Sunda, Indonesia

7. Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2020, pukul : 16.0 WIB

30
8. No. Medrek : 00228692

9. Diagnosa medis : P1A0 dengan PEB

10. Golongan Darah :O

B. Data Penanggung Jawab

1. Nama : Tn. H

2. Umur : 20 tahun

3. Pendidikan : SMA

4. Pekerjaan : Pegawai Swasta

5. Bangsa / Suku : Indonesia / Sunda

6. Agama : Islam

7. Hubungan dengan klien : Suami klien

8. Alamat : Kp. Babakan RT 25/RW 9 Desa Sukasari

Kec.Cisaat-Sukabumi

C. Keluhan utama saat pengkajian


Pasien mengatakan nyeri luka operasi
D. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri luka operasi di abdomen, nyeri dirasakan seperti
disayat-sayat di sekitar luka operasi atau pada pertengahan abdomen,
skala nyeri 5 (0-10), bertambah saat bergerak, nyeri berkurang saat
istirahat, nyeri dirasakan hilang timbul. pasien juga mengatakan pusing
dan lemas di ekstremitas bagian bawah setelah pembedahan.
E. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan tidak pernah berobat sebelumnya
F. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien menagtakan tidak ada anggota keluarga yang pernah di operasi sc
G. Pola aktivitas sehari-hari

31
Jenis aktivitas Dirumah Dirumah sakit
1. Nutrisi Makan 3x sehari Makan 3x sehari
2. Eliminasi
a. BAK 3-4x 2-3x
b. BAB 1-2x Belum bab
3. Istirahat tidur 7 jam sehari 5-7 jam
4. Ambulasi Mandiri Dibantu
5. Kebersihan diri Mandi 3x sehari Belum dilakukan

H. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum Compos mentis


2. Tanda-tanda vital TD 150/90 N : 94 x R : 21 S : 36, 9
3. Kepala Tidak ada rambut rontok, benjolan maupun luka
4. Muka Tidak ada luka
5. Leher Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
6. Dada a. Jantung : bunyi jantung normal
b. Paru-paru : dada simetris, tidak
terdengar suara nafas tambahan
c. Payudara : simetris, areola menghitam
dan tidak ada nyeri tekan,ke dua puting
menonjol, saat di palpasi keluar ASI,
7. Abdomen a. TFU : 1 jari dibawah pusat
b. Kontraksi : positif kuat
c. Uterus : keras
d. Post sc : pod 1
e. Nyeri : terdapat luka jahit d perut
bawah
8. Genitalia a. Jumlah : ± 20 cc
 Perdarahan b. Warna : merah
pervagina c. Konsistensi : cair
m d. Nyeri : tidak ada
e. Bau : bau khas darah nifas

32
a. Jumlah : tidak ada
 Flour albus b. Warna : tidak ada
c. Konsistensi : tidak ada
d. Bau : tidak
a. Jumlah : belum ada
 Lochea b. Warna : .......
c. Konsistensi : .......
d. Bau : ........
a. Kondisi luka episiotomi

 Luka b. Nyeri : tidak

episiotomi

ya tidak

Pemasangan kateter jumlah urine : 500 cc


warna : kuning jernih
3 maret 2020

Tanggal pemasangan
9. Ekstremitas atas Keluhan : tidak ada
Pemasangan infus Ya pakai treway
Jenis cairan : RL drip analgetik 20 tpm dan
RL+MgSO4/24jam
Pemasangan tidak
transfusi Jenis transfusi
Jumlah transfusi
Ekstremitas bawah Keluhan : kekuatan otot 4/4
Edema Ya

I. Pemenuhan kebutuhan seksual


Saat ini pasien tidak bisa memenuhi kewajiban nya kepada suami

J. Psikososial

33
Konsep diri :
Peran : pasien mengatakan saat pasien melahirkan, pasien tidak bisa
menjalankan aktivitas nya sebagai ibu rumahtangga
Identitas diri : pasien mengatakan tidak bekerja, sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga
Harga diri : pasien mengatakan merasa senang dengan kehamilan nya
Body image : pasien mengatakan perubahan yang terjadi pada badan nya
merupakan hal yang wajar
Pasien mengatakan penghasilan keluarga setiap harinya berbeda tergantung
dari hasil penjualan.

K. Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakit

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


2-3-2020 Laboratorium Hb : 12,7 gr/dl
Ht : 38,5 %
Leukosit : 17.1 ribu/ul
Trombost : 335 ribu/ul
Eritrosit : 4,14 juta/ul
Gds : 115
BT : 1’45”
CT : 10’15”
Urine protein : +1
Hbsag negatif

L. Data persalinan dan kehamilan


Pasien merupakan G1P0A0 gravida 38 minggu dengan PEB. HPHT
pasien mengatakan lupa, pasien melakukan prenatal care 6x yaitu 2x di
trimester pertama, 3x di trimester kedua dan 1x di trimester tiga di
puskesmas. Gerakan janin pertama kali di rasakan sejak usia 4 bulan
kehamilan. Imunisasi TT yang pasien dapatkan 1x yaitu pada usia
kehamilan 4 bulan. Pasien berencana untuk memakai kontrasepsi suntik/3
bulan.

34
Pasien melahirkan pada tanggal 3 maret 2020 dengan cara operasi
sectio caesaria dengan anestesi spinal. Persalinan ditolong oleh dokter
spesialis obgyn di rumah sakit betha medika sukabumi. Bayi lahir pada
pukul 15. 30 wib dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 3000 gram,
panjang badan 50 cm.

M. Laporan persalinan
1. Jam masuk 15.05 tanggal 2-3-2020
2. Riwayat persalinan
a. Pada ibu
- Kontraksi : tidak ada
- Frekwensi : jarang
- Intensitas : hilang timbul
- BB : 45 kg
- TB : 145 cm
- Tanda-tanda vital : td 140/90 mmhg n 82x/mnt r
20x/mnt s 36,7
- Payudara : simetris
- Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada varises
- Pembukaan : kuncup
- Pendataran hodge :
- Selaput ketuban :utuh
- Warna cairan ketuban :jernih
- Mekonium :tidak ada

3. Pada janin
- DJJ : 150x
- Presentasi :bokong
- Posisi :

35
N. Pindah kamar bersalin
1. Tanggal/jam : 3-3-2020
2. Tanda dan gejala : -
3. Kontraksi : tidak ada
4. Pembukaan : kuncup
5. Pendataran :
6. Hodge :
7. DJJ : 150x / menit

1. ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. P Ruang Unit : RIK Kelas 3


No. Register : 00228692 Dx. Medis : P1A0 dengan PEB
N DATA PENYEB MASAL
O AB AH
1 DS : pasien Post Nyeri
mengatakan operasi
nyeri luka
operasi di perut Terputus
bawah seperti di nya
tusuk-tusuk, kontinuit
nyeri bila as
digerakan skala jaringan
nyeri 4 (0-10)
DO : td 150/90 Hilangny
mmhg a cairan
N 94x/mnt dan
R 21x/mnt elektrolit
S 36,9 berlebih
Pasien

36
tampak Dipersep
meringis sikan ke
Terdapat arah
luka operasi reseptor
(Talamus
dan
hipotala
mus)

Nyeri di
persepsik
an
dibagian
luka post
operasi

Ganggua
n rasa
nyaman
nyeri
2 DS : Luka Resiko
DO : terdapat tinggi
post
luka operasi di infeksi
operasi
perut bawah,
tertutup kassa,
terpasang
Jaringan
kateter
terbuka

Proteksi

kurang

37
Invasi

bakteri

Resiko
tinggi
infeksi

2. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Gangguan rasa nyaman nyeri bd terputusnya kontinuitas jaringan
b. Resiko tinggi infeksi bd tindakan pembedahan / invasif

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. P Ruang Unit : RIK Kelas 3


No. Register : 00228692 Dx. Medis : P1A0 dengan PEB
TGL/W N TUJUAN INTERVE T
AKTU O NSI T
D D
X
3-3- 1 Setelah 1. Kaj

38
2020 dilakukan i ttv
tindakan 2. Atu
keperawa r
tan pos
selama isi
3x24 jam sen
nyeri ya
dapat ma
berkuran n
g dengan mu
kriteria : ngk
Menyatak in
an nyeri 3. Kaj
hilang / i
terkontrol ting
Tampak kat
rileks nye
Mampu ri
beristirah pasi
at en
Ttv 4. Aja
normal rka
n
tek
nik
rela
ksa
si
dan
dist
rak

