Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala
klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah
sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat
disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda
infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum
pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen
disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke
tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen
(cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien
ke pasien lainnya.

B. Tujuan

Tujuan adanya makalah ini adalah agar mahasiswa / mahasiswi kesehatan mengetahui bagaimana
infeksi nosokomial dan bisa menjelaskannya di lapangan kepada klien / pasien.

BAB II

INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Pengertian

Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit
dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat atau
lebih dari 72 jam.

B. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial

1. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak
antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena
banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan
terjadinya infeksi tergantung pada :

Ø karakteristik mikroorganisme

Ø resistensi terhadap zat-zat antibiotika

Ø tingkat virulensi

Ø banyaknya materi infeksius.

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi
nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross
infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection).
Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu
penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme
yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit
pada orang normal.

a. Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri
disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa
kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi
saluran kemih.

Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.
Contohnya :

Ø Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene

Ø Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat
menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali
telah resisten terhadap antibiotika.

Ø Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella,


Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan
infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab
sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.

Ø Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.
b. Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus
hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.
Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke
mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik,
dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi
gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex
virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.

c. Parasit dan Jamur

Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun
anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus
neoformans, Cryptosporidium.

2. Respon dan toleransi tubuh pasien

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini
adalah:

Ø Umur

Ø Status imunitas penderita

Ø Penyakit yang diderita

Ø Obesitas dan malnutrisi

Ø Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid

Ø Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.

Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini
lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes
mellitus, gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh
terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. Obat-obatan yang bersifat
immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur
pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan
pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.

3. Infection by direct or indirect contact


Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan penyebab infeksi.
Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus.
Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV. Peralatan
dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil menggunakan
tangan yang menyebabkan terjadinya cross infection.

4. Resistensi Antibiotika

Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun 1950-1970, banyak
penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimana pun juga,
keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan pengunsalahan dari antibiotika. Banyak
mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. Meningkatnya resistensi bakteri dapat
meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap pasien yang immunocompromised. Resitensi dari
bakteri di transmisikan antar pasien dan faktor resistensinya di pindahkan antara bakteri.
Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan multipikasi dan penyebaran
strain yang resistan. Penyebab utamanya karena:

Ø Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol

Ø Dosis antibiotika yang tidak optimal

Ø Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat

Ø Kesalahan diagnosa

Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten terhadap
antibiotika, mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat-obatan tersebut.
Penggunaan antibiotika secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama
terjadinya resistensi.

Banyak strains dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan tuberculosis telah resisten
terhadap banyak antibiotikaa, begitu juga klebsiella dan pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat
multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana
antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia.

Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit, dan
menjadi sangat penting karena:

Ø Meningkatnya jumlah penderita yang dirawat

Ø Seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur

Ø Mikororganisme yang baru (mutasi)

Ø Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika

5. Faktor Alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi
jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian
infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25%
pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis,
fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa :

Ø Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula

Ø Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya
gangguan lain

Ø Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena

Ø Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran


infuse

Ø Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam
pembuluh darah

Ø Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul

Ø Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul

Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena yaitu: jenis
kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam,
kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus
yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme,
peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada
kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia.

C. Macam Penyakit Yang Disebabkan Oleh Infeksi Nosokomial

1. Infeksi saluran kemih

Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya
dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat
menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme yang biaa
menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang
terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi
setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen.

Sangat sulit untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra yang melekat
dengan permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-2 minggu pemasangan
kateter. Penyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan
kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi
yang gagal dan teknik septik dan aseptik.

2. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan ventilator, tindakan
trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini tersering
berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada di mulut,
hidung, kerongkongan, dan perut. Keberadaan organisme ini dapat menyebabkan infeksi karena
adanya aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian bawah.

Dari kelompok virus dapat disebabkan olehcytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para
influenza virus, enterovirus dan corona virus. Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:

Ø Tipe dan jenis pernapasan

Ø Perokok berat

Ø Tidak sterilnya alat-alat bantu

Ø Obesitas

Ø Kualitas perawatan

Ø Penyakit jantung kronis

Ø Penyakit paru kronis

Ø Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ

Ø Tingkat penggunaan antibiotika

Ø Penggunaan ventilator dan intubasi

Ø Penurunan kesadaran pasien

Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan influenza. Pada pasien
dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena Legionella dan Aspergillus.
Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus
sangat diperhatikan.

3. Bakteremi Nosokomial

Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5 % dari total infeksi nosokomial, tetapi dengan resiko kematian
yang sangat tinggi, terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti
Staphylococcus dan Candida. Infeksi dapat muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum
suntik, kateter urin dan infus.

Faktor utama penyebab infeksi ini adalah panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur
invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter atau infus.

4. Infeksi Nosokomial lainnya


a. Tuberkulosis

Penyebab utama adalah adanya strain bakteri yang multi- drugs resisten. Kontrol terpenting untuk
penyakit ini adalah identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam
ruangan.

b. diarrhea dan gastroenteritis

Mikroorganisme tersering berasal dari E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu,
dari gologan virus lebih banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan
hepatitis A. Bedakan antara diarrhea dan gastroenteritis. Faktor resiko dari gastroenteritis
nosokomial dapat dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Ø Faktor intrinsik :

· abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria

· lemahnya motilitas intestinal, dan

· perubahan pada flora normal.

Ø Faktor ekstrinsik :

Pemasangan nasogastric tube dan mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.

c. Infeksi pembuluh darah

Infeksi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung dan suntikan. Virus yang
dapat menular dari cara ini adalah virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan HIV. Infeksi ini dibagi
menjadi dua kategori utama:

Ø Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan berbeda
dengan organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain

Ø Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang
lain.

d. Dipteri, tetanus dan pertusis

Ø Corynebacterium diptheriae, gram negatif pleomorfik, memproduksi endotoksin yang


menyebabkan timbulnya penyakit, penularan terutama melalui sistem pernafasan.

Ø Bordetella Pertusis, yang menyebabkan batuk rejan. Siklus tiap 3-5 tahun dan infeksi muncul
sebanyak 50 dalam 100% individu yang tidak imun.

Ø Clostridium tetani, gram positif anaerobik yang menyebabkan trismus dan kejang otot.

D. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial


Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan
program yang termasuk :

Ø Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.

Ø Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

Ø Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan
vaksinasi.

Ø Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.

Ø Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial tergantung dari agen yang
menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan faktor alat.

Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme,
resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius. Respon dan
toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita,
obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid,
intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.

Macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya Infeksi saluran kemih. Infeksi ini
merupakan kejadian tersering, dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Nosokomial
pneumonia, terutama karena pemakaian ventilator, tindakan trakeostomy, intubasi, pemasangan
NGT, dan terapi inhalasi. Nosokomial bakteremi yang memiliki resiko kematian yang sangat tinggi.

B. SARAN
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh
karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan
tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini. Kebenaran dan
keshahihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya, kesilapan dan kekhilafan itu semua datang dari kami
yang sedang belajar ini.

DAFTAR PUSTAKA

Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and Practice. St Louis,
Mosby; 1996

Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition. World
Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response; 2002

Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrison’s Principle of Internal Medicine 15
Edition.-CD Room; 2001

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001

Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama
Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001
..........................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A.latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman.Praktisiatau teknisi
yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan
pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit.Klien dalam lingkungan keperawatan
beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme
infeksius,meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan
akut atau ambulatory,klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau
berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten
terhadap banyak antibiotik.Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan
penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme
terhadap klien.
B .Tujuan
  Mengetahui definisi infeksi
  Mengetahui rantai dan proses infeksi
  Mengetahui infeksi nosokomial
C .Rumusan Masalah
Mengetahui lebih detail tentang infeksi

BAB II
PEMBAHASAN
2 . 1 Definisi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal
dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan
timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal.
(Potter & perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan
tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku
Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
2 . 2 Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen
berikut :
  Agen infeksius atau pertumbuhanm patogen
  Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
  Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
  Cara penularan
  Portal masuk pejamu
  Pejamu yang rentan

SKEMA RANTAI INFEKSI


 

Agen infeksius

Pejamu                                                                                   Reservoar

Portal masuk                                                                           Portal keluar

Cara penularan

A . Agen Infeksius
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme,termasuk bakteri,virus,jamur dan
protozoa.Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau
transien.Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,namun
10 – 20% mendiami lapisan epidermal.Organisme transien melekat pada kulit saat
seseorang kontak dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau kehidupan
normal.
Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit
bergantung pada faktor – faktor berikut :
  Organisme dalam jumlah yang cukup
  Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
  Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
  Pejamu yang rentan

Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :


