BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui gambaran radiologi Tuberkulosis Paru
1.2.2 Untuk mengetahui perbedaan gambaran radiologi Tuberkulosis Paru
baru dan lama
1.3 Manfaat
1.3.1 Memberikan wawasan kepada dokter muda lain tentang gambaran
radiologi Tuberkulosis Paru
1.3.2 Memberikan wawasan kepada dokter muda lain tentang perbedaan
gambaran radiologi Tuberkulosis Paru baru dan lama.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Bronkus
3) Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang lunak, spongious dan elastis,
berbentuk kerucut atau konus, terletak dalam rongga toraks dan di atas
diafragma, diselubungi oleh membran pleura. Setiap paru mempunyai
apeks (bagian atas paru) yang tumpul di kranial dan basis (dasar) yang
melekuk mengikuti lengkung diphragma di kaudal. Pembuluh darah paru,
bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus
(Snell, 2006).
4) Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga
dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura
viseralis
5) Rongga dan dinding dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam
proses respirasi.
9
dengan baik pada suhu 22-23ºC, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan
kurang bersifat tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogenik.
(Waluyo, 2016., Brooks, 2014)
tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini
dapat terjadi secara berulang (Amin, 2006., Price, 2014).
Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun
pertama), biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgreen, ada tiga
bentuk dasar TB pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB
endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran
limfohematogen akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya
terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi
segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi
dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat
bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru kronik
biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami
resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering pada
remaja dan dewasa muda (Amin, 2006., Price, 2014).
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi,
dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun, tetapi dapat juga 2-3 tahun
kemudian. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer (Amin,
2006).
Gambar 9. Alur diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa (PDPI, 2016)
c) Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
19
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai
diagnosa utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan
hasil tes tuberkulin (+) dan tanpa menunjukkan gejala.
1) Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu
ditemukan kelainan pada foto roentgen.
2) Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi
pada foto roentgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan
tanda yang kuat bukan tuberkulosis.
3) Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti
tidak ada tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks
baru terlihat sekurang -kurangnya 10 minggu setelah infeksi oleh
basil tuberkulosis.
4) Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda
tuberkulosis yang terpenting adalah bila ada kelainan pada foto
toraks.
5) Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa
penyakit tersebut aktif.
6) Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh
kesan tentang aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya
dapat diperoleh melalui kombinasi dengan hasil pemeriksaan
klinis/laboraturis.
7) Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan
lokalisasi, proses dan tanda perbaikan ataupun perburukan dengan
melakukan perbandingan dengan foto-foto terdahulu.
8) Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan
terapi seperti Pneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9) Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan
dewasa ini bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan
fluoroskopi. Pembuatan foto roentgen adalah suatu keharusan,
yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu disertai proyeksi-
20
Gambaran Radiologis TB
Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis :
1) Tuberkulosis Primer (Rasad, 2005)
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis,
sehingga paling sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada
umumnya menyerang anak, tetapi bisa terjadi pada orang dewasa dengan
daya tahan tubuh yang lemah. Pasien dengan TB primer sering
menunjukkan gambaran foto normal. Pada 15% kasus tidak ditemukan
kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan pada foto
toraks.
21
a. Limfadenopati
b. Konsolidasi parenkim
22
Gambar 11. Tuberkulosis Primer parenkim pada orang dewasa. Radiografi pulmo
sinistra menunjukkan lobus superior dengan konsolidasi yang luas
c. Miliari Desease
Gambar 12. Tuberkulosis milier. Tuberkulosis halus (milli) di seluruh lapang paru
dengan bentuk khas dan ukuran yang hampir seragam 1-3 mm “Badai Salju”
(Snow Storm Appearance)
23
Gambar 13. Miliary tuberculosis. (a) Radiograph of the left lung shows diffuse 2-
3 mm nodules, findings that are typically seen in miliary tuberculosis. (b) High-
resolution computed tomographic (CT) scan demonstrates similiar nodules in a
random distribution.