39
si
5. Kol
abo
rasi
pe
mb
eria
n
ana
lget
ik
3-3- 2 Setelah 1. Kaj
2020 dilakukan i ttv
tindakan 2. Kaj
keperawa i
tan ada
selama nya
3x24 jam tan
tanda- da-
tanda tan
infeksi da
tidak infe
terjadi ksi
dengan dan
kriteria : per
Luka ada
kering nga
Terdapat n
proses 3. Pert
penyemb aha
uhan nka

40
n
tek
nik
ase
ptik
/
kest
eril
an
dal
am
mel
aku
kan
per
awa
tan
luk
a
4. Jag
a
per
son
al
hyi
gie
ne
5. Kol
abo
rasi
unt

41
uk
pe
mb
eria
n
anti
biot
ik

6. IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny. P Ruang Unit : RIK Kelas 3


No. Register : 00228692 Dx. Medis : P1A0 dengan PEB

42
Tg No. Implementasi Evaluasi T
l/ DX Keperawatan T
W D
kt
3- 1. 1. Mengatur posisi Tanggal 3-3-
3- pasien dengan 2020
20 cara posisi S   :
20 kepala lebih  Klien
Ja tinggi dari mengatakan
m badan nyeri daerah
16 luka operasi.
.3 2. Observasi TTV
0 dengan hasil
O:
T D : 140/90
Ekspresi wajah
mmHg
pasien masih
N : 90 x/mnt
tampak
R : 21 x/mnt
meringis.
S : 37 0C

3. Mengkaji A:

tingkat nyeri  Masalah

pasien. teratasi

Hasil : tingkat sebagian

nyeri 3 = nyeri Indikasi :


sedang dengan - Melaporkan
durasi 2-3 nyeri 3
menit. - Ekspresi
muka terhadap
4. Mengajarkan nyeri 3
pasien teknik
- Istirahat
relaksasi nafas
cukup

43
dalam dan P:
dilakukan saat Lanjutkan
pasien intervensi dan
merasakan nyeri kolaborasi
Hasil : nyeri dokter untuk
berkurang pemberian
analgetik
5. Memberikan
terapi :
-     Ketorolak 2
x 1 amp / iv
3- 2. 1. Mengobservasi Tanggal 3-3-
3- tanda–tanda 2020
20 vital pasien S:
20 sesuai kondisi Klien
Ja pasien. mengatakan
m Observasi TTV terdapat luka
18 dengan hasil operasi di
.0 T D : 140/90 perut bawah
0 mmHg O:
N : 90 x/mnt Terdapat luka
R : 21 x/mnt operasi pada
S : 37 0C kuadran
2. Mengkaji abdomen
adanya tanda– bagian bawah,
tanda infeksi luka tertutup
dan peradangan kassa steril.
meliputi adanya A:
kemerahan Masalah
sekitar luka dan teratasi
pus pada luka sebagian

44
operasi. P:
Hasil : Intervensi
Tidak dilanjutkan
terdapatnya
tanda-tanda
luka infeksi
3. Mempertahanka
n tekhnik
aseptic
antiseptik/kester
ilan dalam
perawatan luka
dan tindakan
keperawatan
lainnya.
Hasil :
Luka operasi
kering
4. Menjaga
personal
hygiene pasien.
Hasil :
Lingkungan
yang bersih
mendukung
luka operasi
tidak infeksi
5. Melakukan
kolaborasi
dengan tim
medis dalam

45
pemberian
therapy
antibiotic.
Hasil :
Ceftriaxone 2x1
gr

6. Evaluasi

Nama Pasien : Ny. P Ruang Unit : RIK Kelas 3


No. Register : 00228692 Dx. Medis : P1A0 dengan PEB
Tgl/ N Evaluasi Pa
Wakt o raf
u D
x
3-3- 1 S : pasien mengatakan masih nyeri
2020
O : Skala nyeri 3 (0-10) td 130/80, n
80, r 20, s 36,7 ih
Jam pasien tampak rileks, pasien mampu sa
19.30 melakukan teknik relaksasi nafas n