1 .Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi
jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah terhadap
miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi secara aparodik maupun
endemik.
Contohnya :anaerobik Gram–positif,Clostridium yang menyebabkan gangren
  Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung
dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi pembuluh
darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
  Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia
coli,Proteus,Klebsiella,Enterobacter.Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang
dirawat.Bakteri gram negatif  ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
  Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan,paru
dan peritoneum.
2 .Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam
virus,termasuk virus hepatitis  B dan C dengan media penularan dari
tranfusi,dialisis,suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus (RSV),rotavirus
dan enterovirus yang ditularkan dari kon\tak tangan ke mulut atau melalui rute
faecal-oral.Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik,dan trasfusi
darah.Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya.Infeksi
gastrointestinal,infeksi traktus respiratorius,penyakit kulit dan dari darah.Virus lain
yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes simplex virus,dan varicella-zoster
virus,juga dapat ditularkan.
3 .Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan mudah menular ke orang
dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama
pemberian obat antibiotika bakteri dan immunosupresan,contohnya infeksi dari
Candida albicans,Aspergiilus spp,Cryptococcus neformans,Cryptosporidium.
B .Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak
berkembang biak.Rservoir yang paling umum adalah tubuh manusia.Berbagai
mirroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh,cairan dan keluaran.Untuk
berkembang biak dengan cepat mkroorganismer memerlukan lingkungan yang
sesuai,termasuk makanan,oksigen,air,suhu yang tepat,pHdan cahaya.
  Makanan,mikroorganisme memerlukan untuk hidup,seperti Clostridium
perfringens,mikroba yang menyebabkan gangren gas,berkembang pada materi
organik lain,seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak dicerna di
usus.Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida dan materi organik
seperti tanah.
  Oksigen,bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan multiplikasi
secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah Staphylococcus aureus
dan turunan organisme Streptococccus sedangkan bakteri anaerob berkembang
biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia oksigen bebas.Bakteri ini yang mampu
menyebabkan tetanus,gas gangrene dan botulisme.
  Air,kebanyakan mkroorganisme membutuhkan air atau kelembaban untuik bertahan
hidup.Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah bentuk,disebut dengan
spora,yang resisten terhadap kekeringan.
  Suhu,mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.Namun
beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang mungkin fatal bagi
manusia.Misalnya virus AIDS,resisten terhadap air mendidih.
  pH,keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme.Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan dalam batasan
pH 5-8.
  Cahaya,mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap seperti di
bawah balutan dan dalam rongga tubuh.Sinar ultra violet dapat eektif untuh
membunuh beberapa bentuk bakteri.
C .Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuktumbuh dan berkembang
biak,mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain dan
menyebabkan penyakit.
Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempatm,seperti kulit dan membran
mukosa,traktus respiratoris,traktus urinarius,traktus gastrointestinal,traktus
reproduktif dan darah.
D .Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.Penyakit
infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara yang
spesifik.Namun,mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu
rute.Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi
layanan kesehatan,hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat
penularan patogen.Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsuing
dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.
E .Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang
digunakan untuk keluar.Misalnya,pada saat jarum yang terkontaminasi mengenai
kulit klien,organisme masuk ke dalam tubuh.Setiap obstruksi aliran urine
memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra.Kesalahan pemakaian balutan
steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak
terlindungi.Faktor- faktor yang menurunkan daya tahabn tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
F .Hospes Rentan
Seseorang terkena  infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada
derajat ketahanan individu terhadap patogen,meskipun seseorang secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar,infeksi tidak akan terjadi
sampai individu rentan terhadapjumlah mikroorganisme tersebut.Makin banyak
virulen suatu mikroorganisme makin besar didapati muncul di lingkungan perawatan
akut.
2 . 3 Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung pada
tingkat infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu.Didalam
proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
  Periode Inkubasi
Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala utama.
  Tahap Prodomal
Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik(malaise,demam
ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik selama masa ini,mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
  Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik terhadap
jenis infeksi.
  Tahap Pemulihan
Interpal saat munculnya gejala akut infeksi ,lama penyembuhannyatergantung pada
beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien.

2. 4 Pertahanan Terhadap Infeksi


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu :
  Flora Normal
Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap beberapa
patogen,normalnya tubuh mengandung mikroorganisme yang ada pada lapisan
permukaan dan di dalam kulit,saliva,mukosa oral,dan gastrointestinal.
Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar tanpa menyebabkan
sakit.Flora normal juga mensekresi substansi antibakteri di dalam usus.
  Pertahanan Sistem Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan tubuh yang unik terhadap
mikroorganisme.Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara
fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.Misalnya paru jalan masuk
mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan seperti rambut atay silia yang secara ritmis
bergerak unruk memindahkan mukus dan organisme yang yang melekat di faring
untuk di ekshalasi.
  Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskuler dengan menghantarkan cairan,produk
darah dan nutrient ke jaringan interstisial ke daerah cedera.Proses tersebut mampu
menetralisasi dan mengerliminasi patogen atau jaringan mati dan memulai cara
perbaikan sel dan jaringan tubuh.
  Respon Imun
Saat mikroorganisme menginvasi memasuki tubuh,mikroorganisme tersebut
diserang pertama kali oleh monosit.Sisa mikroorganisme tersebut kemudian memicu
respon imun,materi yang tertinggal (antigen) menyebabkan kerentanan respon yang
mengubah susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya
berbeda dengan reaksi pertama ,respon yang berubah ini dikenal dengan respon
imun.

2 .5 Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial disebabkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas
keperawatan kesehatan,rumah sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin
terdapat infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen
yang mungkin resisten terhadap antibiotik.
Jenis infeksi nosokomial yaitu infeksi iantrogenik yang di akibatkan oleh prosedur
diagnostik dan terapiutik.Contohnya infeksi traktus urinarius yang terjadi setelah
infeksi kateter.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen
Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu,yang bukan
merupakan flora normal contohnya adalah organisme salmonella dan klostridiun
tetani.
 Infeksi endogen dapat terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan
terjadi pertumbuhan yang berlebihan.Contohnya adalah infeksi yang disebabkan
oleh enterococcus,ragi dan streptococccus.   
ASKEP PADA PENYAKIT INFEKSI JANTUNG
ENDOKARDITIS
  Adalah infeksi yang terjadi pada bagian  lapisan jantung bagian dalam  dan
katup/endokard.
Etiologi
  Bakteri(gram + dan gram -,streptokokkus viridans, stapilokokkus aureus )
  virus
  jamur
MANIFESTASI KLINIK
1.    Gejala radang muncul secara mendadak
2.    Manifestasi umum berupa :
-          kelemahan
-          nafsu makan berkurang
-          berat badan berkurang
-          nyeri sendi
-          demam intermitten
3.    Gejala perdarahan berupa
-          garis perdarahan di kuku
-          peteki kunjungtiva/membran mukosa
-          spot roth di fundus okuli
4.    Manifestasi jantung
-          murmur
-          pembesaran  jantung
-          gagal jantung ( bisa terjadi )
5.    Embolisasi dapat mengenai berbagai organ.
Spot roth : perdarahan dengan bagian tengah pucat di fundus okuli akibat emboli.     

Kriteria dioagnosa endokarditis


1.    Gejala infeksi mendadak  serius, suhu tinggi .
2.    Tanda proses trombo emboli.
3.    Terdapat bunyi murmur
4.    Kultur darah ditemukan kuman penyebab.
Patofisiologi
  Mikroorganisme menyerang endokardium termasuk valvula ( katup)  dan membentuk 
verucae  yang rapuh.
  Bila terbentur oleh darah , akan pecah dan terbawah aliran darah ke seluruh tubuh
bersama bakteri yang dikandungnya.
  Endokardium yang sembuh menjadi jaringan parut.
  Pada katup dapat terjadi stenosis atau insufisiensi
Penatalaksanaan
•       Istirahat
•       Pemberian antibiotik
•       Perbaikan intake gizi
•       Pencegahan konplikasi
•       Bantu dalam  aktivitas sehari-hari

MIOKARDITIS
  Miokarditis adalah peradangan pada jantung sebagai akibat dari suatu proses infeksi
miokarditis.
A. DEFINISI

Infeksi dalam kamus kedokteran merupakan penembusan dan penggandaaan dalam tubuh dari
organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus dan jamur.sedagkan infeksi perinatologi yaitu
infeksi yang terjadi pada neonatus terjadi pada masa prenatal, intra natal, postnatal. Infeksi pada
neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR dan bayi yang lahir di rumah sakit.

Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak tertentu berisiko besar mengalaminya. Sepsis
disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Namun, sepsis berbeda dari penyakit
infeksi biasa. Infeksi biasa hanya menyerang daerah yang terkena infeksi. sepsis berarti bakteri
penyebab infeksi ditemukan dalam peredaran darah. Ini mengakibatkan infeksi bisa terjadi di
seluruh organ tubuh.

B. ETIOLOGI

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan, yaitu :

1. Infeksi Antenatal

Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan. Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di
sini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui
sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :

a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion

b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues )

c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan
amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.

2. Infeksi Intranatal

Infeksi yang terjadi pada saat persalinan. Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara
yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban
pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12
jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat
pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan
manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui
kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.

3. Infeksi Pascanatal

Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi
sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang
tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat
tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika
sehingga pengobatannya sulit.

C. KLASIFIKASI

1. Berdasar waktu terjadinya, infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu:

a. Early infection (infeksi dini)

Infeksi dini karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan

b. Late infection (infeksi lambat)

Infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain.

