Anda di halaman 1dari 18

Makalah Mendeteksi Kehamilan Ganda dan Kelainan Air Ketuban

Disusun untuk memenuhi tugas SCL mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal I

Dosen Pembimbing : Cucu Santikawati, SST

Disusun oleh:

Tiara Oktaviani 018.201.1.030

Widia Nur Pratiwi 018.201.1.034

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA SUBANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI D3 KEBIDANAN

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji hanya bagi-Nya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan
juga kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

puji  syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah-Nya. Sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar tepat pada waktunya.

Makalah dengan judul “Kehamilan Ganda Dan Kelainan Air Ketuban” sebagai
tugas mata kuliah Asuhan kebidanan kegawatdaruratan matenal dan neonatal 1.

Dalam penulisan makalah ini kami bayak menerima bantuan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ,kami tidak lupa mngucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi mahasiswa Universitas Bhakti Kencana PSDKU Subang. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan
dan kesalahan.  Maka kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meyempurnakan makalah ini.

Dengan makalah ini, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi kami serta pembaca pada umumnya.

Subang , Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1


1.2 Tujuan .......................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan Gemeli ....................................................................................................3


2.2 KPSW .......................................................................................................................8
2.3 Polihidramnion ..........................................................................................................10
2.4 Oligohidramnion .......................................................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................14


3.2 Saran .........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup. Peningkatan
kualitas hidup ini perlu dimulai sejak dini yaitu sejak berada dalam kandungan. Oleh
karena itu kehamilan yang sehat sangat mempengaruhi potensi dari penerus keturunan
di kemudian hari.
Menurut Leimena 1993 kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang
sedang hamil dan dalam periode 42 hari setelah terminasi kehamilannya tanpa
memandang lama dan lokasi kehamilannya.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu factor paling sensitive yang menggambarkan kesehatan ibu dan anak. AKI
dan AKB di Indonesia masih sangat tinggi, terbukti dengan adanyakematian ibu yang
sangat bervariasi antara 5 sampai 100.000 per kelahiran hidup. Dan kematian
perinatal yang berkisar antara 25 sampai 750 per kelahiran hidup. Angka kematian ibu
tersebut harus dapat ditekan menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian
bayi ditekan menjadi 49.8 per 1000 kelahiran hidup.
Maka dari itu pemeriksaan antenatal perlu sekali dilakukan untuk memastikan
keadaan ibu dan janin secara berkala serta untuk mengetahui secara dini apabila ada
penyimpangan atau kelainan yang ditemukan. Dengan tujuan agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta
melahirkan bayi dengan sehat.
Pemeriksaan kehamilan secara berkala yang diikuti secara teknis harus
dikuasai oleh setiap pelaksana program KIA di lapangan agar kualitas pelayanan
dapat terjamin. Apabila pada ibu hamil dengan primigravida/multigravida umumnya
banyak masalah yang berhubungan dengan kehamilannya karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilannya. Oleh karena itu penting bagi ibu hamil
primigravida/multigravida untuk melakukan kemungkinan faktor resiko tinggi bias
ditemukan.

1
1.2 Tujuan
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah
dalam memberikan sedikit pandangan mengenai kehamilan kembar dan bagaimana
cara menanganinya baik dalam kehamilan maupun proses persalinan.

2
BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1 Kehamilan Gemeli


2.1.1 Definisi
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin.
Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan
masyarakat. Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi
terhapap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan
kemmbar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Frekuensi
kehamilan kembar mengikuto rumus dari Herlin, yaitu 1:89-untuk hamil
kembar, 1:89 pangkat dua untuk kehamilan tiga sedangkan kuadranplet 1:89
pangkat tiga.
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin.
Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan
masyarakat. Pada umumnya, kehamilan dan persalinan membawa resiko
bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan
kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila
diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin. Frekuensi kehamilan
kembar juga meningkat dengan paritas ibu. Dari angka 9,8 per 1000
persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan kembar naik sampai 18,9
per 1000 untuk oktipara. Keluarga tertentu mempunyai kecenderungan untuk
melahirkan bayi kembar, walaupun pemindahan sifat heriditer kadang-
kadang berlangsung secara paternal, tetapi biasanya hal itu disini terjadi
secara maternal dan pada umumnya terbatas pada kehamilan dizigotik.
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak
diketemukan obat-obatan dan cara induksi ovulasi.\

2.1.2 Etiologi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas,
sering mempengaruhi kehamilan 2 telur.

3
Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan kembar, seperti
bangsa, hereditas, umur, dan paritas ibu.Faktor umur, makin tua makin
tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan menurun lagi setelah umur
40 tahun.Paritas, pada primipara 9,8 per 1000 dan pada multipara
(oktipara) naik jadi 18,9 per 1000 persalinan.Keturunan, keluarga tertentu
akan cenderung melahirkan anak kembar yang biasanya diturunkan secara
paternal, namun dapat pula secara maternal.
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi : profertil, clomid, dan hormon
gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih
dari dua.
3. Keturunan.
4. Faktor yang lain belum diketahui.