46
wib dalam dan mampu beraktifitas
minimal seperti berjalan dan duduk

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

3-3- 2 S : pasien mengatakan terdapat luka


2020 operasi di perut bawah

jam O : luka operasi tertutup kassa, ih


19.30 warna kulit kemerahan di sekitar sa
wib jahitan, tidak ada pus n

A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

1 S : pasien mengatakan nyeri luka


4-3- . operasi berkurang
2020
O : Skala nyeri 2 (0-10), td 130/80, ih
Jam n 77, r 20, s 36,7 sa
17. 00 pasien tampak rileks dan dapat nafas n
wib dalam saat terasa nyeri seperti yang
sudah diajarkan atau menggenggam
jari2 tangannya saat nyeri dirasa
ketika ganti perban

A : Masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

47
4-3- 2 S : pasien mengatakan terdapat luka
2020 operasi
O : luka operasi kering, tidak ada ih
Jam tanda-tanda infeksi sa
17. 30 n
wib A : Masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan pada pasien ny.P dengan P1A0 post sc


dengan PEB di ruang rawat inap kebidanan rumah sakit betha medika sukabumi,

48
pada tanggal 3 maret 2020 dengan melalui tahap asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan. Pada kasus ini, prioritas masalah yang di ambil adalah
gangguan rasa nyaman nyeri karena pada saat di lakukan pengkajian pasien baru
hari pertama operasi. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau
potensial. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu dengan
melakukan observasi tanda-tanda vital, mengatur posisi pasien senyaman
mungkin dan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam. Dengan tindakan ini,
pasien dapat melakukan nya sendiri setelah di ajarkan oleh perawat dan dapat di
evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan tersebut untuk mengatasi
nyeri.
Masalah keperawatan pada pasien post sc menurut teori yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan napas, nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi,
ketidakefektifan pemberian asi, gangguan eliminasi urin, gangguan pola tidur,
resiko infeksi, defisit perawatan diri, konstipasi, resiko syok, resiko perdarahan,
dan defisiensi pengetahuan. Pada kasus ini hanya 3 masalah keperawatan yang di
angkat yaitu nyeri, resiko infeksi dan intoleransi aktivitas. Hal ini di karena kan
pada saat dilakukan pengumpulan data, hanya 3 masalah keperawatan tersebut
yang muncul pada pasien.

BAB V
PENUTUP

49
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada pasien post operasi sectio caesaria
dilakukan melalui tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan secara
holistik dari pasien masuk sampai dengan pasien pulang sehingga dapat
dilihat perkembangan pasien setiap harinya. Adapun masalah keperawatan
yang muncul pada pasien post operasi sc yaitu gangguan rasa nyaman
nyeri, resiko tinggi infeksi dan intoleransi aktivitas dimana dari setiap
masalah keperawatan tersebut setelah dilakukan tindakan keperawatan
dapat teratasi.

B. SARAN
Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil dan bersalin, khususnya
pada penderita Pre-eklampsia.
Kepada pihak Akademis
Agar dapat membimbing para tenaga dan calon tenaga kesehatan dan
meningkatkan kualotas peayanan terhadap ibu hamil.
Kepada tenaga kesehatan
Agar dapat lebih mengiptimalkan pelayanan kesehatan mengingat pre-
eklampsia merupakan suatu gejala penyakit yang cukup mempengaruhi
kesehatan ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

50
Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4.Jakarta: EGC.

DINKES, 2009. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Diakses
tanggal 22 September 2016.
<http:/www.litbang. depkes.go.id>

Fadlun dan Feryanto, Achmad. 2014. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta:


Salemba Medika.

Nanda NIC NOC. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis, edisi 3. Jogjakarta : Mediaction.

Mansjoer, Areif, dkk. 2008. Penyakit-Penyakit Pada Kehamilan: Peran Seorang


Internis. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Mansjoer Arief. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media


Aesculapius.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga. Berencana


(Edisi 2). Jakarta : EGC.

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri . Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustakaedc

RINI, SANC. 2010. Pematalaksanaan Terapi Pasien Pre Eklamsia Rawat Inap
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2009. Diakses tanggal 23
September 2016
Sarwono Prawirohardjo. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina. Pustaka.

Wilkinson, J.M & Ahern, R.N.. (2014). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.

51

Anda mungkin juga menyukai