2. Berdasarkan bakteri penyebabnya yaitu

a. Infeksi bakteri sistemik

Apabila bayi tampak mengantuk/letargi atau tidak sadar, kejang disertai satu tanda infeksi, gangguan
nafas, malas minum atau tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah, bagian tubuh merah dan
mengeras, ubun-ubun cembung, suhu bisa panas atau dingin.

b. Infeksi bakteri lokal berat

Apabila ditemukan nanah didaerah mata, telinga, tali pusat atau umbilikus kemerahan dan meluas
sampai kekulit perut, bernanah serta ada kerusakan kulit.

c. Infeksi bakteri local

Apabila ada nanah keluar dari mata dalam jumlah sedikit, daerah tali pusat dan umbilikus
kemerahan, berbau busuk dan terjadi sedikit kerusakan kulit.

3. Berdasarkan berat ringannya, dibagi menjadi

a. Infeksi berat (major in fections):

Sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus
neonaturum.

b. Infeksi ringan (minor infection) :


Infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.

D. GEJALA

Beberapa gejala bayi terkena infeksi yaitu :

1. Malas minum

2. Gelisah

3. Frekuensi pernafasan meningkat

4. Mengantuk (letargi) atau tidak sadar

5. Berat badan turun

6. Pergerakan kurang

7. Muntah

8. Diare

9. Odema

10. Perdarahan, ikterus, kejang, suhu meningkat, normal atau kurang dari normal.

11. Adanya nanah dari telinga, pusar tampak kemerahan dan meluas ke kulit perut serta berbau
busuk.

E. DIAGNOSA

Diagnosis infeksi tidak mudah karena tanda khas seperti yang terdapat pada bayi sering kali tidak
ditemukan, diagnosis dapat dibuat dengan pengamatan yang cermat.

Diagnosis dini dapat dibuat apabila terdapat kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-
tanda permulaan infeksi umum.

Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri tetapi
lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal
tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan.
Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan
persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali diagnosis
didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu diagnosis dapat
ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.

Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak
menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada
terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum.
Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak
menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah,
hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.
Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau mungkin
tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba – tiba turun, pergerakan kurang,
muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus,
hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari
normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila
bayi itu ” Not Doing Well ” kemungkinan besar ia menderita infeksi.

F. PENATALAKSANAAN

Penanganan secara umum bayi yang mengalami infeksi, diantaranya adalah:

1. Mengatur tidur (semi fowler) agar sesak berkurang

2. Bila suhu tinggi lakukan kompres

3. Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit.

4. Apabila bayi muntah lakukan perawatan muntah yaitu tidur miring ke kiri atau ke kanan.

5. Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan

6. Rujuk segera

Pemberian antibiotik yang berlebihan dan tidak terarah dapat menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotik serta tumbuhnya jamur yang berlebihan seperti
candida albicans.

1. Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri sistemik, adalah sebagai berikut :

a. Lakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang

b. Lakukan penanganan gangguan pernafasan bila dijumpai gangguan pernafasan

c. Lakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi

d. Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun

e. Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler

f. Beri penjelasan ibu agar bayi tetap hangat

g. Lakukan rujukan segera.

2. Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri lokal berat, adalah sebagai berikut:

a. Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler

b. Berikan antiseptik lokal sesuai daerah yang terkena dan ajarkan ibu tentang pengobatan
berikut ini :

1) Cuci tangan sebelum mengobati


2) Bersihkan kedua mata tiga kali sehari dengan kapas atau kain basah dengan air hangat

3) Berikan salep/tetes mata tetrasiklin pada kedua mata

4) Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai kemerahan sembuh.

c. Pengobatan infeksi kulit atau pusar

1) Cuci tangan sebelum mengobati

2) Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati

3) Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering

4) Oleskan Gentian Violet 0,5% atau proviodin iodine atau salep yang mengandung neomisin dan
basitrasin

5) Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai kemerahan sembuh.

3. Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri lokal, adalah sebagai berikut :

a. Berikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoxilin dan ampisilin

b. Berikan penjelasan dan ajari ibu cara perawatan infeksi local

c. Lakukan asuhan dasar bayi muda

d. Berikan penjelasan kapan sebaiknya bayi dibawa ke petugas kesehatan

e. Berikan penjelasan kunjungan ulang setelah hari kedua.

G. MACAM-MACAM

Beragam infeksi bisa terjadi pada bayi baru lahir seperti herpes, toksoplasma, rubella, CMV,
hepatitis, eksim, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, infeksi kulit, infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) dan HIV/AIDS.

1. Herpes

Virus ini terdiri dari dua jenis yaitu herpes simpleks tipe 1 dan simpleks tipe 2. Herpes simpleks 1
umumnya menginfeksi di dalam dan di sekitar mulut. Sedangkan herpes simpleks 2 biasanya
menginfeksi daerah genital atau alat kelamin sehingga disebut juga herpes genitalis. Herpes genitalis
yang terjadi pada mulut rahim seringkali tanpa gejala klinis dan ini bukanlah ancaman ringan apalagi
bagi wanita hamil. Herpes simpleks 2 ini bisa mempengaruhi kondisi kehamilan maupun janinnya.
Bila penularan (transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan hal itu akan mengakibatkan terjadinya
abortus. Sedang pada trimester ke II akan mengakibatkan kelahiran prematur. Jika herpes mengenai
seorang ibu dan pada saat persalinan sedang kambuh maka akan beresiko menular kepada bayi yang
dilahirkannya.

Bayi yang lahir terkena infeksi akibatnya beragam mulai dari lesi hingga mikrosefali (kepala kecil)
atau hidrosefali (busung kepala), radang pada mata, radang otak (ensefalitis) serta erupsi kulit yang
menyeluruh. Jika bayi yang lahir dengan herpes bawaan ini tidak diobati maka kemungkinan 50-80 %
akan meninggal. Penularan pada bayi sebagian besar terjadi pada proses kelahiran yaitu kira-kira
90% selebihnya 5% pada janin melalui plasenta atau langsung mengenai fetus (janin) selebihnya 5%
infeksi HSV2 diperoleh sehabis masa persalinan. Kontak lama dengan cairan terinfeksi dapat
meningkatkan resiko bayi tertular.

Cara mengatasinya, infeksi herpes simpleks pada bayi yang baru lahir memang sangat
mengkhawatirkan dan memberikan prediksi akibat yang buruk bila tidak segera diobati. Untungnya
pengobatan selama ini mampu menurunkan angka kematian demikian juga mencegah progresivitas
penyakit berupa infeksi herpes pada susunan saraf pusat atau infeksi diseminata (penyebaran tubuh
kebagian tubuh lain). Tindakan terhadap bayi dari ibu penderita herpes genitalis dilakukan secara
beragam, diantaranya ada rumah sakit yang menganjurkan isolasi. Selanjutnya, pada bayi dilakukan
pemeriksaan kultur virus, fungsi hati dan cairan serebrospinalis (otak). Selain pengawasan ketat
selama bulan pertama kehidupannya.

2. Eksim susu

Keluhan gangguan kulit lain pada anak yang banyak ditemui adalah dermatitis atopik (eksim susu).
Penyakit eksim susu ini biasanya sangat gatal. Tampak dari seringnya bayi menggaruk, gelisah serta
rewel. Kulit terlihat kemerahan dan terdapat gelembung-gelembung kecil berisi cairan jernih. Bila
pecah akan tampak basah kemudian mengering dan menjadi koreng kekuningan atau kehitaman.

Eksim ini terdapat pada kulit daerah tertentu sesuai dengan usia anak. Misalnya pada bayi banyak
ditemukan di daerah pipi, sedangkan pada anak di daerah lekukan lengan dan kedua lekukan lutut.
Diluar daerah tersebut kulitnya kering dan bersisik. Penyebab penyakit ini sangat kompleks,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam tubuh yaitu faktor keturunan, maupun
lingkungan, misalnya debu, udara panas dan kelembaban. Karena itu perawatan kulit yang paling
penting adalah mencegah kulit agar jangan kering.

3. HIV

Janin yang dikandung ibunya dengan HIV beresiko besar terhadap infeksi virus yang sama.
Penularannya bisa melalui ari-ari. Saat keluar melalui jalan lahir atau terinfeksi dari susu ibunya.
Untuk mencegah penularan tersebut diperlukan pengawasan dan perlakuan khusus. Mulai dari
deteksi dini, tindakan operasi caesar, pemberian obat-obatan hingga mencegah memberikan ASI
kepada bayinya.

Adapun pemberian obat antiretroviral (ARV) pada bayi terinfeksi HIV di minggu pertama pasca
kelahiran akan memberikan peluang hidup lebih lama. Pemberian ARV sesegera mungkin membantu
menaikkan sistem imun yang lemah akibat serangan virus. Karena bayi yang positif terinfeksi HIV
tidak mampu mambangun sistem imun untuk ketahanan tubuh. Akibatnya apabila ada penyakit yang
menyerang bayi akan cepat sakit dan meninggal. Menurut penelitian bayi yang mendapat terapi ARV
akan mempunyai kesempatan hidup lebih lama.

4. Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorium adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir. Terjadi kurang dari 1% pada bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab 30% kematian pada
bayi baru lahir. Infeksi bakteri ini 5x lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2,75 kg dan 2x lebih sering menyerang bayi laki-laki.

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi
kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari
atau lebih, kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Penyebabnya adalah infeksi bakteri.