2.1.3 Fisiologi
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar minozygot
atau disebut juga identik, homolog, atau uniovuler. Kira- kira sepertiga
kehamilan kembar adalah monozygotic. Jenis kehamilan kedua anak sama,
rupanya sama atau bayangan cermin, mata, kuping, gigi, rambut, kulit dan
ukuran atropologikpun sama. 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta, kadang –
kadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat dibedakan
dengan kembar digizotik. Dua pertiga mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 1
atau 2 amnion. Pada kehamilan kembar monoamniotik kematian bayi sangat
tinggi karena lilitan tali pusat; untung sekali kehamilan ini jarang terjadi.

2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika sperma bertemu
dengan ovumdi tuba fallopi, fertilisasibergabungnya ovum dan sperma,ovum
yang telahdibuahi bergerak turun dari tuba falopii uterus
Nidasi dan pertumbuhan fetus,selama proses ini kembar dapat terbentuk.
Kehamilan kembar dapat fraternal atauidentikal. Kebanyakan kembar fraternal
berkembang dari telur dan sperma yangterpisah. Kembar fraternal memiliki
plasenta dan kantong amnion terpisah. Berbedadengan kembar identikal, dapat
terjadi ketika telur yang dibuahi membelah lebih awalsaat kehamilan dan

4
berkembang menjadi 2 fetus. Kembar identik memiliki 1 plasenta,tapi fetus
biasanya memiliki kantung amnion yang terpisah.

2.1.5 Tanda yang mengidentifikasi kehamilan kembar :


1. Besarnya uterus melebihi lamanya amenorea
2. Uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan
berulang
3. Penambahan BB ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh edema
atau obesitas
4. Terabanya 2 kepala, 2 bokong, dan satu/2 punggung
5. Terdengar 2 denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan
kecepatan paling sedikit 10 denyut per menit
6. Banyak bagian kecil teraba
7. Pada umumnya D/ kehamilan triplet, kuadruplet, dan selebihnya hanya
dapat ditentukan secara rontgenologik
8. USG : dapat lebih diketahui.

2.1.6 Jenis kehamilan gemeli


1. Kehamilan kembar monozigotik\
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozigotik
atau disebut juga identik, humolog, atau uniovuler, dapat terjadi karena :
a. Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
b. Hambatan pada tingkat segmentasi
c. Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi belum primitive streak.
2. Kehamilan kembar dizigotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari
2 telur disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal, kedua telur bisa
berasal dari :
a. 1 ovarium dan dari 2 folikel de graff
b. 1 ovarium dan dari 1 folikel de graff
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.

2.1.7 Manifestasi klinik

5
Pada kehamilan distensi uterus berlebihan sehngga melewati batas
toleransinya dan seringkali terjadi pada partus prematurus. Kebutuhan ibu
akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah. Frekuensi hidro
amnion kira-kira 10 kali pada kehamilan kembar daripada kehamilan tunggal.
Hidroamnion dapat menyebabkan uterus renggang sehingga dapat
menyebabkan partus premature, inersia uteri atau perdarahan postpartum.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah bayi pertama lahir, sehingga
menyebabkan salah satu faktot kematian bagi janin kedua. Keluhan karena
tekanan uterus yang besar dapat terjadi, seperti sesak nafas, sering kencing,
edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva. Berhubung uterus renggang
secara berlebihan ada dua kecenderungan terjadinya inersia uteri tetapi
keadaan ini dapat diimbangi oleh bayi yang relative kecil sehingga lamanya
persalinan tidak banyak berbeda dari persalinan tunggal.

2.1.8 Letak dan presentasi janin


Berbagai kombinasi letak serta presentasi dapat terjadi yang paling sering
ditemukan ialah kedua janin dalam letak memanjang dengan presentasi kepal
dan bahu, presentasi bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya
presentasi bahu.
Ada berbagai kombinasi letak serta presentasi janun pada kehamilan
kembar:
1. Kedua janin dalam letak membujur presentasi kepala (44-47%)
2. Letak membujur presentasi kepala bokong (37-38%)
3. Keduanya presentasi bokong (8-10%)
4. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
5. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
6. Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%)
7. Letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi
kunci mengunci (interlucking).