A. Tuberkulosis Aktif
Temuan pada gambaran radiologi tuberkulosis aktif diantara lain:
1) Bayangan berawan / noduler disegmen apikal dan posterior lobus
atas dan segmen superior lobus bawah paru
27
Gambar 19. Foto thorak; tampak infiltrate dengan kavitas pada lobus superior
paru bilateral, menunjukkan adanya tuberculosis pulmonal aktif.
Gambar 20. Kanan; Awan-awan & kavitas besar (ukuran total 4 cm). Kiri;
Kavitas sisa (residual cavity)
28
Gambar 22. Tampak bercak berawan pada lapangan paru kanan atas yang
disertai bintik-bintik kalsifikasi dan garis fibrosis
Gambar 24. Tuberkulosis Post Primer. Temuan pada foto thorak ini adalah
fibrosis lobus superior bilateral.
30
C. Tuberkuloma
Kelainan ini menyerupai tumor. Bila terdapat di otak,
tuberkuloma juga bersifat suatu lesi yng menempati ruangan (Space
Occupying Lesion/SOL). Tuberkuloma adalah suatu sarang keju
(caseosa) dan biasanya menunjukkan penyakit yang tidak begitu
virulen bahkan biasanya tuberkuloma bersifat tidak aktif lebih-lebih
bila batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada sarang perkapuran,
sesuatu yang dapat dilihat jelas pada tomogram.
Diagnostik diferensialnya dengan suatu tumor sejati adalah
bahwa didekat tuberkuloma sering ditemukan sarang kapur.
31
Kategori 2 a. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
b. 2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori 3 a. 2HRZ/4H3R3
b. 2HRZ/4HR
c. 2HRZ/6HE
Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia, yaitu: (Kemenkes,
2014).
a. Kategori 1: 2HRZE/4H3R3.
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2
bulan. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan. Obat ini
diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, penderita baru
TB paru BTA negative rontgen positif yang “sakit berat”, penderita
TB ekstra paru berat.
Tabel 2. Paduan OAT Kategori 1 dalam paket kombipak untuk penderita dengan
berat badan antara 33–50 kg (Kemenkes, 2014).
Tahap Lamanya Dosis per hari/kali Jumlah
34
b. Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2
bulan dengan HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE
setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5
bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Obat ini
diberikan untuk penderita TB paru BTA (+) yang sebelumnya pernah
diobati, yaitu: penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure),
dan penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
Tabel 3. Paduan OAT Kategori 2 dalam paket kombipak untuk penderita dengan
berat badan antara 33–50 kg (Kemenkes, 2014).
35
BAB III
37
PEMBAHASAN
TB Primer TB Sekunder
Insidensi Sering pada anak-anak Bersifat kronis, terjadi pada dewasa
Gambaran Aktif
Limfadenopati
Radiologi Infiltrat
Parenchymal disease
Konsolidasi parenkim
Kavitas
Efusi pleura
Lanjut→Miliary tuberculosis
Inaktif
Kalsifikasi
Komplikasi:
Fibrosis
Pleuritis eksudatif
Penebalan pleura
Atelektasis
Lokasi Biasanya kelainan pada satu Bercak infiltrat yang terlihat pada
Lesi lobus, dan paru kanan lebih foto roentgen biasanya dilapangan
sering terkena, terutama di atas dan segmen apikal lobi bawah,
lobus bawah, tengah dan juga dapat terjadi di bagian basal
lingual serta segmen anterior paru yang biasanya disertai oleh
lobus atas pleuritis
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
39
DAFTAR PUSTAKA
2005.
Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
EGC; 2006.
Waluyo L. Mikrobiologi Umum Cetakan Kelima. Malang: UMM Press; 2016.
WHO. Glocal Tuberculosis Report 2015 [Internet]. Vol. 1, WHO. 2015. Available
from: http://apps.who.int/tb
Widiyono. Penyakit Tropis, Epidemiologi Penularan & Pemberantasannya. 5th ed.
Jakarta: Erlangga; 2008.