Beberapa kasus sepsis pada bayi baru lahir yang disebut dengan sepsis neonatorum dapat
disebabkan oleh faktor ibu. Mikroorganisme memasuki tubuh bayi melalui ibu selama kehamilan
atau proses kelahiran, seperti perdarahan, demam atau infeksi pada ibu, ketuban pecah lebih dari 12
jam sebelum persalinan, dan proses persalinan yang lama. Risiko terjadinya sepsis meningkat pada
kasus ketuban pecah sebelum waktunya dan perdarahan atau infeksi pada ibu.

H. PENCEGAHAN INFEKSI

Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir. Bayi
baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur. Oleh karena itu, akibat
kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan

Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi, ibu dan pemberi
perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu mencegah penyebaran infeksi.
Prinsip pencegahan infeksi yaitu:

1. Ada pemisahan di kamar bersalin antara bagian Septik dan Aseptik.

2. Di bangsal bayi baru lahir dipisahkan antara Partus Aseptik dan Septik

3. Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus Aseptik, setiap bayi harus mempunyai
tempat pakaian sendiri begitu pula termonoloa obat, dll. Incubator harus selalu dibersihkan lantai
ruangan setiap hari harus dibersihkan dengan Antiseptik.

4. Pemakaian antibiotic dengan indikasi jelas.

5. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.

6. Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.

7. Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.

8. Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.

9. Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau
desinfeksi instrumen dan peralatan.

10. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Fauziah, Afroh dan Sudarti. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
BAB I PENDAHULUAN A. latar belakang Kesehatan yang baik tergantung pada
lingkungan yang aman.Praktisiatau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan
infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari
penyakit.Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya
tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius,meningkatnya pajanan
terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur
invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut
daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik.Dengan cara mempraktikan teknik
pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran
mikroorganisme terhadap klien. B. Tujuan 1. Mengetahui definisi infeksi 2. Mengetahui
rantai dan proses infeksi 3. Mengetahui infeksi nosokomial C. Rumusan Masalah
Mengetahui lebih detail tentang infeksi BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Infeksi
merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal.(Potter & perry
.Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005) Infeksi merupakan infeksi dan
pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera
sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon
antigen-antibodi(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998) B. Rantai
Infeksi Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen –
elemen berikut : 1. Agen infeksius atau pertumbuhanm patogen 2. Tempat atau sumber
pertumbuhan patogen 3. Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut 4. Cara penularan 5.
Portal masuk pejamu 6. Pejamu yang rentan SKEMA RANTAI INFEKSI Agen infeksius
Pejamu Reservoar Portal masuk Portal keluar Cara penularan 1. Agen Infeksius Infeksi
terjadi akibat adanya mikroorganisme,termasuk bakteri,virus,jamur dan
protozoa.Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau
transien.Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,namun 10 –
20% mendiami lapisan epidermal.Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau kehidupan normal.
Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit
bergantung pada faktor – faktor berikut : a. Organisme dalam jumlah yang cukup b.
Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit c. Kemampuan untuk masuk dan
hidup dalam pejammu d. Pejamu yang rentan Beberapa agen yang dapat menyebabkan
infeksi,yaitu : 1) Bakteri Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh
manusia yang sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh
dari datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi
jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah terhadap
miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab
infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi secara
aparodik maupun endemik. Contohnya :anaerobik Gram–positif,Clostridium yang
menyebabkan gangren (a) Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi
parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan
infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika. (b) Bakteri
Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia
coli,Proteus,Klebsiella,Enterobacter.Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang
dirawat.Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi
di rumah sakit. (c) Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka
bekas jahitan,paru dan peritoneum. 2) Virus Banyak kemungkinan infeksi nosokomial
disebabkan oleh berbagai macam virus,termasuk virus hepatitis B dan C dengan media
penularan dari tranfusi,dialisis,suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus
(RSV),rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kon\tak tangan ke mulut atau
melalui rute faecal-oral.Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum
suntik,dan trasfusi darah.Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme
lainnya.Infeksi gastrointestinal,infeksi traktus respiratorius,penyakit kulit dan dari
darah.Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes simplex virus,dan varicella-zoster
virus,juga dapat ditularkan. 3) Parasit dan Jamur Beberapa parasit seperti Giardia
lamblia dapat dengan mudah menular ke orang dewasa maupun anak-anak.Banyak
jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
immunosupresan,contohnya infeksi dari Candida albicans,Aspergiilus spp,Cryptococcus
neformans,Cryptosporidium. 2. Reservoar Reservoar adalah tempat patogen mampu
bertahan hidup tetapi dapat atau tidak berkembang biak.Rservoir yang paling umum
adalah tubuh manusia.Berbagai mirroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga
tubuh,cairan dan keluaran.Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer
memerlukan lingkungan yang sesuai,termasuk makanan,oksigen,air,suhu yang
tepat,pHdan cahaya. a. Makanan,mikroorganisme memerlukan untuk hidup,seperti
Clostridium perfringens,mikroba yang menyebabkan gangren gas,berkembang pada
materi organik lain,seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak dicerna di
usus.Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida dan materi organik seperti
tanah. b. Oksigen,bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah Staphylococcus
aureus dan turunan organisme Streptococccus sedangkan bakteri anaerob berkembang
biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia oksigen bebas.Bakteri ini yang mampu
menyebabkan tetanus,gas gangrene dan botulisme. c. Air,kebanyakan mkroorganisme
membutuhkan air atau kelembaban untuik bertahan hidup.Dan ada juga beberapa
bakteri yang berubah bentuk,disebut dengan spora,yang resisten terhadap kekeringan.
d. Suhu,mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.Namun
beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang mungkin fatal bagi
manusia.Misalnya virus AIDS,resisten terhadap air mendidih. e. pH,keasaman suatu
lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu mikroorganisme.Kebanyakan
organisme lebih menyukai lingkungan dalam batasan pH 5-8. f. Cahaya,mikroorganisme
berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap seperti di bawah balutan dan dalam
rongga tubuh.Sinar ultra violet dapat eektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
3. Portal Keluar Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuktumbuh dan
berkembang biak,mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu
lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai
tempatm,seperti kulit dan membran mukosa,traktus respiratoris,traktus
urinarius,traktus gastrointestinal,traktus reproduktif dan darah. 4. Cara Penularan Ada
banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.Penyakit infeksius
tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara yang
spesifik.Namun,mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu
rute.Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi
layanan kesehatan,hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan
patogen.Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsuing dan memberi
pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik untuk meminimalkan
penyebaran infeksi. 5. Portal Masuk Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui
rute yang sama dengan yang digunakan untuk keluar.Misalnya,pada saat jarum yang
terkontaminasi mengenai kulit klien,organisme masuk ke dalam tubuh.Setiap obstruksi
aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra.Kesalahan pemakaian
balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan yang
tidak terlindungi.Faktor- faktor yang menurunkan daya tahabn tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh. 6. Hospes Rentan Seseorang terkena
infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada derajat ketahanan individu
terhadap patogen,meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme
dalam jumlah yang besar,infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan
terhadapjumlah mikroorganisme tersebut.Makin banyak virulen suatu mikroorganisme
makin besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut. C. Proses Infeksi Infeksi
terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung pada tingkat
infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu.Didalam proses infeksi
memiliki tahapan tertentu yaitu : 1. Periode Inkubasi Interfal antara masuknya patogen
dalam tubuh dan munculnya gejala utama. 2. Tahap Prodomal Interpal dari awitan
tanda gejala non spesifik(malaise,demam ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik
selama masa ini,mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu
menularkan ke orang lain. 3. Tahap Sakit Interpal saat klien memanifestasikan tanda
dan gejala yang lebih spesifik terhadap jenis infeksi. 4. Tahap Pemulihan Interpal saat
munculnya gejala akut infeksi ,lama penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi
dan keadaan umum kesehatan klien. D. Pertahanan Terhadap Infeksi Tubuh memiliki
pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu : 1. Flora Normal Flora normal tubuh dapat
melindungi seseorang terhadap beberapa patogen,normalnya tubuh mengandung
mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit,saliva,mukosa
oral,dan gastrointestinal. Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar
tanpa menyebabkan sakit.Flora normal juga mensekresi substansi antibakteri di dalam
usus. 2. Pertahanan Sistem Tubuh Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan
tubuh yang unik terhadap mikroorganisme.Setiap sistem organ memiliki mekanisme
pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.Misalnya
paru jalan masuk mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan seperti rambut atay silia yang
secara ritmis bergerak unruk memindahkan mukus dan organisme yang yang melekat di
faring untuk di ekshalasi. 3. Respon Imun Saat mikroorganisme menginvasi memasuki
tubuh,mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh monosit.Sisa
mikroorganisme tersebut kemudian memicu respon imun,materi yang tertinggal
(antigen) menyebabkan kerentanan respon yang mengubah susunan biologis tubuh
sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda dengan reaksi pertama ,respon yang
berubah ini dikenal dengan respon imun. E. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial
disebabkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas keperawatan
kesehatan,rumah sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin terdapat infeksi
karena populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten
terhadap antibiotik. Jenis infeksi nosokomial yaitu infeksi iantrogenik yang di akibatkan
oleh prosedur diagnostik dan terapiutik.Contohnya infeksi traktus urinarius yang terjadi
setelah infeksi kateter. Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen Infeksi
eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu,yang bukan
merupakan flora normal contohnya adalah organisme salmonella dan klostridiun tetani.
Infeksi endogen dapat terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi
pertumbuhan yang berlebihan. Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh
enterococcus,ragi dan streptococccus. F. PATOFISIOLOGI INFEKSI 1. Infeksi Penyakit
menular ok. Interaksi hospes & mikroba yg tjd secara kebetulan a. Faktor hospes pd
Infeksi 2. Syarat infeksi. organisme menular mampu : - melekat - menduduki -
memasuki hospes - berkembang biak a. Infeksi. Pd Kulit & Mukosa Orofaring b. Kulit à
pertahanan tubuh - Kulit utuh punya lapisan keratin/ lap tanduk Luka pada kulit infeksi
- Dekontaminasi - Flora normal 3. Pada lapisan Mulut dan faring ~ kulit a. Saluran
Pencernaan- Keasaman lambung àtdk sesuai utk mikroorganisme- Lambung cepat
memindahkan isinya ke usus.- Antibodi pada usus halus àbakteri sulit melekat pd
mukosa- Flora normal b. Saluran Pernafasan Epitel saluran pernafasan: - Mengeluarkan
mukosa - Mgd silia à mengeluarkan benda asing - Sawar Pertahanan lain - Saluran
kemih Epitel berlapis Desakan utuk mengeluarkan kemih - Konjungtiva Mekanis Lap.
Air mata 4. Radang Sebagai Pertahanan a. Faktor Jasad Renik Pada Infeksi b. Daya
Transmisi - Pemindahan secara langsung Misal : batuk, bersin, berciuman - Secara tidak
langsung mll udara, tanah Transfusi darah, jarum suntik mll serangga Daya invasi Utk
menimbulkan inf, jasad renik hrs mampu bertahan pd hospes o Kemampuan
menimbulkan penyakit - Eksotoksin yg larut à sirkulasi à perubahan fisiologis - Bakteri
gram (-) mgd endotoksin à ??? à demam 5. Cara Interaksi Hospes & Jasad Renik a.
Komensalisme Hospes & agen menular tidak saling menyerang b. Mutualisme Interaksi
tsb menguntungkan keduanya 6. Infeksi Oportunistik Organisme yg tidak berpengaruh
pd individu sehat àlingk. Salah àpenyakit Contoh: a. Pd RS à pend. Ggn gizi à inf. b.
Lekemi c. Kortikosteroid. dll G. TANDA- TANDA GEJALA INFEKSI Apa Saja Tanda-
tanda dan Gejala Infeksi Gejala dan Tanda-tanda Infeksi - Luka sangat rentan terhadap
infeksi baik dari virus, bakteri maupun jamur. Namun terkadang kita tidak menyadari
kapan infeksi mulai terjadi pada luka sehingga setelah infeksi sudah sangat parah kita
baru tahu karena menimbulkan masalah kesehatan sehingga kita harus merogoh uang
lebih banyak untuk mengobatinya. Untuk itu kita perlu mengetahui gejala atau tanda-
tanda awal dari infeksi yaitu dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa. Wah... apaan
tu ? Mari kita bahas satu-satu. Dolor Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada
jaringan yang mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi
mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan
bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal [patologis] jadi jangan abaikan
rasa nyeri karena mungkin saja itu sesuatu yang berbahaya. Kalor Kalor adalah rasa
panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa panas. Ini terjadi karena tubuh
mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk
mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.
Tumor Tumor dalam kontek gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti yang umum
dibicarakan tapi pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan mengalami
pembengkakan karena peningkatan permeabilitas sel dan peningkatan aliran darah.
Rubor Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi karena
peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbulkan warna kemerahan.
Fungsio Laesa Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami
infeksi. Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi
dengan baik seperti sulit berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan. Jika infeksi sudah
cukup lama maka akan timbuh nanah [pes]. Nanah terbentuk karena "perang" anatara
antibody dengan antigen sehingga timbullah nanah, jika ditenggorokan disebut dahak
[batuk berdahak]. Dengan pemeriksaan nanah/dahak ini kita bisa mengetahui jenis
antigen yang menyebabkan infeksi. Bagaimana jelaskan apa saja tanda-tanda infeksi -
Gejala dan Tanda-tanda Infeksi. BAB IIII PENUTUP KESIMPULAN 1. Faktor- faktor
yang menyebabkan perkembangan infeksi tergantung dari agen yang menginfeksi,
respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan faktor alat. 2.
Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada: karakteristik
mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan
banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh: Umur,
status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang
menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid, intervensi yang dilakukan
pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh
padatnya kondisi rumah sakit, banyaknya pasien yang keluar masuk, penggabungan
kamar pasien yang terkena infeksi dengan pengguna obat-obat immunosupresan,
kontaminasi benda, alat, dan materi yang sering digunakan tidak hanya pada satu orang
pasien. Resistensi Antibiotika disebabkan karena: Penggunaan antibiotika yang tidak
sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan
menggunakan antibiotika yang terlalu singkat, dan kesalahan diagnosa. Faktor alat,
dipengaruhi oleh pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti.
DAFTAR PUSTAKA Iriyanto, koes .2006. Mikrobiologi. Margahayu Permai Bandung.hal
109-120 Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and
Practice. St.LouisMosby:1996. Pohan, HT. Current Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine. Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta;2004. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta; 2001. http://nirwan-anwarcom.blogspot.com/2009/04/patofisiologi-
infeksi.html
PENGENDALIAN INFEKSI
POSTED ON 15.43 BY ADMIN | 1 COMMENT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk
mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit.
Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap
mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap
banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat
menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
1.2 Tujuan
• Mengetahui definisi infeksi
• Mengetahui rantai dan proses infeksi
• Mengetahui infeksi nosokomial