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Penanganan dalam kehamilan
Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul dan bila diagnosisi telah ditegakkan
6
pemeriksaan ulangan harus lebih sering x seminggu pada kehamilan lebih
dari 32 minggu.
Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh lebih baik
dihindari karena akan merangsang partus prematurus.
Pemakaiaan korset gurita yang tidak terlalu kuat diperbolehkan supaya
terasa lebih ringan. Periksa darah lengkap Hb dan golongan darah
2. Penanganan persalinan dalam hamil kembar
Karena penyulit kehamilan kembar terjadi kontraksi otot rahim,
kelambatan persalinan dan pendarahan postpartum, dan bayi premature,
maka persiapan darah ibu peril dilakukan dan pertolongan bayi premature
dengan lebih baik.
Pada umumnya anak kedua lahir dalam waktu 10-15 menit. Bila
kedudukan anak kedua membujur, dapat ditunggu sampai terjadi his,
selanjutnya ketuban dipecahkan dan persalinan ditolong spontan belakang
kepala atau pertolongan letak sungsang.
Apabila anak kedua letak lintang dapat dilakukan versi luar menjadi
letak membujur seandainya letak lintang disertai gawat janinmaka versi
ekstrasi merupakan pilihan pertama. Indikasi lainnya untuk versi ekstrasi
letak lintang adalah bila ketuban pecah desertai prolaksus funikuli atau
solusio plasenta.
Dalam pertolonhan persalinan hamil kembar dapat dilakukan operasi
persalinan hamil kembar dapat dilakukan persalinan primer bila
berhadapan dengan:
a. Hamil kembar dengan anak satu lintang
b. Prolaksus funikuli
c. Plasenta plevia
d. Komplikasi

Pada ibu: anemia, abortus, dan pre eklamsi, hidroamnion, kontraksi


hipotonok, retensi plasenta, pendarahan pasca persalinan

Pada janin: plasenta plevia, solusio plasenta, isuensi plasenta,


partus prematurus, bayi mal presentasi, prolaps tali pusat, kelaianan
congenital.

7
2.2 KPSW
2.2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah Dini
(KPD) atau Ketuban Pecah Prematue (KPP) adalah keluarnya cairan dari
jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan.
Ketuban Pecah Premature yaitu pecahmya membrane khorioamniotik
sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture Of Membrane
= Prelabour Rupture Of Membrane = PROM
PROM adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi para kurang dari 5
cm, bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat
terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam sebelum terjadinya inpartu.
Dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. PPROM (Preterm Premature Rupture Of Membrane) ketuban pecah pada
saat usia kehamilan < 37 minggu
2. TPROM (Term Premature Rupture Of Membrane) ketuban pecah pada
saat usia kehamilan > 37 minggu

2.2.2 Penyebab
Penyebab dari ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) tidak
atau masih belum diketahui secara jelas maka upaya preventif tidak dapat
dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insiden ketuban pecah
dini antara lain :
1. Serviks yang inkopetensia kanalisa servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan atau curettage)

8
2. Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya, trauma hidraminion dan kehamilan
ganda.
3. Kelainan letak sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghadapi tekanan
terhadap membrane bagian bawah.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam
dapat menyebabkan terjadinya KPD karena infeksi.
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
6. Difisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
7. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP, CPD.

2.2.3 Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala KPSW antara lain :
1. Keluar cairan ketuban dari vagina tanpa disertai rasa mules, cairan dapat
keluar sedikit atau banyak.
2. Demam, bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi.
3. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti amoniak.
4. Pemeriksaan abdomen uterus lunak tidak nyeri tekan.
5. Pemeriksaan mikroskopik terlihat lanugo dan vernik kaseosa.

2.2.4 Penatalaksanaan
Anjurkan mengenai pentalaksaan optimum dari kehamilan dengan
komplikasi ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan janin, tanda
infeksi intra uterin dan populasi pasien. Pada umumnya lebih baik untuk
membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini kerumah sakit dan
melahirkan bayi yang berumur lebih dari 36 minggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko intrauterin. Adapun
pentalaksanaan KPSW berdasarkan umur kehamilan antara lain:
1. Kehamilan < 37 minggu
a. Bila tidak ada infeksi
1) Rawat RS

9
2) Istirahat baring
3) Pemberian antibiotic
4) Pematangan paru (kortikosteroid)
5) Penilaian tanda-tanda infeksi
b. Bila ada infeksi
1) Antibiotik
2) Kortikosteroid
3) Terminasi kehamilan
2. Kehamilan > 37 minggu
a. Bila tidak ada infeksi
1) Lahirkan bayi
2) Antibiotik
b. Bila ada infeksi
1) Antibiotik
2) Lahirkan bayi
3) Post partum : antibiotic diteruskan 24-48 jam setelah bebas
panas.

2.3 Polihidramnion
2.3.1 Pengertian
Polihidramnion adalah suatu kejadian dimana jumlah air ketuban jauh
lebih banyak dari normal biasanya lebih dari 2 liter. Dalam beberapa literature
ada yang membagi polihidramnion menjadi dua tergantung dari berapa lama
perjalanan penyakitnya, yaitu :
1. Polihidramnion akut
Terjadinya pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja.
2. Polihidramnion kronis
Pertambahan air ketuban yang terjadi secara perlahan-lahan dalam
beberapa minggu atau bulan dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut.