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi
juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter
& perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan
cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi
(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
2.2 Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut :
• Agen infeksius atau pertumbuhan patogen
• Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
• Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
Cara penularan:
• Portal masuk pejamu
• Pejamu yang rentan

Cara penularan
A. Agen Infeksius
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme, termasuk bakteri,virus,jamur dan protozoa. Mikroorganisme di
kulit dapat merupakan flora residen atau transien. Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit
superfisial, namun 10 – 20% mendiami lapisan epidermal. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau kehidupan normal.
Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit bergantung pada faktor – faktor
berikut :
• Organisme dalam jumlah yang cukup
• Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
• Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
• Pejamu yang rentan

Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :


1. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.Keberadaan bakteri disini sangat
penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah terhadap miikrooorganisme.Contohnya Escherechia
coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi secara aparodik maupun endemik. Contohnya
:anaerobik Gram–positif,Clostridium yang menyebabkan gangren
• Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan
gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap
antibiotika.
• Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter.
Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif  ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
• Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan,paru dan peritoneum.
2. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis  B
dan C dengan media penularan dari tranfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus
(RSV), rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral.
Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan trasfusi darah. Rute penularan untuk virus
sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan
dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza
virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
3. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan mudah menular ke orang dewasa maupun anak-
anak.Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan immunosupresan,
contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergiilus spp, Cryptococcus neformans, Cryptosporidium.
B. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak berkembang biak. Reservoir
yang paling umum adalah tubuh manusia.Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh,
cairan dan keluaran. Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer memerlukan lingkungan yang
sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH dan cahaya.
• Makanan. Mikroorganisme memerlukan untuk hidup, seperti Clostridium perfringens, mikroba yang
menyebabkan gangren gas, berkembang pada materi organik lain, seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang
tidak dicerna di usus. Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida dan materi organik seperti tanah.
• Oksigen. Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan multiplikasi secukupnya untuk
menyebabkan sakit.Contohnya adalah Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococccus sedangkan
bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia oksigen bebas. Bakteri ini yang mampu
menyebabkan tetanus,gas gangrene dan botulisme.
• Air. Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembaban untuk bertahan hidup. Dan ada juga
beberapa bakteri yang berubah bentuk, disebut dengan spora, yang resisten terhadap kekeringan.
• Suhu. Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu. Namun beberapa dapat hidup dalam
temperatur yan g ekstrem yang mungkin fatal bagi manusia. Misalnya virus AIDS, resisten terhadap air
mendidih.
• pH. Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu mikroorganisme. Kebanyakan
organisme lebih menyukai lingkungan dalam batasan pH 5-8.
• Cahaya. Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap seperti di bawah balutan dan dalam
rongga tubuh. Sinar ultra violet dapat efektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
C. Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus menemukan
jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar
melalui berbagai tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus respiratoris, traktus urinarius, traktus
gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah.
D. Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu. Penyakit infeksius tertentu cenderung
ditularkan secara lebih umum melalui cara yang spesifik. Namun, mikroorganisme yang sama dapat ditularkan
melalui satu rute. Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan
kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen. Semua personel rumah
sakit yang memberi asuhan langsung dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti
praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
E. Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang digunakan untuk keluar.
Misalnya,pada saat jarum yang terkontaminasi mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap
obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra. Kesalahan pemakaian balutan steril
pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi. Faktor- faktor yang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
F. Hospes Rentan
Seseorang terkena  infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada derajat ketahanan individu
terhadap patogen, meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar,
infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah mikroorganisme tersebut. Makin banyak
virulen suatu mikroorganisme makin besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut.
2.3 Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif, berat ringannya penyakit klien tergantung pada tingkat infeksi, patogenesitas
mikroorganisme dan kerentanan pejamu. Didalam proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
• Periode Inkubasi
Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala utama.
• Tahap Prodomal
Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik
selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
• Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik terhadap jenis infeksi.
• Tahap Pemulihan
Interpal saat munculnya gejala akut infeksi, lama penyembuhannya tergantung pada beratnya infeksi dan
keadaan umum kesehatan klien.

2.4 Pertahanan Terhadap Infeksi


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu :
• Flora Normal
Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap beberapa patogen, normalnya tubuh mengandung
mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral, dan gastrointestinal.
Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar tanpa menyebabkan sakit. Flora normal juga
mensekresi substansi antibakteri di dalam usus.
• Pertahanan Sistem Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan tubuh yang unik terhadap mikroorganisme. Setiap sistem
organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.
Misalnya paru jalan masuk mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan seperti rambut atau silia yang secara ritmis
bergerak unruk memindahkan mukus dan organisme yang yang melekat di faring untuk di ekshalasi.
• Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskuler dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrient ke
jaringan interstisial ke daerah cedera.  Proses tersebut mampu menetralisasi dan mengerliminasi patogen atau
jaringan mati dan memulai cara perbaikan sel dan jaringan tubuh.
• Respon Imun
Saat mikroorganisme menginvasi memasuki tubuh, mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh
monosit. Sisa mikroorganisme tersebut kemudian memicu respon imun, materi yang tertinggal (antigen)
menyebabkan kerentanan respon yang mengubah susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan
berikutnya berbeda dengan reaksi pertama, respon yang berubah ini dikenal dengan respon imun.

2.5 Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial disebabkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas keperawatan kesehatan, rumah
sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin terdapat infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi
dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik.
Jenis infeksi nosokomial yaitu infeksi iantrogenik yang di akibatkan oleh prosedur diagnostik dan
terapeutik.Contohnya infeksi traktus urinarius yang terjadi setelah infeksi kateter.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal
terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal contohnya adalah organisme salmonella dan klostridiun
tetani. Infeksi endogen dapat terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang
berlebihan. Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterococcus, ragi dan streptococccus.
http://bayuardinugroho.blogspot.com/2011/05/makalah-infeksi.html
http://makalahselamakuliah.blogspot.com/2011/11/mikrobiologi-dan-parasitologi.html

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien yang beresiko terinfeksi atau
telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaiman terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi
dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan
parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut secara keseluruhan.
Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi
atau tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besaar bagi dunia kesehatan, dengan
ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar.  Bahwa terbukti untuk mencegah
atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu
proses penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas tentang bagaimana
penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini. Juga bagaimana aplikasinya dalam keseharian dunia
keperawatan.

1.2  Tujuan
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kami menyimpulkan beberapa tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah:
•         Bagaimana konsep steril dan desinfeksi digunakan.
•         Mempelajari pengertian, tujuan maupun macam-macam tekhnik sterilisasi dan desinfeksi
•         Mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang sterilisasi dan desinfeksi.
•         Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata ajar mikrobiologi dan parasitologi

1.3  Sistematika Penulisan

•               Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi


•               Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi
•               Macam-macam sterilisasi
•               Macam-macam desinfeksi
•               Perbedaan antara Sterilisasi dan Desinfeksi
•               Aplikasi sterilisasi dan desinfeksi dalam keseharian dunia kesehatan dan keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi
A.    Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain) dari mikroorganisme
yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan
sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun
bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada
bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk
menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi
ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Steralisasi juga dikatakan
sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang terdapat pada alat
perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis
sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi
ionnisasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:
a.    Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b.    Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan jenis
pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan  sterilisasi.
c.    Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d.   Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e.    Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f.     Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan
steralisasi ulang.

B.     Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan
yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik
adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang
desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-
bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut
kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh
virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derifat fenol
atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan
diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan
basah untuk waktu 10 menit.
Kriteria desinfeksi yang ideal:
ü  Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
ü  Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
ü  Tidak toksik pada hewan dan manusia
ü  Tidak bersifat korosif
ü  Tidak berwarna dan meninggalkan noda
ü  Tidak berbau/ baunya disenangi
ü  Bersifat biodegradable/ mudah diurai
ü  Larutan stabil
ü  Mudah digunakan dan ekonomis
ü  Aktivitas berspektrum luas

2.2 Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi


Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah
 Mencegah terjadinya infeksi
 Mencegah makanan menjadi rusak
 Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
 Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.

2.3  Macam-Macam Sterilisasi


Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi:
1.             Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik
2.             Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
•         Pemanasan
      Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum,
pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaanya.
      Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang
terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilaln
tergnatung dengan waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka
sterilisasipun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
      Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan
metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik disinfeksi termurah Waktu 15 menit setelah air mendidih
Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini: Clostridium perfingens dan Cl. botulinum
      Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs, apabila
sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf berfungsi dengan baik digunakan
Bacillus stearothermophilus Bila media yang telah distrerilkan. diinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila
selama 7 hari: Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan
antara suhu dan tekanan dalam autoklaf
•         Pasteurisasi: Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh kuman: tbc,
brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari sapi/pemerah)
dengan Suhu 65 C/ 30 menit

•         Penyinaran dengan sinar UV


Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang
menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi
biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
-          Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
-          Daya kerja absorbsi as. Nukleat
-          Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
-          Kelemahan penetrasi lemah

•         Sinar Gamma Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif Sering digunakan pada sterilisasi bahan makanan,
terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan  Bahan disposable: alat suntikan cawan
petri dpt distrelkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”

3.  Sterilisasi dengan Cara Kimia


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
• Rongga (space)
• Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
• Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
• Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
• Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah menguap
• Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan disinfekstan
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:
1. Jenis bahan yang digunakan
2. Konsentrasi bahan kimia
3. Sifat Kuman
4. pH
5. Suhu
Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi
Alkohol
- Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
- Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi  membran sel rusak & enzim tdk aktif
Halogen
- Mengoksidasi protein kuman
Yodium
- Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit
- Efektif terhadap berbagai protozoa
Klorin
- Memiliki warna khas dan bau tajam
- Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
Fenol (as. Karbol)
- Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan permukaan
- Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
Peroksida (H2O2)
- Efektif dan nontoksid
- Molekulnya tidak stabil
- Menginaktif enzim mikroba
Gas Etilen Oksida
- Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik
2.4 Macam-macam Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan
yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup,
sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau
sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-
bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam desinfektan yang digunakan:
1.      Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan
aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak
menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa
meninggalkan efek sisa.
2.      Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam
bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk
mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan
kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi
kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam
waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
3.      Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai
antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub),
0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi
lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit
dan salivary mucus.
4.      Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun
murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik
(misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5.      Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh
karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena
sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6.      Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya
rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut
kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh
virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derivate fenol
atau sodium hipokrit :
•         Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan akuades.
Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
•         Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan perbandingan 1 : 32
dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
•         Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100,
harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif, terutama
untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan
seperti kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan
tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10
menit.

Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain


1.Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yangkecil saja dapat membunuh
bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudahsekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam
dari logam berat itumudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahalharganya.
Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya
untuk tubuh manusia lazimnya kita pakaimerkurokrom, metafen atau mertiolat.

2.Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis.Daya kerja ini biasanya selektif
terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapakhamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung
pada konsentrasi zatpewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein
ataumengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain
yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3.Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengankapur atau dengan natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untukmencuci alat-alat makan dan minum.
4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau
kreolin lebih baikkhasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabundengan kresol;
lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektanyang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol.
Seringkali orang mencampurkanbau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

5.Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi jugabeberapa senyawa yang dikenal
sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida,dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen inimenimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itudigunakan terutama
sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol(kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada
kulit, tetapi konsentrasiyang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.

6.Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzylalcohol juga antiseptic.
Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efekpreservatifnya (sebagai pengawet).
7.Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agenini sangat efektif di daerah
tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalamlarutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8.Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuhbakteri, spora, jamur dan virus
yang sangat efektif. Sifat penting yang membuatsenyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untukmenembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yangtidak
tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersialuntuk mensterilkan tong-tong rempah-
rempah tanpa membuka tong tersebut.Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah
sebagianbesar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.

9.Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannyamengoksidasi. Agen ini sangat
tidak stabil tetapi sering digunakan dalampembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya
kemungkinandimasuki organisme aerob.

10.Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen inimematikan spora dalam
konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yangdiperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya
cepat, ini diperlukan,karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepatuntuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapatbetapropiolakton yang tersisa.

11.Senyawa Amonium Kuaterner


Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennyamengandung karbon, terikat secara
kovalen pada atom nitrogen.
2.5     Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-lain) dari
mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen. Atau bisa juga
dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative
maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara
fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki perbedaan yang khas,
walaupun tetap memiliki tujuan yang sama.  Namun sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi
secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.