2.3.2 Penyebab
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum bisa dipastikan
secara benar, salah satu yang dicurigai adalah adanya proses infeksi. Dua

10
pertiga kasus polihidramnion tidak diketahui sebabnya seperti yang disebutkan
sebelumnya, produksi paling dominan air ketuban adalah hasil dari proses
urinasi atau produksi air kencing janin. Sudah dijelaskan bahwa janin
meminum air ketuban dalam jumlah yang seimbang dengan air kencing yang
diproduksi. Bila keseimbangan ini berubah, yaitu produksi air kencing
berlebihan atau bayi tidak mampu meminum air ketuban, dapat terjadi
polihidramnion.
Pada cacat bawaan sehingga air ketuban tak bisa tertelan, misalnya
karena sumbatan atau penyempitan saluran pencernaan bagian atas, volume air
ketuban akan meningkat secara drastis. Demikian pula bila kemampuan
menelan janin mengalami gangguan, misalnya janin lemah karena hambatan
pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut system syaraf pusat hingga
fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan. Ketidaksesuaian golongan
dara ibu dan janin bisa mengakibatkan terjadinya polihidramnion.

2.3.3 Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala polihidramnion antara lain ;
1. Perut terasa lebih besar dari pada biasa
2. Sesak nafas, nyeri ulu hati dan sianosis
3. Nyeri perut karena tegangnya uterus
4. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-
retak dan kadang ambilicus mendatar
5. Edema pada tungkai vulva dan abdomen
6. Perut tegang dan nyeri tekan
7. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya
8. Bagian-bagian janin sukar dikenali
9. DJJ sukar dikenali

2.3.4 Penatalaksanaan

Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain untuk


melihat penyebab dari keadaan tersebut dilakukan OGTT untuk
menyingkirkan kemungkinan diabetes gestasional.

11
Bila etiologi tidak jelas, pemberian indomethacin dapat memebri
manfaat bagi 50% kasus. Pemeriksaan USG janin diilihat secara seksama
untuk melihat adanya kelainan ginjal janin. \

Meskipun sangat jarang, kehamiilan monokorionik sindroma twin


transfusin, terjadi polihidramnion pada kantung resipien dan harus dilakukan
amniosentesis berulang untuk mempertahankan kehamilan.

2.4 Oligohidramnion
2.4.1 Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal yaitu kurang dari 500 cc. VAK (Volume Air Ketuban) meningkat
secara stabil saat kehamilan, volumenya sekitar 30 cc pada 10 minggu dan
mencapai puncaknya 1 liter pada 34-36 minggu yang selanjutnya berkurang.
Rata-rata sekitar 800 cc pada akhir trimester pertama sampai pada minggu ke
40 berkurang lagi menjadi 350 ml pada kehamilan 42 minggu, dan 250 ml
pada kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 ml/minggu pada
kehamilan 38-44 minggu.

2.4.2 Penyebab
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal
agenisis.
Tetapi ada juga yang mengatakan kejadian oligohidramnion ada
kaitannya dengan renal agenesis janin. Etiologi primer lainnya mungkin
karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan eriologi sekundernya lainnya
misalkan pada ketuban pecah dini.

2.4.3 Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala oligohidramnion antara lain:
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan janin

12
3. Sering berakhir dengan partus prematurus
4. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan ke 5 dan terdengar lebih
jelas
5. Persalinan lebih lama dari biasanya
6. Sewaktu his akan terasa sangat sakit
7. Bila ketuban pecah air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada keluar

2.4.4 Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan
dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis
janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa
terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan section
caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion.
Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC karena:
1. Indeks kantung amnion (ICA) 5 cm atau kurang
2. Deselerasi frekuensi detak jantung janin
3. Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan post term.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah bangsa, umur, dan paritas, sering mempengaruhi kehamilan
2 telur serta profertil, clomid, dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan
kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua.
Ada dua jenis kehamilan ganda yaitu kehamilan kembar monozigotik dan
kehamilan dizigotik.
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah Dini (KPD)
atau Ketuban Pecah Prematue (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau
vagina sebelum proses persalinan.
Polihidramnion adalah suatu kejadian dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal biasanya lebih dari 2 liter
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal
yaitu kurang dari 500 cc.

3.2 Saran

Tim penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Karena meskipun makalah
ini telah penulis susun dengan baik, tentu saja masih ada kekurangan pada
makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan..Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saswita.Reni,Marisah,Rohani.2007.Asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

Jakarta ; Salemba Medika.

Manuaba IBG. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri.

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Vol 1.

Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.)

3.1

15

Anda mungkin juga menyukai