2.6  Aplikasi Sterilisasi Dan Desinfeksi Dalam Keseharian Dunia Kesehatan Dan Keperawatan
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikrobayang dilakukan
dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran
dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi
cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain menggunakan teknik steril
pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
•         Mengisap jalan napas pasien
•         Memasukkan kateter urinarius
•         Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi engan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin atau kemasan terbuka tempat
bahan-bahan steri dikemas.
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan
serta desterilkan. Hasil prose ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual dalam keadaan steril dan
sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan masker, tidak saja mengurangi waktu yang diperlukan
untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran
patogen melalui infeksi silang.
• Sanitasi lingkungan rumah sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh mikrobe dari permukaan.
Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran, dilakukan pengambilan contoh
mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan. Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya pertumbuhan
mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para
petugas yang baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasu pergeseran dan penggsokan,
serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali bila spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan.
Agar efektif, desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu. Penggunaan
desinfektan, misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar. Kain pel harus di cuci dan di
keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali
di gunakan untuk membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian,
maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah dicapai.
• Universal Precaution
 pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .Berlaku universal ,tidak
memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu status infeksinya. Setiap tenaga medis harus
menyadari bahwa semua pasien berpotensi menularkan berbagai penyakit.
• Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang mendarah daging bagi tenaga
kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai
sarung tangan atau yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan prosedur invasive, ataupun
bedah. Seperti:
1.      Gown/barakschort :
2.      Masker :
3.      Sarung Tangan
4.      Kaca mata pelindung/goggles
• Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak berdekatan dengan limbah atau
sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi arang.
• Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
Desinfekatan :
a. Aseptik/Asepsis :
- Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya
mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi.
- Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan
dapat dengan aman digunakan.
b. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh lainnya dengan
menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan
merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimia
Sterilisasi :
Upaya  pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg dilakukan di RS melalui proses
fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau
radiasi.
•         Pemprosesan Alat
a.Dekontaminasi :
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan dari tindakan ini
dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih
medis sebelum pencucian berlangsung.
b.Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda
mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek
tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air
bersih dan mengeringkannya.
c.Sterilisasi/DTT

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
2. beberapa tujuan sterilisasi dan desinfeksi: Mencegah terjadinya infeksi Mencegah makanan menjadi rusak
Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg
dipakai dalam melakukan biakan murni.
3.  sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Adapun desinfeksi dapat
dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.
3.2 Saran
1. sterilisasi apabila dilakukan secara baik dan sempurna makan akan menjamin keselamatan kerja dan
berkurangnya resiko terpapar mikroorganisme. Dan dapat juga dilakukan untuk mencegah ataupun
mengendalikan infeksi.
2. semoga tulisan kami ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam proses pembelajaran mata kuliah
mikrobiologi dan parasitologi.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan
Mikrobiologi kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994
Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.
Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Ester, Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC
INFEKSI KULIT

OLEH:

KELOMPOK 1

MUTMAINNAH BASRI

STIKPER GUNUNG SARI MAKASSAR

T.A 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan Kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan
rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga Tugas INFEKSI KULIT dapat
terselesaikan, semoga Allah SWT memberikan manfaat bagi yang para pembaca.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah
membimbing kita kepada kebaikan dunia dan akhirat dan semoga terlimpahkan pula
kepada para keluarga dan sahabat Beliau yang senantiasa berjuang untuk menegakkan
ajaran Islam. Makalah Antropologi Kesehatan ini disusun untuk memenuhi tugas dari
Abd. Rahim selaku dosen mata kuliah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu. Dengan hati terbuka
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan selanjutnya.

Makassar,28 April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................3

A. Pengertian..............................................................................3

B. Penyakit Cellulitis..................................................................3

C. Penyakit Acne Vugularis.......................................................9

BAB III. PENUTUP...............................................................................................13

A. KESIMPULAN...................................................................13

B. SARAN...............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari
segala usia. Sebagian besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk
menunjukkan efek. Masalahnya menjadi lebih mencemaskan jika penyakit tidak
merespon terhadap pengobatan. Tidak banyak statistik yang membuktikan bahwa
frekuensi yang tepat dari penyakit kulit, namun kesan umum sekitar 10-20 persen
pasien mencari nasehat medis jika menderita penyakit pada kulit. Matahari adalah salah
satu sumber yang paling menonjol dari kanker kulit dan trauma terkait.

Penyakit kulit untuk sebagian orang terutama wanita akan menghasilkan kesengsaraan,
penderitaan, ketidakmampuan sampai kerugian ekonomi. Selain itu, mereka
menganggap cacat besar dalam masyarakat. Namun akibat kemajuan teknologi dan
perkembangan ilmu kedokteran bekas luka kulit dapat berhasil dilepas dengan
perencanaan plastik, terapi laser, pencangkokan kulit dan lain sebagainya.

Cellulitis adalah infeksi umum pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit. Hal ini
terjadi ketika bakteri menyerang kulit yang rusak atau normal dan mulai menyebar di
bawah kulit dan ke dalam jaringan lunak. Hal ini menyebabkan infeksi dan peradangan.
Peradangan merupakan sebuah proses di mana tubuh bereaksi terhadap bakteri.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari infeksi kulit?

2. Apakah Jenis penyakit yang terjadi pada infeksi kulit?

3. Bagaimanakah pengklarifikasian jenis penyakit Pada infeksi kulit?

4. Bagaimanakah cara penanganan penyakit tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat memabantu pembaca mengetahui apakah infeksi kulit itu.

2. Dapat membantu pembaca mengetahui penyakit yang terjadi pada infeksi kulit.

3. Dapat membantu mengetahui jenis penyakit infeksi kulit.

4. Dapat membantu mengetahui cara pencegahan infeksi kulit.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

http://4.bp.blogspot.com/_TqZsR17bc7k/SxWjdyqFLKI/AAAAAAAABrU/1YuJKf_3Nn
M/s1600/atopicDermatitisEczema_3306_lg.jpgInfeksi adalah suatu penyakit akibat
dari masuknya kuman pathogen atau mikroorganisme lain ke dalam tubuh atau pada
tubuh sehingga menimbulkan gejala.

Infeksi kulit adalah Suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada kulit yang di
sebabkan akibat adanya kuman bakteri, virus, maupun parasit maupun jamur. Penyakit
kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala
usia.

Adapun jenis penyakit yang terjadi akibat infeksi pada kulit seperti Cellulitis, Acne
vulgaris, impetiglosio, pediculosis, dan sebagainya. Namun pada materi ini kami
membahas 2 jenis penyakit yaitu cellulitis dan acne vulgaris.

B. Penyakit Cellulitis

1. Pengertian

Selulitis (inggris : cellulitis) adalah infeksi umum pada kulit dan jaringan lunak di bawah
kulit. Hal ini terjadi ketika bakteri menyerang kulit yang rusak atau normal dan mulai
menyebar di bawah kulit dan ke dalam jaringan lunak.

Hal ini menyebabkan infeksi dan peradangan. Peradangan merupakan sebuah proses di
mana tubuh bereaksi terhadap bakteri. Peradangan dapat menyebabkan pembengkakan,
kemerahan, nyeri, dan / atau terasa hangat pada perabaan.

Setiap orang memiliki risiko mengalami selulitis teruatama bagi mereka dengan trauma
pada kulit atau masalah medis lainnya seperti :

· Diabetes / kencing manis

· http://2.bp.blogspot.com/-
BCIZTDbpLTo/T7g1vqa6_CI/AAAAAAAABXw/ImCY9mN3lRw/s1600/2012-05-
20_010232.pngPeredaran darah yang kurang lancar yakni kurangnya pasokan darah ke
tungkai, aliran balik vena dan drainase limfatik yang terhambat, seperti pada varises.

· Penyakit hati seperti hepatitis kronis atau sirosis

· Gangguan kulit seperti eksim, psoriasis, penyakit menular yang menyebabkan lesi
kulit seperti cacar air , atau jerawat yang parah.
2. Patofisiologi dan etiologi

Selulitis adalah peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari
infeksi umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari luka terbuka,
seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit. Hal ini paling sering
terjadi pada ekstremitas, terutama kaki bagian bawah.

Description: selulitis disekitar telingaDescription: Selulitis pada tanganBakteri


streptokokus atau stafilokokus atau bakteri lainnya. Dalam

keadaan normal kulit memiliki berbagai jenis bakteri, tetapi kulit yang utuh merupakan
penghalang yang efektif untuk mencegah masuknya bakteri dan mencegah pertumbuhan
bakteri di dalam tubuh.

Kondisi-kondisi yang berisko terjadinya infeksi meupakan faktor penyebab dari selulitis
ini, diantaranya:

a. Cedera yang menembus kulit

b. Infeksi yang berhubungan dengan prosedur pembedahan

c. Perlukaan atau lesi kulit yang kronis seperti eksim dan psoriasis

d. Benda asing di kulit

e. Infeksi tulang di bawah kulit

f. Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, gigitan manusia

g. Luka di kulit

h. Riwayat penyakit pembuluh darah perifer, diabetes

i. Baru menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi

j. Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid.

3. Tanda Dan Gejala

Tanda awal dari selulitis adalah area lokal peradangan yang mungkin menjadi lebih
umum jika tidak ditangani dengan baik. Manifestasi klinis umum termasuk kehangatan,
kemerahan, edema lokal, nyeri, demam, dan limfadenopati. Ini dapat dilihat dalam
setiap bidang luka terbuka, dengan trauma kulit, dan di kaki bagian bawah. Infeksi dapat
memperburuk cepat jika tidak ditangani dengan baik.

Infeksi paling sering ditemukan di tungkai dan seringkali berawal dari:

- kerusakan kulit akibat cedera ringan

- luka terbuka di kulit

- infeksi jamur diantara jari-jari kaki.

Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit
muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.

Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.

Gejala lainnya adalah:

- demam

- menggigil

- sakit kepala

- nyeri otot

- tidak enak badan.

4. Penegakan Diagnosis Selulitis

a. segera periksakan diri ke dokter.

b. periksa darah,untuk memeriksa apakah jumlah sel darah putih meningkat. hal ini
menunjukkan infeksi yang cukup parah.

c. Lakukan pemeriksaan rontseng / X-ray jika ada kecurigaan benda asing dalam
kulit sebagai penyebabnya atau untuk mengetahui apakah tulang di bawahnya telah
terinfeksi.

d. mengambil cairan nanah dari daerah yang terkena dengan jarum dan mengirim
cairan ke laboratorium kultur bakteri dan uji resistensi.

5. Pengobatan Selulitis

a. Perawatan Selulitis di rumah :

1. Istirahatkan area tubuh yang terlibat.

2. Tinggikan area tubuh yang terlibat. Ini akan membantu mengurangi


pembengkakan dan meringankan ketidaknyamanan.
3. Gunakan penghilang rasa sakit seperti acetaminophen (Paracetamol) atau
ibuprofen. Hal ini akan mengurangi rasa sakit serta membantu menurunkan demam.

b. Perawatan Medis Selulitis :

Jika infeksi tidak terlalu parah, bisa rawat jalan saja. Dokter akan memberikan resep
untuk antibiotik yang dapat diminum sekitar satu minggu sampai 10 hari.

Jangan menghentikan obat begitu saja, tanpa petunjuk dari dokter.

Antibiotik akan diberikan secara suntikan ke otot (intramuskular) ataupun ke pembuluh


darah melalui infus (intravena / IV) sehingga harus rawat inap yaitu pada kondisi :

1.Jika infeksi parah.

2. Jika Anda memiliki masalah medis lainnya

3. Jika Anda sangat muda atau sangat tua

4. Jika selulitis melibatkan daerah yang luas atau daerah yang dekat dengan struktur
penting, misalnya, infeksi di sekitar rongga mata.

5. Jika infeksi memburuk atau tak kunjung sembuh setelah minum antibiotik selama
dua sampai tiga hari

Respon terhadap antibiotik biasanya akan terlihat dalam dua sampai tiga hari dan mulai
menunjukkan peningkatan. Dalam kasus yang jarang terjadi, selulitis dapat berkembang
menjadi penyakit yang serius, dimana infeksi menyebar melalui aliran darah. Beberapa
bentuk selulitis parah mungkin memerlukan operasi dan meninggalkan bekas jaringan
parut.

6. Pencegahan

a. Hindari kerusakan kulit pada saat bekerja atau berolah raga dengan menggunakan
perlengkapan yang tepat.

b. Bersihkan setiap luka di kulit.

c. Menjaga kesehatan tubuh dan mengendalikan penyakit menahun.

C. Penyakit Acne Vugularis

1. Pengertian

Acne vulgaris adalah gangguan infeksi pada kulit yang umumnya dari kelenjar-kelenjar
sebaceous dan folikel rambut mereka yang biasanya terjadi pada wajah, dada, punggung
atas, dan bahu.

2. Patogisiologi dan etiologi


Penyebab paling umum adalah perubahan hormon selama masa pubertas. Kelenjar
sebaceous berada di bawah kendali endokrin, terutama androgen. Stimulasi androgen
(misalnya, selama masa remaja atau siklus menstruasi) pada gilirannya merangsang
kelenjar sebaceous untuk meningkatkan produksi sebum. Ini, bersama dengan obstruksi
bertahap dari duet pilosebaceous dengan puing-puing akumulasi, pecah kelenjar
sebaceous, yang menyebabkan reaksi inflamasi yang dapat menyebabkan papula,
pustula, nodul, dan kista. Jerawat terjadi ketika saluran-saluran melalui mana sebum ini
mengalir menjadi terhubung.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya dan tingkat keparahan jerawat


termasuk kecenderungan turun-temurun, stres, dan iritasi eksternal seperti sabun atau
kosmetik. Hal ini tidak berhubungan dengan diet, cokelat, aktivitas seksual, atau
berdosa.

3. Tanda dan Gejala

Lesi awal yang disebut komedo. Komedo tertutup atau whiteheads, adalah papula putih
kecil dengan bukaan folikel kecil. Ini mungkin akhirnya menjadi komedo terbuka, atau
komedo. Warna tidak disebabkan oleh kotoran tetapi oleh lipid dan pigmen melanin.
Jaringan parut terjadi sebagai akibat dari peradangan kulit yang signifikan, memetik
dapat memperburuk peradangan dan menyebabkan lebih lanjut jaringan parut.
Peradangan yang dihasilkan dapat menyebabkan papula, pustula, nodul.

4. Pencegahan

Acne vulagaris terjadi terlepas dari intervensi, namun, intervensi tertentu dapat
mengurangi keparahan atau mencegah komplikasi. Menghindari "memilih" jerawat
mencegah peradangan lebih lanjut dan jaringan parut. Pasien harus menghindari
mencuci berlebihan, iritasi, dan abrasive.

5. Pengobatan

Pengobatan membantu mencegah lesi baru dan membantu lesi kontrol saat ini. Agen
topikal yang efektif meliputi benzoil peroksida (Desquam-X; Benzagel), yang merupakan
agen antibakteri yang dapat membantu mencegah penyumbatan pori-pori.

antibiotik (eritromisin, tetrasiklin) untuk membunuh bakteri dalam folikel, dan vitamin
A asam (Retin-A, tretinoin) untuk colokan melonggarkan pori dan mencegah terjadinya
komedo baru. Agen topikal dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi. Mungkin
diperlukan 3-6 minggu sebelum perbaikan terlihat.

Semua agen topikal harus diterapkan dengan tangan yang bersih untuk jerawat-daerah
rawan, tidak hanya di mana jerawat terjadi. Mereka harus diterapkan pada kulit kering.
Obat-obatan tidak harus diterapkan dekat mata, lipatan nasolabial, atau pendatang dari
mulut karena potensi iritasi. Jika pasien memerintahkan kombinasi dari agen topikal,
kecuali kontraindikasi, tretinoin yang digunakan pada malam hari dan yang lain pada
pagi atau sore hari. Tretinoin dapat dinetralkan jika dicampur langsung dengan agen
lainnya. Pasien harus berhati-hati dengan paparan sinar matahari atau saat
menggunakan tretinoin sunlamp. Juga, mengingatkan pasien yang mungkin perlu untuk
melanjutkan perawatan bahkan setelah membersihkan kulit.

Antibiotik sistemik (jangka panjang, dosis rendah) dan isotretinoin (Accutane) biasanya
disediakan untuk kasus yang parah jerawat, pasien harus dipantau untuk efek samping.
Terapi estrogen (kontrasepsi oral) mungkin juga akan diresepkan untuk wanita muda,
namun risiko sering lebih besar daripada manfaatnya. Perempuan harus menyadari
bahwa beberapa antibiotik mengurangi efektivitas kontrasepsi oral. Kortikosteroid
sistemik kadang-kadang mungkin diresepkan untuk jerawat nodular parah, tetapi
mereka berhubungan dengan efek samping yang parah.

Perawatan medis lainnya termasuk ekstraksi komedo, suntikan intralesi kortikosteroid,


cryosurgery (pembekuan dengan nitrogen cair), mengupas ringan (sinar UV, karbon
dioksida, nitrogen cair, asam ringan), dermabrasi (kupas kimia dalam), eksisi bekas
luka, dan injeksi fibrin atau kolagen di bawah bekas luka. Perawatan ini tergantung pada
preferensi keparahan, umur, kondisi, dan dokter dan pasien.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi kulit adalah Suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada kulit yang di
sebabkan akibat adanya kuman bakteri, virus, maupun parasit maupun jamur. Penyakit
kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada orang-orang dari segala
usia.

Selulitis (inggris : cellulitis) adalah infeksi umum pada kulit dan jaringan lunak di bawah
kulit.
Acne vulgaris adalah gangguan infeksi pada kulit yang umumnya dari kelenjar-kelenjar
sebaceous dan folikel rambut mereka yang biasanya terjadi pada wajah, dada, punggung
atas, dan bahu.

B. Saran

Saran kami dalam materi yang kami buat, agar infeksi kulit sangatlah di perhatikan
dalam melakukan sesuatu di kehidupan sehari – hari kita.

Kurangnya kesadaran manusia sangat membantu dalam peningkatan penyakit jadi kami
sangat mengharapkan kesadaran manusia dalam mencegah terjadinya infeksi pada kulit.
Saran dan kritik sangat diharapkan dalam menyempurnakan makalah ini.

13

www.infeksi kulit.com

DAFTAR PUSTAKA

http://susanblogs18.blogspot.com/2012/11/makalah-lengkap-keperawatan-
infeksi.html#ixzz2MhmuQ8YF

Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and Practice.
St.LouisMosby:1996

Anda mungkin juga menyukai